OLEH:
Wilhelma Susilo1
Justina Purwarini Acihayati2
Wilhelmus Hary Susilo3
ARTIKEL ILMIAH
1Mahasiswa
2Dosen Pembimbing Akademik
3Dosen Pembimbing Metodologi
ABSTRAK
Periode postpartum merupakan periode resiko tinggi bagi gangguan depresi pada
wanita dan akan semakin tinggi setiap tahunnya. Survei Nasional tahun 2009
menyatakan terdapat 921.000 persalinan dengan sectio dari 4.039.000 persalinan.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efek fisik dan psikologis pada ibu
postpartum sectio caesarea dengan pemberian aromatherapy lavender di RSIA
Evasari Jakarta. Jenis penelitian adalah preeksperimen dengan desain penelitian pre
and post test without control design. Jumlah sampel 30 responden. Hasil uji Sample
Paired T-Test, terdapat berbedaan yang signifikan pada systole dan nilai EPDS
dengan sig. 0,000 (p-value<0,05). Terdapat penurunan nilai tekanan darah dyastole,
nadi dan skala nyeri tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan
darah dyastole sig. 0,943 (p-value<0,05), nadi sig. 0,993 (p-value<0,05) dan skala
nyeri sig.0,895 (p-value<0,05). Disimpulkan bahwa pemberian aromatherapy
lavender pada ibu postpartum sectio caesarea berdampak pada penurunan tekanan
darah, frekuensi nadi, skala nyeri dan tingkat depresi (nilai EPDS). Diharapkan
penggunaan terapi komplementer aromatherapy lavender dapat digunakan sebagai
pilihan terapi untuk menyejahterakan fisik dan mental dalam masa pemulihan
postpartum.
Kata Kunci : Postpartum Sectio Caesarea, aromatherapy lavender, efek fisik dan
psikologi.
ABSTRACT
The postpartum period is a period of high risk to depression in women and it will be
higher every years. National Survey, 2009 states that there is 921,000 sectio
deliveries of 4.039 million births. The purpose of this study to determine the physical
and psychological effects on postpartum mother sectio caesarea with giving
lavenders aromatherapy in RSIA Evasari Jakarta. This is Preeksperiment design
research with pre and post test without control design. Number of samples is 30
respondents. Paired Sampel T-Test result, there is a significant difference in systole
and EPDS values before and after giving of lavenders aromatherapy with sig. 0.000
(p - value < 0.05). There is decrease in blood pressure dyastole, pulse and pain scale
but no significant difference. Blood pressure dyastole with sig. 0.943 (p - value <
0.05), pulse sig. 0.993 (p - value < 0.05) and pain scale sig. 0.895 (p - value < 0.05).
It was concluded that giving of lavender aromatherapy on postpartum mother sectio
caesarea result decrease in blood pressure, pulse, pain scale and level of depression
(EPDS score). For nursing services, use lavenders aromatherapy can be used as
therapeutic option for the physical and mental welfare for postpartum recovery
period.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Postpartum Sectio Caesarea
Karakteristik Frekuensi %
Usia 37 minggu 12 40
Kehamilan > 37 minggu 18 60
Primipara 11 36,7
Paritas Ibu Multipara 18 60
Grandemultipara 1 3,3
Pembahasan
Aromatherapy mengacu pada kekuatan penyembuhan dari tanaman dengan
penggunaan minyak esensial untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
(Allaire dalam Smith et al, 2011). Aromatherapy dapat menurunkan stres,
meningkatkan kualitas tidur, dan memberikan energi lebih (Keville dan Mindy
Green, 2012). Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki
efek sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive. Kandungan utama dalam minyak
lavender adalah linalool asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem
kerja saraf dan otot-otot yang tegang. Linalool juga menunjukkan efek hypnotic dan
anticonvulsive. Hasil penelitian didapatkan perbaikan pada tanda-tanda vital setelah
dilakukan terapi aromatherapy lavender yang dapat dilihat dari data hasil observasi
yaitu tekanan darah systole terbanyak sebelum intervensi 100 mmHg (23,3%)
menjadi 110 mmHg (36,7%) sesudah intervensi. Tekanan darah systole mengalami
peningkatan 10 mmHg setelah intervensi. Tiga responden dengan tekanan darah
systole 150 mmHg sebelum intervensi mengalami penurunan tekanan darah systole
setelah intervensi menjadi 140 mmHg, 120 mmHg dan 110 mmHg. Aromatherapy
yang digunakan melalui cara inhalasi atau dihirup akan masuk ke sistem limbic
dimana aroma akan diproses sehingga kita dapat mencium bau. Pada saat kita
menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus olfactory,
kemudian ke limbic sistem pada otak. Sistem limbic sebagai pusat nyeri, senang,
marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya. Amygdala sebagai bagian dari
sistem limbic bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap aroma.
