Anda di halaman 1dari 12

JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA

Volume 2 Nomor 1, Mei 2015, (28 - 39)


Available online at JRPM Website: http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/index

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


KELAS XII IPA DI KOTA YOGYAKARTA

Ayu Aji Wedaring Tias 1), Dhoriva Urwatul Wutsqa 2)


Prodi Pendidikan Matematika PPS UNY 1), Universitas Negeri Yogyakarta 2)
wedaring.tias@gmail.com 1), dhoriva@yahoo.com 2)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak kesulitan siswa yang dominan dan faktor-faktor
kesulitan yang dialami siswa SMA dalam memecahkan masalah matematika. Penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 94 siswa
SMA Negeri di Kota Yogyakarta yang berasal dari tiga sekolah dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan stratified proportional random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan dokumen, tes, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode
analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang memberikan gambaran
mengenai letak dan faktor kesulitan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan matematika
siswa terletak pada kesulitan mengingat fakta 1,77%, kesulitan memahami fakta 3,54%, kesulitan
menerapkan fakta 3,54%, kesulitan menganalisis fakta 10,18%, kesulitan mengingat konsep 1,33%,
kesulitan memahami konsep 13,27%, kesulitan menerap-kan konsep 11,95%, kesulitan menganalisis
konsep 4,42%, kesulitan memahami prosedur 7,52%, kesulitan menerapkan prosedur 15,49%, kesulitan
menganalisis prosedur 16,37%, kesulitan mengingat konsep visual-spasial 1,33%, kesulitan memahami
visual-spasial 3,54%, kesulitan menerapakan visual-spasial 3,10%, dan kesulitan menganalisis visual-
spasial 2,65%. Faktor-faktor kesulitan yang dialami siswa SMA dalam memecahkan masalah matematika
kelas XII program IPA yakni: siswa kurang teliti, tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, lupa, kurang waktu
untuk mengerjakan soal, cepat menyerah, terkecoh, dan cemas.
Kata Kunci: analisis kesulitan, pemecahan masalah matematika, kemampuan pemecahan masalah

AN ANALYSIS OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS DIFFICULTIES


IN MATHEMATICS PROBLEM SOLVING BASED AT GRADE XII
OF SCIENCE PROGRAM IN YOGYAKARTA CITY

Abstract
This research aims to describe the locations of the difficulties and the factors of the difficulties faced
by Senior High School students in mathematics problem solving in Yogyakarta City. This research is
descriptive supported by the quantitative and qualitative approach. The subject of this research was 94
grade XII students of senior high schools in Yogyakarta City. The sample was established from three
different schools grouped in the three categories namely high, middle, and low category. The subjects of
this research were selected by using the stratified proportional random sampling. The data were collected
from the documents and the result of the test and interviews. The data analysis was done by using the
qualitative descriptive analysis method with quantitative and qualitative approach that figure out the types
and factors of students difficulties. The research result suggests that mathematics difficulty locations faced
by the research subjects are fact remembering difficulty 3.54%, fact analyzing difficulty 10.18%, concept
remembering difficulty 1.33%, concept understanding difficulty 13.27%, concept applying difficulty
11.95%, concept analyzing difficulty 4.42%, procedure understanding difficulty 7.52%, procedure applying
difficulty 15.49%, procedure analyzing difficulty 16.37%, visual-spasial concept remembering difficulty
1.33%, visual-spasial understanding difficulty 3.54%, visual-spasial applying difficulty 3.10%, dan visual-
spasial analyzing difficulty 2.65%. The factor that make the student difficult in mathematics problem
solving was external factor, which is: student that carelessness, answering the question in a hurry,
forgetfullness, and having a time limit in doing the work, easily giving up, getting decieved, and being
worried.
Keywords: analysis of difficulties, mathematics problem solving, problem solving skill

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 29
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

serta mampu mengkomunikasikan gagasan atau


PENDAHULUAN
ide-ide matematika.
Pendidikan matematika memiliki peran The National Council of Teacher of
yang sangat penting karena matematika adalah Mathematics (NCTM, 2000, p. 52) menyatakan
ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam pentingnya pemecahan masalah dalam mengem-
berbagai bidang kehidupan. Melalui pembelajar- bangkan pengetahuan matematika. Pendapat
an matematika siswa diharapkan dapat menum- tersebut menjelaskan bahwa pemecahan masalah
buhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, harus menjadi fokus sentral dari kurikulum
logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien matematika di sekolah. Dengan demikian, itu
dalam memecahkan masalah. Hal ini disebabkan adalah tujuan utama dari semua pembelajaran
karena matematika merupakan ilmu mengenai matematika dan merupakan bagian tak terpisah-
pola-pola yang abstrak yang memiliki karakter- kan dari semua aktivitas matematika.
istik sebagai alat untuk memecahkan masalah, Namun pada kenyataannya prestasi bel-
sebagai pondasi kajian ilmiah dan teknologi, ajar matematika siswa masih jauh dari harapan.
serta dapat memberikan cara-cara untuk memo- Berdasarkan tes daya serap Ujian Nasional
delkan situasi dalam kehidupan nyata Tahun 2013 terlihat bahwa masih ada kompe-
(Chambers, 2008, p. 8). tensi materi yang diuji pada Ujian Nasional
Dalam pembelajaran matematika, guru kurang memuaskan, yaitu dengan nilai dibawah
diharapkan dapat mengoptimalkan siswa me- kriteria ketuntasan. Berdasarkan laporan hasil
nguasai konsep dan memecahkan masalah de- Ujian Nasional SMA tahun 2011/2012 untuk
ngan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis mata pelajaran matematika IPA di Kota Yogya-
dan terstruktur. Hal ini tertuang dalam tujuan karta, terdapat 17 indikator penguasaan kompe-
pembelajaran matematika pada kurikulum tensi matematika yang masih di bawah 80% dari
KTSP. Adapun tujuan pembelajaran matematika 29 indikator penguasaan matematika yang diuji-
adalah (1) Memahami konsep matematika, men- kan. Siswa SMA kesulitan menyelesaikan soal
jelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengapli- Ujian Nasional pada kompetensi matematika
kasikan konsep atau algoritma, secara luwes, tertentu, misalnya Menggunakan rumus jumlah
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat
masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola hanya 52,85% siswa yang mampu mengerjakan
dan sifat, melakukan manipulasi matematika butir soal dengan benar, Menyelesaikan masalah
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, geometri dengan menggunakan aturan sinus atau
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan mate- kosinus hanya 54,43% siswa yang mampu me-
matika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi ngerjakan butir soal dengan benar, dan Meng-
kemampuan memahami masalah, merancang hitung luas daerah dan volume benda putar de-
model matematika, menyelesaikan model dan ngan menggunakan integral hanya 61,85% siswa
menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengo- yang mampu mengerjakan butir soal dengan
munikasikan gagasan dengan simbol, tabel, benar.
diagram, atau media lain untuk memperjelas Keberhasilan siswa yang kurang optimal
keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap meng- dalam mencapai hasil belajar dimungkinkan
hargai kegunaan matematika dalam kehidupan, karena terdapat kesulitan belajar dalam diri sis-
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan wa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
minat dalam mempelajari matematika, serta cenderung mengalami kesulitan dalam meme-
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan cahkan masalah baik di dalam kelas maupun
masalah. (Depdiknas, 2006, p. 346). masalah dalam kehidupannya. Terkait dengan
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, proses pembelajaran, hal tersebut dimungkinkan
setidaknya terdapat beberapa kompetensi yang terdapat faktor-faktor baik dari segi kognitif,
diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mempel- emosi, maupun lingkungan sosial siswa yang
ajari matematika, diantaranya: Memecahkan menjadi pemicu kesulitan dalam proses belajar
masalah yang meliputi kemampuan memahami dan pemecahan masalah.
masalah, merancang model matematika, menye- Menurut Polya dalam NCTM (2000, p.
lesaikan model dan menafsirkan solusi yang 52) berpendapat bahwa pemecahan masalah
diperoleh dan menggunakan penalaran pada pola sebagai proses yang digunakan untuk membuat
dan sifat, melakukan manipulasi matematika tugas atau menentukan solusi untuk suatu
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, masalah dimana metode penyelesaiannya tidak

