PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengukuhan keberadaan sistem hukum islam di Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan hukum Islam dalam pembinaan hukum nasional?
3. Apakah dampak pengakuan terhadap sistem hukum islam sebagai bagian
takterpisahkan dari sistem hukum nasional dalam upaya pembinaan hukum
nasional?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keberadaan sistem hhukum islam di Indonesia dalam hal
pengukuhannya.
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum islam dalam pembinaan hukum
nasional.
3. Untuk mengetahui dampak pengakuan terhadap sistem hukum islam
sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem hukum nasional dalam upaya
pembinaan hukum nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa kata yang perlu dijelaskan
lebih dahulu,yaitu kedudukan dan tata hukum.Yang dimaksud dengan
kedudukan adalah tempat dan keadaan,tata hukum adalh susunan atau sistem
hukum yang berlaku disuatu daerah atau negara tertentu.Dengan demikian
yang akan dilukiskan dalam bagian ini adalah tempat dan keadaan hukum
islam dalam susunan atau sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
3
Sebelum Belanda mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia,hukum islam
sebagai hukum yang berdiri sendiri telah ada dalam masyarakat, tumbuh dan
berkembang disamping kebiasaan atau adat penduduk yang mendiami
kepulauan Nusantara ini.Menurut Soebardi,terdapat bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa Islam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan
Nusantara dan mempunyai pengaruh yang bersifat normative dalam
kebudayaan Indonesia(S.Soebardi,1978:66).Pengaruh itu merupakan
penetration pasifique, tolerante et constructive (penetrasi secara damai, toleran
dan membangun).
4
Penggantian kata dimaksud,menurut Hazairin seperti yang dikutip oleh
muridnya(H.Mohammad Daud Ali) mengandung norma dan garis hukum yang
diatur dalam pasal 29 ayat(1) UUD 1945 bahwa negara Republik Indonesia
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Hal itu hanya dapat ditafsirkan
antara lain sebagai berikut:
5
menjalankannya,yang hanya dapat diadakan oleh negara dalam
pelaksanaan kewajibannya menjalankan syariat yang berasal dari
agama Islam untuk kepentingan umat Islam yang menjadi warga
negara Republik Indonesia.
3. Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk
menjalankannya.Oleh Karena itu dapat dijalankan sendiri oleh setiap
pemeluk agama yang bersangkutan,menjadi kewajiban pribadi
terhadap Allah bagi setiap orang itu menjalankannya sendiri menurut
agamanya masing-masing.Ini berarti hukum yang berasal dari suatu
agama yang diakui di negara Republik Indoneia yang dapat
dijalankan sendiri oleh masing-masing pemeluk agama
bersangkutan (misalnya hukum yang berkenaan dengan
ibadah,yaitu hukum yang pada umumnya mengatur hubungan
manusia,dengan Tuhan) biarkan pemeluk agama itu sendiri
melaksanakannya menurut kepercayaan agamanya masing-
masing(H.Mohammad Daud Ali,1991:8)
6
Indonesia nomor 38 tahun 19999 tentang pengelolaan zakat dan beberapa
instruksi pemerintah yang berkaitan dengan hukum islam .Demikian juga
munculnya kompilasi hukum islam yang menjadi pedoman bagi para hakim di
peradilan khusus (Peradilan agama) di Indonesia.Hal dimaksud merupakan
pancaran dari norma hukum yang tertuang dalam pasal 29 UUD 1945.Oleh
karena itu,keberlakuan dan kekuatan hukum islam secara ketatanegaraan di
negara republik Indonesia adalah pancasila dan pasal 29 UUD 1945.
Hukum Islam (fiqih) sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku di
Indonesia telah mendapatkan tempatnya dengan jelas ketika mantan Menteri
Kehakiman Ali Said berpidato di depan simposium pembaharuan hukum
perdata nasional yang diadakan pads tanggal 21 Desember 1981 di
Yogyakarta.
Keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia sejak lama telah dikukuhkan
dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem peradilan
nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU tentang Peradilan
Agama tahun 1998, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu makin kokoh.
Akan tetapi, sejak era reformasi, dengan ditetapkannya Ketetapan MPR
tentang Pokok-Pokok Reformasi yang mengamanatkan bahwa keseluruhan
sistem pembinaan peradilan diorganisasikan dalam satu atap di bawah
Mahkamah Agung, timbul keragu-raguan di beberapa kalangan mengenai
eksistensi pengadilan agama itu, terutama dari kalangan pejabat di lingkungan
Departemen Agama yang menghawatirkan kehilangan kendali administratif
atas lembaga pengadilan agama. Pembinaan kemandirian lembaga peradilan
ke bawah Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan
jadwal waktu lima tahun. Tetapi, dalam masa lima tahun itu, berbagai
kemungkinan mengenai keberadaan pengadilan agama masih mungkin terjadi,
dan karena itu penelitian mengenai baik buruknya pembinaan administratif
pengadilan agama di bawah Departemen Agama atau di bawah Mahkamah
Agung perlu mendapat perhatian yang seksama.
7
Secara instrumental. banyak ketentuan perundang-undangan Indonesia
yang telah mengadopsi berbagai materi Hukum Islam ke dalam pengertian
Hukum Nasional. Secara institusional. eksistensi Pengadilan Agama sebagai
warisan penerapan sistem Hukum Islam sejak zaman pra penjajahan Belanda
juga terus dimantapkan keberadaannya. Dan secara sosiologis-empirik
praktek- praktek penerapan Hukum Islam itu di tengah-tengah masyarakat juga
terus berkembang dan bahkan makin lama makin meningkat dan meluas ke
sektor-sektor kehidupan hukum yang sebelumnya belum diterapkan menurut
ketentuan Hukum Islam. Perkembangan ini, bahkan berpengaruh pula
terhadap kegiatan pendidikan hukum di tanah air, sehingga kepakaran dan
penyebaran kesadaran mengenai eksistensi Hukum Islam itu di Indonesia
makin meningkat pula dari waktu kewaktu.
8
(4) Hukum islam juga menjadi sumber pembentukan hukum nasional yang
akan datang Di samping hukum adapt,hukum barat dan hukum lainnya
dan tumbuh dan berkembang dalam Negara Republik Indonesia
Untuk mewujudkan satu hukum nasional bagi bangsa Indonesia yang terdiri
dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaan dan agama yang berbeda
ditambah lagi dengan keanekaragaman hukum yang ditinggalkan oleh
penguasa colonial dahulu,bukanlah pekerjaan yang mudah.Pembangunan
hukum nasional yang akan berlaku bagi semua warga negara tanpa
memandang agama yang dipeluknya,haruslah dilakukan dengan hati-
hati,karena diantara agama yang dipeluk oleh warga negara Republik
Indonesia ada agama yang tidak dapat dicerai pisahkan dari hukum.Agama
islam,misalnya,adalah agama yang mengandung hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat.Oleh
karena eratnya hubungan antara agama (dalam arti sempit) dengan hukum
9
dalam islam,ada sarjana yang mengatakan,seperti telah disebut di
muka,bahwa Islam adalah agama hukum dalam arti kata yang
sesungguhnya.Oleh karena itui,dalam pembangunan hukum nasional di negara
yang mayoritas penduduknya beragama islam,unsur hukum agama harus
benar-benar diperhatikan.Untuk itu perlu wawasan dan kebijaksanaan yang
jelas.
10
atas lembaga pengadilan agama. Pembinaan kemandirian lembaga peradilan
ke bawah Mahkamah Agung itu memang dilakukan bertahap, yaitu dengan
jadwal waktu lima tahun. Tetapi, dalam masa lima tahun itu, berbagai
kemungkinan mengenai keberadaan pengadilan agama masih mungkin terjadi,
dan karena itu penelitian mengenai baik buruknya pembinaan administratif
pengadilan agama di bawah Departemen Agama atau di bawah Mahkamah
Agung perlu mendapat perhatian yang seksama.
