1. Rekayasa atau Terapan Ilmu dan Teknologi pada dasaranya adalah upaya untuk melakukan
perobahan sesuatu dari satu keadaan ke daam keadaan lain yang lebih bernilai guna dan
bermanfaat bagi kemanusiaan (baik berupa perobahan gerak, materi, energi, kehidupan,
maupun kemanusiaan). Oleh karena itu untuk rekayasa pertama-tama akan diperlukan
pengetahuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan nilai suatu keadaan, yang secara
ilmiah formal hal ini dibahas daam ilmu Termodinamika.
Nama ilmu termodinamika ini sebenarnya salah kaprah, karena yang dibahas dalam
pelajarannya bukan bagaimana terjadinya perobahan perpindahan panas (fenomena aliran
panas). Dengan demikian ilmu keadaan lebih tepat digunakan dalam pembahasan tersebut.
2. Proses penerapan ilmu dan teknologi secara lenhkap akan memamerkan ilmu-ilmu sebagai
berikut:
Ilmu untuk menilai keadaan; baik keadaan awal, akhir maupun diantaranya dibandingkan
terhadap keadaan lingkungannya (Termodinamika).
Ilmu untuk menata terjadinya peristiwa perobahan yang bersifat fisik atau sementara
(Kinetika Fisik).
Ilmu untuk menata terjadinya peristiwa perobahan yang bersifat kekal atau persenyawaan
kimiawi (Kinetika Fisika)
Imu untuk menetapkan rancangan bentuk dan ukuran wadah tempat peristiwa perobahan
itu terjadi sesuai dengan kondisi dan skala yang diharapkan (Ilmu reactor dan peralatan
penunjang lainnya).
Ilmu untuk mengendaikan proses peristiwa perobahan yang berlangsung sesuai dengan
dinamikanya dan penataan yang diterapkan (Ilmu Dinamika dan pengendaian proses).
Diharapkan dengan kemampuan proses peristiwa kemampuan merekayasa tersebut diatas
secara utuh, terapan imu dan teknologi yang diinginkan bias tereaisir secara baik ; efisien dan
efektif.
3. Ukuran baik buruknya keberlangsungan suatu proses perubahan dapat dinyatakan oleh besaran
efisiensi dan efektivitas.
Efisien merupakan Ukuran pencapaian nilai, memperbandingkan hasil yang diperoeh terhadap
hasil ideal yang dapat dicapai. Dengan demikian, efisiensi seringkali digantikan oleh hasil
maksimal yang pernah dicapai(rekor) sebagai patokan pencapaian prestasi.
Dapat pula digunakan istiah HASILGUNA sebagai kata Indonesia dari besaran efisien ini dengan
simbol (eta).
Efektifitas merupakan ukuran upaya yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diperoleh,
besaran ini dapat diperoleh dengan memperbandingkan hasi yang dicapai (prestasi) terhadap
besarnya upaya yang telah diberikan. Kata Indonesia DAYAGUNA dapat digunakan sebagai
istilah penggantiannya, dengan symbol; (epsilon).
4. Pencapaian nilai efisiensi (hasilguna) yang setinggi-tinginya belum menjamin tercapainya kinerja
terbaik dari suatu peristiwa perobahan yang terjadi sebelum dikonfirmasi oleh tercapainya nilai
efektivitas (dayaguna) yang dinyatakan oleh pencapaian efisiensi terbaik dan efektivitas terbaik.
Petani B
= 75% = 1,5
3 2
Petani C
< ------ >
4
Dengan demikian konsepsi ideal sangat diperlukan sebagai acuan untuk mengukur tingkat
pencapaian perobahan: sejauh mana dan kearah mana perobahan terjadi.
Dalam hal konsepsi ideal sulit atau tidak berhasil di defenisikan seringkali rekor prestasi
(pencapaian maksimal) diambil sebagai acuan penggantinya.
5. Dalam peristiwa alam konsepsi ideal diterapkan misalnya untuk pengertian gas ideal, larutan
ideal, dst.
Keadaan ideal suatu gas misalnya ditunjukkan oleh perilaku besaran Tekanan (P), Volume(V),
gas yang memenuhi persamaan Gas Ideal :
=
dimana, C = tetapan.
Berarti bila ada suatu gas yang mengisi suatu ruangan diukur dalam kondisi yang berbeda
menunjukkan hubungan seperti diatas, misanya:
1 1 2 2
=
1 2
Gas C
T
-237,16C
Pada keadaan ideal kenyataan menunjukkan adanya hubungan linier antara Tekanan dan
Temperature gas untuk suatu Volume tertentu gas. Kelvin mengekstrapolasi garis lurus gas-gas
ideal dalam diagram P-T kearah tekanan rendah, yang akan memberikan titik potong dari setiap
garis dengan absis T pada satu titik yang sama yaitu temperature nol absolut, yang setara
dengan temperature minus 273,16 derajat celcius. Pada titik nol absolut ini temperature itu
tidak lagi berbagai bentuk gerak.
7. Kondisi tanpa gerak sama sekali ini benar-benar dapat merupakan suatu keadaan absolut. Dapat
dibayangkan bila bumi dan bulan tidak bergerak pada porosnya (berotasi) atau berevolusi, maka
gaya gravitasinya akan menyebabkan kedua benda tersebut saling menarik dan bergerak kea rah
saling berbenturan. Hal yang serupa dapat kita bayangkan pula pada skala yang sangat kecil
antara electron dengan inti atom, yang pada akhirnya akan saling berbenturan menghasilkan
reaksi inti atau ledakan atom.
8. Kedua bahasan terakhir memberikan gambaran seolah-olah dapat mengisolasi sebutir atom,
memegang sebuat atom sebagai suatu unsur materi terkecil yang kaku, yang mempunyai nilai
hanya pada dirinya, mandiri. Juga ditunjukkan dalam bahasan tersebut bahwa penggunaan
istilah bahasa dalam keilmuan yang tidak mengada-ada, akan tetapi berusaha memberikan
pengertian yang sebenarnya dan berupaya menunjukkan pada tingkat kepastiannya (sksama,
presisi, abash, dst). Dengan demikian upaya pemodelan, berkonsepsi, dan menyampaikannya
dengan bahasa yang gambling merupakan ciri penting manusia ketika mengemukakan fikiran
keilmuannya.
Bab 3. Konsepi Ideal kemanusiaan
1. Konsepsi Ideal sangat diperlukan sebagai upaya penetapan arah sasaran serta menjadi rajukan
operasional sejauh mana pencapaian telah diraih. Konsepsi ideal kemanusiaan sering
dikemukakan sebagai Konsepi Manusia Seutuhnya. Perkembangan konsepsi ideal masing-
masing peristiwa itu dapat diikhtisarkan dalam skema berikut:
Kecenderungan anti-kemanusiaan
alam dan kemanusiaan
Kecenderungan pro-kemanusiaan
Ideal gerak berpola genetik
Model Makin Mungkin Tereaisir
Model Ideal Makin Sempurna
Ideal
gerak bebas atomik
Kebendaan
alam materi
Masing-masing konsep ideal peristiwa diatas berbeda tingkat kesempurnaanya atau kerumitan
unsur-unsur pembentukannya, sehingga memberikan pengertian yang berbeda pula tentang
kemungkinan perealisasinya. Konsep ideal semakin sempurna bila bergerak dari alam
kebendaan kealam kehidupan kemanusiaan.
2. Konsep manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang teretak pada
pengertian kemandiriannya, bahwa manusia dengan keutuhan unsur-unsurnya akan memiiki
nilai diri yang spesifik. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana
kehadiran dirinya memberikan manfaat kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas.