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 30
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

diketahui dengan segera; dan bagaimana seorang strategi heuristik untuk mencapai masalah,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan memahami, serta menemukan penyelesaiannya
yang diperoleh sebelumnya untuk memenuhi (Yeo, 2009).
kondisi yang tidak lazim, untuk mengembang- Dari soal (masalah) tersebut akan
kan pemahaman matematika. Sejalan dengan hal ditemukan perbedaan hasil jawaban siswa yang
tersebut, Skemp (1971, p. 227) berpendapat bah- juga adalah hasil performance siswa sebagai
wa pemecahan masalah matematika tergantung problem solver karena kemampuan anak dalam
pada pemahaman siswa mengenai variabel da- pemecahan masalah sangat berkaitan dengan
lam matematika. Dari berbagai alternatif penye- tingkat perkembangan mereka. Dari hasil eva-
lesaian tersebut siswa dituntut lebih kreatif un- luasi ini dapat diketahui sejauh mana keberhasil-
tuk mengungkapkan dan menggunakan pengeta- an proses pembelajaran siswa dan jenis kesulitan
huan (pemahaman) dalam penyelesaian masalah yang dialami siswa. Terjadinya kesalahan siswa
matematika. dalam menyelesaikan soal-soal matematika juga
Lebih lanjut Schoenfeld dalam Nancarrow bisa saja disebabkan karena perbedaan proses
(2004, p. 6) menjelaskan untuk memecahkan pemecahan masalah antar siswa di kelas.
masalah matematika siswa dituntut untuk memi- Menurut Kereh, Subandar, & Tjiang
liki kemampuan memecahkan masalah non-rutin (2013, p. 11), kesulitan belajar matematika dapat
merupakan fungsi dari seberapa baik ia mempe- terjadi pada hampir setiap tahap/jenjang selama
kerjakan dan mengatur karakteristik kognitif dan masa sekolah peserta didik, bahkan pada orang
afektif yang relevan. dewasa (mahasiswa). Menurut Wood (Irham &
Masalah tidak rutin dinyatakan Polya Wiyani, 2013, p. 257), apapun bentuk dan
(1973, p. 172) dalam pendapatnya In short, it is jangka waktu kesulitan yang dialami siswa,
merely an exercise that does not contribute kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada
much to any mental or cognitive activity. kehidupan mahasiswa yang bersangkutan. Oleh
Meanwhile, a non-routine problem encourages karena itu, penting untuk mengetahui jenis
creativity and originality for a problem solver. kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
Singkatnya, hanya latihan yang tidak Supartini (Suwarto, 2013, pp. 85-86)
menyumbang banyak pada mental atau aktivitas mendefinisikan kesulitan belajar sebagai kega-
kognitif. Sementara itu, masalah tidak rutin galan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai
dapat mendorong kreativitas dan pikiran seorang dengan tidak menguasai tingkat penguasaan
pemecah masalah. minimal, tidak dapat mencapai prestasi yang
Hal ini sejalan dengan pendapat Sternberg semestinya, tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
dan Ben-Zeev (1996, p. 32) bahwa masalah perkembangan, dan tidak dapat mencapai ting-
tidak rutin lebih menantang dan memerlukan kat penguasaan yang diperlukan sebagai prasya-
kemampuan kreativitas dalam mencari solusi rat bagi kelanjutan untuk belajar di tingkat
pemecahan masalahnya. Masalah yang tidak selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut, Blassic
rutin muncul ketika problem-solver dihadapkan & Jones (Irham & Wiyani, 2013, p. 253)
pada suatu masalah tetapi tidak dapat segera menyatakan bahwa kesulitan belajar yang
mengetahui bagaimana mencari solusi pemecah- dialami mahasiswa ditunjukkan dengan adanya
annya. Soal yang tergolong ke dalam soal yang kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik
tidak rutin, yaitu soal yang menunjukkan bahwa yang diharapkan dengan prestasi akademik yang
apa yang harus dilakukan belum jelas. dicapai.
Untuk mengukur atau melihat suatu ke- Westwood (2008, p. 1) berpendapat bah-
mampuan pemecahan masalah dari siswa, maka wa kesulitan belajar mengacu pada hambatan
diperlukan adanya soal-soal yang memenuhi yang membatasi akses partisipasi dan hasil
kriteria soal pemecahan masalah. Pemecahan dalam sebuah rencana pembelajaran. Sejalan
masalah matematika yang dimaksud adalah dengan hal tersebut Dalyono (2009, p. 229)
masalah nonrutin, yaitu masalah yang diberikan mengartikan kesulitan belajar merupakan suatu
merupakan situasi masalah yang tidak biasa dan keadaan yang menyebabkan peserta didik tidak
tidak ada standar yang pasti untuk menyelesai- dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan
kannya. Masalah nonrutin merupakan masalah belajar identik dengan kesukaran peserta didik
yang kompleks tetapi dapat dijangkau dan tidak dalam menerima atau menyerap pelajaran di
menuntut tingkatan matematika tertentu yang sekolah. Lebih lanjut, Rumini (Irham & Wiyani,
tinggi, mengharuskan siswa untuk menggunakan 2013, p. 254) memandang kesulitan belajar

