Anda di halaman 1dari 10

Bab 1.

Konsepi belajar Sepanjang Hayat

1. Kehidupan Kemanusiaan dibangun oleh kehidupan fisik dan kehidupan fikirannya.


Kehidupan fisik berawal dari kelahirannya didunia melalui ibu kandung genetikanya.
Kehidupan fikiran manusia tidak saja berupa unjuk kerja dari bagian tubuh otak, saraf, dan
indera baik yang bersifat analisis maupun isntesis, melainkan merupakan sarana dan prasarana
memahami sumber dari segala sumber kreativitasnya. Kehidupan fikiran manusia
dikembangkan secara sadar melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah baik secara formal
maupun tidak formal.
2. Kehidupan fisik manusia memerukan makan, minum , dan bergerak; sehingga ia akan mati bila
hal itu tidak dipenuhi. Demikian pula kehidupan fikiran manusia akan mati bila manusia tidak
belajar atau berfikir.
3. Proses belajar ditunjukkan oeh adanya rasa ingin tahu yang dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan. Tidak bertanya atau tidak ingin tahu berarti tidak ada proses belajar. Tanpa
dibarengi kesadaran membangkitkam rasa ingin tahu, kegiatan di sekoah seperti kuliah,
membaca atau praktikum bukanlah proses belajar yang meningkatkan kehidupan fikiran
seseorang, namun sekedar kegiatan merekam dan latihan fisik belaka.
4. Upaya sistematik seteah merumuskan rasa ingin tahu daam bentuk bertanya adalah mencari
jawaban. Salah satu cara paling mudah untuk mencari jawab adalah bertanya kepada orang
yang lebih tahu tentang hal tersebut : Berguru. Kelembagaan berguru ini berkembang menjadi
suatu sistem pendidikan yang formal yang menganut paham seakan-akan makin banyak guru
adalah makin baik.
5. Cara lain untuk menjawab keingintahuan adalah Membaca Buku.
Membaca buku adalah cara yang paling objektif untuk mengetahui berbagai informasi keilmuan
yang merupakan kompilasi pangalaman manusia yang tertulis secara sistematik. Dengan
membaca buku perpindahan informasi dapat langsung terjadi dari tangan pertama si penulis
dengan seluruh pembaca bukunya. Kemampuan seseorang untuk membaca dengan cepat dan
menulis dengan baik harus dipelihara setiap saat.
6. Untuk membaca sangat diperlukan kemampuan berbahasa yang baik.
Kemampuan berbahasa tidak sekedar penguasaan pembendaharaan atau tata bahasa, tetapi
juga mencakup kemampuan berekspresi dan apresiasi. Kemampuan berbahasa yang tinggi
membuka peluang untuk mengungkap pengertian yang tersurat maupun tersirat pada tingkat
keseksamaan yang tinggi.
7. Kecepatan membaca juga diperlukan, sehingga kemampuan untuk membaca cepat ini perlu
dilatih, dipelihara, dan ditingkatkan. Huruf adalah lambang bunyi, kalimat adalah lambang
pesan, alinea adalah lambang pokok pikiran, dan dengan itu dapat ditangkap pesan utamanya
dari kalimat kunci , dan pengertian dasarnya dari kata kunci.
8. Kemampuan untuk memilih dan membaca buku ajar (text book) adalah kemampuan minimal
yang harus dikuasai oleh mahasiswanya. Mahasiswa harus bias menggunakan katalog atau
software yang tersedia untuk penelusuran buku dan memilih buku mana yang harus dibaca.
Mahasiswa harus mengenal perbedaan refrensi Ensiklopedia, Buku Abstrak, Buku Indeks,
kamus, Monogram, dll, terhadap Buku Ajar, Buku indeks, Journal, Catatan, dll.
9. Dalam membaca Buku ajar (text book) metoda SQ3R dapat diterapkan, yang mencakup
langkah-langkah penting sebagai berikut :
Survey Melihat sekilas buku dengan ilustrasinya.
Question Bertanya Tanya tentang bahan yang akan dibahas dalam buku ajar.
Read Membaca secara cepat dan menyeluruh untuk menangkap pokok-pokok pikiran.
Review Menelaah pokok-pokok pikiran yang penting serta kata-kata kuncinya.
Recall - Mengulang telaahan, membahas dan menguasai permasalahannya.
10. Keingin tahu seseorang juga seringkali hanya dapat dijawab dengan membaca langsung
kenyataan alamnya. Dalam hal ini kita harus mampu berdialog secara alami dan secara
manusiawi. Dialog manusiawi dimana lawan bicara kita juga adalah manusia maka lawan bicara
kita memiliki kemampuan untuk mengungkapkan fikirannya sendiri dengan bahasa yang telah
sama-sama kita ketahui. Sedangkan dalam hal dialog dengan alam terebih dahuu kita harus
melakukan kompilasi logika alam kedalam fikiran manusiawi kita.
11. Berdialog dengan alam tidak mudah, mungkin paing sulit. Salah satu cara sistematik perlu
dikembangkan, yaitu dengan cara membawa fenomena alam itu ke dalam laboratorium untuk
ditelaah, dan praktikum pada dasarnya adalah latihan untuk memiliki kemampuan berdialog
dengan alam.
12. Berbagai upaya diatas adaah upaya untuk menjawab keingintahuan dan pertanyaan berbagai
hal yang bersifat fisik, alamiah ilmiah, baik yang nyata dan kasat mata maupun ilmiah yang
abstrak dan tak terihat, hasinya adalah pemahaman imu alamiah yang ilmiah. Sementara itu,
kehidupan kemanusiaan tidak sebatas hal-hal yang fisik, alamiah, dan ilmiah saja melainkan juga
mencakup hal-hal yang metafisik dan gaib. Untuk memenuhi keingintahuan atas hal-hal yang
gaib dan metafisik ini maka pendekatan yang paling bertanggung jawab adalah pendekatan
agama yang ilahiyah. Sesungguhnya ilmu dan agam bersumber dari Maha Pencipta, dengan
demikian kedua hal tersebut akan saling melengkapi dan mnyempurnakan, akan memberikan
pemahaman dan rujukan yang utuh, menyeuruh dan terpadu, tidak saling bertentangan.
Bab 2. Konsepsi Ideal Kealaman

