Anda di halaman 1dari 10

Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

MIXING
Gita Anggoro Putri, Siti Ermi, Evin Fajri Irchamsyah
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

1. TUJUAN PRAKTIKUM pengaduk jenis propeller. Di sekitar turbin terjadi daerah


Tujuan dalam praktikum mixing kali ini ada 5, turbulensi, arus dan geseran yang kuat antar fluida [2].
diantaranya adalah untuk mengetahui jenis pola air dari
berbagai impeller, menghitung torsi dari proses 3.2 Power
pengadukan, menghitung power dari proses pengadukan, Besar daya atau power (P) pengadukan berbeda-beda
menganalisis fenomena vortex pada tangki berpengaduk, tergantung pada jenis impeller yang digunakan. Besar
dan yang terakhir adalah menganalisis Froude Number. power (P) pada proses pengadukan akan mempengaruhi
kecepatan pengadukan yang dihasilkan. Jika dalam suatu
2. VARIABEL PRAKTIKUM sistem pengadukan kecepatan (variabel) telah ditentukan,
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa variabel yang maka nilai power dapat dihitung. Menurut hasil percobaan,
digunakan, dengan menggunakan air dan gliter sebagai nilai power yang didapat dengan menggunakan impeller
bahan yang digunakan. Adapun variabel lain adalah turbine lebih besar dari pada yang menggunakan impeller
kecepatan pengadukan (Rpm) untuk masing-masing propeller. Hal ini disebabkan karena ukuran (diameter)
impeller mulai dari 80-400 (Rpm) dengan perbedaan impeller turbine lebih besar yaitu sebesar 0,05 m dibanding
interval pada masing masing kecepatan adalah 80 (Rpm). diameter impeller propeller yaitu 0,04 m. Selan itu, bentuk
dari impeller turbin yang menyerupai agitator berdaun
3. HASIL DAN PEMBAHASAN banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan dapat
3.1. Jenis Pola Air berputar pada kecepatan tinggi sehingga mengakibatkan
Berdasarkan hasil praktikum, pola aliran yang terjadi power yang diperlukan juga tinggi.
yaitu axial dan radial. Perbedaan pola aliran dipengaruhi
oleh jenis impeller yang digunakan. Penggunaan impeller 3.3 Torsi
propeller menghasilkan pola aliran axial dan tangensial, Torsi adalah kemampuan suatu benda untuk berputar,
sedangkan impeller turbine menghasilkan pola aliran dimana torsi ini dipengaruhi oleh power yang diberikan.
radial dan tangensial. Fungsi dari impeller adalah untuk Sehingga power berbanding lurus dengan torsi.
mempercepat proses mixing sehingga dalam waktu tertentu Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada Tabel
akan mencapai viskositas yang seragam dan tergantung 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan aliran
pada kecepatan putaran dari impeller tersebut. Jarak antara maka daya pengadukan semakin besar sehingga
impeller dengan dasar gelas beker 1/8 dari tinggi menyebabkan nilai torsi juga semakin besar.
campuran. Hal tersebut bertujuan agar distrubusi aliran
yang merata sehingga campuran menjadi homogen dan 3.4 Fenomena Vortex
didapat viskositas yang homogen diseluruh campuran. Vortex adalah pusaran air yang membentuk aliran yang
Variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran bergerak secara tangensial. Pada penggunaan impeller
adalah kecepatan putaran impeller yang digunakan. Variasi propeller, terbentuknya vorteks mulai terjadi pada variabel
kecepatan putaran impeller bisa memberikan gambaran ketiga yaitu pada kecepatan putaran 240 rpm, sedangkan
mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik yang pada penggunaan impeller turbine vortex mulai terbentuk
dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran [4]. pada variabel kedua yaitu pada kecepatan putaran 160 rpm.
Impeller propeller dapat digunakan untuk cairan yang Hal ini ditandai dengan adanya pola aliran melingkar
memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung pada disekitar pengaduk (tangensial). Jika tangki tidak bersekat
ukuran serta bentuk tangki[2.. Pada percobaan dengan (un-buffle), maka pengaduk jenis aliran axial maupun
menggunakan impeller propeller. pola aliran yang radial biasanya menghasilkan aliran melingkar. Karena
terbentuk pada kecepatan putaran pertama dan kedua, yakni pusaran itu terlalu kuat, maka untuk semua jenis impeller
pada kecapatan putaran 80 dan 160 rpm adalah axial vorteks yang terbentuk akan mencapai pengaduk, sehingga
karena arah aliran sejajar dengan sumbu poros impeller. gas diatas permukaan akan terhisap. Namun, jika tangki
Pada variasi ketiga sampai kelima pola alirannya radial dan terdapat sekat (buffle), maka akan mengakibatkan aliran
tangensial. Hal ini ditandai dengan terbentuknya vortex berbelok arah dari tepi dinding menuju pusat tangki,
yang mengakibatkan naiknya permukaan pada tepi tangki sehingga efek pencampuran lebih efektif.
dan terdapat pergerakan gliter yang mendekati dinding
tangki pengaduk. 3.5 Froude Number
Kemudian pada percobaan dengan menggunakan
impeller turbin, pola aliran yang terbentuk pada kecepatan Bilangan Froude adalah bilangan tak berdimensi yang
putaran pertama, yakni 80 rpm adalah axial. Karena arah menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan
aliran sejajar dengan sumbu poros impeller tersebut. gaya gravitasi. Bilangan ini hanya diperhitungkan pada
Namun, setelah bertambahnya kecepatan perputaran sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat (un-buffle).
impeller pada variasi kecepatan putaran 160, 240, 320, dan Pada sistem ini bentuk permukaan cairan dalam tangki
400 rpm aliran berubah menjadi radial dan tangensial. Hal akan dipengaruhi gravitasi sehingga membentuk pusaran
ini ditandai dengan terbentuknya vortex yang (vortex). Vortex akan muncul jika bilangan Froude >1
mengakibatkan naiknya permukaan pada tepi tangki secara untuk aliran sub kritis, sedamgkan aliran kritis bilangan
signifikan dan terdapat pergerakan gliter yang berada Froude = 1 dan aliran super kritis bilangan Froude > 1[5]..
dipusat pusaran. Pengaduk jenis turbin digunakan pada Jadi aliran dalam praktikum ini dapat dikategorikan sebagai
viskositas fluida yang rendah, sama halnya dengan alian sub kritis yang memiliki kedalaman cukup besar dan
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