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 31
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

merupakan kondisi dimana peserta didik membandingkan (comparing). Mengklasifikasi-


mengalami hambatan-hambatan tertentu dalam kan berawal dari suatu contoh atau informasi
mengikuti proses pembelajaran untuk mencapai yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan
hasil belajar secara optimal. prinsip umumnya. Membandingkan merujuk
Menurut Miller & Mercer (Lerner, 2006, pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari
p. 477), kesulitan belajar matematika pada seko- dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalah-
lah dasar akan berlanjut ke sekolah menengah, an, atau situasi.
bahkan berpengaruh terhadap kehidupan dewasa Menerapkan berkaitan dengan dimensi
selanjutnya. Pada anak-anak, kesulitan tentang pengetahuan prosedural (procedural know-
bilangan terjadi sejak usia dini. Kemampuan ledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalan-
menghitung, mencocokkan, membandingkan, kan prosedur (executing) dan mengimplementa-
dan memahami korespondensi satu-satu lepas sikan (implementing). Menjalankan prosedur
dari pengalaman siswa dalam memanupulasi merupakan proses kognitif siswa dalam menye-
objek-objek. Pembelajaran tentang bilangan lesaikan masalah dan melaksanakan percobaan
berawal dari hubungan-hubungan keterampilan di mana siswa sudah mengetahui informasi
spasial, visual motor dan visual-persepsi, serta tersebut dan mampu menetapkan prosedur apa
konsep waktu dan arah. Lerner (2006, p. 479) saja yang harus dilakukan. Mengimplementasi-
menambahkan bahwa kesulitan matematika kan muncul apabila siswa memilih dan meng-
memiliki karakteristik tertentu, yakni kesulitan gunakan prosedur untuk hal-hal yang belum
dalam memproses informasi, kesulitan yang diketahui atau masih asing.
berkaitan dengan kemampuan bahasa dan Menganalisis berkaitan dengan proses
membaca, serta kecemasan matematika. kognitif memberi atribut (attributeing) dan
Kesulitan belajar matematika dapat dilihat mengorganisasikan (organizing). Memberi atri-
dari ketidakmampuan siswa dalam memecahkan but akan muncul apabila siswa menemukan
suatu permasalahan. Kemampuan pemecahan permasalahan dan kemudian memerlukan kegi-
masalah tersebut dapat dilihat dari keterampilan atan membangun ulang hal yang menjadi
matematika siswa, yaitu salah satunya dapat permasalahan. Mengorganisasikan memung-
memenuhi hirarki pada Taksonomi Bloom. Hal kinkan siswa membangun hubungan yang
ini dikarenakan keterampilan berpikir manusia sistematis dan koheren dari potongan-potongan
dapat dilihat dari dimensi proses kognitif dan informasi yang diberikan
dimensi pengetahuan siswa. Hal ini tertuang Evaluasi meliputi mengecek (checking)
dalam Taksonomi Bloom yang telah direvisi. dan mengkritisi (critiquing). Mengecek meng-
Taksonomi Bloom ranah kognitif yang arah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak
telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2010, konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau
pp. 66-88) yakni: mengingat (remember), me- produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian
mahami/mengerti (understand), menerapkan suatu produk atau operasi berdasarkan pada kri-
(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi teria dan standar eksternal. Mengkritisi berkait-
(evaluate), dan menciptakan (create). an erat dengan berpikir kritis
Mengingat meliputi mengenali (recogni- Menciptakan meliputi menggeneralisasi-
tion) dan memanggil kembali (recalling). kan (generating) dan memproduksi (producing).
Mengenali berkaitan dengan mengetahui penge- Menggeneralisasikan merupakan kegiatan mere-
tahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal- presentasikan permasalahan dan penemuan
hal yang konkret, sedangkan memanggil kem- alternatif hipotesis yang diperlukan. Hal ini
bali (recalling) adalah proses kognitif yang berkaitan dengan berpikir divergen yang meru-
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara pakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi
cepat dan tepat. Mengingat juga merupakan di- mengarah pada perencanaan untuk menyelesai-
mensi yang berperan penting dalam proses pem- kan permasalahan yang diberikan.
belajaran yang bermakna (meaningful learning) Kategori yang kedua pada taksonomi
dan pemecahan masalah (problem solving). Ke- Bloom yang telah direvisi, yaitu dimensi
mampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesai- pengetahuan. Dalam dimensi ini terdapat empat
kan berbagai permasalahan yang jauh lebih jenis kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan
kompleks. faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
Memahami/mengerti berkaitan dengan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Me-
aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan nurut Kuswana (2012, p. 114) pengetahuan

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 32
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

faktual bersifat penjelasan singkat atau bersifat Subandar, & Tjiang (2013, p. 10), istilah kesulit-
kebendaan yang dapat diobservasi dengan an belajar dalam konten matematika dapat diar-
mudah. Anderson & Krathwohl (2010, pp. 68- tikan sebagai kesulitan peserta didik yang dapat
70) memandang pengetahuan faktual sebagai diungkapkan dari pola kesalahan yang dibuat
pengetahuan detail dan unsur-unsur/elemen- peserta didik dalam mengerjakan soal. Jika
elemen yang spesifik. Menurut Jong & Hessler penyebabnya ditemukan, maka dapat diupaya-
(1996, p. 107), pengetahuan konseptual merupa- kan perbaikannya.
kan pengetahuan yang statis mengenai fakta- Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka
fakta, konsep, dan prinsip yang berlaku pada yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
suatu domain tertentu. Larkin (2010, p. 10), mendeskripsikan letak dan faktor kesulitan
Anderson & Krathwohl (2010, p. 77), dan matematika yang dialami siswa SMA Negeri
Kuswana (2012, p. 114) mengartikan pengeta- dalam pemecahan masalah matematika di kelas
huan prosedural sebagai pengetahuan mengenai XII IPA. Harapan dari penelitian ini adalah
bagaimana melakukan sesuatu. Lebih lanjut, memberikan sumbangan dalam pembelajaran
Jong & Hessler (1996, p. 107) mengartikan matematika dan memberikan variasi tes yang
pengetahuan prosedural sebagai pengetahuan telah ada sebelumnya, terutama yang berkaitan
yang berisi tindakan atau manipulasi yang dengan tes kemampuan pemecahan masalah dan
berlaku dalam sebuah domain. Pengetahuan pro- memberikan gambaran kepada para guru untuk
sedural membantu memecahkan masalah dalam lebih melihat tiap kesulitan yang dialami oleh
membuat transisi dari satu masalah ke masalah siswa.
yang lain. Menurut Anderson & Krathwohl
METODE
(2010, pp. 70-82) pengetahuan prosedural dapat
diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah- Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
langkah yang secara kolektif dikenal sebagai dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
prosedur. Terkadang langkah-langkah tersebut Penelitian dilaksanakan di 3 SMA Negeri kelas
diikuti perintah yang pasti, di waktu yang lain XII IPA di Kota Yogyakarta, yaitu SMA Negeri
keputusan-keputusan harus dibuat berdasarkan 2 Yogyakarta, SMA Negeri 4 Yogyakarta, dan
langkah-langkah mana yang dilakukan selanjut- SMA Negeri 6 Yogyakarta. Adapun waktu pe-
nya. Menurut Anderson & Krathwohl (2010, pp. nelitian pada bulan April Mei tahun ajaran
83-90) pengetahuan metakognitif mencakup 2013/2014.
pengetahuan tentang diri sendiri. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
Letak kesulitan matematika yang diper- XII IPA SMA Yogyakarta. Karena populasi
hatikan dalam penelitian ini diperoleh dari besar, maka dilakukan pengambilan sampel agar
penghubungan letak kesulitan dengan proses dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel
kognitif dan dimensi pengetahuan. Kategori dilakukan dengan menggunakan teknik stratified
proses kognitif yang dimaksud dalam penelitian proportional random sampling yang digunakan
ini adalah mengingat, memahami, menerapkan, untuk menentukan sampel secara proporsional
menganalisis. Kategori mengevaluasi dan men- untuk setiap strata. Dari 11 sekolah Negeri di
cipta tidak diikutsertakan karena evaluasi men- Kota Yogyakarta, terdapat 5 sekolah yang ber-
cipta mengarah pada menyelesaikan permasa- ada pada kategori tinggi, 4 sekolah pada kate-
lahan yang membutuhkan produk/rumus baru gori sedang, dan 2 sekolah yang berada pada
(penemuan), sedangkan dalam tahap ini siswa kategori rendah. Jumlah sampel yang akan
masih akan bekerja dengan produk/rumus yang dipilih sebanyak 3 sekolah, yaitu 1 sekolah pada
sudah ada. Untuk kategori dimensi pengetahuan kategori tinggi, 1 sekolah pada kategori sedang,
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dan 1 sekolah pada kategori rendah. Dari ketiga
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan sekolah tersebut terdapat 94 siswa secara keselu-
visual-spasial. ruhan yang akan diberikan tes kemampuan
Kesulitan yang hendak dipantau adalah pemecahan masalahnya.
kesulitan yang terjadi pada proses belajar, yaitu Tes yang diberikan berupa soal matema-
kesulitan materi pelajaran. Menurut Silverius tika pada kompetensi pemecahan masalah. Soal
(Suwarto, 2013, p. 87), proses itu tidak dapat yang diberikan dikemas dalam bentuk esai agar
diamati, namun dapat diketahui atau disimpul- mudah merekam hasil kerja siswa dalam meme-
kan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes. cahkan masalah matematika. Selanjutnya dilaku-
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Kereh, kan pengambilan sampel untuk masing-masing 5

