Hematokezia
Oleh:
Muhammad Irfan H
I4A011018
Pembimbing:
DR. dr. Agus Yuwono, Sp.PD-KEMD, FINASIM
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
Hematokezia
Oleh
Muhammad Irfan H
Pembimbing
..
DR. dr. Agus Yuwono, Sp. PD-KEMD, FINASIM
.
DR. dr. Agus Yuwono, Sp. PD-KEMD, FINASIM
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hematokezia diartikan sebagai darah segar yang keluar melalui anus dan
berasal dari usus halus atau saluran cerna bagian atas (bagian proksimal dari
ligamentum treitz) melalui transit yang cepat dan banyak juga dapat menimbulkan
dunia dan 20-33% dari episode perdarahan saluran cerna dengan 20-27 kasus per
teridentifikasi sumber perdarahannya berasal dari kolon dan 3-5% sisanya berasal
dari usus halus. Secara statistik frekuensi kematian akibat perdarahan saluran cerna
bagian bawah lebih jarang dari perdarahan saluran cerna bagian atas (mortalitas
akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,5-7% sementara akibat
dari hematokezia ringan (80% kasus dalam keadaan akut dan berhenti dengan
3
sendirinya tanpa mempengaruhi kestabilan tanda vital) sampai masif yang disertai
syok (Hanya terjadi pada 15% pasien dan berdampak pada tanda vital, kestabilan
hemodinamik dan anemia asimptomatis) (4,5). Insidensi lebih tinggi pada pria
dibanding wanita. Insidensinya juga meningkat pada pasien lanjut usia (>60 tahun)
(3).
Hematokezia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan diantaranya
hemoroid (penyebab paling sering pada pasien dengan usia <50 tahun), karsinoma,
dimana terdapat perbedaan pada faktor predisposisi usia pasien, manifestasi klinis
didiagnosis hematokezia. Pasien dirawat sejak tanggal 13 maret 2015 sebagai pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hematokezia diartikan sebagai darah segar yang keluar melalui anus dan
4
Hematokezia lazimnya menunjukan perdarahan kolon, meskipun perdarahan yang
berasal dari usus halus atau saluran cerna bagian atas (bagian proksimal dari
ligamentum treitz) melalui transit yang cepat dan banyak juga dapat menimbulkan
B. Epidemiologi
Hematokezia yang merupakan manifestasi perdarahan saluran cerna bagian
dunia dan 20-33% dari episode perdarahan saluran cerna dengan 20-27 kasus per
teridentifikasi sumber perdarahannya berasal dari kolon dan 3-5% sisanya berasal
dari usus halus. Secara statistik frekuensi kematian akibat perdarahan saluran cerna
bagian bawah lebih jarang dari perdarahan saluran cerna bagian atas (mortalitas
akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,5-7% sementara akibat
C. Etiologi
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah :
a. Perdarahan divertikel kolon
Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus
melalui lapisan otot. Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan
makan pasien. Pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan makanan yang
tidak atau kurang berserat, akibatnya tinja yang terbentuk keras dan volumenya kecil,
sehingga kolon harus berkontraksi lebih keras untuk menggiring tinja keluar, maka
sering timbul tekanan tinggi dalam kolon biasanya di bagian bawah. Tekanan yang
besar ini dapat menekan celah lemah pada dinding usus. Paling sering divertikel
ditemukan di bagian sigmoid. Kelainan ini lebih sering ditemukan usia lebih dari 50
tahun. Pasien dengan divertikel yang cukup banyak disebut divertikulosis. Bila
divertikel ini meradang disebut divertikulitis. Penonjolan ini besarnya berkisar antara
5
beberapa milimeter sampai dua centimeter. Leher divertikel dan pintunya biasanya
sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk fecolith (6,7).
Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan seperti
mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena gangguan
pengerasan usus sampai keluhan berat seperti pecahnya usus, abses dan perdarahan.
Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri. Abses
ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri disertai keluhan
sembelit, demam dan keadaan umum penderita buruk. Perdarahan baru nyata setelah
keluar perdarahan saat penderita BAB, dan mungkin terjadi anemia. Pada penderita
usia lanjut, dapat terjadi perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan syok dan
tidak jarang memerlukan transfusi darah (6,7).
b. Angiodisplasia
Angiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan
saluran cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen
dari angiodisplasia kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus. Angiodisplasia
adalah lesi degeneratif yang berkaitan dengan penuaan. Dua pertiga pasien dengan
6
angiodisplasia berusia di atas 70 tahun. Patogenesis angiodisplasia tidak
diketahui,mungkin disebabkan oleh parsial, obstruksi intermiten,mulai dari vena-
vena submukosa sampai terjadinya dilatasi, sehingga hubungan arteriovenosa
didirikan. Angiodisplasia didiagnosis dengan menggunakan kolonoskopi dan
angiography (7).
c. Arteriovenous Malformation
AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada
3-40% pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada 1-
2% dari spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa
pembuluh darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena tanpa campur
tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan, dan 47% persen
pasien mengalami hematochezia yang tanpa nyeri serupa dengan perdarahan yang
disebabkan oleh penyakit divertikular, dapat pula muncul berupa perdarahan yang
kronik dan intermitten. Faktor resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60
tahun, lokasi di sisi kanan kolon, dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal
ginjal kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan terbaik untuk AVMs adalah
angiography (8).
d. Kolitis
Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau
inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri,
yang terjadi pada individu yang rentan. Pelepasan bahan toksin menimbulkan reaksi
inflamasi yang menyebabkan perubahan mukosa dan dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu
kolitis ulseratif non spesifik dan kolitis Crohn. Kolitis ulseratif berlangsung lama dan
disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis
yang penting adalah nyeri abdomen, diare dan perdarahan rektum. Diagnosis banding
antara lain: kolitis infeksi, IBS, divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon.
(6,8).
Walaupun tidak ada tes darah yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun
biasanya terdapat kenaikan leukosit, amilase, kreatin fosfokinase dan serum laktat.
Foto rontgen polos biasanya tidak ditemukan sesuatu yang khas, meskipun tanda
7
edema submukosa dan pneumatosis dapat dilihat biasanya pada pasien dengan
penyakit lanjut. Diagnosa dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan
segmental kolon yang terkena. Evaluasi endoskopi dengan sigmoidoskopi atau
kolonoskopi dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang tidak
jelas diagnosanya dan tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis atau perforasi
(9).
e. Penyakit perianal
Penyakit perianal (hemoroid dan fissura ani), biasanya menimbulkan
perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Polip
dan karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan
oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu
dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma
kolon. Pemeriksaan dilakukan menggunakan anoskopi dan kolonoskopi. Kelainan
perianal diterapi dengan obat (suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering
kambuh sehingga skleroterapi / koagulasi, ligasi, atau intervensi bedah dapat
dipertimbangkan (7).
f. Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan
terjadi pada usia tua.Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan
bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi
(occult blood). Diagnosis dibuat menggunakan barium enema, kolonoskopi dan
biopsi. Pengelolaan tumor saluran cerna bagian bawah adalah dengan eksisi, baik
dibantu oleh endoskopi atau melalui operasi (7).
D. Manifestasi Klinis
8
marun menandakan lesi pada kolon bagian kanan atau usus halus. Feses hitam
(melena) diprediksi berasal dari bagian proksimal dari ligamentum Treitz. Sering
terjadi perdarahan masif dengan ketidakstabilan hemodinamik. Perdarahan dalam
volume besar tanpa nyeri biasanya menunjukkan perdarahan divertikuler. Diare
berdarah dengan nyeri perut, urgensi, atau tenesmus merupakan karakteristik dari
inflammatory bowel disease, colitis infeksius, atau colitis iskemik (10).
Pemeriksaan laboratorium:
1) Darah: cito dan pemeriksaan darah lengkap. Selanjutnya perlu dicek Hb dan Ht
tiap 6 jam.
