Askep CHF
Askep CHF
A. Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari
defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh,
kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah
gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya
mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau
bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi
menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan
dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan
perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus
vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif
perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti
kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau
sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
B. Etiologi dan Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung
mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi :
regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan
dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana
sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan
emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan
dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya,
tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
C. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis
tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel
kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi
oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian.
Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September 1996, Hal. 443 - 450
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
KORONER
I. Definisi
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi.Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
II. Etiologi :
2) Aterosklerosis Koroner.
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah keotot jantung. Terjadi
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrophi serabut otot
jantung
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran darah
6) Faktor Sisitemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal ginjal.
Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
IV. Patofisiologi
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya untuk memenuhi
suplai darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
2. Kontraktilitas
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan tekanan yang
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu / lebih dari keadaan diatas terganggu, menyebabkan
curah jantung menurun, meliputi keadaan yang menyebabkan prelood meningkat contoh
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada Infark miokardium dan kelainan otot jantung.
kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan
Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-
aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan
terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial. Proses ini
timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat
dan juga redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat
Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk kejantung), menyebabkan
penimbunan cairan diparu-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan Co2 antara udara dan
darah diparu-paru . sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningakatan CO2, yang
akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak napas
(dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ektrimitas
Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan hepatomegali dan nyeri tekan pada
kuadran kanan.Suplai darah yang kurang didaerah otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi
pucat dan dingin serta timbul gejala letih, lemah, lesu (Brunner & Suddarth, 2002 ).
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan
terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada
kegagalan jantung.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung
- Dispnea
- Sianosis
- Mudah lelah
- Peningkatan berat-badan
- Hepatomegali
VI. KOMPLIKASI
a. Syok Kardigenik
AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
Menurut New York Heart Assosiation ( NYHA ) membuat klasifikasi fungsional CHF dalam 4
kelas yaitu :
tanpa keluhan.
Penatalaksanaan
menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan rokok, aktifitas fisik, manajemen stress.
curah jantung.
curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaringan.
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya penurunan curah
jantung.
Kriteria Hasil:
- Akral Hangat
Intervensi
Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya dysritmia,
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya
Intervensi:
1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasodilator, diuretic
.Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi),
berkeringat, pucat
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, traquilizer, sedative),
nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas
dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja jantung atau konsumsi
oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.
Intervensi
1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan
perfusi ginjal
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebih
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan contoh krekels,
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi.
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-alveolus, contoh
Intervensi:
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan meningkatkan inspaksi paru
maksimal
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki atau menurunkan
hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan bronkodilator.
oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan perfusijaringan.
Intervensi:
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area sirkulasinya
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi fisik dan gangguan status
nutrisi.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif.
darah.
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen., meningkatkan resiko
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol 2.
Jakarta:EGC.
Anonim. (2008). Askep Pada Klien Dengan CHF. Diperoleh tanggal 20 Desember
BAB I
A. Latar Belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada
gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain
itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di
rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal
(R. Miftah Suryadipraja).
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar
3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia
50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun
(Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan
Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
h. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
CHF
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess,1998).
Klasifikasi
a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan
pada katub aorta/mitral
B. Etiologi
2. Aterosklerosis koroner
C. Patofisiologi
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual
dan nokturia.
1. CHF Kronik
2. CHF Akut
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
G. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
a. CHF Kronik
b. CHF Akut
2. Farmakologis
3. Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak
mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan
bantuan terapis.
H. Pengkajian primer
2. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
adanya trauma pada dada.
3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi.
I. Pengkajian sekunder
4. Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
K. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil:
- akral hangat
Intervensi:
4. Diagnosa: Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
Kriteria hasil:
Intervensi:
- ubah posisi
BAB IV
PENUTUP
Komplikasi yang disebabkan oleh CHF diantaranya adalah trombosis vena dalam,
toksisitas digitalis dan syok kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien CHF adalah Rontgen dada, ECG, EKG, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter meliputi: manajemen
farmakologis, non farmakologis dan pendidikan kesehatan.
1. LATAR BELAKANG
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal
jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal
jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah
Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan
penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF
juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar
3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50
tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun
(Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan
Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF.
2. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan makalah ini kelompok hanya membatasi masalah mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan teknik studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal
jantung kongestif.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Askep klien gagal jantung 37
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
Makalah ini terdiri dari 3 BAB yang disusun secara sistematika dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi
klinis, dan Penatalaksanaan.
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa keperawatan,
Perencanaan keperawatan, Pelaksanaan keperawatan, dan Evaluasi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Askep klien gagal jantung 38
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
A. PENGERTIAN GAGAL JANTUNG
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,meskipun tekanan pengisian vena
normal.namun definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu
penyakit yang terbatas pada satu organ,melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan
jantung yang ditandai dengan respons hemodinamik,renal,neural dan hormonal.
( Ariff mutaqqin,2009)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada jika ada disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal . ( Arif masnjoer,2000 )
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. ( Brunner&sudartt,2002 )
B. ANATOMI FISIOLOGI
B. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal (Ethel,
2003: 228-229).