3. Berdasarkan observasi empiric atas unsur-unsur pembentuknya, diskripsi ringkas upaya
pembentukan manusia seutuhnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
Secara fisik manusia ditunjukkan oleh keberadaanya, yaitu tubuh dari kehidupannya. Badan
hidup ini bersifat khas dan berbeda dari tumbuhan maupun binatang karena memiiki kesadaran
dan kemampuan berfikir dalam bentuk penalaran rasional dan emosional. Dengan hidup dan
penalarannya manusia tidak menjadi individualis yang mengisolasi diri, melainkan membangun
kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lingkungan alam, kehidupan dan kemanusiaannya
membentuk masyarakat kemanusiaan.
4. Kebalikan dari upaya pembentukan unsur keutuhan kemanusiaan diatas dapat dikemukakan
dalam diskripsi pengamatan empiris pemberian nilai kemanusiaan yang seutuhnya sebagai
berikut:
Pancaran Cahaya Ketakwaan seseorang nampak dari wajah dan tubuhnya sehingga mampu
ditangkap dan mempertemukannya dengan manusia yang bertakwa pula. Selanjutnya
diungkapkan pula dalam kenyataan nilai etika seseorang sebagai moralitas tatakrama, dan
sopan-santunnya, yang membuka jalan bagi dirinya untuk melakukan komunikasi dan
pergaulan di dalam masyarakat. Lebih lanjut keberhasilan berkomunikasi akan membuka jalan
bai dirinya untuk bertukar pikiran membahas pengertian tentang sesuatu sesuai dengan tingkat
penalarannya. Bila berhasil dicapai kesefahaman maka sesuatu yang dibahas ini akan menjadi
bentuk nyata kegiatan fisik, wahana kerjasama dan terapan iptek
5. Urutan upaya unsur-unsur membentuk keutuhan kemanusiaan bergerak dari unsur yang paing
alami(badan) kearah yang paing gaib(takwa), sementara urutan nilai-nilai keutuhan
kemanusiaannya bergerak dari nilai yang paling gaib(takwa) kearah nilai yang paling alami
(badan).
Secara sistematis urutan upaya pembentukan dan nilai manusia seutuhnya itu dapat dinyatakan
sebagai berikut:
9.1. Persatuan dan Kesatuan Indonesia merupakan konsepsi kebadanan masyarakat bangsa
Indonesia yang memandang bahwa Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau laksana untaian
zamrud di katulistiwa itu sebagai satu tubuh dan satu ruh kebangsaan: Indonesia.
9.2. Upaya penalaran manusia yang menghasilkan ilmu pengetahuan(logos) yang universal
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pengaturan (nomos) dalam penerapannya
sehari-hari.
9.3. Upaya komunikasi kemanusiaan ditegakkan dalam masyarakat bangsa Indonesia melalui
musyawarah untuk mufakat.
9.4. Pembangunan tatanilai dalam masyarakat bangsa Indonesia merujuk pada upaya
penegakan etika kemanusiaan yang beradab.
9.5. Tegaknya tatanilai kemanusiaan yang beradab mendasari raihan nilai kemanusiaan yang
lebih tinggi yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan keagaamn inilah yang
menjadi sumber moralitas dan kreativitas bangsa yang merupakan perspektif Tauhid dalam
fenomena gaib yang akan menjadi acuan globalisasi kealamannya.
10. Upaya fisik penegakan masyarakat bangsa Indonesia diatas tentunya akan berbalikan dengan
urutan nilai yang menjadi sumber kreatif perkembangan masyarakat bangsa Indonesia, yang
dapat ditulis sebagai berikut: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang beradab,
Musyawarah yang mufakat, Perekonomian yang adil, dan Indonesia yang bersatu.
Susunan diatas mirip dengan urutan politis Pancasila dasar Negara Indonesia, karena memang
kenyataan tersebut merupakan bukti empiric adanya nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara
yang hidup dalam masyarakat Indonesia.
Dengan demikian dasar-dasar kenegaraan masyarakat Indonesia benar-benar merupakan
konsepsi ideal kemanusiaan untuk membangun suatu masyarakat bangsa, merupakan konsepsi
kemanusiaan yang paling layak untuk direalisasikan.
Konsep Teknologi