Anda di halaman 1dari 7

Respon Seleksi Domba Garut...........................................................

Erwin Jatnika Priyadi

RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT


PADA INTENSITAS OPTIMUM
DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Erwin Jatnika Priyadi*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan Deni Andrian
Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015


E-mail: erwinjatnika17@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan


Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut pada bulan Mei 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas dan menduga nilai respon
seleksi bobot lahir domba Garut pada intensitas optimum di UPTD BPPTD Margawati
Garut. Teknik pengambilan data secara purposive sampling. Data yang digunakan adalah
bobot lahir pada tahun 2014 di UPTD BPPTD Margawati Garut. Jumlah data sebanyak
392 ekor, terdiri dari: anak domba jantan sebanyak 214 ekor dan anak domba betina
sebanyak 178 ekor yang berasal dari 42 ekor pejantan dan 332 ekor induk betina.. Hasil
analisis data menunjukkan nilai heritabilitas bobot lahir sebesar 0,12 termasuk dalam
kategori sedang. Nilai respon seleksi bobot lahir tertinggi berdasarkan heritabilitas bobot
lahir menggunakan 1 ekor jantan dan 10 ekor betina dengan intensitas seleksi 2,463
adalah 0,133 kilogram.
Kata Kunci: Domba Garut, Respon Seleksi, Bobot Lahir, Heritabilitas, Intensitas
Seleksi.

THE SELECTION RESPONSE OF BIRTH WEIGHT OF GARUT LAMB


ON OPTIMUM INTENSITY
AT UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

ABSTRACT

Research was conducted at Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan


Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut on Mei 2015. This research
aim was to knew heritability value and selection response of birth weight of Garut lamb
on optimum intensity at UPTD BPPTD Margawati Garut. Data collection technique was
purposive sampling. The data was used birth weight on 2014 at UPTD BPPTD
Margawati. The amount of data were 392, consisted of Garut lamb male were 214 heads
and Garut lamb female were 178 head, derived from rams 42 heads and ewes 332 heads.
The results of analysis data were showed the heritability value of birth weight was 0,12
included in medium category. The highest value of selection response birth weight was
0,133 kilogram for selection intensity 2,463 used 1 male : 10 female.
Key Words: Garut Lamb, Selection Respon, Birth Weight, Heritability, Selection
Intensity.
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