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 33
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

siswa dari setiap sekolah yang dipilih untuk siswa mampu menggunakan dan mengatur
tahap wawancara. Wawancara dalam penelitian kognitif siswa itu sendiri dalam memecahkan
ini dilakukan kepada subjek penelitian yang masalah non-rutin. Oleh karena itu, untuk
difokuskan pada: (1) informasi yang diketahui melihat letak kesulitan matematika siswa yang
dalam soal, (2) pertanyaan yang dimaksud diperhatikan dalam penelitian ini diperoleh dari
dalam soal, (3) langkah-langkah memecahkan hubungan antara dimensi proses kognitif dan
soal matematika, dan (4) alasan menggunakan dimensi pengetahuan. Untuk lebih jelas dalam
langkah penyelesaian soal. melihat pengkategorian letak kesulitan siswa
Indikator dari kemampuan pemecahan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
masalah matematika siswa adalah bagaimana
Tabel 1. Letak Kesulitan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi Pengetahuan
(K)
(P)
1.Mengingat 2. Mengerti 3. Menerapkan 4. Menganalisis
1.Pengetahuan Faktual Mengingat fakta Mengerti fakta Menerapkan fakta Menganalisis Fakta
Menerapkan Menganalisis
2.Pengetahuan Konseptual Mengingat konsep Mengerti konsep
konsep konsep
Mengingat Mengerti Menerap-kan Menganalisis
3.Pengetahuan Prosedural
prosedur prosedur prosedur prosedur
4.Pengetahuan Visual- Mengingat visual- Mengerti visual- Menerap-kan Menganalisis visual-
Spasial spasial spasial visual-spasial spasial

Penelitian ini dilakukan pertama-tama Langkah-langkah analisis dan penafsiran data


mengumpulkan data melalui tes kemampuan dilakukan dengan tahapan, yaitu pertama
pemecahan masalah. Setelah siswa diberikan tes, mengumpulkan dan memformulasikan semua
peneliti mengelompokkan siswa pada kelompok data yang diperoleh dari lapangan. Kegiatan ini
yang mengalami kesulitan dan tidak mengalami dilakukan dengan: (1) Memeriksa hasil tes ke-
kesulitan matematika. Siswa yang mengalami mampuan pemecahan masalah siswa yang
kesulitan adalah yang memiliki kesalahan yang mengalami kesulitan matematika (benar, salah,
paling banyak. Mahasiswa yang mengalami ke- tidak selesai, atau tidak menjawab/mengerja-
sulitan kemudian dianalisis letak dan faktor kan). (2) Menganalisis hasil tes berdasarkan
kesulitannya berdasarkan hasil pengerjaan tes indikator-indikator yang telah ditetapkan. (3)
pemecahan masalahnya. Kemudian siswa terse- Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulit-
but diwawancara untuk mengkonfirmasi letak an (mengalami banyak kesalahan). (4) Meng-
kesulitan matematika yang dialami oleh siswa identifikasi letak kesulitan matematika siswa.
tersebut. (5) Menduga faktor kesulitan matematika siswa
Data yang diperoleh merupakan letak dan berdasarkan tes pemecahan masalah. (6) Mela-
faktor kesulitan matematika siswa. Adapun kukan wawancara terhadap siswa untuk meng-
instrumen yang digunakan untuk menganalisis konfirmasi letak dan faktor kesulitan matema-
letak dan faktor kesulitan adalah tes kemampuan tika iswa.
pemecahan masalah dan pedoman wawancara. Kedua, dengan menganalisis letak dan
Instrumen yang digunakan untuk mengkonfir- faktor kesulitan matematika siswa pada setiap
masi letak dan faktor kesulitan matematika item soal dan secara keseluruhan. Kemudian
siswa adalah pedoman wawancara. Teknik langkah terakhir, yaitu menarik kesimpulan.
pengumpulan data pada penelitian ini adalah Pada tahap ini diadakan penarikan kesimpulan
melakukan validasi pada instrument tes. Siswa berdasarkan analisis terhadap data yang telah
tersebut diidentifikasi letak dan faktor kesulitan dikumpulkan, baik melalui tes pemecahan masa-
matematika yang dialami. Melalui wawancara lah maupun wawancara. Penarikan kesimpulan
diperoleh konfirmasi mengenai letak dan faktor ini meliputi: (1) Letak kesulitan matematika
kesulitan matematika siswa tersebut. siswa SMA kelas XII IPA Yogyakarta yang
Analisis data dilakukan selama dan sete- mengalami kesulitan. (2) Faktor kesulitan mate-
lah pengumpulan data agar data yang diperoleh matika yang dialami siswa SMA kelas XII IPA
tersusun secara sistematis dan lebih mudah Yogyakarta.
ditafsirkan sesuai dengan rumusan masalah.

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 34
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

HASIL DAN PEMBAHASAN hat pula proporsi respons siswa yang menjawab
benar, yaitu 42,55% kurang dari siswa yang
Penelitian ini dilaksanakan di 3 sekolah
menjawab salah dan tidak menjawab soal, yaitu
SMA Negeri Kota Yogyakarta. Dari 11 sekolah
57,45% . Hal ini menunjukkan bahwa dari 5
Negeri di Kota Yogyakarta, terdapat 5 sekolah
butir soal yang diberikan kepada subjek pene-
yang berada pada kategori tinggi, 4 sekolah pada
litian cenderung memiliki tingkat kesulitan yang
kategori sedang, dan 2 sekolah yang berada pada
sedang.
kategori rendah. Jumlah sampel yang akan dipi-
Untuk melihat hasil jawaban siswa dari
lih sebanyak 3 sekolah, yaitu 1 sekolah pada
tiap sekolah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
kategori tinggi, 1 sekolah pada kategori sedang,
ini.
dan 1 sekolah pada kategori rendah.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpul- Tabel 3. Hasil Jawaban Subjek Penelitian dalam
kan informasi melalui tes kemampuan pemecah- Memecahkan Masalah Matematika Tiap
an masalah dan wawancara pada siswa. Berda- Sekolah
sarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah
Respon Tiap Sekolah (%)
yang diberikan kepada 94 siswa, peneliti mem- Jenis Jumlah
SMA N 2 SMA N 4 SMA N 6
peroleh data siswa yang mengalami kesulitan Jawaban (%)
Yogya Yogya Yogya
dalam memecahkan masalah matematika. Siswa 88 36 76 200
yang mengalami kesulitan yaitu siswa yang Benar
55 23,23 49,03 42,55
mengalami banyak kesalahan dalam menyelesai- 65 64 69 198
Salah
kan soal. Siswa yang mengalami kesulitan akan 40,62 41,29 44,52 42,13
ditelusuri letak kesulitan matematikanya. Wa- Tidak 7 55 10 72
wancara dilakukan untuk mengkonfirmasi letak Menjawab 4,38 35,48 6,45 15,32
dan faktor kesulitan yang dialami siswa tersebut. Jumlah 160 155 155 470
Setelah terkumpul semua hasil pekerjaan Pada Tabel 3, diperoleh informasi bahwa
siswa, selanjutnya dikoreksi untuk melihat untuk setiap sekolah dengan kriteria tinggi,
banyaknya siswa yang menjawab benar, menja- sedang, dan rendah, diperoleh hasil persentase
wab salah, dan tidak menjawab soal sama sekali jawaban yang berbeda. Ternyata pada sekolah
untuk tiap-tiap butir soal. Berikut hasil yang tinggi, memiliki tingkat kesalahan yang cukup
diperoleh dari jawaban siswa. tinggi, yaitu 65 siswa (40,62%), ini dilihat dari
Tabel 2. Hasil Jawaban 94 Siswa dalam jumlah kesalahan jawaban dari 32 siswa hampir
Memecahkan Masalah 5 Butir Soal Matematika sama dengan kesalahan yang dilakukan oleh
sekolah dengan kriteria sedang dan rendah. Hal
Persentase ini menunjukkan bahwa sekolah dengan kriteria
Jawaban Respon Siswa
(%) tinggi sebagian besar siswa masih mengalami
Benar 200 42,55
kesulitan dalam memecahkan masalah
Salah 198 42,13
Tidak Menjawab 72 15,32 matematika.
Jumlah 470 100,00 Untuk memperoleh informasi hasil jawab-
Berdasarkan Tabel 2, tersedia 5 butir soal an siswa tiap butir soal dari ketiga sampel
yang diberikan pada 94 subjek penelitian se- sekolah yang diambil, berikut disajikan Tabel 4
hingga terdapat 470 respons. Dari soal yang mengenai rekapitulasi hasil jawaban siswa per
diberikan, siswa cenderung menjawab salah soal butir soal.
yang diberikan dan tidak menjawab soal. Terli-
Tabel 4. Hasil Jawaban Subjek Penelitian dalam Memecahkan Masalah Matematika Tiap Butir Soal
Respon Tiap Sekolah (%) Jumlah
Jenis Jawaban
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 (%)
70 54 38 8 30 200
Benar
74,47 57,45 40,43 8,51 31,91 42,55
22 36 43 61 37 198
Salah
23,40 38,30 45,74 64,89 38,30 42,13
2 4 13 25 28 72
Tidak Menjawab
2,13 4,25 13,83 26,60 29,79 15,32
Jumlah 94 94 94 94 94 470

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 35
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

Terlihat pada Tabel 4 bahwa diperoleh Jumlah kesulitan 360 100%


informasi untuk seluruh subjek penelitian, yaitu Dari hasil tes kemampuan pemecahan
94 siswa dari 5 butir soal yang diberikan, masalah diperoleh informasi bahwa 5,96% dari
sehingga dari 5 soal yang dikerjakan oleh 94 470 pekerjaan siswa menunjukkan adanya kesu-
siswa diperoleh total 470 jawaban siswa. Ber- litan faktual, 33,62% menunjukkan adanya
dasarkan 470 pekerjaan siswa tersebut diperoleh kesulitan konseptual, 25,32% menunjukkan ada-
informasi bahwa ada 200 (42,55%) jawaban nya kesulitan prosedural, dan 11,70% menun-
benar, 198 (42,13%) jawaban salah, dan 72 jukkan adanya kesulitan visual-spasial. Untuk
(15,32%) tidak menjawab. lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan informasi tersebut, terlihat Untuk memperoleh informasi tentang
bahwa butir soal paling banyak dijawab benar rekapitulasi letak kesulitan siswa dalam meme-
oleh siswa adalah butir nomor 1, namun butir cahkan masalah matematika yang ditinjau dari
soal nomor 4 merupakan butir soal paling segi dimensi pengetahuan dan proses kognitif
banyak dijawab salah oleh siswa. Butir soal untuk tiap sampel sekolah, berikut disajikan
yang paling banyak dijawab benar adalah butir pada Tabel 6 ini.
soal nomor 1, berarti butir soal ini cenderung
mudah bagi siswa dibandingkan 4 butir soal Tabel 6. Rekapitulasi Letak Kesulitan Siswa
yang lain. Butir soal yang paling banyak tidak pada SMA N 2, SMA N 4, dan SMA N 6
dijawab adalah butir soal nomor 4 dan 5, berarti Yogyakarta
siswa cenderung sulit menyelesaikannya. (n = 20 Mahasiswa)
Pada tes pemecahan masalah, dari 94 Jumlah Respons Siswa
siswa terdapat 15 siswa mengalami kesulitan. Letak
SMA N 2 SMA N 4 SMA N 6
Persentase letak kesulitan yang dialami siswa Kesulitan
Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta
dapat dilihat pada tabel 5. Faktual 7 10 11
Konseptual 51 57 50
Tabel 5. Persentase Letak Kesulitan Belajar Prosedural 38 30 51
Matematika Berdasarkan Tes Diagnostik Visual-
(n = 15 Mahasiswa) 14 20 21
Spasial
Jumlah Persentase Menurut informasi pada Tabel 6, terlihat
Letak Kesulitan
Kesulitan Kesulitan bahwa untuk ketiga sampel sekolah, letak ke-
Pengetahuan sulitan yang terlihat paling banyak dialami oleh
28 5,96%
faktual
siswa dalam memecahkan masalah matematika
Pengetahuan
konseptual
158 33,62% adalah kesulitan konseptual.
Pengetahuan Untuk melihat rekapitulasi letak kesulitan
119 25,32% siswa untuk tiap-tiap butir soal disajikan pada
prosedural
Pengetahuan Tabel 7 berikut ini.
55 11,70%
visual-Spasial
Tabel 7. Rekapitulasi Letak Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Tiap Butir Soal
Soal
Letak Kesulitan 1 2 3 4 5
(%) (%) (%) (%) (%)
17 4 1 2 5
Pengetahuan faktual
17,02 4,25 1,06 2,13 5,32
21 15 40 54 28
Pengetahuan konseptual
22,34 15,96 42,55 57,45 29,79
12 3 10 60 34
Pengetahuan prosedural
12,76 3, 19 10,64 63,83 36,17
14 0 0 0 41
Pengetahuan visual-spasial
14,89 0 0 0 43,62
64 22 51 116 108
Jumlah Kesulitan
100 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa butir nomor 4 dan banyak mengalami letak
pada seluruh butir soal siswa mengalami banyak kesulitan konseptual pada butir nomor 4. Untuk
kesulitan pada letak kesulitan prosedural pada letak kesulitan faktual, siswa juga mengalami
Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika
Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 36
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

kesulitan pada semua butir soal walaupun hanya Dapat dilihat pada Tabel 9, diperoleh
sedikit siswa yang mengalami kesulitan faktual informasi jenis kesulitan belajar matematika
ini. Serta pada letak kesulitan visual-spasial, yang dialami mahasiswa pada soal nomor 1. Le-
siswa mengalami kesulitan tersebut pada butir tak kesulitan tersebut adalah 3,57% merupakan
soal nomor 1 dan 5. kesulitan mengingat fakta, 1,78% merupakan
Untuk mengkonfirmasi letak kesulitan kesulitan memahami fakta, 5,36% merupakan
belajar matematika yang dialami mahasiswa, kesulitan menerapkan fakta, 10,71% merupakan
maka peneliti melakukan wawancara pada siswa kesulitan menganalisis fakta, 16,07% merupa-
yang mengalami kesulitan tersebut. kan kesulitan memahami konsep, 8,93% meru-
pakan kesulitan menerapkan konsep, 5,36%
Tabel 8. Persentase Letak Kesulitan Matematika
merupakan kesulitan menganalisis konsep,
Siswa
7,14% merupakan kesulitan memahami prose-
Dimensi Pengetahuan dur, 16,07% merupakan kesulitan menerapkan
Proses
P1 P2 P3 P4 Jumlah prosedur, 12,50% merupakan kesulitan meng-
Kognitif
(%) (%) (%) (%) analisis prosedur, 3,57% merupakan kesulitan
4 3 - 3 10 mengingat konsep visual-spasial, 3,57% meru-
K1 1,77 1,33 - 1,33 4,42
8 30 17 8 63 pakan kesulitan memahami visual-spasial,
K2 3,54 13,27 7,52 3,54 27,88 3,57% merupakan kesulitan menerapakan visu-
K3
8 27 35 7 77 al-spasial, dan 1,78% merupakan kesulitan
3,54 11,95 15,49 3,10 34,07 menganalisis visual-spasial.
23 10 37 6 76
K4 10,18 4,42 16,37 2,65 33,63 Tabel 10. Persentase Letak Kesulitan Belajar
43 70 89 24 226 Matematika pada Soal Nomor 2
Jumlah 19,03 30,97 39,38 10,62 100
Dimensi Pengetahuan
Dari hasil rekapitulasi untuk letak kesulit- Proses
Kognitif P1 P2 P3 P4
an hubungan antara dimensi proses kognitif dan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah%
pengetahuan pada Tabel 8, terdapat 15 letak K1 1 4,35 0 0 0 0 0 0
kesulitan matematika siswa yang ditemukan. K2 1 4,35 2 8,68 0 0 0 0
Letak kesulitan tersebut yaitu 1,77% dari 226 K3 2 8,69 2 8,69 3 13,04 0 0
kesulitan merupakan kesulitan mengingat fakta, K4 6 26,09 0 0 6 26,09 0 0
3,54% merupakan kesulitan memahami fakta, Berdasarkan Tabel 10 diperoleh informasi
3,54% merupakan kesulitan menerapkan fakta, letak kesulitan belajar matematika yang dialami
10,18% merupakan kesulitan menganalisis fak- siswa pada soal nomor 2. Letak kesulitan terse-
ta, 1,33% merupakan kesulitan mengingat kon- but adalah 4,35% merupakan kesulitan meng-
sep, 13,27% merupakan kesulitan memahami ingat fakta, 4,35% merupakan kesulitan mema-
konsep, 11,95% merupakan kesulitan menerap- hami fakta, 8,69% merupakan kesulitan mene-
kan konsep, 4,42% merupakan kesulitan rapkan fakta, 26,09% merupakan kesulitan
menganalisis konsep, 7,52% merupakan kesulit- menganalisis fakta, 8,69% merupakan kesulitan
an memahami prosedur, 15,49% merupakan ke- memahami konsep, 8,69% merupakan kesulitan
sulitan menerapkan prosedur, 16,37% merupa- menerapkan konsep, 13,04% merupakan kesulit-
kan kesulitan menganalisis prosedur, 1,33% an menerapkan prosedur, 26,09% merupakan
merupakan kesulitan mengingat konsep visual- kesulitan menganalisis prosedur.
spasial, 3,54% merupakan kesulitan memahami
visual-spasial, 3,10% merupakan kesulitan me- Tabel 11. Persentase Letak Kesulitan Belajar
nerapkan visual-spasial, dan 2,65% merupakan Matematika pada Soal Nomor 3
kesulitan menganalisis visual-spasial. Dimensi Pengetahuan
Proses
Tabel 9. Persentase Letak Kesulitan Belajar Kognitif P1 P2 P3 P4
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah%
Matematika pada Soal Nomor 1 K1 0 0 0 0 0 0 0 0
Dimensi Pengetahuan K2 1 2,70 3 8,11 1 2,70 0 0
Proses
P1 P2 P3 P4 K3 1 2,70 7 18,92 6 16,22 0 0
Kognitif
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % K4 2 5,40 6 16,22 10 27,03 0 0
K1 2 3,57 0 0 0 0 2 3,57
K2 1 1,78 9 16,07 4 7,14 2 3,57 Pada persentase letak kesulitan Tabel 11,
K3 3 5,36 5 8,93 9 16,07 7 12,50 diperoleh informasi jenis kesulitan matematika
K4 6 10,71 3 5,36 7 12,50 1 1,78 yang dialami siswa pada soal nomor 3. Letak
Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika
Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 37
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

