Sampah Surabaya PDF
Sampah Surabaya PDF
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Secara administrasi pemerintahan Kota Surabaya dikepalai oleh Walikota yang juga
membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat.
Jumlah kecamatan yang ada di Kota Surabaya sebanyak 31 kecamatan dan jumlah
kelurahan sebanyak 160 kelurahan dan terbagi lagi menjadi 1.405 Rukun Warga (RW) dan
9.271 Rukun Tetangga (RT).
Tabel 1.1 Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga per Kecamatan
Kota Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur dan pusat kegiatan serta
pesatnya pembangunan di berbagai sektor selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat
juga dapat menambah beban pada lingkungan terutama akibat meningkatnya limbat padat,
cair, gas hasil dari kegiatan aktivitas kegiatan usaha telah memberikan dampak pada
semakin berkurangnya daya dukung lahan dan lingkungan.
Hasil pemantauan kualitas lingkungan, memperlihatkan telah terjadi penurunan kualitas air
sungai, air tanah dan udara sehingga pencemaran Surabaya sudah mencapai ambang yang
cukup serius. Perjalanan pembangunan kota yang pada tahap awalnya hanya ditekankan
pada peningkatan produktivitas/pertumbuhan ekonomi telah mulai bergeser pada upaya-
upaya yang lebih proporsionil antara kepentingan ekonomi dan keseimbangan lingkungan
melalui proses perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif yang melibatkan peran
I-2
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
serta para pelaku pembangunan (stake holder) dan masyarakat dalam setiap tahapan
pembangunan guna terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance) dan tata
kelola lingkungan yang baik (good environmental governance).
I-3
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Aspek material, yakni penelusuran adanya kaitan dan koordinasi antar instansi dalam
penyajian dan pemanfaatan data.
Aspek operasional, yakni penelusuran adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan
langkah-langkah penyusunan, baik dari segi waktu dan lingkup data.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran buku laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Kota Surabaya ini, pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data dijelaskan
sebagai berikut :
Penelusuran kembali berbagai dokumen yang memuat rumusan kebijaksanaan
Pemerintah Kota Surabaya, baik tentang pembangunan sektoral maupun tentang
pengelolaan lingkungan hidup.
Pengumpulan data Tekanan terhadap lingkungan tahun 2012 dari BLH Kota Surabaya.
Data kegiatan Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya diperoleh dari BLH
Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunanan Kota Surabaya, Badan Pemberdayaan
Masyarakat Kota Surabaya, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya, Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan Kota Surabaya,
Dinas Pertanian Kota Surabaya, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya,
Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surabaya, Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Dinas Informasi dan Komunikasi
Kota Surabaya, Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya, Dinas Sosial Kota Surabaya dan
instansi terkait lainnya.
Data tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Surabaya.
I-4
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I-5
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
kebutuhan fasilitas, Sosial Ekonomi berisi data tentang Hubungan timbal balik antara
pertumbuhan dan struktur penduduk dengan aktivitas dan pengembangannya, Sumber
Pencemaran berisi data tentang Identitas terhadap sumber dan beban pencemaran
yang menekan lingkungan, serta Pengelolaan Lingkungan berisi data tentang Realitas
dari kegiatan pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Surabaya.
Buku II (Buku Data) merupakan kumpulan Data Dasar tahun 2012 tentang Kondisi
Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, Tekanan Terhadap Lingkungan, dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan. Data tersebut dikumpulkan menurut prosedur pendataan
sesuai dengan kaidah data yang benar sesuai dengan Pedoman yang diterbitkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup. Walaupun kondisi dan permasalahan Surabaya relatif
berbeda dengan Kabupaten/Kota lainnya, namun tetap diupayakan untuk memenuhi
jumlah dan jenis data (tabel data) semaksimal mungkin.
(2) Buku I (Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah)
Buku I merupakan penjelasan hasil identifikasi dan analisis data sebagaimana disajikan
pada buku II. Pada buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Surabaya
disistematisir menjadi empat bab, antara lain :
Bab 1 Menjelaskan mengenai Isu-isu Prioritas yang disertai dengan alasan dan
analisisnya dalam bentuk status, tekanan dan respon tahun 2012.
Bab 2 Menjelaskan mengenai Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
meliputi Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut Pesisir
dan Pantai, Iklim, Bencana Alam.
Bab 3 Menjelaskan mengenai Tekanan Terhadap Lingkungan meliputi
Kependudukan, Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Industri, Pertambangan,
Energi, Transportasi, Pariwisata, dan Limbah B3.
Bab 4 Menjelaskan tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan meliputi Rehabilitasi
Lingkungan, Amdal, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat, dan
Kelembagaan.
I-6
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang
ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah besar.
Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O, yang
merupakan Gas Rumah Kaca (GRK).
Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya cukuplah
kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu
masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota
Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran masyarakat
akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, rendahnya
pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana
transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan
angkutan umum dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat.
Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak
seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal.
Kota Surabaya juga merupakan tempat perantara antara Gresik dan Sidoarjo.
Masyarakat asal Sidoarjo yang bekerja di Gresik akan melewati Surabaya sehingga
menyebabkan kemacetan yang sangat padat. Kemacetan tersebut dapat secara langsung
menurunkan kualitas udara di Kota Pahlawan ini. Selain transportasi, penyebab menurunnya
kualitas udara di Kota Surabaya adalah adanya emisi industri. Adapun emisi industri turut
menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat
pengendali pencemar udara yang memadai.
Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi
perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan 21 kali
lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya relatif telah berhasil
dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi permasalahan
transportasi adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan pembangunan jalan
I-7
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
jalan baru. Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada
pada sistem transportasi darat, mengingat transportasi darat memiliki sistem dan
permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif tersebut hanya akan sia-sia
apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua pihak untuk mencapai sebuah sistem
transportasi Indonesia yang berkelanjutan.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi asap industri adalah
dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh
instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.
2. Pencemaran Tanah
Seperti halnya transportasi, pencemaran tanah pun diakibatkan oleh kegiatan
manusia. Hal ini dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.
Limbah domestik berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan/pasar/tempat
usaha hotel dan lain-lain.
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea. Selain itu, limbah pertanian juga dapat berasal dari
sisa-sisa pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.
Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida.
Adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.
Terdapat pula limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada
permukaan tanah menjadi racun.Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanah pun akan berkurang. Hal ini berakibat pada tanaman yang
akhirnya sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Limbah air rumah tangga berupa black water dan grey water, deterjen, oli bekas, jika
meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang
terkandung di dalamnya dan dapat membunuh mikro organisme di dalam tanah.
Sedang limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama,
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi
dengan bakteri tertentu dan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran. Jumlah
industri kecil pada tahun 2012 di Kota Surabaya sebanyak 215 .Untuk jumlah industri
sedang pada tahun 2012 di Kota Surabaya sebanyak 90 data per bulan oktober 2012.
I-8
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I-9
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Langkah yang direkomendasikan dalam penangan sanitasi Kota Surabaya terutama sektor
air limbah domestik memprioritaskan penyelamatan Kali Surabaya. Bila memungkinkan
dilakukan relokasi industri di sepanjang kali Surabaya di wilayah Surabaya.
Pemerintah juga perlu merumuskan strategi pengolahan air limbah di Kota Surabaya.
Diantaranya adalah SPAL industry Kota Surabaya yaitu berupa sistem individual/ unit, sistem
gabungan/ kolektif, dan gabungan sistem individual dan kolektif. Sedang untuk SPAL rumah
tangga dapat menggunakan sistem sanitasi off-site, sistem sanitasi intermediate, dan sistem
sanitasi on-site untuk limbah rumah tangga. Batasan kepadatan dan pilihan teknologi
sebagai berikut kepadatan penduduk rendah yaitu kepadatan penduduk dibawah 150 jiwa/ha
menggunakan sistem on-site. Untuk kepadatan penduduk menengah yaitu kepadatan diatas
150 jiwa sampai 300 jiwa/ha, menggunakan sistem intermediate (kombinasi onsite dan off-
site). Sedang kepadatan penduduk tinggi yaitu kepadatan diatas 300 jiwa/ha, menggunakan
sistem off-site.
Bilamana dilihat dari ketiga isu lingkungan di atas maka isu pencemaran udara
merupakan isu yang memiliki tekanan yang paling besar dan mendesak untuk dicari solusi
I - 10
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I - 11
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke
tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu perkembangan
I - 12
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
industri di Surabaya. Limbah padat dari industri dan rumah tangga yang berupa sampah pun
keberadaannya tak terelakkan lagi.
Untuk sektor sampah rumah tangga, Kota Surabaya cukup berhasil dalam
menanganinya. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan timbulan sampah sebesar 1200
ton/hari pada tahun 2010 yang semula 1800 ton/hari pada tahun 2005 (sumber: data Adipura
2011 - 2012). Dalam pengelolaan sampah perkotaan, Kota Surabaya berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan nasional maupun internasional diantaranya penghargaan Adipura
sejak tahun 2005 2012, penghargaan Indonesia Green Region Award (IGRA) pada
September 2011, Asean Environmental Award pada Nopember 2011 dan Upaya pelestarian
lingkungan menjadikan Kota Surabaya sebagai juara Indonesian Green Region Award
(IGRA) 2012 untuk kategori kota.. Berbagai penghargaan tersebut telah menunjukkan bahwa
Kota Surabaya dapat mengelola sampah perkotaan dengan baik. Namun pengelolaan
sampah di kota Surabaya tetap harus mendapatkan perhatian serius karena timbulan
sampah perkotaan di Surabaya masih mencapai 1200 ton/hari.
I - 13
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Keterbatasan lahan untuk TPA di Kota Surabaya harus
menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya.
Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif juga membuat permasalahan
sampah menjadi semakin kompleks. Hal ini terlihat pada pengelolaan sampah di TPA di
tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah
timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200 ton/hari.
Sedangkan komposisi sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri dari organik sebesar 39,7 Ha,
kertas sebesar 18,3 Ha, plastik sebesar 25,8 Ha, logam sebesar 2,5 Ha, dan kayu 1,9 Ha.
Sumber sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri atas Pemukiman 79,19%, pasar 8,6%,
pertokoan 1,64%, hotel 1,11%, rumah Sakit 1,37%, jalan 0,62%, industri 6,86%, dan lahan
terbuka 0,61%.
Berkaitan dengan pengelolaan TPA Benowo pasca operasi. Dengan timbulan 1200
ton yang masuk ke TPA Benowo setiap harinya, maka juga akan dihasilkan gas CH4 dalam
jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan 50 Kg CH4, maka potensi
gas metana yang akan dihasilkan mencapai 60 ton gas CH4. Jika dikonversi dengan CO2
menjadi sebesar 3.465 ton.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius mengingat gas CH4 merupakan salah
satu Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga menyebabkan terjadinya
pemanasan global. Satu mol CH4 dapat menangkap panas yang dipantulkan kembali oleh
bumi 25 kali lebih banyak daripada satu mol CO2. Dengan kemampuan tersebut maka CH4
mempunyai andil 25 kali lebih besar dalam pemanasan global daripada CO2.
I - 14
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Green Transportation
Transportasi hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak cara,
seperti mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan
bahan bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan
bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi.
I - 15
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I - 16
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
pencakar langit. Namun bukan berarti sebuah kota harus terhambat pembangunannya
hanya karena mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan. Sebuah kota tetap
dapat mempertahankan aspek pembangunan tetapi tidak mengesampingkan aspek
lingkungan. Kota yang demikian harus mencari alternatif solusi untuk mempertahankan
kesetimbangan lingkungannya. Diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan
jalan dan monorail, pemberdayaan angkutan massal, dan penambahan RTH. Kondisi
ideal RTH Surabaya yang seharusnya memenuhi 20% luas kota atau sekitar 6.527.353,6
ha RTH. Menurut data Bappeko, luasan RTH kota Surabaya tahun 2011 sebesar
6.671,21 Ha. Jika dibandingkan dengan luas Kota Surabaya yang sebesar 33.084 Ha,
maka luas RTH mencapai 20,19 % dari luas kota.
Rumah Kompos
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Surabaya menyebabkan
timbulan sampah juga semakin meningkat, oleh karena itu alangkah baiknya jika
timbulan sampah tersebut diproses lebih lanjut menjadi kompos. Terdapat 16 rumah
kompos di Surabaya, masing -masing terletak di Keputih, Wonorejo, Rungkut Asri,
I - 17
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I - 18
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
I - 19
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.
I - 20
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi
pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan
sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Dalam
perkembangannya, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan beberapa penjajakan
untuk bekerja sama dengan investor dalam memanfaatkan kandungan gas metana pada
TPA Benowo sebagai pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
I - 21