2) Elektrolit
3) BUN / serum creatinin
4) Liver Function Test
9
5) Faktor Pembekuan : Prothrombin Time (PT)
: activated Partial Thrombin Time (aPTT)
b. Urgent Colonoscopy
Urgent colonoscopy dalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam
setelah episode perdarahan. Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim
dengan air atau gliserin enema. Baru-baru ini digunakan polietilen glikol. Penyakit
yang paling sering ditemukan oleh kolonoskopi mendesak adalah kolitis iskemik
transien .Urgent colonoscopy dianggap aman dan berguna untuk pemeriksaan pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah akut dan hemostasis (8).
10
c. Flexible Sigmiodoskopi
Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 65 cm kedalam lumen kolon dan dapat
mencapai bagian proksimal dari kolon kiri.1 Dapat digunakan tanpa sedatif dan
dengan persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat
terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan
digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya;
kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible
sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun merupakan metode yang
direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik yang berada pada
tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous
yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya
kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang berada di distal kolon
biasanya berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10%
pasien (8).
d. Anoskopi
Anoskopi berguna hanya untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di
daerah anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna dan
fissura anal. Lebih diutamakan daripada fleksibel sigmoidoskopi untuk mendeteksi
hemoroid pada pasien rawat jalan (8).
d. Barium Enema
Barium enema adalah suatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras
barium sulfat kemudian difoto dengan sinarX sehingga akan tampak gambaran usus
dan bisa melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip atau massa. Pada
pasien muda dengan hematochezia minimal yang dengan fleksibel sigmoidoskopi
memberikan hasil negatif, barium enema merupakan alternatif dibandingkan
kolonoskopi (8).
e. Angiography
11
Merupakan satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada pembuluh darah
seluruh tubuh dengan menggunakan sinar X. Perdarahan yang bisa dideteksi oleh
angiography adalah perdarahan yang masif yaitu sekitar 0,5-1,5 ml/min (8).
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
2. ANAMNESIS
datang dengan keluhan berak bercampur darah sejak 1 bulan yang lalu.
12
Keluhan sempat menghilang dan muncul lagi 1 minggu sebelum MRS.
keluar sedikit dan berwarna merah segar. 1 hari sebelum masuk rumah sakit
pasien berak darah lagi dengan kotoran yang berwarna kecoklatan, dengan
konsistensi cair dan berlendir. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut dibagian
kiri bawah dan dibawah pusar, nyeri perut terasa seperti ditusuk-tusuk. Dalam
sebulan ini pasien merasa berat badannya menurun, tubuhnya terasa lemas,
Banjarmasin.
3. Pemeriksaan fisik
pegas
Laju nadi : 62 kali/menit, kuat angkat, teratur
Laju nafas : 19 kali/menit
Suhu tubuh (aksiler) : 36,0 oC
Kepala dan leher
Kulit : Normal
Kepala : Normosefali
Leher : Pembesaran KGB (-/-), nyeri tekan (-/-),
JVP normal
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Nyeri tekan (-/-) serumen minimal (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut : Mukosa lembap, ulkus (-)
Toraks
Paru Ins : Dada datar, tarikan nafas simetris
13
Pal : Fremitus vokal simetris
Per : Suara perkusi sonor (+/+)
Aus : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Ins : Ictus cordis tidak terlihat
Pal : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
midclavicula sinistra
Aus : S1 dan S2 tunggal, reguler, dan tidak terdengar suara
bising
Abdomen
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Shifting dullness (-) undulasi (-)
Palpasi : Turgor cepat kembali, nyeri tekan
- - -
- - -
- + +
Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Eksremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Tinja tanggal 10 Maret 2015 di RS
Bhayangkara Palangka Raya
Parameter
Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Makroskopis
Konsistensi Padat
Warna Kecoklatan Kuning
Bau Khas Khas
Darah Negatif Negatif
Parasit Negatif Negatif
Lain-lain
Mikroskopis
Serat Makanan Positif
Lemak Positif
14
Leukosit Negatif Negatif
Eritrosit 1-2 Negatif
Telur Cacing Negatif Negatif
Amuba Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
15
Cue & Clue PL Idx PDx PTx Planning
Monitoring
Anamnesis: Hematokezia Hematokezia ec Rectal Bed rest Keadaan
Tn. S DD: Touche Diet tinggi umum
63 tahun Darah rutin serat Tanda vital
BAB cair 1. Malignancy Elektrolit IVFD RL Tanda-tanda
berlendir 2. Colitis PT/APTT 20 tpm perdarahan
Berak ulcerative Colon in Inj.
bercampur 3. Diverticulosis loop Omeprazole
darah 4. Hemorroid Kolonoskopi 2x1
Darah Inj.
berwarna Buskopan 1
merah segar amp
Nyeri perut Inj. Asam
traneksamat
Penurunan
3x1
BB
Lemas
Pemeriksaan
fisik:
Tanda vital:
TD: 130/70
N: 62x/m
RR: 19x/m
T: 36,0 oC
Nyeri tekan
abdomen
- - -
- - -
- + +
Lab:
Eritrosit
feses (+)
16
Hb: 11,3
Eritrosit:
3,83
Hematokrit:
32
Follow Up
17
(+)
Sesak (+)
16/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 63x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAK warna RR: 20x/mnt - Divertikulosis Inj. Buskopan
teh (-) T: 35,7OC - Malignancy 1 amp
Nafsu Inj. OMZ 2x1
makan (+) Rontgen Inj. Asam
Badan lemas thorax Traneksamat
(+) normal 3x1
Sesak (-)
17/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 75x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAK warna RR: 22x/mnt - Divertikulosis Inj. OMZ 2x1
teh (-) T: 35,9OC - Malignancy Inj. Asam
Nafsu Traneksamat
makan () 3x1
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
18/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 72x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAK warna RR: 22x/mnt - Divertikulosis Inj. OMZ 2x1
teh (-) T: 35,6OC - Malignancy PO. Salofalk
Nafsu 3x1 tab
makan (+)
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
Nyeri perut
(+)
19/3/2015 BAB darah TD: 120/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 72x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAK warna RR: 22x/mnt - Divertikulosis Inj. OMZ 2x1
teh (-) T: 36,9OC - Malignancy PO. Salofalk
Nafsu 3x1 tab
makan ()
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
20/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 76x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 20x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
18
hitam (+) T: 36,8OC - Malignancy 3x1 tab
BAK warna PO.
teh (-) Lansoprazole
Nyeri perut 2x1
(+)
Nafsu
makan (+)
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
21/3/2015 BAB darah TD: 120/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 89x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 22x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (+) T: 35,6OC - Malignancy 3x1 tab
BAK warna PO.
teh (-) Lansoprazole
Nyeri perut 2x1
(+)
Nafsu
makan ()
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
22/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 75x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 20x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (+) T: 36,1OC - Malignancy 3x1 tab
BAK warna PO.
teh (-) Lansoprazole
Nyeri perut 2x1
(+)
Nafsu
makan (+)
Badan lemas
(+)
BAB cair
berlendir (+)
23/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 76x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 16x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (-) T: 35,7OC - Malignancy 3x1 tab
Nyeri perut PO.
(+) Lansoprazole
Nafsu 2x1
19
makan (+) PO.
Badan lemas Loperamid
(+) 2x1
BAB cair
berlendir (+)
24/3/2015 BAB darah TD: 110/60 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 74x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 16x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (+) T: 35,8OC - Malignancy 3x1 tab
BAK warna PO.
teh (-) Lansoprazole
Nyeri perut 2x1
(+) PO.
Nafsu Loperamide
makan (+) 2x1
Badan lemas
(+) Konsul dr.
BAB cair Nani SP.PD
berlendir jam 21.00 :
(10x) Inj. Asam
traneksamat
3x1
25/3/2015 BAB darah TD: 120/60 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 74x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 17x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (-) T: 35,8OC - Malignancy 3x1 tab
Nyeri perut PO.