1. Rekayasa atau Terapan Ilmu dan Teknologi pada dasaranya adalah upaya untuk melakukan
perobahan sesuatu dari satu keadaan ke daam keadaan lain yang lebih bernilai guna dan
bermanfaat bagi kemanusiaan (baik berupa perobahan gerak, materi, energi, kehidupan,
maupun kemanusiaan). Oleh karena itu untuk rekayasa pertama-tama akan diperlukan
pengetahuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan nilai suatu keadaan, yang secara
ilmiah formal hal ini dibahas daam ilmu Termodinamika.
Nama ilmu termodinamika ini sebenarnya salah kaprah, karena yang dibahas dalam
pelajarannya bukan bagaimana terjadinya perobahan perpindahan panas (fenomena aliran
panas). Dengan demikian ilmu keadaan lebih tepat digunakan dalam pembahasan tersebut.
2. Proses penerapan ilmu dan teknologi secara lenhkap akan memamerkan ilmu-ilmu sebagai
berikut:
Ilmu untuk menilai keadaan; baik keadaan awal, akhir maupun diantaranya dibandingkan
terhadap keadaan lingkungannya (Termodinamika).
Ilmu untuk menata terjadinya peristiwa perobahan yang bersifat fisik atau sementara
(Kinetika Fisik).
Ilmu untuk menata terjadinya peristiwa perobahan yang bersifat kekal atau persenyawaan
kimiawi (Kinetika Fisika)
Imu untuk menetapkan rancangan bentuk dan ukuran wadah tempat peristiwa perobahan
itu terjadi sesuai dengan kondisi dan skala yang diharapkan (Ilmu reactor dan peralatan
penunjang lainnya).
Ilmu untuk mengendaikan proses peristiwa perobahan yang berlangsung sesuai dengan
dinamikanya dan penataan yang diterapkan (Ilmu Dinamika dan pengendaian proses).
Diharapkan dengan kemampuan proses peristiwa kemampuan merekayasa tersebut diatas
secara utuh, terapan imu dan teknologi yang diinginkan bias tereaisir secara baik ; efisien dan
efektif.
3. Ukuran baik buruknya keberlangsungan suatu proses perubahan dapat dinyatakan oleh besaran
efisiensi dan efektivitas.
Efisien merupakan Ukuran pencapaian nilai, memperbandingkan hasil yang diperoeh terhadap
hasil ideal yang dapat dicapai. Dengan demikian, efisiensi seringkali digantikan oleh hasil
maksimal yang pernah dicapai(rekor) sebagai patokan pencapaian prestasi.
Dapat pula digunakan istiah HASILGUNA sebagai kata Indonesia dari besaran efisien ini dengan
simbol (eta).
Efektifitas merupakan ukuran upaya yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diperoleh,
besaran ini dapat diperoleh dengan memperbandingkan hasi yang dicapai (prestasi) terhadap
besarnya upaya yang telah diberikan. Kata Indonesia DAYAGUNA dapat digunakan sebagai
istilah penggantiannya, dengan symbol; (epsilon).
4. Pencapaian nilai efisiensi (hasilguna) yang setinggi-tinginya belum menjamin tercapainya kinerja
terbaik dari suatu peristiwa perobahan yang terjadi sebelum dikonfirmasi oleh tercapainya nilai
efektivitas (dayaguna) yang dinyatakan oleh pencapaian efisiensi terbaik dan efektivitas terbaik.