1. PENDAHULUAN
Domba merupakan hewan ternak yang penyebarannya hampir ada di seluruh
wilayah Indonesia. Domba merupakan salah satu sumber daya genetik yang perlu
dikembangkan terutama untuk konsumsi daging merah selain dari hewan ruminansia
lainnya. Jawa Barat merupakan tempat penyebaran tertinggi di Indonesia. Ternak domba
sangat berpotensi sebagai sumber penghasil daging, khususnya di daerah Jawa Barat yang
sudah lama mengenal dan memelihara ternak domba utamanya Domba Garut. Selain itu
Jawa Barat juga sangat potensial sebagai daerah pengembangan ternak domba karena
keadaan lingkungannya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan Domba Garut.
Beberapa keunggulan Domba Garut dibandingkan dengan domba lainnya
diantaranya memiliki produktivitas cukup baik dan relative tahan terhadap penyakit,
memiliki keunggulan komparatif terutama dalam hal performa dan kekuatannya.
Penerimaan dari produksi induk pertahun salah satunya dapat ditingkatkan melalui
pemilihan bibit ternak yang tepat sesuai dengan lokasi usaha atau dengan perbaikan mutu
genetik ternak. Bibit merupakan modal awal dari proses budidaya, mudah diperoleh dan
terjamin kontinuitasnya. Pengadaan bibit umumnya masih merupakan swadaya peternak,
peran pemerintah maupun perusahaan swasta dalam penyediaan bibit unggul domba
masih belum memuaskan.
Seleksi adalah proses membiarkan individu-individu yang memiliki gen-gen yang
terbaik untuk bereproduksi, sehingga generasi berikutnya mempunyai gen yang lebih
diinginkan dibandingkan dengan yang ada pada saat ini (Warwick et al., 1995). Parameter
genetik yang diperhatikan dalam seleksi, yaitu heritabilitas dan nilai pemuliaan,
sedangkan untuk meramalkan kemajuan genetik salahsatunya dapat menggunakan respon
seleksi melalui pengukuran bobot lahir.
Kecermatan seleksi pada dasarnya merupakan korelasi antara catatan fenotipik
yang dipakai petunjuk dalam seleksi dan nilai pemuliaan sesungguhnya. Nilai tersebut
penting dalam pemuliaan ternak, karena makin tinggi nilai kecermatan, makin besar
respon seleksi yang diharapkan. Respon seleksi pada dasarnya merupakan suatu
perbandingan antara rata-rata fenotip anak dengan rata-rata fenotip tetua. Respon ini
menggambarkan kemajuan genetik yang diperoleh dari hasil seleksi. Pendugaan respon
seleksi sangat penting untuk para pemulia, karena dapat menduga kemajuan genetik pada
generasi yang akan datang.
Bobot lahir merupakan salah satu sifat yang digunakan sebagai kriteria seleksi
ternak, karena sifat ini berkorelasi positif dengan produktivitas ternak berikutnya. Apabila
seleksi terhadap bobot lahir telah dilaksanakan pada generasi sekarang, maka diharapkan
pada generasi berikutnya terjadi peningkatan. Untuk mengetahui respon seleksi
berdasarkan kriteria bobot lahir, diperlukan heritabilitas bobot lahir, simpangan baku
fenotip bobot lahir dan intensitas seleksi.
Keberadaan UPTD BPPTD Margawati Garut dalam menghasilkan bibit Domba
Garut yang unggul perlu dioptimalkan lagi, karena sangat berkaitan guna perkembangan
bibit-bibit Domba Garut yang berkualitas. Informasi mengenai respon seleksi bobot lahir
pada berbagai tingkat intensitas seleksi belum tersedia. Penelitian mengenai Respon
Seleksi Bobot Lahir Domba Garut Pada Intensitas Optimum di UPTD BPPTD Margawati
Garut, perlu dilakukan.
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

2. BAHAN DAN SUBYEK PENELITIAN


Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah anak domba Garut yang diamati dan diukur bobot
lahirnya. Data domba yang diambil adalah data yang mempunyai kelengkapan catatan
produksi, meliputi: jenis kelamin, tipe kelahiran, waktu lahir, bobot lahir, identitas induk,
dan identitas pejantan. Bahan yang digunakan adalah data catatan (recording) anak
domba Garut, data yang digunakan adalah bobot lahir pada tahun 2014 di UPTD BPPTD
Margawati Garut. Jumlah data sebanyak 392 ekor, terdiri dari: anak domba jantan
sebanyak 214 ekor dan anak domba betina sebanyak 178 ekor yang berasal dari 42 ekor
pejantan dan 332 ekor induk betina..
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode sensus dengan teknik pengambilan data
secara purposive sampling yakni yang memiliki catatan lengkap selanjutnya data
dianalisis dengan analisis ragam Schultz (Baehaki, 1982). Data diolah secara deskriptif
analitik, untuk mendapatkan mean atau nilai rata-rata, simpangan baku, dan koefisien
variasi (Sudjana, 1996). Data diperoleh dari catatan (recording).
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati adalah bobot lahir.
Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisa dengan Rancangan Acak Lengkap pola searah
(Completely Randomized Design One-way Classification) dengan memasukan efek
random pejantan (Hardjosubroto, 1994).
Intensitas seleksi (Hardjosubroto, 1994) :

=

Keterangan:
i : Intensitas seleksi
z : Fungsi koordinat kurva phenotip
p : Proporsi ternak yang diambil sebagai calon bibit
Respon seleksi (Hardjosubroto, 1994):
= 2
Keterangan:
: Respon seleksi
i : Intensitas seleksi
2 : Heritabilitas
: Simpangan baku phenotip
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Data Penelitian
Sifat yang diamati meliputi bobot lahir. Data disajikan pada Tabel 1. Koefisien
variasi dianalisis untuk mengetahui gambaran keragaman dari suatu sifat yang diukur,
membandingkan keragaman dengan kelompok populasi lain serta menentukan efektif
atau tidaknya dilakukan seleksi. Populasi ternak yang dianggap efektif untuk dilakukan
seleksi apabila nilai koefisien variasi lebih dari 10 % (Mulliadi, 2013).
Tabel 1. Struktur Data Penelitian
Rata- Standar Nilai Nilai Koefisien
Sifat N
rata Deviasi Minimum Maksimum Variasi
----------------------------- Kg ---------------------------- ---%---
BL 392 2,98 0,42 2,00 4,4 14,10
Keterangan: BL = Bobot Lahir
n = Jumlah individu dalam populasi
Umur Rata-rata bobot lahir domba Garut adalah 2,98 kilogram. Hasil tersebut
lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Dudi (2003) di tempat yang sama
dengan data bersumber dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2001 diperoleh rata-rata
bobot lahir 1,93 kilogram. Hal tersebut terjadi karena dalam kurun waktu tertentu UPTD
BPPTD Margawati mengadakan seleksi dan mengakibatkan peningkatan bobot lahir pada
generasi berikutnya.
Koefisien variasi bobot lahir domba Garut adalah 14,10 %. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kondisi data di UPTD BPPTD Margawati masih beragam. Bobot
lahir merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan usaha peternakan domba
dan kambing, karena bobot lahir berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup dan
perkembangan ternak setelah lahir. Domba dengan bobot lahir tinggi akan memiliki daya
tahan dan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik, waktu sapih yang lebih cepat dan
pertambahan bobot badan pasca sapih yang lebih tinggi (Gatenby, 1986). Bobot lahir
domba Garut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, tipe kelahiran, paritas,
dan musim. Semua faktor tersebut selanjutnya dijadikan sebagai efek tetap dalam analisis
parameter genetik.
Pengaruh musim terhadap rata-rata bobot badan domba Garut di UPTD BPPTD
Margawati tidak digunakan dalam analisis data. Kondisi tersebut didasarkan atas
intensitas curah hujan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir menunjukkan bahwa sebanyak
19 bulan termasuk dalam musim hujan dan 5 bulan termasuk dalam musim kemarau.
Data tersebut diambil dari Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut.
Nilai Heritabilitas
Dugaan nilai heritabilitas bobot lahir domba Garut yang meliputi bobot lahir
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Dugaan Nilai Heritabilitas (h2) Pada Domba Garut UPTD BPPTD Margawati
Sifat h2 h
Bobot Lahir 0,12 0,35
Keterangan: h2 : Heritabilitas
h : Kecermatan seleksi
Dugaan nilai heritabilitas dengan pola ragam Schultz pada bobot lahir domba
Garut adalah 0,12. Nilai heritabilitas bobot lahir termasuk dalam kategori sedang
(0,1<h2<0,3) (Schuler et al., 2001). Nilai heritabilitas ini dapat dipengaruhi adanya
pengaruh lingkungan bersama dan genetik induk. Pengaruh induk pada bobot lahir dapat
disebabkan oleh faktor menyusui dari induk serta umur induk saat melahirkan anak.
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