(+) Lansoprazole
Nafsu 2x1
makan () PO.
Badan lemas Loperamide
(+) 2x1
BAB cair Inj. Asam
berlendir (+) traneksamat
3x1
26/3/2015 BAB darah TD: 130/70 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 75x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 20x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (-) T: 35,6OC - Malignancy 3x1 tab
Nyeri perut PO.
(+) Lansoprazole
Nafsu 2x1
makan () PO.
Badan lemas Loperamide
(+) 2x1
BAB cair Inj. Asam
20
berlendir (+) traneksamat
3x1
27/3/2015 BAB darah TD: 110/60 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 78x/mnt - Colitis ulcerative tpm
BAB warna RR: 16x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
hitam (-) T: 35,9OC - Malignancy 3x1 tab
Nyeri perut PO.
(+) Lansoprazole
Nafsu 2x1
makan () PO.
Badan lemas Loperamide
(+) 2x1
BAB cair Inj. Asam
berlendir (+) traneksamat
3x1
28/3/2015 BAB darah TD: 130/60 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(+) N: 68x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 18x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
(+) T: 35,4OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+) PO.
BAB cair Loperamide
berlendir (-) 2x1
Inj. Asam
traneksamat
3x1
29/3/2015 BAB darah TD: 120/70 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 65x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 18x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
() T: 35,2OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+) PO.
BAB cair Loperamide
berlendir (-) 2x1
Inj. Asam
traneksamat
3x1
30/3/2015 BAB darah TD: 150/90 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 63x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 20x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
() T: 35,3OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
21
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+) PO.
BAB Loperamide
berlendir (+) 2x1
Inj. Asam
traneksamat
3x1
31/3/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 82x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 19x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
() T: 35,3OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+) PO.
BAB cair Loperamide
(+) 2x1
01/4/2015 BAB darah TD: 140/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 69x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 19x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
(+) T: 36,2OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+)
BAB cair
berlendir (+)
Nyeri kepala
(+)
02/4/2015 BAB darah TD: 130/80 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 76x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 18x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
() T: 35,8OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+)
BAB cair
berlendir (+)
Nyeri kepala
(+)
03/4/2015 BAB darah TD: 140/90 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 65x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 18x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
bawah (+) T: 35,1OC - Malignancy 3x1 tab
22
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+)
BAB cair
berlendir (+)
Nyeri kepala
(+)
04/4/2015 BAB darah TD: 140/90 Hematokezia ec. DD IVFD RL 20
(-) N: 65x/mnt - Colitis ulcerative tpm
Nyeri perut RR: 18x/mnt - Divertikulosis PO. Salofalk
bawah (+) T: 35,1OC - Malignancy 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Colonoscopy Lansoprazole
Badan lemas : Ditemukan 2x1
(+) adanya
BAB cair massa tumor
berlendir (+) recti
Nyeri kepala
(+)
05/4/2015 BAB darah TD: 130/70 Hematokezia ec. IVFD RL 20
(-) N: 79x/mnt Malignancy tpm
Nyeri perut RR: 17x/mnt PO. Salofalk
bawah (+) T: 35,8OC 3x1 tab
Nafsu PO.
makan () Lansoprazole
Badan lemas 2x1
(+)
BAB cair Konsul dr.
berlendir (+) Enita
Nyeri kepala : Inj. Ketorolac
(+) 2x1
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan berak darah sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya pasien mengalami keluhan yang sama
sejak sebulan sebelum masuk rumah sakit, kemudian sempat menghilang dan muncul
kembali beserta nyeri perut kiri bawah, pusing, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan dan lemas. Keluhan-keluhan pasien tersebut bersifat tidak khas dan
pada saluran cerna bagian bawah (terutama kolon). Manifestasinya bervariasi mulai
dengan perdarahan samar yang tidak dirasakan hingga perdarahan masif yang
merupakan penyebab tersering dari jenis perdarahan ini. Perdarahan yang bersifat
kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon (1,2).
Kebanyakan perdarahan saluran cerna bagian bawah tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit. Vernava dan kolega menemukan bahwa hanya 0,7% dari
pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang memerlukan perawatan di rumah
inflamasi terbatas pada mukosa dinding kolon. Penyakit ini 95% terjadi dibagian
rektum dan mampu meluas hingga ke seluruh bagian usus. Simptom utama adalah
diare berdarah yang sering diiringi kelainan rektal urgensi dan tenesmus. Pada hingga
24
50% pasien dengan kolitis ulseratif, perdarahan yang terjadi bersifat ringan sedang
dan hanya 4% saja yang menjadi perdarahan masif. Diagnosis ditegakkan dengan
manifestasi klinis dan didukung dengan hasil kolonoskopi, biopsi, serta hasil negatif
merupakan diagnosis dari rata-rata 23% pasien dengan gejala hematokezia akut (6).
penonjolan pada titik-titik lemah usus (biasanya pada titik dimana pembuluh darah
masuk ke dalam lapisan otot usus besar) dan membentuk seperti kantong dengan
ukuran 0,25-2,5 cm. Terkadang muncul divertikula raksasa dengan ukuran 2,5-15 cm
Kurangnya konsumsi serat akan menyebabkan penurunan massa feses menjadi kecil
dan keras, sehingga waktu transit kolon melambat dan mendorong absorbsi air lebih
banyak. Hal ini akan meningkatkan tekanan intraluminal secara berlebihan sehingga
beberapa tipe dari keganasan rectal, yaitu adenokarsinoma, tumor carcinoid, dan
tersering pada pasien (95%) adalah adenokarsinoma. Gejala yang muncul pada
pasien dengan keganasan rectal antara lain adalah diare, konstipasi, sering merasa
ingin buang air besar, perdarahan rectum, adanya darah pada feses, kram perut,
25
Pada pasien ini, dicurigai kegansan menjadi penyebab perdarahan. Hal ini
karena terdapat beberapa manifestasi dan data yang bersesuaian dengan karakteristik
1. Buang air besar berupa darah merah segar sampai merah tua.
2. Pria usia tua (>60 tahun).
3. Nyeri perut kiri bawah pada palpasi abdomen.
4. Lemas, pusing dan pucat.
5. Penurunan berat badan yang signifikan.
Pendekatan klinis dan pemeriksaan fisik biasanya belum mampu untuk
membedakan sumber perdarahan seperti kanker kolorektal dan kelainan lainnya (1).
Pasien diterapi dengan cara resusitasi cairan berupa pemberian infus ringer
laktat dan diberikan diet tinggi serat. Pasien juga diberikan obat-obatan injeksi
seperti omeprazol, buskopan, dan asam traneksamat untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan. Kondisi pasien mulai membaik pada tanggal 16 maret 2015 dimana rasa
nyeri perut, pusing dan lemas sudah menghilang. Namun pasien masih mengeluhkan
batas normal dan keadaan umum yang baik. Pada pemeriksaan colok dubur tidak
ditemukan massa tetapi didapat bercak darah merah tua pada jari pemeriksa.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan colon in loop pada tanggal 14 maret
dilakukan kolonoskopi pada tanggal 4 april 2015 dan didapatkan gambaran massa
tumor recti. Saat ini pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan biopsi jaringan
26
tumor pada rectum untuk mengetahui jenis keganasannya. Pasien masih dalam
BAB V
PENUTUP
terapi suportif dan simptomatik. Saat ini pasien sedang dikonsulkan ke dokter bedah
diigestif untuk ditangani lebih lanjut. Pasien dirawat sejak tanggal 13 maret 2015
hingga kini.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II. Jakarta: Interna
Publishing, 2014.
3. Michael JZ. Stanley WA. Crohns Disease. Maingots Abdominal Sugery 11th
Edition. New York; McGraw Hill, 2011.
10. Papadakis MA, Stephen JM. Current Medical Diagnosis and Treatment.
McGraw-Hill, Lange. 2015:581-83.
12. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2015. Atlanta: American
Cancer Society, 2015.
28