11
oleh setiap orang islam,baik pribadi maupun kelompok,yang mempunyai
komitmen terhadap islam dan ingin hukum islam berlaku bagi umat islam dalam
negara Republik Indonesia ini.Dalam tahap perkembangan pembinaan hukum
nasional sekarang (tahun sembilan puluhan), yang diperlukan oleh Badan
Pembinaan hukum Nasional yakni badan yang berwenang merancang dan
menyusun hukum nasional yang akan datang adalah asa-asas dan kaidah-
kaidah hukum islam dalam segala bidang, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus.Yang bersifat umum adalah misalnya ketentuan-
ketentuan umum mengenai peraturan perundang-undangan yang akan berlaku
di tanah air kita ,sedang yang bersifat khusus,misalnya untuk menyebut
sekedar contoh ,adalah asas-asas hukum perdata islam terutama mengenai
hukum kewarisan,asas-asa hukum ekonomi terutama mengenai hak
milik,perjanjian dan utang-piutang,asas-asas hukum pidana islam,asas-asas
hukum tata negara dan administrasi pemerintahan,asas-asas hukum acara
dalam islam,asas-asas hukum internasional dan hubungan antar bangsa dalam
islam.Yang dimaksud dengan asas dalam pembicaraan ini adalah kebenaran
yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir.
Kita yakin bahwa asas yang diperlukan itu ada dalam hukum syariat dan fiqih
islam.Namun yang menjadi masalah utama adalah merumuskan asas-asas
tersebut dalam kata-kata yang jelas yang dapat diterima,baik oleh golongan
yang bukan islam maupun oleh golongan yang beragama islam
sendiri.Merumuskan asas-asas tersebut kedalam bahasa atau kata-kata yang
dapat dipahami,memang merupakan suatu masalah.
12
dapat menyumbangkan sesuatu mengenai hukum islam yang menjadi bidang
keahliannya.Berbagai asas dan kaidah humum islam dapat juga dikembangkan
melalui jurisprudensi peradilan agama.Asas-asas dan kaidah hukum islam
yang dikembangkan melalui jurisprudensi ini lebih mudah diterima,karena ia
dirumuskan dari keadaan konkret di tanah air kita.
13
dilakukan menurut hukum masing-masing agama yang dianut oleh bangsa
Indonesia,demikian bunyi pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945,menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
Hukum islam yang berbentuk fatwa adalah hukum islam yang dijadikan
jawaban oleh seseorang dan/atau lembaga atas adanya pertanyaan yang
diajukan kepadanya.Sebagai contoh Fatwa Majelis Ulama Indonesia mengenai
larangan Natal bersama antara orang Kristen dengan orang Islam.Fatwa
dimaksud, bersifat kasuistis dan tidak mempunyai daya ikat secara yuridis
formal terhadap peminta fatwa.Namun, fatwa mengenai larangan Natal
bersama dimaksud secar yuridis empiris pada umumnya dipatuhi oleh umat
islam di Indonesia.Oleh karena itu, fatwa pada umunya cenderung bersifat
dinamis terhadap perkembangan baru yang dihadapi oleh umat islam.
Keputusan Pengadilan Agama : Hukum Islam yang berbentuk Keputusan
Pengadilan Agama adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan
Agama atas adanya permohonan penetapan atau gugatan yang diajukan oleh
seseorang atau lebih dan/atau lembaga kepadanya.Keputusan dimaksud,
bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang beperkara.Selain itu, keputusan
pengadilan agama dapat bernilai sebagai yurisprudensi (jurisprudence), yang
dalam kasus tertentu dapat dijadikan oleh hakim sebagai referensi hukum.
Perundang-undangan Indonesia : Hukum Islam dalam bentuk perundang-
undangan di Indonesia adalah yang bersifat mengikat secara hukum
ketatanegaraan, bahkan daya ikatnya lebih luas.Oleh karena itu, sebagai
peraturan organic, terkadang tidak elastis mengantisipasi tuntutan zaman dan
14
perubahan.Sebagai contoh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan.Undang-undang itu memuat hukum Islam dan mengikat kepada
setiap warga negara Republik Indonesia.
Dari uraian di atas dengan beberapa masalah yang dapat dipecahkan, jelas
prospek hukum islam dalam pembinaan hukum nasional.Dan karena ia telah
diterima sebagai salah satu sumber bahan baku dalam pembangunan hukum
nasional, maka jelas pula kedudukan dan peranannya dalam proses
pembangunan hukum nasional tersebut.
