Anda di halaman 1dari 17

K1 24/10/16

Acc 25/10/16

LAPORAN BIOTEKNOLOGI
PEMANFAATAN KOL BUSUK DAN TINJA SAPI SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBUATAN BIOGAS RAMAH LINGKUNGAN

Oleh :

BABENINGSI ( A1C2 14 007 )


MILHAM ( A1C2 14 100 )
KADEK MERTAYASA ( A1C2 14 072 )
RIZAL AFRIYADI ( A1C2 14 095 )
SITTI AISYAH MAY W. ( A1C2 14 084 )
NURNINGSI ANHUFI ( A1C2 14 080 )
ANI SAFITRI ( A1C2 14 099 )
TYAS HANDAYANI ( A1C2 14 050 )

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

LAPORAN BIOTEKNOLOGI
PEMBUATAN TEMPE JAGUNG

Oleh :

OKTO ASRIATNO ( A1C2 14 064 )


LISCA RISKI RAHAYU ( A1C2 14 076 )
HARDIYANTI DIAN P. ( A1C2 14 021 )
KADEK MERTAYASA ( A1C2 14 072 )
SITTI AISYAH MAY W. ( A1C2 14 084 )
NURNINGSI ANHUFI ( A1C2 14 080 )
ANI SAFITRI ( A1C2 14 099 )
TYAS HANDAYANI ( A1C2 14 050 )

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

A. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi oleh
masyarakat akibat penggunaan berbagai macam peralatan untuk menunjang
kenyamanan dalam kehidupan seehari-hari sangat mempengaruhi tingkat
kebutuhan energi yang digunakan. Sumber energi yang selama ini digunakan
sebagian besar berasal dari batu bara, minyak bumi, gas alam dan lain-lain.
Bahan bakar tersebut bersifat tidak terbarukan sehingga semakin hari semakin
menipis ketersediaannya.
Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah sebagai
alternatif pengganti energi yang tidak terbarukan. Salah satu caranya adalah
dengan pemanfaatan energi biogas. Biogas adalah gas produk akhir hasil
degradasi anaerobik (dalam lingkungan tanpa oksigen) oleh bakteri-bakteri
menthanogen. Salah satu limbah yang dihasilkan dari aktivitas kehidupan
manusia adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin,
gas dan sisa makanan ternak. Potensi limbah peternakan sebagai salah satu
bahan baku pembuatan biogas dapat ditemukan di sentra-sentra peternakan,
terutama di peternakan dengan skala besar yang menghasilkan limbah dalam
jumlah besar dan rutin. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien
digunakan sebagai penghasil biogas karena setiap 10- 25 kg kotoran sapi per
hari dapat mengasilkan 2 m3 biogas. Dimana energi yang terkandung dalam 1
m3 biogas sebesar 4,7 kWh atau dapat digunakan sebagai penerangan 60 100
watt selama 6 jam (Saputri, 2014).
Selain dari kotoran sapi, bahan dasar biogas dapat berasal dari limbah
pertanian dan limbah organik lainnya (Abdulkareem, 2005). Salah satunya
yaitu menggunakan bahan baku dari sampah sayuran. Sampah sayuran yang
berasal dari pasar tradisional mendominasi penumpukan sampah di tempat
pembuangan akhir (TPA) di beberapa kota besar di Indonesia. Sampah sayuran
mengandung bahan-bahan organik sehingga termasuk biomassa yang dapat
diubah menjadi biogas (Andreas, 2012).
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

Jenis sampah di Kota Surabaya khususnya dan Indonesian pada


umumnya jauh berbeda dengan sampah yang ada di Jepang. Jika sampah di
Indonesia sebagian besar adalah sampah organik yang mudah membusuk dan
plastik-plastik, sedangkan di Jepang sampahnya lebih banyak sampah
anorganik seperti: radio tape yang tidak rusak, video, jam tangan, adult
magazine dan lain sebagainya. rerata volume sampah di LPA Benowo Kota
Surabaya masih relatif besar yaitu 3.528 ,73 m3 per hari. Masih tercampur
antara sampah organik dan sampah anorganik. Rerata berat sampah d LPA
Benowo dalam sehari semalam adalah 1.220,14 kg (Sulistyorini, 2006).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dianggap perlu untuk
membahas dan melakukan penelitian mengenai Pembuatan Biogas
khususnya campuran kol busuk dan tinja sapi.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan keefektifan pembuatan biogas dengan
bahan utama kotoran sapi dan sampah sayur kol.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk :
1. Menambah pengetahuan dan informasi tentang cara prmbuatan bio gas,
sebagai sebuah media pembelajaran tentang bioteknologi.
2. Memberikan gambaran umum kepada masyarakat luas pada umumnya dan
masayarakat lingkungan pendidikan, khususnya pada seorang guru atau
calon guru mengenai alternatif penggunaan energi tidak terbarukan menjadi
energi terbarukan dengan cara yang sederhana.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmuwan telah mengusulkan berbagai cara untuk meningkatkan produksi