Berdasarkan nilai heritabilitas bobot lahir dapat diduga bahwa tanggapan seleksi akan
menghasilkan nilai yang baik.
Kecermatan seleksi yang didapat untuk bobot lahir domba Garut di UPTD BPPTD
Margawati memiliki nilai sebesar 0,35. Nilai kecermatan seleksi bobot lahir termasuk
dalam kategori tinggi. Kecermatan seleksi (h) diperoleh dari akar nilai heritabilitas (h2).
Semakin besar nilai heritabilitas yang diperoleh, akan semakin besar juga kecermatan
seleksi yang didapat (Hardjosubroto, 1994).
Intensitas Seleksi
UPTD BPPTD Margawati memiliki jumlah pejantan dan induk yang berbeda,
kondisi tersebut akan membuat intensitas seleksi jantan dan betina berbeda pula.
Besarnya intensitas seleksi rata-rata merupakan jumlah intensitas seleksi jantan dan
intensitas seleksi betina dibagi dua (Hardjosubroto, 1994). Intensitas seleksi pada
berbagai proporsi ternak jantan dan betina yang terseleksi disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Intensitas Seleksi Pada Berbagai Proporsi Ternak Terseleksi
% 0,47 1,87 3,74 5,61 7,48 9,35
% Ekor 1 4 8 12 16 20
5,62 10 2,463 2,225 2,097 2,014 2,951 1,900
16,85 30 2,203 1,969 1,837 1,754 1,691 1,640
33,71 60 1,998 1,754 1,632 1,549 1,486 1,435
50,56 90 1,851 1,617 1,485 1,402 1,339 1,288
67,47 120 1,724 1,490 1,358 1,274 1,212 1,161
84,27 150 1,599 1,366 1,233 0,150 0,087 0,036
Tabel 3 menunjukkan nilai intensitas seleksi tertinggi adalah 2,463 yang dicapai
menggunakan 0,47 % (1 ekor) jantan dengan 5,62 % (10 ekor) betina. Kemajuan genetik
yang dicapai dalam populasi akan cepat karena jumlah populasi yang seimbang karena
sesuai dengan ratio jantan dan betina yang digunakan serta dilihat dari segi usaha
pemeliharaan ternak akan lebih efektif. Ratio antara jantan dan betina yang digunakan
untuk ternak domba adalah 1 : 10.
Dugaan Nilai Respon Seleksi Bobot Lahir
Besarnya kemajuan genetik yang diperoleh sebagai akibat adanya seleksi, dapat
diduga dengan menghitung besarnya dugaan respon seleksi. Pendugaan nilai respon
seleksi dipengaruhi oleh nilai heritabilitas (h2), intensitas seleksi (i) dan simpangan baku
phenotip ( ). Respon seleksi yang optimal dapat diperoleh dengan menstimulasi
besarnya nilai intensitas seleksi jantan atau betina yang akan digunakan sebagi tetua pada
generasi berikutnya (Anang et al., 2003).
Nilai respon seleksi bobot lahir domba Garut yang meliputi bobot lahir, berguna
untuk menduga besarnya nilai kemajuan genetik bobot lahir domba Garut pada generasi
berikutnya. Respon seleksi dapat dihitung dengan rumus (Hardjosubroto, 1994):
= 2
Keterangan:
: Respon seleksi
i : Intensitas seleksi
2
: Heritabilitas
: Simpangan baku phenotip
Dugaan nilai respon seleksi bobot lahir domba Garut berdasarkan heritabilitas (h2)
bobot lahir sebesar 0,12 dan simpangan baku phenotip ( ) sebesar 0,45 pada berbagai
intensitas seleksi disajikan dalam Tabel 4.
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