3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan yaitu :
A. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan
ikat.
B. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri
besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah yang
memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
2. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah
kembali ke jantung.
A. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari
seluruh jaringan kecuali paru-paru.
(1) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen
dari tubuh kembali ke jantung.
(2) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
B. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan,
tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
3. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri
yang membawa darah meninggalkan jantung.
(1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati
jarak yang pendek ke paru-paru.
(2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya
3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui
(3) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang
menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler
(Ethel, 2003: 229). Katup Jantung
1. Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2. Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
3. Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung
sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230).
1. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar
aorta
A. Cabang utama dari arteri koroner kiri :
(2) Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri.
(1) Arteri interventrikular posterior (desenden), yang mensuplai darah untuk kedua
dinding ventrikel.
(2) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan
ventrikel kanan.
2. Vena jantung mengalirkan darah dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian
bermuara diatrium kanan
3. Darah mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot-otot jantung berelaksasi
karena arteri koroner juga tertekan pada saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003:
231).
B. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang
terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava
superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu
jantung.
Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)
jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan
perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang
mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui
ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung ;
A. selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama
rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
(1) Atrium secara pasif terus menerus menerima darah dari vena (vena cava
superior dan inferior, vena pulmonar).
(2) Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
(4) Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-
pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel.
B. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan
Askep klien gagal jantung 44
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke
dalam ventrikel.
(1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir
darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
(2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume
sistole akhir (50 ml)
Diastole ventrikular
(1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga
katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
(2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta.
(3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik
karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel
menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan
atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-
235).
Bunyi jantung
A. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar
melalui stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V menutup dan dup mengacu
B. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat
darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi
jantung diperkuat melalui mikrofon.
C. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan
dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti
penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang
tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
Frekuensi jantung
A. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan
rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung
berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
B. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per
menit.
C. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit
(Ethel, 2003: 235).
C. ETIOLOGI
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
4. Peradangan dan Penyakit miokardium degeneratif
Hal ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung dan menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah melalui jantung ( misalnya : stenosis katup semiluner ),ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah ( misalnya : tamponade perikardium, perikarditas, konstriktif, atau stenosis katup
siensi katup AV )
D. PATOFISIOLOGI
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh,maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa
akibatnya terjadilah gagal jantung.juga pada tingkat awal,disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan.jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan
respons fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting.semua respons ini
menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respons terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme respons primer yaitu :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon.
3. Hipertrovi ventrikel
F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan
fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium
akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
2. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh. Factor
apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative menjadi batas
positif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
1. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan tekanan kapiler
paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis dan manjemen gagal
jantung.sifatnya tidak invasive,dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung serta
informasi yang berkaitan dengan penyebabnya.kombinasi mode m.ekokardiografi 2-D dan
Doppler dapat membuat pemeriksaan invasive lain tidak diperlukan.Pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.Dimensi ventrikel kiri pada
akhir distolik dan sistolik dapat direkam dengan ekokardiografi mode m.standar.
2. Rontgen dada
Foto sinar X-dada posterior-anterior dapat menunjukan adanya hipertensi vena,edema paru atau
kardiomegali.Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena paru adalah diversi aliran darah ke
daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah
3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab,EKG tidak dapat menunjukan
gambaran yang spesifik.EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis yang
salah.pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG
seperi dibawah ini :
1. Left bundle branch block,kelainan ST/T menunjukan disfungsi ventrikel kiri kronis.
2. Gelombang Q menunjukan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST,menunjukan
penyakit jantung iskemik.
Penatalaksanaan medis
1. Pemeriksaan oksigen
Pemberian oksigen terutama pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru.pemenuhan
oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
2. Terapi Nitrat dan Vasodilator
Penggunaan nitrat baik secara akut maupun kronis,telah didukung dalam penatalaksanaan gagal
jantung.dengan menyebabkan vasodilatasi perifer,jantung di unloaded(penurunan afterload),pada
peningkatan curah jantung lanjut,penurunan pulmonary artery wedge pressure ( pengukuran
derajat kongestif dan beratnya gagal ventrikel kiri ) serta penurunan pada konsumsi oksigen
mokard.bentuk terapi ini telah diketahui bermanfaat pada gagal ginjal ringan sampai sedang serta
gagal edema pulmonal akut berhubungan dengan infark miokard,gagal ventrikel kiri yang sulit
sembuh kronis,dan kegagalan yang berhubunhan dengan regurgitasi mitral berat.
3. Dieuretik
Selain tirah baring,pembatasan garam dan air serta dieuretik,baik oral maupun parenteral akan
menurunkan preload dan kerja jantung.dieuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.hal ini menyebabkan penurunan volume cairan
dan merendahkan tekanan darah.
Penatalaksanaan diet
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Anamnesis
Pada anamnesis bagian yang dikaji adalah keluhan utama,riwayat penyakit sekarang dan riwayat
penyakit dahulu.
Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alas an klien utuk meminta pertolongan kesehatan adalah :
Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak napas merupakan manifestasi kongesti pulmonalis sekunder dari
kegagalan ventrikel kri dalam melakukan kontraktilitas sehingga akan mengurangi curah jantung.
