Anda di halaman 1dari 26

KAJIAN IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DIBEBERAPA

NEGARA (FINLANDIA, AUSTRALIA, CINA, SINGAPURA, AFRIKA, DAN


AMERIKA)

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kajian dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar

Yang Dibimbing oleh Bapak Dr. Suharjo, M.S.,M.A

Disusun oleh Kelompok 7 :

1. Galih Yoga Pradana 172103856085


2. Halimah 172103856022

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR

OKTOBER 2017
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kajian Implementasi Kurikulum
Pendidikan Dasar Dibeberapa Negara (Finlandia, Australia, Cina,
Singapura, Afrika, Dan Amerika) ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini. Kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh


pembaca.

Walaikumsalam Wr. Wb.

Hormat kami,
Tim Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 FINLANDIA ............................................................................................... 3
2.1.1 Pendidikan Finlandia ............................................................................ 3
2.1.2 Sistem Pendidikan Finlandia ................................................................ 3
2.2 Australia ...................................................................................................... 5
2.2.1 Sistem Pendidikan Australia ................................................................. 5
2.3 Cina ............................................................................................................. 6
2.3.1 Sistem Pendidikan Cina ........................................................................ 6
2.3.2 Komisi Pendidikan Negara ................................................................... 8
2.4 Singapura ................................................................................................... 10
2.4.1 Sistem Pendidikan Singapura ............................................................. 10
2.4.2 Pendidikan SD .................................................................................... 12
2.5 Republik Afrika Selatan ............................................................................ 13
2.5.1 Sistem Pendidikan Afrika Selatan ...................................................... 13
2.5.2 Departemen Pendidikan ...................................................................... 14
2.6 Amerika Serikat ......................................................................................... 17
2.6.1 Tingkat Pendidikan ............................................................................. 17
2.6.2 Kurikulum ........................................................................................... 18
2.6.3 Evaluasi Belajar .................................................................................. 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 211
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 211
3.2 Saran .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan.


Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek
pendidikan, selain itu juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat
sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. Kurikulum juga mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan kepada tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Sehingga kurikulum menjadi elemen pokok dalam sebuah layanan program
pendidikan. Kurikulum juga memiliki peranan penting dalam pendidikan,
kaitannya yaitu dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada
akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Dengan kata lain kurikulum menjadi syarat mutlak dari pendidikan dan kurikulum
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Sehingga
sangatlah sulit dibayangkan bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan
tanpa adanya kurikulum.

Tidak hanya di Indonesia, di bebebrapa negara lain seperti Finlandia,


Australia, Cina, Singapura, Afrika, dan Amerika juga mempunyai kurikulum dan
beracuan pada kurikulum tersebut dalam sistem pendidikannya. Dimana dengan
karakter kurikulum masing-masing ditiap negara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Finlandia?
1.2.2 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Australia?
1.2.3 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Cina?
1.2.4 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Singapura?
1.2.5 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Afrika?
1.2.6 Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dasar di Amerika?

1
2

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di
Finlandia?
1.3.2 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di
Australia?
1.3.3 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di Cina?
1.3.4 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di
Singapura?
1.3.5 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di
Afrika?
1.3.6 Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan dasar di
Amerika?
1.4 Manfaat
1.4.1 memudahkan mahasiswa dalam memahami implementasi kurikulum
pendidikan dasar di berbagai negara.
1.4.2 Memberikan pandangan kepada mahasiswa tentang implementasi
kurikulum pendidikan dasar di berbagai negara.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FINLANDIA
Tujuan kebijakan pendidikan Finlandia yaitu kebijakan yang berhubungan
yang diarahkan pada kesetaraan pendidikan dan sebuah tingkat pendidikan tinggi
di kalangan penduduk secara keseluruhan. Prinsip belajar seumur hidup
mensyaratkan bahwa setiap orang memiliki cukup kemampuan belajar dan
kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka di
lingkungan belajar yang berbeda sepanjang masa hidup mereka.

Tujuan pendidikan dasar adalah untuk mendukung perkembangan murid


terhadap kemanusiaan dan keanggotaan masyarakat yang bertanggung jawab etis,
dan untuk memberi mereka pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan. Tujuan tersebut harus mempromosikan kesetaraan dalam masyarakat
dan kemampuan murid untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan untuk
mengembangkan dirinya selama hidup mereka.

2.1.1 Pendidikan Finlandia


Finlandia dapat didefinisikan sebagai masyarakat belajar. Torsten Husen
memiliki empat kriteria untuk mendefinisikan masyarakat semacam itu: (1) orang
diberi kesempatan untuk belajar seumur hidup, (2) pendidikan formal tersedia
untuk semua umur di masyarakat, (3) Pembelajaran informal sangat berharga dan
penelitian independen didesak, dan (4) institusi lain diundang ke perusahaan
pendidikan.

2.1.2 Sistem Pendidikan Finlandia


Sekolah Komprehensif. Saat ini, sistem pendidikan Finlandia dibagi
menjadi pendidikan prasata, sekolah komprehensif sembilan tahun, pendidikan
umum, kejuruan pendidikan pasca-komprehensif, dan pendidikan tinggi dan
pendidikan orang dewasa. Sekolah komprehensif sembilan tahun, yang
diidentifikasi sebagai Peruskoulu, terdiri dari dua divisi: sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama. Peruskoulu, dikonseptualisasikan pada akhir tahun
1960 sebagai sekolah yang komprehensif, direncanakan akan dilaksanakan pada

3
4

tahun 1972 di bagian utara Finlandia. Seluruh negeri akan memiliki sekolah ini
pada tahun 1978. Konseptualisasi dibalik sekolah baru ini adalah bahwa
organisasi pendidikan ini akan memungkinkan semua siswa untuk belajar. Yang
dibutuhkan adalah metode pedagogi yang tepat untuk diterapkan. Ini adalah
perubahan dari keyakinan bahwa semua anak tidak bisa belajar segala hal, bahwa
anak-anak memiliki kemampuan yang berbeda; siswa memiliki berbagai bakat
dan berbagai tingkat bakat tersebut. Dengan organisasi sekolah baru ini siswa
memasuki sekolah pada usia tujuh tahun, semua pemula dianggap mampu belajar.
Awalnya pada tahun 1972, Kurikulum Nasional untuk sekolah komprehensif
mengarahkan konten apa yang akan dibahas, organisasinya, dan jenis strategi
tujuan untuk populasi siswa yang beragam. Namun, pada tahun 1985, semua
kemampuan pengelompokan dihentikan di sekolah-sekolah di seantero negeri.
Sejak itu, semua siswa diterapkan kurikulum yang sama. Guru dipercaya untuk
menciptakan pendekatan instruksional yang sesuai untuk siswa mereka.

Bentuk-bentuk atau kelas berdasarkan usia, sangat mirip dengan


bagaimana sekolah dasar AS yang terorganisir. Namun, ada perbedaan besar
mengenai penempatan utama guru. Di sebagian besar sekolah, guru ditempatkan
dengan kelompok dengan siswa yang sama selama beberapa tahun dalam proses
yang disebut perulangan. Pada dasarnya, guru menentukan berapa lama mereka
tetap dengan kelompok siswa tertentu. Jika seorang guru begitu ingin, ia dapat
tetap dengan kelompok siswa yang sama. Praktek ini memungkinkan guru untuk
mengetahui siswa mereka pada tingkat yang lebih dalam.

Divisi sekolah menengah pertama dari Peruskoulu melibatkan siswa


selama tiga tahun. Dalam divisi ini, sebanding dengan kelas tujuh sampai
sembilan di sekolah-sekolah AS, para siswa tersebut akan disusun dalam ruang
kelas subjek-daerah. Para pelajar yang ingin menyelesaikan pendidikan wajib
belajar, mereka harus menyelesaikan tahun ajaran ke 10. Menyelesaikan
kurikulum ini diperlukan untuk dapat masuk ke pendidikan pasca-sekolah
menengah atas, dengan siswa umur 16 sampai 19 tahun. Semua siswa yang
mengikuti sekolah komprehensif memiliki tahun akademik dengan 190 hari
sekolah.

4
5

Meskipun pemerintah Finlandia merumuskan tujuan nasional yang luas


dan jatah waktu untuk mengajar berbagai mata pelajaran di tingkat sekolah
tertentu, Dewan Nasional Pendidikan menetapkan tujuan global dan konten
kurikuler inti. Pendidikan profesional lokal dan guru secara individu menciptakan
kurikulum dasar dan khusus untuk siswa masyarakat setempat. Kurikulum dasar
itu membahas bahasa ibu dan sastra (Finlandia atau bahasa nasional lainnya, baik
Swedia atau Lapp [Sami]), bahasa asing (dimulai pada bentuk ketiga), studi
lingkungan, kewarganegaraan, agama atau etika, sejarah, ilmu sosial, matematika,
ekonomi, fisika, kimia, biologi, geografi, pendidikan jasmani, musik, seni visual,
dan kerajinan.

Setelah menyelesaikan kurikulum, siswa menerima sertifikat yang


menunjukkan selesai dari kurikulum sekolah komprehensif. Standar untuk
menyelesaikan sertifikat kualifikasi ditentukan di tingkat sekolah lokal oleh
administrator, guru, dan staf pendukung lainnya. Saat siswa menempuh kurikulum
sekolah komprehensif, mereka tidak pernah dilacak atau ditempatkan dalam
kelompok khusus, juga tidak dikenai berbagai tes pada tingkat tertentu untuk
menentukan apakah mereka maju ke tingkat sekolah berikutnya.

2.2 Australia

2.2.1 Sistem Pendidikan Australia


Pemerintah negara bagian mengarahkan pendidikan dasar, yang berkisar
antara 1 tahun sampai 7 tahun di Australia Selatan, namun di tahun sebelumnya 1
sampai 6 tahun di negara bagian lainnya. Di masa lalu, dewan utama negara
bagian memainkan peran utama dalam menentukan kurikulum, materi pendidikan,
dan pendekatan instruksional. Saat ini, Dewan hanya memberikan panduan
pendidikan umum, sehingga rincian pengembangan kurikulum dan pemilihan
material diserahkan ke distrik sekolah dan sekolah masing-masing. Guru
menciptakan kurikulum yang dirancang untuk populasi murid tertentu. Guru dan
staf pendukung juga membuat penilaian siswa.

Kurikulum sekolah dasar dalam banyak hal mirip dengan yang ditawarkan
di Amerika Serikat: membaca, belajar bahasa (bahasa Inggris), menulis,

5
6

matematika, ilmu-ilmu umum, ilmu sosial, sejarah Australia, geografi, dan


kewarganegaraan. Siswa juga dapat mempelajari pengembangan pribadi /
kesehatan, perdagangan, teknologi komputer, dan seni visual. Bahasa asing,
terutama bahasa-bahasa Asia, yang juga ditawarkan: Indonesia, Jepang, dan Cina.
Pengenalan bahasa lainnya yaitu bahasa Italia, Spanyol, Perancis, dan Jerman. Di
sekolah Aborigin, terutama di negara bagian Australia Barat dan Utara
Queensland, bahasa pribumi yang ditawarkan. Bahasa ini ditawarkan di Northern
Territory juga.

Sistem pendidikan Australia, meski agak mirip dengan di Amerika Serikat,


memang memiliki beberapa perbedaan besar. Salah satu perbedaannya adalah
sistem sekolah swasta paralel yang kuat didukung oleh pemerintah yang bersaing
dengan sekolah negeri. Dukungan pemerintah yang kuat terhadap sistem swasta
tampaknya telah menciptakan jarak yang terus berlanjut antara kelas sosial. Satu
pelajaran yang patut dicatat, bahwa di Australia, inovasi pendidikan didorong
dengan mendorong kerja sama dan kolaborasi di antara berbagai sekolah dan
pendidik. Program Mutu guru tidak menempatkan sekolah dan kabupaten dalam
persaingan untuk mendapatkan dana.

2.3 Cina

2.3.1 Sistem Pendidikan Cina


Sepanjang sejarah Cina yang panjang, pendidikan telah menjadi pusat
pemikiran masyarakat, terutama di antara jajaran istimewa dan mereka yang
berada dalam posisi kepemimpinan. Sebagaimana dicatat sebelumnya, pemikiran
Konfusius memiliki pengaruh kuat terhadap tindakan para pemimpin. Dan
meskipun pemikiran Konfusius tidak disukai oleh Mao, tampaknya pemikiran
tersebut baru kembali terjadi belakangan ini.

Saat ini, pemerintah Cina mengangkat pendidikan sebagai kunci


pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik dunia. Sampai tahun 1990an, sistem
pendidikan Tionghoa hampir sepenuhnya terpusat di bawah arahan Kementerian
Pendidikan Nasional. Kementerian tersebut didirikan pada tahun 1952 dan
diakhiri pada tahun 1966 dengan restu Mao Zedong. Pada tahun 1975, ia dibangun

6
7

kembali. Kemudian dihapuskan lagi pada tahun 1985 dan muncul kembali sebagai
Komisi Pendidikan Negara Bagian. Komisi ini, yang berada di bawah kendali
langsung pemerintah pusat, Dewan Negara bertanggung jawab atas semua
kebijakan pendidikan, pengelolaan inovasi pendidikan, dan penetapan tujuan dan
sasaran pendidikan, serta standar pendidikan dan ukuran penilaian.

Sebuah tujuan pendidikan sentral dari Dewan Negara di bawah arahan


Partai Komunis Cina telah ada sejak tahun 1999 untuk membuat dan memberikan
kualitas. Dewan Negara telah mengarahkan reformasi kurikulum yang disebut
suzhi Jiaoyu (Mutu Pendidikan). Pendidikan merupakan dasar pembentukan
kekuatan nasional yang komprehensif, yang diukur dengan mutu pekerja dan
pengembangan sumber daya manusia yang berbakat. Ini menempatkan
permintaan lebih mendesak pada pendidikan dan pelatihan generasi baru untuk
abad ke-21.

Wu menunjukkan bahwa Suzhi sebagai sebuah konsep pada dasarnya


merupakan titik terang di Cina pada abad ke-21. Namun, perdebatan tentang
kualitas suzhi telah menjadi bagian dari "percakapan" publik tentang kebijakan
yang berkaitan dengan berbagai tingkat pemerintahan dan khususnya pendidikan.
Saat ini, pendidikan dasar universal telah dipuji oleh Dewan Negara sebagai cara
untuk membawa semua sistem pendidikan Cina ke dalam modernitas. Upaya
membawa modernitas ke pendidikan ini terutama difokuskan pada daerah
pedesaan di Cina. Hal tersebut untuk mendorong pendidikan di pedesaan sehingga
dapat membawa sekolah yang melayani etnis minoritas sampai tingkat kinerja
yang sama seperti sekolah di daerah perkotaan. Intinya, tujuan dari dorongan
tersebut yaitu untuk memberikan peluang orang-orang minoritas pedesaan
menjadi warga negara yang dapat berkontribusi pada masa depan bangsa. Wu
mengarahkan studinya untuk tidak hanya menganalisis keberhasilan usaha ini,
namun untuk menyelidiki dasar pendekatan khusus terhadap konsep warga
ideal. Selanjutnya, dia mengarahkan studinya untuk menilai prosedur kurikuler
di tingkat nasional untuk mendorong dan membentuk pelajar, warga negara, dan
pekerja Cina menjadi peserta nasional dan dunia abad ke-21 yang efektif.

7
8

2.3.2 Komisi Pendidikan Negara


Pendidikan utama Sekolah dasar Cina melibatkan program enam tahun. Di
perkotaan, kebanyakan anak-anak masuk sekolah dasar setelah mengalami satu
tahun di taman kanak-kanak. Anak-anak di daerah pedesaan biasanya tidak
memiliki pengalaman di taman kanak-kanak, atau jika memang mengalami,
pengalamannya tidak berkualitas.

Pada tahun 1999, sekolah-sekolah dasar berada di bawah kendali ketat


Negara oleh Komisi Pendidikan. Kurikulum dibakukan, dan pendekatan
instruksional umum dilakukan di seluruh negara. Namun, pemerintah pusat
mendorong untuk lebih banyak kontrol lokal dalam menciptakan kurikulum,
mengembangkan pendekatan pedagogis, membangun materi pendidikan, dan
bahkan memilih berbagai buku teks. Semua ini dengan tujuan untuk menciptakan
pendidikan berkualitas.

Bahkan dengan dorongan pengembangan kurikulum lokal oleh para guru


dan anggota masyarakat setempat, mata pelajaran utama sekolah dasar setidaknya
dianggap secara global serupa dengan kurikulum sekolah dasar "prainovasi".
Materi pelajaran paling dasar yaitu membaca, menulis, dan berbicara. Bidang
studi lainnya adalah aritmatika, ilmu alam, politik, geografi, sejarah, musik, seni,
dan pendidikan jasmani. Sejak pertengahan 1990an, bahasa asing telah
ditawarkan, dengan bahasa Inggris sebagai tawaran utama. Bahasa Inggris
sekarang wajib, biasanya dimulai di kelas tiga. Beberapa sekolah dasar
menawarkan Bahasa Inggris di kelas 1.

Mungkin perubahan terbesar di sekolah dasar telah di instruksikan.


Sebelumnya, ada tekanan besar pada belajar hafalan. Guru mengharapkan
keseragaman pemahaman. Murid harus duduk diam mendengarkan gurunya dan
mengulangi informasi yang dipresentasikan. Saat ini, sekolah dasar menunjukkan
gambaran yang sangat berubah. Peningkatan terlihat pada siswa yang terlibat
dalam diskusi kelas, berbagai jenis pekerjaan kelompok, dan bahkan permainan
peran. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif, menyelidiki masalah
dalam situasi dunia nyata dalam matematika, ilmu lingkungan, atau studi sosial.
Siswa didorong untuk terlibat dalam kelompok tantangan, di mana peneliti harus

8
9

mempertahankan dan menentukan metodologi penyelidikan mereka. Siswa juga di


bawah bimbingan guru, belajar menulis laporan investigasi. Dalam sains dan
matematika, murid memperoleh formula yang menjelaskan dan mendukung
pekerjaan individual atau kolaboratif mereka.

Selain instruksi inovatif, banyak anak sekolah dasar juga memiliki akses
terhadap teknologi instruksional terbaru. Komputer tersedia untuk digunakan
siswa. Program komputer instruksional melibatkan siswa dalam studi mereka.

Deskripsi sebelumnya tentang sekolah dasar modern dan ruang kelasnya


belum menjadi norma di Cina. Sekolah ideal semacam itu ada terutama di kota-
kota, dan seringkali para siswa di sekolah-sekolah ini berasal dari elite kaya dan
elite istimewa lainnya. Ada lebih dari 200 juta siswa di sekolah dasar dan
menengah. Sekitar 80 persen siswa ini tinggal di daerah pedesaan, di mana
sekolah dan layanan pendidikan langka dan jika tersedia, tidak berkualitas tinggi.

Tantangan utama Komisi Pendidikan Negara Bagian adalah membawa


gagasan dan edukasi pendidikan baru dalam pengajaran kepada semua siswa di
seluruh negeri. Intinya, tujuannya adalah untuk memiliki pendidikan wajib
sembilan tahun yang dipatuhi dan disampaikan dengan sempurna. Tujuannya
belum banyak dicapai sebagian karena masyarakat pedesaan tidak mampu
membayar gaji guru berkualifikasi tinggi. Bahkan jika uang di masyarakat
pedesaan cukup memadai, banyak guru yang terlatih tidak ingin mengajar di
masyarakat pedesaan, dan lebih memilih untuk menjalani kehidupan di kota.

Kesulitan lain bagi masyarakat pedesaan adalah bahwa dengan sekitar 600
juta orang, rata-rata memiliki upah sebesar $ 2 per hari. Keluarga yang masih
hidup dengan upah kecil seperti itu tidak mampu membayar gaji guru yang tinggi;
Orang tua juga tidak mampu membeli bahan pendidikan berkualitas tinggi.
Seringkali, kekurangan listrik menciptakan hambatan bagi penggunaan teknologi
pendidikan.

Meskipun kurikulum sekolah pedesaan agak mirip dengan sekolah kota,


kurikulumnya diajarkan sebagian besar oleh para guru yang telah menyelesaikan
hanya dua tahun program persiapan guru. Di beberapa masyarakat pedesaan, guru

9
10

sekolah dasar hanya menyelesaikan sekolah dasar sendiri. Guru-guru yang telah
memperoleh gelar sarjana biasanya dicapai melalui program pendidikan jarak
jauh.

2.4 Singapura

2.4.1 Sistem Pendidikan Singapura


Pendidikan telah memainkan peran penting tidak hanya dalam
menciptakan angkatan kerja terampil yang memastikan kemajuan ekonomi yang
luar biasa, namun juga telah berkontribusi pada mobilitas sosial dan kesuksesan
masyarakat. Pada tahun 1965, ketika Singapura mendapatkan kemerdekaannya,
pemerintah membuat keputusan penting yang mempengaruhi lanskap pendidikan
saat ini. Tujuan pemerintahan baru ditata dalam janji kesetiaan bangsa, yang
menjanjikan persatuan untuk membangun demokrasi dan kesetaraan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik. Ini diakui perlunya
harmoni antara orang-orang yang beragam dan juga nilai sistem kemajuan sosial
yang adil dan transparan. Pendekatan ini telah menanamkan kebijakan pendidikan
yang telah diikuti sampai hari ini, tercermin dalam tiga pilar sistem pendidikan
Singapura, yaitu sentralisasi, meritokrasi, dan bilingualisme.

a. Sentralisasi. Sejak merdeka, sistem pendidikan Singapura telah digambarkan


sebagai terpusat, terstandarisasi, dan birokratis. Pendekatan berbasis-driven
yang efisien dalam perencanaan, penyebaran, dan penegakan perubahan
pendidikan melayani negara dengan baik di tahun-tahun awal
pemerintahannya, namun telah dikritik karena tidak sesuai dengan era modern
dan global. Agar sistem memenuhi tuntutan globalisasi sosial yang berubah
dengan cepat, kondisi ekonomi perlu merangkul fleksibilitas dan inovasi.
Kementerian Pendidikan telah mengambil langkah-langkah ke arah ini
dengan menyerahkan kekuasaan pembuatan keputusan ke sekolah-sekolah
serta mengembangkan kerangka kerja baru untuk kurikulum dan pedagogi
yang akan menanamkan inovasi pada siswa. Inisiatif kurikuler untuk
mengembangkan pemikiran kritis siswa, kreativitas, inovasi, pembelajaran
seumur hidup, serta sikap dan nilai positif sedang dilakukan dengan maksud
menyeimbangkan otonomi praktisi dan kontrol oleh Kementerian Pendidikan,

10
11

sebagai entitas yang bertanggung jawab atas arahan strategis yang luas.
Sekolah juga menjadi lebih proaktif dan terlibat dalam menetapkan tujuan
mereka sendiri dan mengembangkan rencana mereka sendiri. Gerakan
pemusatan desentralisasi ini mendorong pusat pengelolaan dari arah menteri
ke pemimpin sekolah dan guru kelas. Dimana silabus untuk semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah pemerintah diperhatikan. Kementerian
Pendidikan memegang kendali terpusat dengan menerbitkan konten seragam,
seperti mengembangkan dan melakukan ujian nasional di Singapura (SEAB)
serta silabus ujian untuk setiap mata pelajaran.
b. Meritokrasi. Kementerian Pendidikan mempromosikan meritokrasi sebagai
cara untuk mengenali kemampuan dan usaha setiap siswa, terlepas dari latar
belakang mereka. Pencapaian pendidikan dievaluasi berdasarkan ujian
nasional dengan taruhan tinggi, dan diyakini bahwa metode ini adil. Ujian
nasional diyakini sebagai bentuk mempromosikan disiplin, ketahanan, dan
ketekunan. Dan bahwa hal itu mendesak orang-orang Singapura untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif di seluruh dunia. Meskipun ada
perdebatan mengenai penekanan berlebihan pada pendidikan kredensial.
Siswa menghadapi setidaknya dua ujian nasional, satu di akhir enam tahun
sekolah dasar mereka dan satu lagi di akhir sekolah menengah mereka.
Promosi ke institusi kejuruan atau tersier bergantung pada bagaimana siswa
mendapatkan pelajaran dalam ujian terakhir. Berfokus pada penguasaan
pengujian atas konten dan keterampilan, penilaian ini mempromosikan hasil
akademis yang bertindak sebagai dasar untuk pekerjaan atau untuk studi lebih
lanjut.
Meningkatnya ketergantungan pada pengujian oleh guru telah mengakibatkan
siswa menyamakan pembelajaran dengan lulus ujian. Namun dengan adanya
ujian tersebut telah menimbulkan kesadaran, yaitu adanya perubahan
sebagaimana yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bahwa beberapa
prioritas dan bobot perlu digeser dari subjek yang dapat diperiksa seperti
matematika, sains, dan bahasa ke bentuk pembelajaran lainnya seperti topik
humaniora dan talenta lainnya, seperti musik, seni, dan olahraga.

11
12

c. Bilingualisme: Kebijakan bilingual Singapura diadopsi pada tahun 1979


dengan maksud untuk mencapai kohesi sosial, kesetaraan, dan sekularisme
dalam masyarakat multiras dan multikultural. Undang-undang Kemerdekaan
Republik Singapura tahun 1965 menyatakan bahwa Bahasa Nasional
Singapura adalah bahasa Melayu. Namun bahasa Inggris akan menjadi bahasa
kerja sekaligus media pendidikan. Ini akan memiliki manfaat praktis langsung
untuk menarik investasi asing. Semua siswa juga diminta untuk belajar bahasa
kedua, yang akan menjadi bahasa ibu atau bahasa pribumi mereka.

2.4.2 Pendidikan SD
Anak-anak termasuk warga negara dan penduduk tetap memulai
pendidikan dasar wajib sekolah enam tahun pada usia tujuh tahun. Wajib Belajar
(CE) dilembagakan pada tahun 2003 untuk memberi anak-anak (a) dasar
pengetahuan yang sama untuk pendidikan lanjutan dan pelatihan untuk
mempersiapkan mereka untuk ekonomi berbasis pengetahuan dan (b) pengalaman
pendidikan yang akan membantu membangun identitas nasional dan kohesi.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada tahun 2004 mengumumkan bahwa
pendidikan dasar harus bertujuan untuk mengajarkan siswa Singapura lebih
sedikit sehingga mereka belajar lebih banyak untuk menciptakan pelajar mandiri
yang inovatif dan giat, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perubahan dan
ambiguitas. Kementerian Pendidikan kemudian merekomendasikan pendekatan
baru pembelajaran aktif yang berfokus pada aspek non-akademik dalam
kurikulum. Menurut pendekatan baru ini, siswa sekolah dasar akan terpapar pada
rangkaian olahraga dan permainan yang lebih luas serta visual dan seni
pertunjukan untuk mengembangkan kepemimpinan, karakter, kepercayaan diri,
dan solidaritas. Pergeseran dari sistem pendidikan berbasis ujian dipromosikan
oleh Komite Tinjauan dan Pelaksanaan Pendidikan Dasar, yang mengakui
kebutuhan akan sistem penilaian berbasis sekolah yang lebih seimbang dan
berusaha untuk menyebarkan pembelajaran yang lebih bermakna yang difokuskan
pada pengembangan keterampilan dan umpan balik yang membangun untuk
mendukung aspek akademik dan non-akademik dari pengembangan siswa.

12
13

Di sekolah dasar, anak belajar bahasa Inggris, matematika, dan bahasa ibu
hingga tahun ketiga. Ditahun keempat, sains diperkenalkan. Dalam kurikulum,
siswa dikenalkan kewarganegaraan dan pendidikan moral sejak awal tingkat dasar
yang lebih rendah di tahun pertama. Pendidikan sekolah dasar berpuncak pada
Ujian Akhir Sekolah Dasar, yang merupakan ujian nasional. Berdasarkan hasil
tersebut, siswa diperbolehkan memilih sekolah menengah mereka.

2.5 Republik Afrika Selatan

2.5.1 Sistem Pendidikan Afrika Selatan


Hari ini, Republik Afrika Selatan adalah sebuah negara demokrasi
parlementer. Mencapai dan mempertahankan bentuk pemerintahan perwakilan ini
sangat menantang. Banyak provokasi terhadap demokrasi dari tindakan masa lalu
menghasilkan berbagai kebijakan di kawasan ini seperti Undang-Undang Bantu,
yang disahkan pada tahun 1953, dan kebijakan apartheid, yang disahkan pada
tahun 1948. Sengketa bertambah, terutama untuk sistem pendidikan negara, yaitu
persoalan keragaman masyarakatnya. Pada tahun 2015, lebih dari 72 persen
populasi Afrika Selatan adalah kulit hitam, hampir 9 persen berkulit putih (ras
campuran), hampir 9 persen adalah orang Indian Asia, sekitar 9 persen adalah
orang kulit putih, dan 2,5 persen adalah orang Asia.

Namun, keragaman ada di antara berbagai kelompok ini. Di antara orang


kulit hitam, ada sembilan bahasa asli. Di antara orang kulit putih, ada bahasa
Inggris dan Afrikans, yang terakhir merupakan versi bahasa Belanda. Di antara ras
campuran, ada variasi bahasa; Orang India Asia memiliki keragaman bahasa. Dan
di antara orang-orang Asia, ada banyak bahasa. Pemerintah nasional mengakui 11
bahasa nasional resmi. Bahasa utama dari segi jumlah penutur adalah isiZulu
(11,6 juta penutur asli), isiXhosa (8,2 juta penutur asli), penutur bahasa Afrikaan
(6,8 juta penutur asli), dan bahasa Inggris (4,9 juta penutur asli).

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, pemerintah pada dasarnya memiliki


dua bahasa nasional, Afrikans dan Inggris. Di sekolah, siswa telah melakukan
kerusuhan tahun 1976 di Soweto untuk menuntut agar mereka dididik dalam
bahasa Inggris, tidak dalam bahasa ibu etnis mereka atau bahasa Afrikans.

13
14

Permintaan mereka didasarkan pada kenyataan bahwa berpendidikan dan


kompeten dalam bahasa Inggris akan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi
lebih banyak sepenuhnya sebagai warga negara Afrika Selatan. Pemerintah pada
awalnya menolak tuntutan mereka. Hari ini, sekolah mendidik siswa dalam bahasa
Inggris, tetapi juga menjaga bahasa budaya asli mereka.

Ujian lain yang dihadapi Afrika Selatan modern adalah kemungkinan


berbagai partai politik untuk bermain peran yang lebih besar dalam pemerintahan
nasional. Sementara negara ini adalah demokrasi parlementer, semua pemimpin
sejak pemilihan Mandela telah menjadi anggota Kongres Nasional Afrika. Selain
itu, semua presiden Afrika Selatan telah menjadi anggota suku Zulu. Masalah
lainnya yang dihadapi negara ini yaitu mayoritas bisnis dan lahan pertanian
berada di tangan dari kulit putih. Sementara ada kelas menengah yang kuat,
sebagian besar dihuni oleh orang kulit putih, Asia India, dan Asia. Tentu saja,
orang-orang kulit hitam pindah ke kelas menengah ini, tapi terlalu banyak orang
kulit hitam masih tinggal di "shantytowns" dengan akses terbatas pada air ledeng
dan listrik. Terlepas dari kekurangan dan permasalahan ini, Afrika Selatan masih
yang paling berkembang secara teknologi dan bangsa modern di antara semua
negara Afrika, terutama di antara Afrika sub-Sahara.

Sistem pendidikan bangsa terus memainkan peran utama dalam menangani


ketidakadilan masa lalu dan saat ini. Tujuan pendidikan utama yaitu mendorong
kepercayaan yang kuat terhadap demokrasi, mengurangi rasisme dan seksisme,
mengurangi kemiskinan, mengembangkan apresiasi beragam budaya dan bahasa,
dan mendorong kesetiaan kepada negara. Memang semua warga negara dari
Republik menganggap diri mereka sebagai anggota "bangsa pelangi" yang
mencakup warga dari berbagai warna.

2.5.2 Departemen Pendidikan


Tujuan dan sasaran dasar pendidikan Afrika Selatan diartikulasikan oleh
Departemen Pendidikan. Petunjuk untuk menetapkan pedoman di tingkat provinsi
dan lokal juga berasal dari departemen tersebut. Departemen pendidikan provinsi
mengawasi sekolah negeri dan swasta di berbagai tingkatan, yaitu pendidikan

14
15

prakaya, sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Pembuatan


kurikulum dan pengorganisasian khusus dilakukan oleh otoritas sekolah setempat.

Mungkin tantangan terbesar departemen yaitu menyamakan akses


pendidikan dan kesempatan untuk pendidikan berkualitas. Di seluruh negara, ada
perbedaan besar antara pilihan pendidikan bagi mereka yang tinggal di daerah
pedesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan, banyak anak tinggal di kota kumuh.
Beberapa kota kumuh memiliki sekolah. Daerah pedesaan memang memiliki
beberapa sekolah, namun mereka berada jauh di bawah kualitas sekolah kota.

Masalah lainnya di sekolah pedesaan yaitu kenyataan bahwa sedikit guru


yang ingin mengajar di dalamnya. Selain itu, masyarakat miskin pedesaan
memiliki masalah lain selain anak-anak mereka bersekolah. Tugas sehari-hari
yang biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah di pedesaan lebih diutamakan
daripada pendidikan formal. Sekolah di permukiman kumuh kota juga sulit
menarik guru.

Meski mengalami kemajuan yang lambat, Departemen Pendidikan tetap


berkomitmen untuk memperbaiki pendidikan untuk semua siswa. Pergerakan
menuju pendidikan berkualitas memang mendapat dorongan, setidak-tidaknya
pada tingkat konseptual dari sebuah dokumen kebijakan Kurikulum 2005, yang
menggariskan kerangka kerja nasional baru untuk pengembangan dan
implementasi kurikulum. Inovasi dalam kurikulum dan pengajaran, diarahkan
untuk dimulai pada kelas satu dan berlanjut melalui berbagai tingkatan kelas.
Konsep pembelajaran berbasis hasil merupakan bagian integral dari inovasi yang
disarankan. Kurikulum dan strategi instruksional yang baru harus disempurnakan
oleh sistem pendidikan yang terdesentralisasi.

Kurikulum 2005 disebut sebagai istirahat sistem. Tidak lagi pendidikan


untuk mengisi kepala siswa dengan pengetahuan dan keterampilan. Tidak lagi
tujuan pendidikan hanya untuk lulus tes kemudian lulus ke tingkat pendidikan
berikutnya. Pengalaman pendidikan adalah untuk mengembangkan siswa dalam
disposisi pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran ini menuntut interaksi antara
peserta didik dan guru. Guru didesak dan dididik menjadi fasilitator, bukan hanya
sebagai penyampai informasi.

15
16

Pengamat dari luar Afrika Selatan akan menyimpulkan bahwa di abad ini,
pendidikan Afrika Selatan telah meningkat. Salah satu penulis buku ini
mengunjungi bangsa ini lima tahun yang lalu dan sampai pada kesimpulan bahwa
demokrasi bekerja sampai tingkat tertentu. Tentu saja tekanan pada pendidikan
berbasis hasil telah diperlunak. Tekanan pada pembelajaran interaktif dan
menempatkan siswa dalam pengendalian pembelajaran mereka telah dicapai di
beberapa sekolah, kebanyakan sekolah kota. Beberapa menafsirkan pelunakan
pendidikan berbasis hasil sebagai makna bahwa hal itu tidak pernah benar-benar
berjalan secara efektif. Christopher Merrett menegaskan bahwa pendidikan publik
bersama dengan sistem kesehatan bangsa telah memburuk secara serius di abad
ini. Dia menyatakan bahwa banyak guru sering mengosongkan ruang kelas
mereka untuk terlibat dalam pertemuan persatuan yang menangani masalah
profesional mereka daripada kekhawatiran siswa mereka. Kami setuju bahwa
pendidikan Afrika Selatan di tingkat sekolah dasar dan menengah masih memiliki
jalan panjang untuk menempuh perjalanan sebelum mengalahkan warisan
apartheid untuk menjaga orang kulit putih dan orang-orang lain menolak hak
mereka.

Pendidikan utama Sekolah Dasar di Afrika Selatan melibatkan siswa


dalam enam tahun belajar dimulai pada usia 6 tahun. Kurikulum di tiga tahun
pertama menekankan membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu, belajar bahasa
asing diperkenalkan. Sebagian besar instruksi diberikan dalam bahasa Afrikans
atau bahasa Inggris. Bahasa asing biasanya dipilih dari salah satu dari sembilan
bahasa nasional yang tersisa. Namun siswa tidak terbatas pada sembilan bahasa
nasional ini. Dalam tiga tahun sekolah dasar yang tersisa, siswa fokus pada
disiplin dan bidang studi berikut: matematika, ilmu pengetahuan umum, studi
lingkungan, sejarah, geografi, pendidikan kesehatan, dan bahasa, termasuk bahasa
pertama siswa dan bahasa asing yang telah dipilih sebelumnya. Kurikulum juga
menekankan pendidikan jasmani, seni, dan musik, yang sering mencerminkan
kelompok budaya lokal tempat sekolah tersebut berada.

Seperti disebutkan sebelumnya, guru didesak untuk menjadi fasilitator dan


bukan dosen. Di atas kertas, tampak bahwa instruksi menekankan penyelidikan
dan investigasi kelompok. Namun, banyak guru masih menyukai mengajar

16
17

sebagai ceramah. Salah satu isu yang dihadapi guru di sekolah perkotaan dan
pedesaan adalah kelangkaan materi pendidikan berkualitas.

2.6 Amerika Serikat


Pendidikan di Amerika Serikat (AS) pada dasarnya disediakan oleh
pemerintah. Pendanaan datang dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Pemerintah Pusat
(Federal), Pemerintah Negara Bagian (State) dan Pemerintah Lokal
(Local/County/City). Selain itu, terdapat juga pendidikan yang disediakan oleh
swasta, tentunya yang bertujuan for profit. Sehingga, di Amerika dikenal ada
pendidikan yang bertujuan not for profit dan for profit.

Pendidikan merupakan kewajiban bagi anak sampai usia 18 tahun dan


tersedia gratis. Pada pendidikan tinggi, juga disediakan pendidikan yang murah
dengan beragam jurusan. Biasanya diberikan oleh Community Colleges. Sistem
pendidikan di AS terbagi dalam 4 jenjang:

a. Pre-elementary
b. Elementary
c. Secondary
d. Post Secondary

Jenjang pendidikan Pre-elementary sampai dengan Secondary disebut


sebagai K12 atau Kindergarten sampai Grade 12. Kebijakan untuk kurikulum,
guru, pendanaan, tenaga kerja dan kebijakan lainnya dibuat oleh County melalui
School Board yang anggotanya dipilih secara lokal. Standar pendidikan dan ujian
untuk K12 dibuat oleh State. College dan Universitas mempunyai standar sendiri
yang dibuat oleh asosiasi pendidikan dan badan akreditasi independen yang diakui
pemerintah. Organisasi pendidikan di tiap State dan County berbeda-beda. Satu
State biasanya mempunyai State Department of Education yang membawahi
County Public School di tiap County.

2.6.1 Tingkat Pendidikan


Anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun, pada kelas yang
disebut sebagai Pre school. Awal tahun sekolah dimulai pada bulan September

17
18

(Fall). Jenjang berikutnya setelah Pre school adalah Elementary School (Grade 1
sampai Grade 5).

Tahun ajaran sekolah untuk Grade 1 sampai Grade 5, dimulai pada bulan
Agustus dan berakhir pada bulan Agustus di tahun berikutnya. Siswa
dikelompokan dalam kelas berdasarkan usia.

Sistem Pendidikan di AS terdiri dari 12 kelas selama 12 tahun, melalui


jenjang Primary (setara SD) dan Secondary (setara SMP dan SMA) sebelum
masuk ke Pendidikan Tinggi. Pembagian kelas di jenjang Primary dan Secondary
pada beberapa State tidak sama. Sebagian State mempunyai sistem 6+3+3,
sebagian yang lain mempunyai sistem 5+3+4. Namun, secara umum sebagain
besar State menganut pembagian jenjang Primary 5 tahun (K5), Middle School
(SMP) 3 tahun dan High School (SMA) 4 tahun.

Pengelompokan kelas pada dasarnya didasarkan pada usia. Sehingga


sampai dengan kelas 12 dapat dikatakan tidak ada yang tinggal kelas. Walaupun
demikian, di Grade 10, 11 dan 12 siswa dimungkinkan untuk mengambil lagi
pelajaran di kelas-kelas sebelumnya.

SD dimulai dari kelas 1 sampai kelas 5, 6 tahun jika dihitung dari TK,
(Kindergarten). Kelas 6 dalam sistem pendidikan di AS dimasukan ke jenjang
SMP. SMP meliputi tingkatan kelas menengah antara SD dan SMA. SMP
biasanya adalah kelas 6, 7 dan 8. SMA biasanya meliputi kelas 9, 10, 11 dan 12.

Pada saat SMP dan SMA, siswa diberi sedikit kebebasan supaya lebih
mandiri; misalnya dengan pindah ke kelas yang berbeda untuk mata pelajaran
yang berbeda (moving class) dan diperbolehkan untuk memilih beberapa mata
pelajaran pilihan. Biasanya, mulai di kelas 9, nilai menjadi bagian dari transkrip
resmi siswa.

2.6.2 Kurikulum
Meskipun tidak ada kurikulum nasional di AS, State bersama sekolah dan
asosiasi sekolah maupun asosiasi keahlian merekomendasikan standar tertentu
untuk memandu kurikulum yang digunakan di sekolah. Oleh karena itu, setiap
State memiliki standar dan kurikulum yang berbeda-beda.

18
19

Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk memastikan bahwa semua anak
diberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannnya,
mengembangkan potensi mereka dan mempersiapkan mereka untuk memenuhi
tantangan belajar di abad 21. Kurikulum ini memberikan perhatian yang tinggi
pada anak sebagai pembelajar dan menggunakan berbagai metodologi pengajaran.

Selain itu, kurikulum ini bertujuan untuk mendorong pengembangan


keterampilan utama dalam berkomunikasi (melalui tulisan ataupun lisan),
pemecahan masalah dan berpikir analitis. Secara khusus, penekanan dilakukan
pada keterampilan membaca dan berhitung.

Pada umumnya, siswa diberikan pelajaran Aritmatika dan Matematika,


bahasa Inggris, terutama basic grammar, spelling dan vocabulary, Ilmu Sosial,
Sains, Pendidikan Jasmani dan Fine art and membaca. Kemampuan berbahasa
Inggris mendapat penekanan yang tinggi di AS, walaupun tidak ada Undang-
Undang yang mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa nasional. Mengeja
dan membaca mendapat perhatian sejak SD. Terdapat juga kompetisi mengeja
yang sangat terkenal di AS yang disebut Spelling B.

Ilmu Sosial diajarkan di tingkat SD. Namun, siswa mesti memiliki lebih
dulu kemampuan membaca, menulis dan Matematika. Ketiga kemampuan ini
dinilai sangat berpengaruh untuk memahamai Ilmu Sosial, Sains dan mata
pelajaran lainnya. Ilmu Sosial secara umum mengajarkan pengetahuan mengenai
cara membuat dokumentasi; pengertian dan konsep kosep dalam sejarah Amerika
dan geografi.

Dalam Sains, ilmu pengetahuan yang diajarkan mencakup pengetahuan


mengenai Fisika, Kimia, Biologi, Ekologi dan Fisiologi. Kedalaman dan durasi
dari mata pelajaran tersebut diberikan berbeda di tiap State.

Kurikulum dasar menggunakan apa yang disebut sebagai Common Core.


