Anda di halaman 1dari 11

FRAKTUR FEMUR

Kelompok 6
1. Desitri Anggara Sasih
2. Nasman Safiro Ardi Kalbaryani
3. Nella
DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2003).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).
Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup banyak serta
mengakibatkan penderita mengalami syok (Sjamsuhidajat, 2004).
ETIOLOGI
Menurut Sachdeva (1996), penyebab 2. Fraktur Patologik Dalam hal ini
fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat
1. Cedera traumatik cedera traumatik pada
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi
tulang dapat disebabkan oleh :
pada berbagai keadaan berikut :
Cedera langsung
Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas )
Cedera tidak langsung
Infeksi seperti osteomielitis
Fraktur yang disebabkan kontraksi
Rakhitis
keras yang mendadak dari otot yang
kuat. 3. Secara Spontan Disesbabkan oleh
stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang
bertugas dikemiliteran.
PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar dari pada tekanan
yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang dapat mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (fraktur) (Elizabeth, 2003).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks marrow
dan jaringan lunak yang membungkus tulang menjadi rusak sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan
MANIFESTASI
Tanda-tanda tidak pasti diantaranya adalah: rasa nyeri dan tegang, nyeri hebat bila
bergerak, hilangnya fungsi akibat nyeri atau tak mampu melakukan gerakan dan
deformitas karena pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen berubah.
Tanda-tanda pasti diantaranya adalah: gerakan abnormalitas (false movement), gesekan
dari kedua ujung fragmen tulang yang patah (krepitasi) serta deformitas akibat fraktur
(umumnya deformitas berupa rotasi, angulasi dan pemendekan) (Smletzer, 2004).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi, diantaranya adalah:
X-Ray, dapat dilihat gambaran fraktur.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi.
CT-Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang komplek. Hal lain yang dapat dilakukan
adalah dengan pemeriksaan laboratorium, pada fraktur test laboratorium yang perlu
diketahui: hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas (Mansjoer, 2003).
Peningkatan jumlal sop adalah respons stress normal setelah trauma.
Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
atau cederah hati.
Penatalaksanaan Komplikasi

Bila keadaan penderita stabil dan luka Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi
menurut Sjamsuhidajat (2004), antara lain:
telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi
a. Komplikasi dini
dengan salah satu cara dibawah ini:
1) Syok
traksi 2) Symdrom kompartemen
fiksasi interna 3) Sindrom embuli lemak
4) Iskemik
Pembidaian
b. Komplikasi lanjutan
Pemasangan Gips atau Operasi 1) Malunion
Dengan Orif 2) Deloyed linion
3) Non union
4) Kekakuan sendi
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan
Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri
Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR
Pengertian Melakukan immobilisasi ekstermitas yang cidera dengan dugaan patah tulang
atau dislokasi dengan bidai

Tujuan - Imobilisasi sehingga membatasi pergerakan antara 2 bagian tulang yang path
saling bergesekan
- Mengurangi nyeri
- Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah dan syaraf di sekitarnya

Indikasi - Pasien dengan multiple trauma


- Jika terdapat tanda patah tulang
Persiapan alat - Bidai sesuai kebutuhan (panjang dan jumlah)
- Kasa gulung
- Gunting
- Kasa steril (bila di perlukan)
- Plester
- Hand schoen
Pelaksanaan 1. Cuci tangan dan pakai hand schone
2. Dekatkan alat-alat di dekat pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
4. Bagian ekstermitas yang cidera harus tampak seluruhnya, pakian harus di lepas
jika perlu di gunting.
5. Periksa nadi,fungsi sensorik dan motoric ekstermitas bagian distal dari tempat
cidera sebelum pemasangan bidai
6. Jika nadi tidak ada coba luruskan dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa
ada tahanan jangan di teruskan, pasang bidai dengan posisi tersebut dengan
melewati dua sendi
7. Bila curiga adanya dislokasi, pasang bantal atas bawah jangan coba di luruskan
8. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan kapas
steril dan jangna memasukan tulsng keluar ke dalam lagi, kemudian baru di
pasang bidai dengan melewati 2 sendi
9. Periksa nadi, fungsi sensori dan motoric,ekstermitas bagian distal dari tempat
cidera setelah pemasangan bidai.
10. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
11. Lepas hand schone dan cuci tangan.
SESI TANYA JAWAB

Anda mungkin juga menyukai