kesulitan tersebut adalah 2,70% merupakan merupakan kesulitan menerapkan konsep,


kesulitan memahami fakta, 2,70% merupakan 12,96% merupakan kesulitan memahami pr-
kesulitan menerapkan fakta, 5,40% merupakan osedur, 12,96% merupakan kesulitan menerap-
kesulitan menganalisis fakta, 8,11% merupakan kan prosedur, 7,41% merupakan kesulitan
kesulitan memahami konsep, 18,92% merupa- menganalisis prosedur, 1,85% merupakan kesu-
kan kesulitan menerapkan konsep, 16,22% litan mengingat konsep visual-spasial, 11,11%
merupakan kesulitan menganalisis konsep, merupakan kesulitan memahami visual-spasial,
2,70% merupakan kesulitan memahami prose- 9,26% merupakan kesulitan menerapakan
dur, 16,22% merupakan kesulitan menerapkan visual-spasial, dan 9,26% merupakan kesulitan
prosedur, dan 27,03% merupakan kesulitan menganalisis visual-spasial.
menganalisis prosedur. Setelah dilakukan langkah penelitian
tahap I yakni memberikan tes kemampuan
Tabel 12. Persentase Jenis Kesulitan Belajar
pemecahan masalah, penelitian dilanjutkan
Matematika pada Soal Nomor 4
dengan melakukan tahap II, yakni wawancara
Dimensi Pengetahuan mendalam. Wawancara mendalam dilakukan
Proses
Kognitif P1 P2 P3 P4 dengan terlebih dahulu menentukan subjek
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah%
penelitian dari masing-masing kelompok subjek
K1 1 1,78 1 1,78 0 0 0 0
penelitian. Subjek penelitian ditentukan dari
K2 4 7,14 10 17,86 5 8,93 0 0
K3 1 1,78 7 12,50 10 17,86 0 0
siswa-siswa yang memiliki skor jawaban benar
K4 6 10,71 1 1,78 10 17,86 0 0 paling sedikit atau yang dipandang peneliti
mengalami kesulitan (melakukan kesalahan)
Pada soal nomor 4, berdasarkan Tabel 4 paling banyak dalam memecahkan masalah
diperoleh informasi letak kesulitan matematika matematika yang diberikan.
yang dialami siswa adalah 1,78% merupakan Secara umum, dalam wawancara diung-
kesulitan mengingat fakta, 7,14% merupakan kap mengenai kemampuan siswa dalam kemam-
kesulitan memahami fakta, 1,78% merupakan puan faktual, kemampuan konseptual siswa
kesulitan menerapkan fakta, 10,71% merupakan dalam memecahkan masalah, kemampuan pro-
kesulitan menganalisis fakta, 1,78% merupakan sedural siswa dalam menentukan langkah-lang-
kesulitan mengingat konsep, 17,86% merupakan kah atau strategi yang tepat digunakan untuk
kesulitan memahami konsep, 12,50% merupa- memecahkan masalah, serta kemampuan visual-
kan kesulitan menerapkan konsep, 1,78% meru- spasial siswa dimana siswa mampu memvisuali-
pakan kesulitan menganalisis konsep, 8,93% sasikan suatu bentuk geometri baik secara
merupakan kesulitan memahami prosedur, konkret maupun abstrak.
17,86% merupakan kesulitan menerapkan prose- Berdasarkan hasil kinerja siswa, faktor
dur, dan 17,86% merupakan kesulitan mengana- kesulitan siswa dalam memecahkan masalah
lisis prosedur. matematika adalah siswa tidak atau kurang
Tabel 13. Persentase Jenis Kesulitan Belajar memahami konsep yang diperlukan untuk me-
Matematika pada Soal Nomor 5 mecahkan masalah matematika, serta siswa
tidak atau kurang memahami soal dalam me-
Proses Dimensi Pengetahuan nentukan langkah-langkah pemecahan masalah
Kognitif P1 P2 P3 P4 matematika dengan baik.
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
K1 0 0 2 3,70 0 0 1 1,85 Secara keseluruhan, faktor-faktor yang
K2 1 1,85 6 11,11 7 12,96 6 11,11 menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
K3 1 1,85 6 11,11 7 12,96 5 9,26 memecahkan masalah matematika adalah siswa
K4 3 5,55 0 0 4 7,41 5 9,26 cenderung tidak mampu membaca soal dengan
baik, siswa tidak mampu mengingat konsep atau
Pada Tabel 13 yang disajikan, diperoleh
prinsip yang harus digunakan dalam pemecahan
informasi jenis kesulitan belajar matematika
masalah dengan baik, siswa tidak mampu me-
yang dialami mahasiswa pada soal nomor 5.
mahami permasalahan yang dihadapi sehingga
Letak kesulitan tersebut adalah 1,85% merupa-
siswa tidak mampu menggunakan prosedur atau
kan kesulitan memahami fakta, 1,85% merupa-
langkah yang digunakan untuk memecahkan
kan kesulitan menerapkan fakta, 5,55% merupa-
masalah matematika, siswa tidak mampu mene-
kan kesulitan menganalisis fakta, 3,70% meru-
rapkan atau menguasai konsep dan menerapkan
pakan kesulitan mengingat konsep, 11,11% me-
strategi dalam memecahkan masalah matema-
rupakan kesulitan memahami konsep, 11,11%

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 38
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