Dikeluarkan oleh State, Common Core State Standard (CCSS) memberikan
penjelasan dan standar mengenai mata pelajaran yang akan diberikan serta
capaian kemampuan pelajar di tiap tingkat.

19
20

Salah satu State yang mengeluarkan CCSS adalah Maryland (MD). CCSS
harus dipakai oleh semua sekolah di MD mulai tahun ajaran 2013-2014.
Kurikulum dasar ini menetapkan kualitas pendidikan di bidang English/Languge
Arts (ELA) dan Matematika. Standar ini menentukan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dipunyai oleh siswa di akhir tiap kelas. Sehingga lulusan
SMA siap untuk masuk ke perguruan tinggi atau masuk ke pasar kerja.

Penggunaan bahasa Inggris dalam mengajar masih merupakan masalah. Bahasa


Inggris dituturkan oleh lebih dari 95 % penduduk AS,

2.6.3 Evaluasi Belajar


Sekolah wajib secara teratur mengevaluasi siswa dan melaporkan hasil
evaluasi secara periodik untuk para siswa dan orang tua mereka. Secara umum,
para siswa dan prestasi belajarnya secara teratur dinilai oleh sekolah dengan
menggunakan berbagai tes. Tes-tes ini diselenggarakan oleh sekolah secara
desentralisasi. Secara nasional, kemampuan belajar siswa K12 dievaluasi oleh
institusi yang disebut National Assessment of Educational Progress (NAEP) yang
merupakan program dari Departemen Pendidikan. Program ini merupakan satu-
satunya program yang secara menerus mengevaluasi kemampuan siswa secara
nasional untuk berbagai bidang studi.

Hasil dari evaluasi dimasukkan dalam laporan yang disebut sebagai


Nations Report Card yang memungkinkan perbandingan dari kualitas pendidikan
di berbagai State. Laporan ini juga digunakan untuk perbandingan kualitas
sekolah yang dievaluasi terhadap kualitas nasional, atau perbandingan antar State.
Penilaian dilakukan secara periodik dalam mata pelajaran Matematika, Membaca,
Ilmu Pengetahuan, Menulis, Seni, Kewarganegaraan, Ekonomi, Geografi dan
Sejarah AS .

NAEP bekerja sama dengan ETS (Educational Testing Service), sebuah


lembaga privat yang melakukan evaluasi secara nasional. Hasil tes dimasukkan ke
dalam statistik pendidikan di Amerika, tapi tidak digunakan untuk terminal
penilaian.

20
21

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Finlandia: Siswa memasuki sekolah pada usia 7 tahun, semua siswa
diterapkan kurikulum yang sama. Guru dipercaya untuk menciptakan
pendekatan instruksional yang sesuai untuk siswa mereka. Saat siswa
menempuh kurikulum sekolah komprehensif, mereka tidak pernah dilacak
atau ditempatkan dalam kelompok khusus, juga tidak dikenai berbagai tes
pada tingkat tertentu untuk menentukan apakah mereka maju ke tingkat
sekolah berikutnya.
b. Australia: Pemerintah negara bagian mengarahkan pendidikan dasar, yang
berkisar antara 1 tahun sampai 7 tahun di Australia Selatan, namun di
tahun sebelumnya 1 sampai 6 tahun di negara bagian lainnya. Dewan
hanya memberikan panduan pendidikan umum, sehingga rincian
pengembangan kurikulum dan pemilihan material diserahkan ke distrik
sekolah dan sekolah masing-masing.
c. Cina: Pendidikan utama Sekolah dasar Cina melibatkan program enam
tahun. Pada tahun 1999, sekolah-sekolah dasar berada di bawah kendali
ketat negara oleh Komisi Pendidikan. Kurikulum dibakukan, dan
pendekatan instruksional umum dilakukan di seluruh negara. Pemerintah
pusat juga mendorong untuk lebih banyak kontrol lokal dalam
menciptakan kurikulum, mengembangkan pendekatan pedagogis,
membangun materi pendidikan, dan bahkan memilih berbagai buku teks.
d. Singapura: Sejak merdeka, sistem pendidikan Singapura telah
digambarkan sebagai terpusat, terstandarisasi, dan birokratis. Kementerian
Pendidikan menyerahkan kekuasaan pembuatan keputusan ke sekolah-
sekolah dan mengembangkan kerangka kerja baru untuk kurikulum dan
pedagogi yang akan menanamkan inovasi pada siswa. Serta memberi
tanggung jawab kepada sekolah-sekolah untuk terlibat dalam menetapkan
tujuan dan mengembangkan rencana pembelajaran mereka.
e. Afrika: pendidikan tidak lagi untuk mengisi kepala siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan. Tidak lagi hanya untuk lulus tes kemudian

21
22

lulus ke tingkat pendidikan berikutnya. Tapi Pengalaman pendidikanlah


yang utamanya.
f. Amerika: Pendidikan merupakan kewajiban bagi anak sampai usia 18
tahun dan tersedia gratis. Sistem pendidikan di AS terbagi dalam 4
jenjang: Pre-elementary, Elementary, Secondary, Post Secondary. Anak-
anak mulai masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun, pada kelas yang
disebut sebagai Pre school.

3.2 Saran
Berdasarkan penjelasan mengenai kurikulum pendidikan di berbagai
negara, dapat kita ketahui bahwa kurikulum di tiap negara mempunyai karakter
masing-masing, untuk itu kita dapat menjadikan kurikulum di tiap negara tersebut
sebagai referensi untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di negara kita
Indonesia.

22
iii

DAFTAR PUSTAKA

Ornstein, C.A & Hunkins, P.F. 2016. Curriculum: Foundations, Principles, and
Issue, Seventh Edition. England:Pearson Education Limited. Retrieved
fromhttp://libgen.io/book/index.php?md5=B5ABCD5B146B48F4FD20F1
F3C8DA710F.

Sistem Pendidikan di Amerika Serikat. (online). (https : / / www. google. co. Id


/url? sa=t & rct=j & q= & esrc=s & source=web &c d=6 & cad=rja &
uact=8 & ved=0ahUKEwjNhfLeyYPXAhUJNI8KHalVDyUQFghJMAU
&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F88765855%2
F518394455%2Fname%2FSistem%2BPendidikan%2Bdi%2BAmerika-
final%2BHW.doc&usg=AOvVaw3UNy9BUKyLZhk9bgNOmN0g),
diakses 19 oktober 2017.

iii

Anda mungkin juga menyukai