Tabel 4. Dugaan Nilai Respon Seleksi Bobot Lahir Domba Garut Berdasarkan
Heritabilitas Bobot Lahir
% 0,47 1,87 3,74 5,61 7,48 9,35
% Ekor 1 4 8 12 16 20
5,62 10 0,133 0,120 0,113 0,109 0,105 0,103
16,85 30 0,119 0,106 0,099 0,095 0,091 0,089
33,71 60 0,107 0,095 0,088 0,084 0,080 0,077
50,56 90 0,100 0,087 0,080 0,076 0,072 0,069
67,47 120 0,093 0,080 0,073 0,069 0,065 0,063
84,27 150 0,086 0,073 0,067 0,062 0,059 0,056
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengambilan proporsi ternak terseleksi
mempengaruhi besarnya respon seleksi. Semakin besar proporsi ternak terseleksi akan
menurunkan intensitas seleksi dan nilai respon seleksi akan semakin kecil. Nilai respon
seleksi bobot badan domba Garut berdasarkan heritabilitas bobot lahir tertinggi adalah
0,133 kilogram yang dicapai pada jumlah proporsi ternak jantan 0,47 % (1 ekor) dan
jumlah proporsi ternak betina 5,62 % (10 ekor). Berdasarkan hasil tersebut dapat diduga
peningkatan bobot lahir domba Garut pada saat lahir adalah 0,133 kilogram pada generasi
berikutnya. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya pengaruh genetik induk,
pemeliharaan selama fase kebuntingan, serta jumlah ternak yang digunakan sebagai tetua
pada generasi berikutnya.
Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan
sendiri atau untuk diperjualbelikan (Kementrian Pertanian, 2006). Penggunaan intensitas
seleksi tertinggi pada penelitian ini disebabkan oleh UPTD BPPTD Margawati
merupakan balai pembibitan. Sehingga, digunakan intensitas seleksi yang lebih besar
untuk perbanyakan (multiplikasi).
Pendugaan respon seleksi berguna untuk memperkirakan performa domba Garut
pada generasi berikutnya. Pada penelitian ini peningkatan bobot lahir domba Garut
melalui pendugaan nilai respon seleksi bobot lahir berdasarkan heritabilitas bobot lahir
adalah sebesar 0,36 kilogram.
4. KESIMPULAN
Rata-rata bobot lahir domba Garut di UPTD BPPTD Margawati adalah 2,8
kilogram dengan nilai heritabilitas bobot lahir domba Garut di UPTD BPPTD Margawati
adalah 0,12. Nilai heritabilitas bobot lahir termasuk dalam kategori sedang.
Nilai respon seleksi bobot lahir domba Garut berdasarkan heritabilitas bobot lahir
tertinggi adalah 0,133 kilogram yang dicapai pada jumlah proporsi domba jantan 0,47 %
(1 ekor) dan jumlah proporsi domba betina 5,62 % (10 ekor).
5. DAFTAR PUSTAKA
Anang, A., Dudi and D. Heriyadi. 2003. Characteristics and Proposed Genetic
Improvement of Priangan Sheep in Small Holders. Research Report. Faculty of
Animal Husbandry, Padjadjaran University Jatinangor, West Java. Indonesia.

Anang, A., H. Indrijani, D. Rahmat dan Dudi. 2013. Uji Performance Domba Garut Di
UPTD BPPTD Margawati Garut Jawa Barat. Laporan Penelitian. Balai
Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Jawa Barat Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Respon Seleksi Domba Garut........................................................... Erwin Jatnika Priyadi

Baehaki, A 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Program Studi
Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.

Gatenby, R. M. 1986. Sheep Production in The Tropics and Sub Tropics. 1st Edition.
Longman Inc. New York.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo. Jakarta.


Hal. 1-5: 7: 32-34: 38-39: 53: 55: 211.

Heriyadi, D. 2011. Pernak Pernik dan Senarai Domba Garut. Unpad Press. Bandung.
Hal. 1: 5-7.

Kementrian Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


57/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan
Domba yang baik (Good Breeding Practice). Berita Negara Republik Indonesia.
Indonesia.

__________________. 2012. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


19/Permentan/OT.140/3/2012 tentang Persyaratan Mutu Benih, Bibit Ternak,
dan Sumber Daya Genetik Hewan. Berita Negara Republik Indonesia. Indonesia.

Mulliadi, D. 2013. Modul Praktikum Manajemen Pemuliaan Ternak. Universitas


Padjadjaran. Sumedang. Hal. 3.

Anda mungkin juga menyukai