kecepatan aliran rendah[6]., sehingga memungkinkan


terjadinya vorteks meki bilangan Froude pada data hasil
praktikum < 1.
Dari hasil pengamatan dihasilkan bilangan froude
sepeti pada Tabel 5. Pada saat kecepatan pengadukan
dibawah 160 rpm belum terbentuk vortex, sedangkan pada
saat kecepatan pengadukan lebih dari 160 rpm, pada
impeller turbin telah terbentuk vortex dan pada impeller
propeller belum terbentuk vortex. Hal tersebut
dikarenakan dalam tangki berpengaduk jika N Re < 10 maka
aliran laminar, jika NRe > 104 maka turbulen dan diantara
keduanya adalah transisi. Pola aliran laminar adalah pola
aliran yang mengalir dalam lapisan dan alirannya tenang.
Pola aliran turbulen adalah aliran yang bersifat
bergejolak[1]. Dari hasil perhitungan pada praktikum, NRe
seperti pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sistem
mengalami aliran turbulen. Hal tersebut menjadikan
munculnya vortex dalam skala besar.
Berdasarkan hasil praktikum, desain tangki yang tepat
yaitu menggunakan impeller turbine karena impeller
tersebut memiliki daya dan torsi yang besar sehingga lebih
tepat untuk pengadukan. Untuk mengurangi vortex, tangki
dipasang baffle untuk mengurangi vortex, sehingga
diperoleh pencampuran yang lebih efektif dan efisien.

4. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum, dapat disimpulkan bahwa
impeller propeller menghasilkan pola aliran axial,
sedangkan impeller turbine menghasilkan pola aliran
radial. Besar daya yang diperlukan guna memutar impeller
turbine lebih besar daripada menggunakan impeller
propeller karena impeller turbin berputar dengan kecepatan
tinggi, sehingga daya yang diperlukan juga semakin besar
dan sebaliknya. Karena power berbanding lurus dengan
nilai torsi, maka nilai torsi dipengaruhi oleh power yang
diberikan, sehingga semakin besar daya maka semakin
besar pula nilai torsinya. Vortex menunjukkan
keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia.
Dalam teori, vortex akan muncul jika bilangan Froude >1.
Biasanya untuk mengurangi vortex, tangki dipasang buffle
sehingga akan diperoleh pencampuran yang homogen,
lebih efektif dan efisien.

REFERENSI
[1]. Earle R L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan
Pangan. Jakarta : Sastra Hudaya.
[2]. Mc Cabe W L, Smith Julian C dan Harriott Peter.
1993. Unit Operation of Chemical Engineering, 5th
Edition. Singapore : Mc Graw Hill Book
[3]. Mc. Cabe, W.L. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering. Singapura : Tioon Well Finishing Co.
Ltd.
[4]. Yudisaputro, Fibula. 2012. Perubahan Konsentrasi
Larutan Gula pada Dehidrasi Osmotik Irisan
Mangga (Mangifera Indica L.) dan Pengaruhnya
Terhadap Kebutuhan Daya Pengadukan. Fakultas
Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor
.
[5]. Mulia, Ahmad Perwira.2001. Angkutam dan Emdapan.
Fakultas Islam Sumatera Utara.

[6].Mahmudi, muhammad Jauharil dan Wijaya, Findi


Rahardian. 2015. Makalah Aliran Kritis, Subkritis,
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

LAMPIRAN

DATA PENGAMATAN
A. Pola Aliran Hasil Pengadukan

Tipe pengaduk : Impeller propeller


Diameter propeller : 0,04 m = 4 cm
Diamter beaker glass : 10,5 cm
Tabel 1. Data pengamatan mixing menggunakan impeller propeller

Kecepatan (Rpm) Pola Aliran Tinggi Vortex (Cm)

80 Axial 0

160 Axial 0

240 Radial, Tangensial 0,5

320 Radial, Tangensial 1,4

400 Radial, Tangensial 2

Tipe pengaduk : Impeller turbin


Diameter turbin : 0,05 m = 5 cm
Diamter beaker glass : 10,5 cm

Tabel 2. Data pengamatan mixing menggunakan impeller turbine

Kecepatan (Rpm) Pola aliran Tinggi vortex (cm)

80 Axial 0

160 Radial, Tangensial 0,2

240 Radial, Tangensial 0,5

320 Radial, Tangensial 1,4

400 Radial, Tangensial 2,4

B. Data Perhitungan
Diketahui :
Diameter beaker glass (D) = 10,5 cm
L/D =1
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

Tinggi larutan (H) = Diamter beaker glass (D) x 1


= 10,5 cm x 1
= 10,5 cm
V air = 880 x 10-6 m3
Cleareance = 1/8 H
= 1/8 x 10,5 cm
= 1,3 cm
Densitas () = 997,08 Kg/m3
Viskositas () = 8,9 x 10-4 Kg/ms
Percepatan Gravitasi (g) = 9,8 m/s2
Diameter Impeller (D)
a. Impeller propeller (4 cm) = 0,04 m
b. Impeller turbine (5 cm) = 0,05 m