Dalam Sistem hukum nasional kita yang menjadi acuan pembinaan hukum
nasional adalah Pancasila dan UUD 1945. Pancasila menjadi jantung utama
dalam sistem hukum nasional karena merupakan filosofi negara. Berdasarkan
pandangan Arif Sidharta bahwa pandangan hidup Bangsa Indonesia ialah
berawal dari ketuhanan yang maha esa karena kita diciptakan oleh Tuhan
Yang maha esa dan sudah sewajarnya sebagai manusia harus tunduk dan
15
menjalani perintah Tuhan yang maha esa. Karena menjalankan syariat Islam
merupakan perintah maka berdasarkan sila kesatu Pancasila tersebut sudah
semestinya umat Islam menjalankan syariat Islamnya secara penuh. Namun
dalam menjalankan syariat Islam tersebut harus tetap dalam kerangka
semangat kerukunan, kepatutan, dan keselarasan sehingga tetap berada
dalam kerangka sistem hukum nasional. Ketuhanan yang maha esa ini secara
konstitusi juga telah dijamin pada pasal 29 ayat (1) yang menyatakan bahwa
negara republik Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang maha esa hal ini
juga menjamin sebagai negara yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa
maka ada kewajiban negara untuk menjalankan perintah Tuhan yang maha
esa yang salah satunya adalah syariat Islam.
16
D. Sistem Hukum Nasional
Jadi hukum merupakan suatu sistem yang berarti hukum merupakan tatanan,
merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya, dengan kata lain sistem itu
merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi
satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan. Kesatuan itu
diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas
hukum, dan pengertian hukum. selain itu menurut Sunaryati Hartono sistem adalah
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh
mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas, selanjutnya
untuk memelihara keutuhan sistem diperlukan organisasi atau salah satu asas yang
mengkaitkan unsur-unsur itu diubah, serentak akan dialami perubahan dalam sistem
tersebut sehingga sistem itu bukan lagi sistem semula.
17
agar proses mengalir dalam batas-batasnya. Sementara substansi tersusun
tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan mengenai bagaimana institusi-
institusi itu harus berperilaku. Struktur dan substansi ini adalah komponen-
komponen riil dari sebuah sistem hukum, tetapi semua itu paling jauh hanya
merupakan cetak biru atau rancangan, bukan sebuah mesin yang tengah bekerja.
Selanjutnya yang member nyawa dan realitas pada sistem hukum adalah dunia
sosial eksternal yang selanjutnya dapat disebut sebagai kultur hukum. kultur hukum
ini adalah elemen sikap dan nilai sosial yang menjadi kekuatan-kekuatan sosial
yang menggerakan sistem hukum.
18
Menelisik kepada dasar dari sistem hukum nasional kita yaitu Pancasila,
Menurut Arif Sidharta pandangan hidup Pancasila berpangkal kepada keyakinan
bahwa alam semesta dengan segala hal yang ada di dalamnya sebagai seuatu
keseluruhan yang terjalin secara harmonis diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
(YME), juga manusia diciptakan oleh Tuhan YME, Manusia berasal dari tuhan dan
tujuan akhir dari kehidupan adalah untuk kembali kepada sumber asalnya. Karena
itu bertakwa dan mengabdi kepada tuhan menjadi kewajiban manusia yang wajar
yang sudah dengan sendirinya harus begitu. Dengan demikian eksistensi hidup
manusia merupakan kodrat yang diberikan tuhan yang selanjutnya manusia harus
hidup bermasyarakat, Dalam hidup bermasyarakat itu manusia mempunyai sifat
kekeluargaan. Arif Sidharta menarik kesimpulan asas dalam hukum Pancasila yaitu :
19
sebagai perbenturan antara tiga sistem hukum, yang direkayasa oleh politik hukum
kolonial Belanda dulu yang hingga kini masih belum bisa diatasi,1[1][48] seperti
terlihat dalam sebagian kecil pasal pada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
Dari ketiga sistem hukum di atas secara objektif dapat kita nilai bahwa hukum
Islamlah ke depan yang lebih berpeluang memberi masukan bagi pembentukan
hukum nasional. Selain karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan
adanya kedekatan emosional dengan hukum Islam juga karena sistem hukum
barat/kolonial sudah tidak berkembang lagi sejak kemerdekaan Indonesia,
sementara hukum adat juga tidak memperlihatkan sumbangsih yang besar bagi
pembangunan hukum nasional, sehingga harapan utama dalam pembentukan
hukum nasional adalah sumbangsih hukurn Islam.
Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan
hukum Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional yaitu:
a. Undang-undang yang sudah ada dan berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan, UU
Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat dan UU
Otonomi Khusus nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa undang-undang
lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum Islam seperti UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui keberadaan Bank
Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
b. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih kurang 90 persen beragama Islam
akan memberikan pertimbangan yang signifikan dalam mengakomodasi
kepentingannya.
c. Kesadaran umat Islam dalam praktek kehidupan sehari-hari. Banyak aktifitas
keagamaan masyarakat yang terjadi selama ini merupakan cerminan kesadaran
mereka menjalankan Syari'at atau hukum Islam, seperti pembagian zakat dan waris.
20
d. Politik pemerintah atau political will dari pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari pemerintah maka cukup berat bagi
Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata hukum di Indonesia.
Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam konstalasi hukum
nasional dapat dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum Islam di dalam
hukum nasional Indonesia. Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya.
a. Undang-Undang Perkawinan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disahkan dan diundangkan
di Jakarta Pada tanggal 2 Januari 1974 (Lembaran Negara Tahun '1974 No.
Tambahan Lembaran Negara Nomer 3019).
21
pegangan kuat bagi para Hakim Pengadilan Agama khususnya, agar tidak terjadi
disparitas putusan Hakim, dengan tidak mengabaikan penggalian hukum yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat sebagaimana maksud Pasal 28 ayat (1)
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Kompilasi
Hukum Ekonomi Syari'ah terdiri dari 4 Buku, 43 Bab, 796 Pasal.
22
g. Kompilasi Hukum Islam
Perwujudan hukum bagi umat Islam di Indonesia terkadang menimbulkan
pemahaman yang berbeda. Akibatnya, hukum yang dijatuhkan sering terjadi
perdebatan di kalangan para ulama. Karena itu diperlukan upaya penyeragaman
pemahaman dan kejelasan bagi kesatuan hukum Islam. Keinginan itu akhirnya
memunculkan Kompilasi Hukum Islam (KHI), yang saat ini telah menjadi salah satu
pegangan utama para hakim di lingkungan Peradilan Agama. Sebab selama ini
Peradilan Agama tidak mempunyai buku standar yang bisa dijadikan pegangan
sebagaimana halnya KUH Perdata. Dan pada tanggal 10 Juni 1991 Presiden
menandatangani Inpress No.1 Tahun 1991 yang merupakan instruksi untuk
memasyarakatkan KHI.
h. Undang-undang tentang Wakaf
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disahkan dan diundangkan di
Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 No. 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4459).
Kemudian pada tanggal 15 Desember 2006 ditetapkanlah peraturan pemerintah
Republik. Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Maksud penyusunan peraturan pelaksanaan
PP ini adalah untuk menyederhanakan pengaturan yang mudah dipahami
masyarakat, organisasi dan badan hukum, serta pejabat pemerintahan yang
mengurus perwakafan, BWI, dan LKS, sekaligus menghindari berbagai
kemungkinan perbedaan penafsiran terhadap ketentuan yang berlaku.
i. Undang-Undang Tentang Pemerintahan Aceh
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, semakin
menegaskan legalitas penerapan syariat Islam di Aceh. Syariat Islam yang dimaksud
dalam undang-undang ini meliputi ibadah, al-ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga),
muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha (peradilan), tarbiyah
(pendidikan), dakwah, syi'ar, dan pembelaan Islam. Di samping itu keberadaan
Mahkamah Syar'iyah yang memiliki kewenangan yang sangat luas semakin
memperkuat penerapan hukum Islam di Aceh. Mahkamah Syar'iyah merupakan
pengadilan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh. Mahkamah
ini berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara yang
meliputi bidang al-ahwal al-syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum
23
perdata) tertentu, jinayah (hukum pidana) tertentu, yang didasarkan atas syari'at
Islam.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang,kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan
kita terutama dalam bidang hukum pada umumnya,dan menambah
pengetahuan di bidang hukum islam pada khususnya.
25