Tampilan Hasil nyata Efisiensi Daya upaya Efektivitas


perilaku ( olahan (hasil guna) (energy/waktu) (Daya Guna)
perhari)
Petani A
2
= 50% 1

= 2

Petani B
= 75% = 1,5
3 2

Petani C
< ------ >
4

Dengan demikian konsepsi ideal sangat diperlukan sebagai acuan untuk mengukur tingkat
pencapaian perobahan: sejauh mana dan kearah mana perobahan terjadi.
Dalam hal konsepsi ideal sulit atau tidak berhasil di defenisikan seringkali rekor prestasi
(pencapaian maksimal) diambil sebagai acuan penggantinya.
5. Dalam peristiwa alam konsepsi ideal diterapkan misalnya untuk pengertian gas ideal, larutan
ideal, dst.
Keadaan ideal suatu gas misalnya ditunjukkan oleh perilaku besaran Tekanan (P), Volume(V),
gas yang memenuhi persamaan Gas Ideal :

=

dimana, C = tetapan.
Berarti bila ada suatu gas yang mengisi suatu ruangan diukur dalam kondisi yang berbeda
menunjukkan hubungan seperti diatas, misanya:

1 1 2 2
=
1 2

Maka gas tersebut memenuhi kriteria Gas Ideal.


Idealnya gas tidak ditunjukan oleh jenisnya gas melainkan oleh keberadaan molekulnya dalam
ruang. Kondisi alam yang mendukung memungkinkan terjadinya keberadaan molekul seperti ini
misalnya kalau gas berada pada temperature tinggi atau berada pada konsentrasi molekul yang
sangat rendah sehingga dapat dibanyangkan pada keadaan ini jarak antar molekul sangat
berjauhan.
6. Konsepsi gas ideal ini ternyata dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
keteraturan temperature, dengan ditemukannya konsepsi temperature absolute oleh Kevin.
Gas A
P
Gas B

Gas C

T
-237,16C

Pada keadaan ideal kenyataan menunjukkan adanya hubungan linier antara Tekanan dan
Temperature gas untuk suatu Volume tertentu gas. Kelvin mengekstrapolasi garis lurus gas-gas
ideal dalam diagram P-T kearah tekanan rendah, yang akan memberikan titik potong dari setiap
garis dengan absis T pada satu titik yang sama yaitu temperature nol absolut, yang setara
dengan temperature minus 273,16 derajat celcius. Pada titik nol absolut ini temperature itu
tidak lagi berbagai bentuk gerak.