Kelemahan Fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan kelelahan dalam
melakukan aktifitas.
Edema Sistemik
Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kronis terhadap
tekanan vena paru.hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel
kanan.mekanisme kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri juga akan terjadi pada jantung
kanan,dimana akhirnya akan terjagi kongestif sistemik dan edema sistemik.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan tentang
kronologis keluhan utama.pengkajian yang di dapat dengan adanya gejala-gejala kongesti
vascular pulmonal adanya dispnea,ortopnea,dispnea nocturnal paroksimal,batuk dan edema
Askep klien gagal jantung 53
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
pulmonal akut.pada pengkajian dispnea(dikarakterisikan oleh pernapasan cepat,dangkal dan
sensasi sulit dalam mendapatkan udara yang cukup dan menekan klien)apakah menggangu
aktifitas lainnya seperti keluhan tentang insomnia,gelisah,atau kelemahan yang disebabkan oleh
dispnea.
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal maka penyebab kematian juga ditanyakan.penyakit jantung iskemik
pada orangtua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor resiko utama untuk penyakit
jantung iskemik pada keturunannya.
Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,stress akibat kesakitan
bernapas,dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.penurunan lebih lanjut
dari curah jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau
compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf
pusat.
2. B1 ( Breathing )
Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung.lihat adanya dampak penurunan curah jantung .
selain gejala-gejala yang diakibatkan kongesti vascular pulmonal,kegagalan ventrikel kiri juga
dihubungkan dengan gejala tidaj spesifik yang berhubungan dengan penurunancurah jantung.
Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respons awal jantung terhadap
stress,sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan
kegagalan pompa jantung.irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi :
kontraksi atrium premature,takikardia atrium paroksimal,dan denyut ventrikel premature.
Perubahan nadi selama gagal jantung menunjukan denyut yang cepat dan lemah,denyut nadi
yang cepat atau takikardia mencerminkan respons terhadap perangsangan sraf
simpatis.penurunan yang bermakna dari curah sekuncup dan adanya vasokonstriksi perifer
mengurangi tekanan nadi sehingga menghasilkan denyut yang lemah.
Auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah
dibagian yang meliputi :
Bunyi jantung ketiga dan keempat ( S3,S4 ) serta crakles pada paru-paru.S4 atau gallop atrium
mengikuti kontraksi atrium dan terengar paling baik dengan bel steteskop yang ditempelkan
dengan tepat pada apeks jantung.
S1 tidak selalu tanda pasti kegagalan kongestif tetapi dapat menurunkan komplens ( peningkatan
kekuan) miokard.
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung ( kardiomegali )
4. B3 ( Brain )
Kesadaran biasanya composmentis didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan
berat.pengkajian objektif klien : wajah klien meringis,menangis,merintih.
5. B4 ( Bladder )
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,karena itu perawat perlu
memantau adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.adanya edema
ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang parah.
6. B5 ( Bowel )
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah,penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena
dan stasis vena di dalam rongga abdomen,serta penurunan berat badan.
7. B6 ( Bone )
Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6 adalah sebagai berikut ;
Kulit dingin
Kulit yang dingin dan pucat diakibatkan oleh vasokontriksi perifer,penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dan meningkatkan kadar hemoglobin tereduksi mengakibatkan
sianosis.Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas,oleh karena
itu demam ringan dan keringat yang berlebihan dapat ditemukan.
Mudah lelah
Mudah lelah akibat curah jantung yang kurang sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1
Ditandai dengan ;
1. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
2. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
3. Bunyi ekstra (S3 & S4)
4. Penurunan keluaran urine
5. Nadi perifer tidak teraba
6. Kulit dingin kusam
7. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut
serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
1. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
R/ : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
2. Catat bunyi jantung
R/ : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi/stenosis katup.
Askep klien gagal jantung 57
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
3. Palpasi nadi perifer
R/ : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis
dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
4. Pantau TD
R/ : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
5. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
R/ : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung;
vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
R/ : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
dan menurunkan kongesti.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 2
Ditandai dengan :
Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan :
Klien akan Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
R/ : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan
cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea
berkeringat dan pucat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 3
Ditandai dengan :
Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres
pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan :
R/ : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisiterlentang
membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
2. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
R/ : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
4. Pantau TD dan CVP (bila ada)
R/ : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
5. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
R/ : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
6. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
7. Konsul dengan ahli diet.
R/ : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam
pembatasan natrium.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 4
Intervensi :
1. Pantau bunyi nafas, catat krekles
DIAGNOSA KEPERAWATAN 5
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan :
Klien akan Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah
kerusakan kulit.
Intervensi
R/ : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
R/ : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
DIAGNOSA KEPERAWATAN 6
Ditandai dengan :
Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan :
Klien akan :
1. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi.
2. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
3. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Askep klien gagal jantung 62
Created by@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes
Intervensi
1. Diskusikan fungsi jantung normal
R/ : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
2. Kuatkan rasional pengobatan.
R/ : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas
gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
R/ : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi
menghentikan tidur.
4. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi