Gulma Pohon Karet
Gulma Pohon Karet
PAPER
Dosen Pengampu :
Oleh :
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
September, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat
ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada
awal musim hujan (Anonim, 2013).
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa
TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara
ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun (Anonim, 2013).
B. KASUS
Tanaman karet tidak lepas dari organisme pengganggu tanaman. Seperti kasus
yang terjadi di sebuah perkebunan karet yang dimiliki oleh perusahaan swasta
ditengarai pertumbuhannya kurang maksimal karena banyaknya gulma yang tumbuh
pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) umur 3 tahun. Mandor kebun telah
mengidentifikasi beberapa gulma yang mengganggu. Diantaranya adalah Imperata
Cylindrica, Mikania Micranta, Melastoma Malabathrium, Chromolaena Odorata,
Lantana Camara, Paspalum Conjugatum.
C. TINJAUAN PUSTAKA
I. OPT
OPT atau kepanjangan dari Organisme Pengganggu Tanaman adalah berbagai
organisme pengganggu tanaman baik yang berbentuk hama, penyakit maupun gulma
dalam bentuk preparat basah, preparat kering, maupun preparat hidup ( Tim
Penyusun, 2017). Salah satu organisme , yaitu gulma menyebabkan terjadinya
persaingan dalam memperebutkan kebutuhan hidup dengan tanaman budidaya untuk
mendapatkan air, unsur hara, cahaya, ruang tempat hidup, dan faktor-faktor tumbuh
lainnya (Anonim, 2017).
II. Tanaman Karet
Menurut anwar (2001), Tanaman karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tanaman atau pohon karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai
umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 15-20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang
setinggi 2,5 meter sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu
fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini
seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (hevea brasiliensis
muell.arg.) (Anonim, 2013)
Tanaman karet sendiri tidak asal tumbuh karena ada persyaratan tumbuhnya.
Diantaranya yaitu dengan Iklim yang tinggi tempatnya 0 sampai 200 m dpl. Dengan
curah hujan 1500 sampai 3000 mm/th. Dengan bulan kering kurang dari 3 bulan dan
kecepatan angin maksimumnya kurang atau sama dengan 30 km/jam. Syarat lainnya
yaitu pada tanah, yang mana kemiringan tanahnya kurang dari 10%, dengan jeluk
efektif lebih dari 100 cm , tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir,
dengan batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimah 15%. Dan ph tanah
kisaran antara 4,3-5,0 dengan drainase tanah yang sedang (Disbun, 2016).
Pada tanaman karet ini juga banyak ditemui kendala yang di sebabkan oleh
berbagai OPT(Organisme Pengganggu Tanaman) diantaranya yaitu :
A. Penyakit
1. Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Cr: Ali
a. Tanaman yang terserang jamur akar putih daun-daunya terlihat kusam, permukaan
daun menelungkup, layu dan gugur, adakalanya tanaman membentuk bunga/buah
lebih awal.
b. Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup
waktunya berbuah dan bertajuk tipis.
c. Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-
benang berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang
menempel kuat dan sulit dilepas.
f. Serangan lebih lanjut akan membentuk badan buah berbentuk setengah lingkaran
yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi
berwarna kuning muda atau keputihan (Wilson, 2012).
2. Penyakit Bidang Sadap
Penyakit pada bidang sadap sering di sebut dengan kanker bercak atau kanker
garis. Terjadi penggumpalan getah karet pada bidang sadap (Nur Haryono, 2012).
Gejala Serangan
a. Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap.
Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar
dengan alur sadap
b. Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman.
c. Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.
d. Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan
sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit.
e. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur
sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan
berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.
3.Mati kulit atau Kering Alur Sadap
Yang di maksudkan di sini adalah tidak ada nya getah yang maksimal pada bidang
sadap saat di lakukan penyadapan pada batang karet. hanya gumpalan kecil di sertai
air dari bidang sadap batang karet.
B. Hama
a. Babi Hutan (Sus barbatus, Sur scrofa vittatus)
Gejala Serangan
- Tanaman tiba-tiba tumbang
- Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kuning
C. Gulma
Adapun jenis gulma yang menyerang tanaman karet sangat banyak, akan
tetapi dari kasus yang kami dapatkan, yang mana pada tanaman karet ini mengalami
pertumbuhan yang kurang maksimal karena banyaknya gulma yang tumbuh pada
TBM( Tanaman Belum Menghasilkan) umur 3 tahun. Dan setelah mandor kebun
mengidentifikasi beberapa gulma yang mengganggu adalah Imperata Cylindrica,
Mikania Micranta, Melastoma Malabathrium, Chromolaena Odorata, Lantana
Camara, Paspalum Conjugatum.
a. Imperata Cylindrica (Alang-alang)
Alang-alang, ilalang atau lalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap
menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama daerah
seperti alalang, halalang, lalang, eurih, rih, jih, re, rii, kii, ki, rie, reya, eri, weri,
weli, dan kusu-kusu dan nguusu, wusu, wutsu, dan ain-lain ( Purnomomushidi,
2000).
Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak
suku Panicoideae.Dalam bahasa inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass,
speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai
bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena
sisi daunnya yang tajam melukai (Purnomomushidi, 2000).
d. Chromolaena Odorata
Lantana camara atau Bunga tahi ayam merupakan sejenis pokok yang tumbuh
meliar dan dipercayai berasal dari Amerika. Kini pokok ini telah banyak ditanam
sebagai tanaman landskap. Pokok ini merupakan sejenis tumbuhan renek yang
ketinggian mencapai sehingga 2m. Bunga tahi ayam mengeluarkan bau yang busuk
tetapi kuntuman bunganya yang cantik dan mempunyai pelbagai warna terang
menyebabkan ianya masih menjadi pilihan peminat bunga dan landskap. Variasi
warna bunga tahi ayam adalah kuning, oren, pink, putih, ungu dan kombinasi antara
warna-warna tersebut. Kehadiran minyak pati iaitu alfafelandrena yang mudah
meruap menyebabkan bunga tahi ayam berbau kuat (Adry, 2010).
f. Paspalum Conjugatum
PEMBAHASAN
A. Definisi Permasalahan
B. Analisis Permasalahan
Gulma pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu tidak
tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu pertumbuhan tanaman,
terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan produksi sampai dengan kematian tanaman
sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera
dikendalikan (Ainun, 2011).
a. Berikut kerugian langsung dan tidak langsung yang ditimbulkan Gulma
1) Gulma menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi karena terjadi
kompetisi dengan tanaman dalam pemanfaatan air, unsur hara, cahaya matahari, CO2, dan
ruang tumbuh.
2) Gulma disepanjang jalur tanaman karet akan menghambat pelaksanaan penyadapan dan
pengumpulan lateks sehingga meningkatnya biaya produksi atau pemanenan.
3) Gulma meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman karet sebesar 50-70% pada tanaman
belum menghasilkan, 20-30% pada tanaman menghasilkan.
4) Beberapa jenis gulma dapat mendorong berkembangnya penyakit tanaman karet karena
berperan sebagai inang suatu patogen dan meningkatkan kelembapan tanah disekitar
perakaran tanaman .
5) Gulma sering menjadi pemicu terjadinya kebakaran terutama pada pertumbuhan gulma
yang cukup lebat seperti alang-alang pada musim kemarau (Ronya, 2012) .
C. FORMULASI PEMECAHAN MASALAH/SOLUSI
b. Pengendalian Gulma
Diperkebunan karet gulma dapat dikendalikan dengan cara Mekanis, Kultur Teknis,
dan Kimiawi. Ketiga cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
sehingga dianjurkan diterapkan secara terpadu, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
petani agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul,
parang, dan peralatan manual lainnya. Namun cara ini membutuhkan waktu, tenaga, biaya
yang cukup tinggi serta dapat merugikan pertumbuhan tanaman karena dapat melukai akar
dan merusak fisik tanah selain itu cara mekanis di anggap kurang efektif karena gulma yang
perkembangbiakannya dalam tanah sulit terjangkau pengendaliannya.
Pengendalian gulma dengan cara kultur teknis dilakukan dengan cara menanam
tanaman penutup tanah seperti leguminosa. Tanaman ini selain efektif menekan pertumbuhan
gulma, tetapi juga dapat menambah bahan organik dan unsure hara dalam tanah. Namun cara
ini memerlukan biaya relatif tinggi sehingga hanya sebagian kecil petani yang dapat
menerapkannya (Zaenal Abidin, 2015).
Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida mempunyai beberapa
kelebihan karena pelaksanaannya cepat, menggunakan sedikit tenaga, dan memebrikan hasil
yang efektif. Tetapi petani dihadapkan kendala modal untuk pembelian herbisida serta
pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang teknik aplikasi herbisida.
Frekuensi Pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan tingkat umur tanaman
karet (zaenal Abidin, 2015).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk mengatasi gulma yang tumbuh di area tanaman karet, hal yang dapat dilakukan adalah
:
Nasution u. 1986. Weeds and its Management in Rubber Plantation in North Sumatra and Aceh.
Pusat penelitian dan pengembangan perkebunan tanjung morawa (in indonesia).
Tim penyusun. 2017. Paduan Praktikum Proteksi Tanaman. Labolatrium Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian UMY.