7. Kondisi tanpa gerak sama sekali ini benar-benar dapat merupakan suatu keadaan absolut. Dapat
dibayangkan bila bumi dan bulan tidak bergerak pada porosnya (berotasi) atau berevolusi, maka
gaya gravitasinya akan menyebabkan kedua benda tersebut saling menarik dan bergerak kea rah
saling berbenturan. Hal yang serupa dapat kita bayangkan pula pada skala yang sangat kecil
antara electron dengan inti atom, yang pada akhirnya akan saling berbenturan menghasilkan
reaksi inti atau ledakan atom.
8. Kedua bahasan terakhir memberikan gambaran seolah-olah dapat mengisolasi sebutir atom,
memegang sebuat atom sebagai suatu unsur materi terkecil yang kaku, yang mempunyai nilai
hanya pada dirinya, mandiri. Juga ditunjukkan dalam bahasan tersebut bahwa penggunaan
istilah bahasa dalam keilmuan yang tidak mengada-ada, akan tetapi berusaha memberikan
pengertian yang sebenarnya dan berupaya menunjukkan pada tingkat kepastiannya (sksama,
presisi, abash, dst). Dengan demikian upaya pemodelan, berkonsepsi, dan menyampaikannya
dengan bahasa yang gambling merupakan ciri penting manusia ketika mengemukakan fikiran
keilmuannya.
Bab 3. Konsepi Ideal kemanusiaan

1. Konsepsi Ideal sangat diperlukan sebagai upaya penetapan arah sasaran serta menjadi rajukan
operasional sejauh mana pencapaian telah diraih. Konsepsi ideal kemanusiaan sering
dikemukakan sebagai Konsepi Manusia Seutuhnya. Perkembangan konsepsi ideal masing-
masing peristiwa itu dapat diikhtisarkan dalam skema berikut:

Ideal gerak mengatur mandiri


Kemanusiaan

Kecenderungan anti-kemanusiaan
alam dan kemanusiaan

Kecenderungan pro-kemanusiaan
Ideal gerak berpola genetik
Model Makin Mungkin Tereaisir
Model Ideal Makin Sempurna

Kehidupan alam dan kehidupan

Ideal
gerak bebas atomik
Kebendaan
alam materi

Masing-masing konsep ideal peristiwa diatas berbeda tingkat kesempurnaanya atau kerumitan
unsur-unsur pembentukannya, sehingga memberikan pengertian yang berbeda pula tentang
kemungkinan perealisasinya. Konsep ideal semakin sempurna bila bergerak dari alam
kebendaan kealam kehidupan kemanusiaan.
2. Konsep manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang teretak pada
pengertian kemandiriannya, bahwa manusia dengan keutuhan unsur-unsurnya akan memiiki
nilai diri yang spesifik. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana
kehadiran dirinya memberikan manfaat kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas.
3. Berdasarkan observasi empiric atas unsur-unsur pembentuknya, diskripsi ringkas upaya
pembentukan manusia seutuhnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
Secara fisik manusia ditunjukkan oleh keberadaanya, yaitu tubuh dari kehidupannya. Badan
hidup ini bersifat khas dan berbeda dari tumbuhan maupun binatang karena memiiki kesadaran
dan kemampuan berfikir dalam bentuk penalaran rasional dan emosional. Dengan hidup dan
penalarannya manusia tidak menjadi individualis yang mengisolasi diri, melainkan membangun
kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lingkungan alam, kehidupan dan kemanusiaannya
membentuk masyarakat kemanusiaan.
4. Kebalikan dari upaya pembentukan unsur keutuhan kemanusiaan diatas dapat dikemukakan
dalam diskripsi pengamatan empiris pemberian nilai kemanusiaan yang seutuhnya sebagai
berikut:
Pancaran Cahaya Ketakwaan seseorang nampak dari wajah dan tubuhnya sehingga mampu
ditangkap dan mempertemukannya dengan manusia yang bertakwa pula. Selanjutnya
diungkapkan pula dalam kenyataan nilai etika seseorang sebagai moralitas tatakrama, dan
sopan-santunnya, yang membuka jalan bagi dirinya untuk melakukan komunikasi dan
pergaulan di dalam masyarakat. Lebih lanjut keberhasilan berkomunikasi akan membuka jalan
bai dirinya untuk bertukar pikiran membahas pengertian tentang sesuatu sesuai dengan tingkat
penalarannya. Bila berhasil dicapai kesefahaman maka sesuatu yang dibahas ini akan menjadi
bentuk nyata kegiatan fisik, wahana kerjasama dan terapan iptek
5. Urutan upaya unsur-unsur membentuk keutuhan kemanusiaan bergerak dari unsur yang paing
alami(badan) kearah yang paing gaib(takwa), sementara urutan nilai-nilai keutuhan
kemanusiaannya bergerak dari nilai yang paling gaib(takwa) kearah nilai yang paling alami
(badan).
Secara sistematis urutan upaya pembentukan dan nilai manusia seutuhnya itu dapat dinyatakan
sebagai berikut:

UPAYA UNSUR-UNSUR NILAI


URUTAN BOBOT KEMANUSIAAN(INDIVIDU) BOBOT URUTAN
5 1% TAKWA 63% 1
4 3% ETIKA 22% 2
3 10% KOMUNIKASI 10% 3
2 22% NALAR 3% 4
1 63% BADAN 1% 5
Seseorang yang akan berupaya membangun keutuhan unsur-unsur kemanuasiaanya akan mulai
dengan membangun unsur kebadanannya, sementara penilaian keutuhan kemanusiaannya akan
berawal dari nilai ketakwaannya.
6. Berikut ini merupakan upaya pembentukan berdasarkan alokasi investasi yang bergerak alokasi
investasi fisik yang bergerak dari bawah ke atas:
63% untuk investasi kebadanan (tumbuh, sehat, dan bugar), 22% untuk pembangunan
penalaran(belajar, sekolah, riset), 10% untuk berkomunikasi (pergaulan, persaudaraan, dan
kerjasama), 3% untuk membangun tatanilai (sopansantun dan etika), dan 1% untuk meraih
ketakwaan (keyakinan beragama). Fenomena ini sangat alami yang dapat ditunjukkan oleh
kehidupan fisik manusia mulai dari kelahirannya sebagai bayi, lalu tumbuh dan berkembang
sehingga mampu belajar untuk mengembangkan penalarannya. Fenomena alam ini dapat
didalami penalarannya melaui ilmu sehingga menjadi ilmiah.
Sementara itu unsur nilai kemanusiaan dibangun dari atas kebawah.
seseorang yang tak mampu meraih ketakwaan akan hilang 63% dari nilai kemanusiaannya.
Orang tersebut bukan saja tak beragama namun juga tak bermoral. Hilangnya etika dan sopan
santun akan menghilangkan lagi 22% dari niai kemanusiaannya. Lebih lanjut
ketidakmampuannya berkomunikasi dan berkerjasama akan menghilangkan lagi 10% nilai
kemanusiaannya. Lebih anjut ketidakmampuannya menalar (tidak waras) akan menghiangkan
lagi 3% nilai kemanusiaan, dan akhirnya berupa kebadanannya saja. Fenomena ini merupakan
fenomena gaib yang ilahiyah yang dapat didalami penalarannya dengan agama.
7. Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan oleh pengalaman spiritual bertemu seseorang
semata-mata karena kebetulan ilahiyah berdasarkan pancaran ketakwaannya, lalu menilai
perilaku etikanya kemudian berkomunikasi dan bertukar, fikiran, dan bila berhasil mencapai
kesepahaman kemudian masuk kedalam aktifitas yang sangat fisik seperti berbisnis atau
membangun proyek.
7.1. Membangun unsur kebadanan harus didasari oleh pemahaman biologis kebadanan
manusia (seperti ilmu tubuh manusia, pengetahuan tentang makan, minum, olahraga, istirahat,
tidur, berpakaian, tempat tinggal, dst) dengan sasaran mencapai pemahaman bionomi
kebadanannya, yaitu kemampuan untuk mengatur badannya sendiri secara baik.
7.2. Membangun unsur penalaran tertuang dalam konsepsi belajar sepanjang hayat. Rasa ingin
tahu terumuskan dengan lebih baik, dan kemampuan dasar membaca dan menulis, berbahasa
dan berhitung harus senantiasa meningkat.
7.3. Membangun unsur komunikasi antara lain dengan menegakkan budaya baca-tulis dan
pergaulan yang baik. Keberhasilan upaya komunikasi dapat dipantau pada tingkat keakraban,
interaksi dan kerjasama menghasilkan aktivitas baru yang bermanfaat.
7.4. Kesadaran akan keterkaitan kehidupan antara: sesame manusia, lingkungan alam dan
peralatan mengharuskan kita berupaya mebangun tatanilai, bersepakat untuk menegakkan
sopan santun dalam tatakrama pergaulan, jatidiri dalam kepribadian, dan akhlakul kharimah
dalam kehidupan kemasyarakatan.
7.5. Upaya penegakan kesadaran tatanilai kemanusiaan akan membawa kepada kesadaran
keagamaan, yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Upaya membangun unsur kemanusiaan yang sangat kecil (hanya 1%) namun hanya akan terjadi
bila upaya dasar yang mengawalinya telah dilakukan : kebadanan, penalaran, komunikasi, etika.
8. Konsep ideal untuk sistem kehidupan kemanusiaannya ini ternyata tidak hanya berlaku dalam
skala individu yang sanagt pribadi, namun juga dapat diekspolasi kedalam skaa kemasyarakatan
berupa idealisasi kehidupan masyarakat bangsa. Falsafah bangsa Indonesia : Pancasila , pada
dasarnya merujuk rumusan ideal kemasyarakatan ini yang lahir dengan sangat wajar sebagai
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila ini merupakan bukti empirik dari fenomena alam
gaib kemanusiaan dalam skala bangsa.
9. Secara skematis pembentukan masyarakat bangsa Indonesia yang dicitacitakan dapat
digamarkan sebagai berikut:
UPAYA UNSUR KEMANUSIAAN NILAI
URUTAN BOBOT INDIVIDU MASYARAKAT BOBOT URUTAN
BANGSA
5 1% TAKWA KETUHANAN, 63% 1
MAHA ESA
4 3% ETIKA KEMANUSIAAN, 22% 2
BERADAB
3 10% KOMUNIKASI MUSYAWARAH, 10% 3
MUFAKAT
2 22% PENALARAN PEREKONOMIAN, 3% 4
ADIL
1 63% BADAN INDONESIA, 1% 5
SATU