Data perhitungan yang dicari:


a. Kecepatan dalam satuan Rps (N)
N (Rps) = N(Rpm) / 60
b. Reynold Number (Re)
Re = ( x D2 x N) /
c. Number Power (Np)
Nilai Np untuk impeller propeller dan turbin diperoleh dari grafik 1 dan 2 dengan
cara memplotkan bilangan Re pada grafik (McCabe, Warren L.1993).
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

Grafik 1. Hubungan antara NRe dan Np untuk impeller propeller

Grafik 2. Hubungan antara NRe dan Np untuk impeller turbin


d. Power (P)
P = (Np x x N3 x D5) / g
e. Torsi ()
P=x
= P / (2 x pi x N)
f. Froude Number (Nfr)
Nfr = (N2 x D) / g
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

Hasil Perhitungan

Tabel 3. Nilai Daya (P) pada Masing-masing Impeller


Kecepatan Daya pada impeller propeller Daya pada impeller turbine
(rpm) (watt) (watt)
80 1,85 x 10-5 1,26 x 10-4
160 1,33 x 10-4 1 x 10-3
240 4,27 x 10-4 3,05 x 10-3
320 7,91 x 10-4 5,2 x 10-3
400 1,57 x 10-3 1 x 10-2

Tabel 4. Nilai Torsi pada Masing-masing Impeller


Kecepatan Daya impeller Daya impeller Torsi impeller Torsi impeller
(rpm) propeller turbine (watt) propeller (Nm) turbine (Nm)
(watt)
80 1,85 x 10-5 1,26 x 10-4 2,24 x 10-6 1,54 x 10-5
160 1,33 x 10-4 1 x 10-3 7,86 x 10-6 5,9 x 10-5
240 4,27 x 10-4 3,05 x 10-3 1,7 x 10-5 1,22 x 10-4
320 7,91 x 10-4 5,2 x 10-3 2,37 x 10-5 1,56 x 10-4
400 1,57 x 10-3 1 x 10-2 3,27 x 10-5 2,38 x 10-4

Table 5. Data Nilai NRe dan NFr


Kecepatan NRe pengaduk NRe pengaduk NFr pengaduk NFr pengaduk
(rpm) jenis jenis turbine jenis jenis turbine
propeller propeller
80 0,23 x 104 0,36 x 104 0,00689 0,00862
160 0,48 x 104 0,76 x 104 0,02975 0,03719
240 0,72 x 104 1,12 x 104 0,06530 0,08163
320 0,95 x 104 1,48 x 104 0,11465 0,14331
400 1,2 x 104 1,88 x 104 0,18322 0,22903
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

C. Foto Hasil Pengamatan


1. Impeller Propeller

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Saat Putaran 800 (Rpm) Saat Putaran 80 (Rpm) Aliran Axial saat 80
(Rpm)

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Saat Putaran 160 (Rpm) Aliran Axial saat 160 Saat Putaran 240 (Rpm)
(Rpm)

Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.


Saat Putaran 240 (Rpm) Saat Putaran 320 (Rpm) Saat Putaran 320 (Rpm)
Terbentuk Vorteks Terbentuk Vorteks
(Radial) (Radial)

Gambar 10. Gambar 11.


Saat Putaran 400 (Rpm) Saat Putaran 400 (Rpm)
Terbentuk Vorteks (Radial)
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

2. Impeller Turbine

Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.


Saat Putaran 800 (Rpm) Saat Putaran 800 Saat Putaran 80 (Rpm)
(Rpm)
Terbentuk Vorteks
(Radial)

Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17.


Saat Putaran 80 (Rpm) Saat Putaran 160 Saat Putaran 160
Aliran axial (Rpm) (Rpm)
Terbentuk Vorteks
(Radial)
Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, 17 Oktober 2017, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20.


Saat Putaran 240 Saat Putaran 240 (Rpm) Saat Putaran 320
(Rpm) Terbentuk Vorteks (Rpm)
(Radial)

Gambar 21. Gambar 22.


Saat Putaran 400 Saat Putaran 400 (Rpm)
(Rpm) Terbentuk Vorteks
(Radial)

Anda mungkin juga menyukai