tika, serta siswa tidak mampu menganalisis dalam latihan soal, cepat menyerah, dan siswa
jawaban apakah ada kekeliruan yang dilakukan sering merasa cemas.
siswa dalam menjawab soal.
SIMPULAN DAN SARAN
Penyebab kesulitan tersebut di dukung ju-
ga oleh hasil kajian yang dilakukan oleh Kereh, Simpulan
Subandar, & Tjiang (2013, p. 12), kajian dalam Secara keseluruhan informasi yang diper-
melihat kesulitan matematika siswa dalam oleh dari hasil penelitian dapat disimpulkan
kemampuan memecahkan masalah, yaitu kurang bahwa letak kesulitan matematika siswa SMA
lengkapnya penguasaan mengenai fakta-fakta Negeri di KotaYogyakarta yang mengalami ke-
bilangan, lemah dalam melakukan perhitungan, sulitan dalam pemecahan masalah matematika,
kesulitan mentransfer pengetahuan, lemah dalam yaitu pada kesulitan matematika siswa terletak
membuat hubungan-hubungan, kurangnya pe- pada kesulitan mengingat fakta 1,77%, kesulitan
mahaman tentang bahasa matematika, kesulitan memahami fakta 3,54%, kesulitan menerapkan
dalam memahami aspek-aspek visual dan fakta 3,54%, kesulitan menganalisis fakta
keruangan, serta kesulitan dalam melakukan 10,18%, kesulitan mengingat konsep 1,33%,
persepsi (spasial). kesulitan memahami konsep 13,27%, kesulitan
Dari kajian teori sebelumnya juga telah menerapkan konsep 11,95%, kesulitan meng-
dikemukakan oleh Bell (1978, p. 108), bahwa analisis konsep 4,42%, kesulitan memahami
konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan prosedur 7,52%, kesulitan menerapkan prosedur
seseorang untuk mengklasifikasikan suatu objek 15,49%, kesulitan menganalisis prosedur
atau kejadian dan kemudian menentukan objek 16,37%, kesulitan mengingat konsep visual-spa-
atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan sial 1,33%, kesulitan memahami visual-spasial
contoh dari ide abstrak tersebut. Hasil penelitian 3,54%, kesulitan menerapakan visual-spasial
yang menunjukkan bahwa konsep merupakan 3,10%, dan kesulitan menganalisis visual-spasial
letak kesulitan yang dominan dialami oleh siswa 2,65%. Faktor-faktor kesulitan yang dialami sis-
adalah berdasarkan hasil penelitian oleh Yeo wa SMA dalam memecahkan masalah mate-
(2009) tentang Secondary 2 Students Difficul- matika kelas XII program IPA yakni: siswa
ties in Solving Non-Routine Problems, penelitian kurang teliti, tergesa-gesa dalam mengerjakan
ini menjelaskan bahwa siswa mengalami soal, lupa, kurang waktu untuk mengerjakan
kesulitan pada konseptual dikarenakan siswa soal, cepat menyerah, terkecoh, dan cemas.
mengalami kesulitan dalam menghubungkan
masalah yang kompleks antara yang satu dengan Saran
yang lainnya, siswa juga sulit memahami konsep Berdasarkan hasil penelitian tentang letak
matematika yang tepat dan diterapkan pada dan faktor kesulitan siswa dalam memecahkan
strategi pemecahan masalah. Hal ini dimungkin- masalah matematika, dan dengan memperhati-
kan karena siswa kurang menguasai hubungan kan keterbatasan penelitian, saran yang dapat
konsep-konsep yang dapat membangun pengeta- disampaikan adalah sebagai berikut: Saran untuk
huan konseptual. Kemungkinan lain, salah satu guru hendaknya agar mempertegas kembali
indikasi siswa mengalami kesulitan konseptual pembelajaran konsep-konsep dan prinsip-prinsip
adalah siswa tidak mampu mengklasifikasikan yang cenderung sulit dikuasai siswa. Begitu juga
aspek penting dalam suatu permasalahan, siswa dengan cara bagaimana guru menerapkan bebe-
tidak memahami prinsip-prinsip sejak awal, rapa metode yang tepat yang dapat digunakan
sehingga tidak dapat menghubungkan prinsip siswa agar lebih mudah menegimplementasikan
dengan permasalahan matematika (Krathwohl, suatu langkah-langkah atau strategi atau prose-
2002, p. 214). dur dalam memecahkan masalah matematika,
Namun, hal-hal tersebut tidak terlepas serta meminimalisir maupun mengatasi kesulit-
dari faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor an yang dialami oleh siswa. Saran kepada pe-
kesulitan yang lain yang dapat menyebabkan neliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih
siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan lanjut untuk menemukan faktor penyebab dan
masalah matematika adalah faktor dari luar diri, solusi untuk kesulitan belajar matematika ber-
yaitu siswa kurang teliti dalam mengerjakan so- dasarkan letak dan faktor kesulitan ini. Keter-
al, tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, faktor batasan waktu penelitian menyebabkan tidak
lupa, terkecoh, dan faktor waktu yang dirasa semua kesulitan yang dialami siswa dapat ter-
kurang untuk mengerjakan soal, siswa kurang lihat, serta faktor yang mempengaruhi kesulitan

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), Mei 2015 - 39
Ayu Aji Wedaring Tias, Dhoriva Urwatul Wutsqa

atau kegagalan siswa dalam proses pembelajaran Kuswana, W. S. (2012). Taksonomi kognitif.
dan pemecahan masalah matematika, serta Bandung: PT. Remaja Rosdakary.
upaya-upaya konkret untuk mengatasinya. Lebih
Larkin, S. (2010). Metacognition in young
banyak lagi peneliti yang mau mengkaji dan
children. Oxon: Routledge.
mengembangkan semua kesulitan yang dialami
siswa, serta faktor yang mempengaruhi kesulitan Lerner, J.W. (2006). Learning disabilities and
atau kegagalan siswa dalam proses pembelajaran related disorders. New York: Houghton
dan pemecahan masalah matematika, serta Mifflin Company.
upaya-upaya konkret untuk mengatasinya Nancarrow, M. (2004). Exploration of
DAFTAR PUSTAKA Metacognition and Non-Routine Problem
Based Mathematics Instruction on
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010).
Undergraduate Student Problem Solving
Kerangka langasan untuk pembelajaran,
Success. Electronic Theses, Treatises and
pengajaran, dan asesmen: revisi takso-
Dissertations. Florida State University.
nomi pendidikan Bloom. (Terjemahan
Diambil pada tanggal 14 Juni 2014 dari
Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka
http://diginole.lib.fsu.edu/cgi/viewcontent
Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun
.cgi?article=3440&context=etd.
2001).
NCTM. (2000). Principles and standards for
Bell, F. H. (1978). Teaching and learning
school mathematics. Reston, VA: NCTM
mathematics (in secondary school).
Dubuque: Wm. C. Brown Company Polya, G. (1973) How to solve it: A new aspect
Publisher. of mathematical method. Princenton, New
Jersey: Princenton University press.
Chambers, P. (2008). Teaching Mathematician,
Developing as A Reflective Secondary. Schoenfeld, A. H. (1985). Mathematical
London: SAGE. Problem Solving. Florida, London:
Academic Press, INC.
Dalyono. (2009). Psikologi pendidikan.
Semarang: PT. Rineka Cipta. Skemp, R. R. (1971). The psychology of
learning mathematics. Victoria: Penguin
Depdiknas. (2006). Peraturan menteri pendidik-
Books, Inc.
an nasional RI nomor 22, tahun 2006,
tentang standar isi. Jakarta: Depdiknas. Sternberg, R. B. & Ben-Zeev, T. (1996). The
nature of mathematical thinking. New
Henson, K. T., & Eller, B. F. (1999). Educa-
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
tional psychology for effective teaching.
Belmont: Wadsworth Publishing Suwarto. (2013). Pengembangan tes diagnostik
Company. dalam pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).
Irham, M., & Wiyani, N, A. (2013). Psikologi
pendidikan: teori dan aplikasi dalam Westwood, P. (2008). What teacher need to
proses pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz know about learning difficulties.
Media. Melbourne: The Australian Council For
Education Risearch.
Jong, T. D., & Hessler, M. G. M. F. (1996).
Types and qualities of knowledge. Yeo, K. K. J. (2009). Secondary 2 Students
Educational Psychologist. 31(2), pp. 105- Difficulties in Solving Non-Routine
113. Problems. Research in mathematics
Education in Singapore, p. 1-30. Nanyang
Kereh, C. T., Sabadar, J., & Tjiang, P. C.
Technological University.
(2013). Identifikasi kesulitan belajar
mahasiswa dalam konten matematika Krathwohl, D. R. (2002). A revision of blooms
pada materi pendahuluan fisika inti. Taxonomy: an overview. Theory Into
Proceedings of Seminar Nasional Sains Practice. 41, 212-264. Diambil pada
dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains tanggal 25 Oktober 2013, dari
dan Matematika, UKSW Salatiga, 4, pp. http://coe.ohio-state.edu/.
10-17.

Copyright 2015, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503

Anda mungkin juga menyukai