9.1. Persatuan dan Kesatuan Indonesia merupakan konsepsi kebadanan masyarakat bangsa
Indonesia yang memandang bahwa Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau laksana untaian
zamrud di katulistiwa itu sebagai satu tubuh dan satu ruh kebangsaan: Indonesia.
9.2. Upaya penalaran manusia yang menghasilkan ilmu pengetahuan(logos) yang universal
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pengaturan (nomos) dalam penerapannya
sehari-hari.
9.3. Upaya komunikasi kemanusiaan ditegakkan dalam masyarakat bangsa Indonesia melalui
musyawarah untuk mufakat.
9.4. Pembangunan tatanilai dalam masyarakat bangsa Indonesia merujuk pada upaya
penegakan etika kemanusiaan yang beradab.
9.5. Tegaknya tatanilai kemanusiaan yang beradab mendasari raihan nilai kemanusiaan yang
lebih tinggi yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan keagaamn inilah yang
menjadi sumber moralitas dan kreativitas bangsa yang merupakan perspektif Tauhid dalam
fenomena gaib yang akan menjadi acuan globalisasi kealamannya.
10. Upaya fisik penegakan masyarakat bangsa Indonesia diatas tentunya akan berbalikan dengan
urutan nilai yang menjadi sumber kreatif perkembangan masyarakat bangsa Indonesia, yang
dapat ditulis sebagai berikut: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang beradab,
Musyawarah yang mufakat, Perekonomian yang adil, dan Indonesia yang bersatu.
Susunan diatas mirip dengan urutan politis Pancasila dasar Negara Indonesia, karena memang
kenyataan tersebut merupakan bukti empiric adanya nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara
yang hidup dalam masyarakat Indonesia.
Dengan demikian dasar-dasar kenegaraan masyarakat Indonesia benar-benar merupakan
konsepsi ideal kemanusiaan untuk membangun suatu masyarakat bangsa, merupakan konsepsi
kemanusiaan yang paling layak untuk direalisasikan.
Konsep Teknologi

Nama : Jhoanta Rinaldy S


Nim : 152111011
Jurusan : Teknik Mesin

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI


PEKANBARU
2017

Anda mungkin juga menyukai