Hipocampus bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga
tempat dimana bahan kimia pada aromaterapi merangsang penyimpanan memori
otak terhadap pengenalan bau-bauan. Minyak lavender memiliki efek sedasi yang
cukup baik dan dapat menurunkan aktivitas motorik mencapai 78%. Efek
aromatherapy juga menyebabkan penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi
peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta pada EEG yang menunjukkan
peningkatan relaksasi (Dewi, 2013).
Kandungan utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu
mengendorkan dan melemaskan sistem kerja saraf dan otot-otot yang tegang. Minyak
lavender dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang,
menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan tingkat kewaspadaan, dan tentunya
dapat memberikan efek relaksasi. Molekul-molekul yang terkandung dalam minyak
esensial memberikan efek positif terhadap sistem saraf pusat, yaitu dapat
menghambat Adreno Corticotrophic Hormone (ACTH) dimana hormon ini dapat
mengakibatkan kecemasan pada seseorang (Dewi, 2013). Hasil pada penelitian ini
menunjukkan tidak semua responden mengalami perubahan tingkat depresi yang
berarti. Terdapat 3 responden (10%) yang mengalami peningkatan tingkat depresi
sesudah terapi. Peningkatan tersebut tidak disebabkan responden tidak menyukai
aroma lavender tapi karena tingkat depresi juga dipengaruhi banyak faktor umur,
tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari pengukuran tekanan darah
dyastole setelah dilakukan terapi karena hasil pengukuran tekanan darah dyastole
pada sebagian besar responden tidak mengalami perubahan setelah melahirkan
dengan rata-rata tekanan darah dyastole sebelum intervensi 72,46 mmHg.
Menurut Maryunani (2009) Selama 24 jam pertama, ditemukan adanya
bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi,
bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan
yang lama. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan perubahan nadi yang demikian.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran nadi karena hasil
penelitian menunjukkan rata-rata nadi responden dalam penelitian ini sebelum
intervensi adalah 81,34 x/menit.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan
penghirupan aromatherapy lavender terhadap nyeri responden, hal ini dapat
dikarenakan nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subjektif. Sensasi nyeri
yang dirasakan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya mekanisme coping individu.
Penggunaan metode nonfarmakologi memungkinkan wanita secara maksimal
menggunakan mekanisme coping alami (innate coping mechanisms) yang dimiliki
untuk mengurangi nyeri.
Daftar Pustaka
Ackley, Betty J & Gail B. Ladwig. (2014). Nursing Diagnosis Handbook: An
Evidence-Based Guide to Planning Care. Missouri: Mosby Elsevier
Cunningham, F.G. (2006). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Suririnah. (2008). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Maryunani. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
Trans Info Media
Keville. K & Mindy Green. (2012). Aromatherapy: A Complete Guide to The
Healing Art. LLC: Random House
Dewi, A. P., & Prima, I. G. A. (2013). LAVENDER AROMATERAPHY AS A
RELAXANT. E-Jurnal Medika Udayana, 2(1), 21-53. Diakses 16 Juli 2014
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4871/3657
Igarashi, T. (2013). Physical and Psychology effects of aromatherapy inhalation on
pregnant women: a randomized controlled Trial. The Journal Of Alternative
and Complementary Medicine 19(10), 805-810 diakses 14 April 2014
http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/acm.2012.0103
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS). (2012). Laporan pencapaian
Pembangunan Millenium di Indonesia 2011. diakses 14 april 2014
http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-
pembangunan-milenium-di-indonesia-011__20130517105523__3790__0.pdf
Smith, C., et al. (2011). Aromatherapy for pain management in labour. Cochrane
Database Syst Rev, 7. diakses 29 April 2014
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD009215/pdf
Sumelung, Veibymiaty, Rina Kundre, Michael Karundeng. (2014). Faktor-Faktor
yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea di Rumah
Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna. Ejournal Keperawatan (e-kp)
Volume 2, nomor 1. Februari 2014. diakses tanggal 05 September 2014
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/4052/3568