biogas. Cara berbeda untuk meningkatkan produksi biogas melibatkan
penggunaan aditip, meningkatkan gas dengan pendauran ulang slurry dan
digester, variasi parameter operasional dan penggunaan film. Kita hanya
mempertimbangkan temperatur, aditip dan perbandingan C/N sebagai parameter
operasional. Aditip sebagian besar digunakan untuk meningkatkan aktivitas
mikrobial dan untuk membantu menjaga kondisi-kondisi baik dengan pH,
menurunkan larangan acetogenesis dan methanogenesis. Parameter yang
mempunyai dampak yang terbesar pada produksi biogas adalah temperatur.
Biogas dapat diproduksi didalam temperatur mencakup < 30 ( psychrophilic),
30-40 ( mesophilic) dan 40-50 ( thermophilic). Bakteri Anaerobik biasanya aktip
di dalam temperatur thermophilic dan mesophilic, maka temperatur ini
menghasilkan lebih biogas. Produksi dapat berlangsung di dalam temperatur
psycrophilic juga, tetapi lebih banyak waktu yang dibutuhkan. Adalah penting
juga untuk memelihara perbandingan C/N. Bakteri anaerobik yang aktif
memproduksi biogas telah ditunjukkan untuk menggunakan karbon 25-30 kali
lebih cepat dari zat nitrogen dan oleh karena itu rasio C/N 20-30 yang diperlukan
untuk untuk mendapatkan kondisi-kondisi optimal untuk bakteri
(Clark, 2008).

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik


secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang
sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan
karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik
dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik
untuk proses fermentasi adalah 30-55C, dimana pada suhu tersebut
mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan (Fendy, 2009).
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan
energi dalam bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1 m3 biogas sekitar 6000 watt
jam, setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat
cocok menggantikan minyak tanah, LPG, butana, batu bara dan bahan bakar fosil
lainnya. Biogas mengandung 75% metana. Semakin tinggi kandungan metana
dalam bahan bakar, semakin besar kalor yang dihasilkan. Oleh karena itu, biogas
juga memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. Sehingga jika biogas
diolah dengan benar, biogas bisa digunakan untuk menggantikan gas alam.
Dengan demikian jumlah gas alam bisa dihemat (Zaelani, 2011).

Manfaat energi biogas adalah menghasilkan gas metan sebagai pengganti


bahan bakar khususnya minyak tanah dan dapat dipergunakan untuk memasak.
Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di
samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang
dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya
pertanian. Dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui
(Fahri, 2011).

Pemeliharaan suatu perbandingan C/N adalah perhatian kritis. Diperlukan


perbandingan C/N, proses akan jadi terbatas oleh ketersediaan nitrogen dan
bakteri akan bereproduksi dengan lambat, kandungan yang paling rendah harus
amoniak. Konsentrasi amoniak yang tinggi dapat menjadi racun untuk bakteri.
Perbandingan C/N yang paling optimum adalah 30, dan unsur yang nilai nya
terdekat adalah kotoran hewan ( 15-20), sampah rumah tangga mentah ( 25), dan
rumput dan rumput laut ( 15-20). Bahan kayu memiliki tingkat biomassa yang
tinggi (bahkan ketika digunakan sebagai serbuk gergaji yaitu lebih dari 50),
sedangkan air seni mempunyai nilai yang sangat rendah yaitu 0,8. PH optimum
dalam digester adalah mendekati netral 6,6-7,6. Tetapi bila dengan kotoran hewan
Ph dapat meningkat menjadi 8 (Smil, 1983).
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

Ada tiga cara utama dalam menggunakan bahan bakar bio. Pertama, bahan
bakar padat dibakar di rumah untuk menyediakan panas atau di pembangkit
tenaga untuk pembangkit baik panas maupun listrik. Kedua, bahan bakar bio dapat
diolah menjadi bahan bakar cair seperti bioetanol dan bio diesel. Ketiga, biomassa
dapat diperlakukan dengan mengubahnya menjadi gas yang mudah dibakar
caranya adalah dengan memanfaatkan bakteri. Dalam keadaan hangat, basah dan
kurang udara, bakteri akan mencerna sembarang bahan organik, menghasilkan
gas metana yang mudah terbakar sebagai hasil sampingan. Bahan mentah,
umumnya kotoran hewan atau tumbuhan basah dimasukkan ke dalam reaktor
logam yang berkapasitas besar pada suhu konstan 35oC selama 10-25 hari. Gas
yang dihasilkan sekitar 400 m3 untuk setiap ton bahan mentah yang
kering disedot dan dibakar dalam pembangkit tenaga sedangkan sisanya
digunakan sebagai pupuk pertanian (Walisiewicz, 2008).

Dekomposisi bahan-bahan organik di bawah kondisi-kondisi anaerobik


menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas campuran metan dan
arang dioksida. Gas ini dikenal sebagai rawa ataupun biogas. Campuran gas ini
adalah hasil fermentasi atau peranan anaerobik disebabkan sejumlah besar jenis
organisme mikro, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermnetasi
ini adalah dari 30 oC hingga kira-kira 55 oC. Prinsip kimia yang tersangkut dalam
pembentukan biogas adalah prinisp terjadinya fermentasi daripada semua
karbohidrat, lemak dan protein oleh bakteri metan, bilamana tidak dicampur
dengan udara. Biogas ini tidak berbau. Jumlah biogas yang berasal dari sapi,
kerbau, kambing dan domba adalah yang terkecil, hal mana disebabkan
binatang-binatang ini merupakan herbivora, yaitu binatang pemakan rumput.
Makhluk lainnya merupakan omnivora, sehingga biogas yang dihasilkannya per
kg bahan kering adalah lebih besar (Kadir, 1995).

Dalam pemanfaatanya biogas dapat menghidupkan nyala api kompor pada


hari ke-14 dari pengisian awal bahan organik ke dalam digester. Pada hari pertama
sampai hari ke-8, keran atas dibuka dan gasnya dibuang karena didominasi CO2.
Pada hari ke-10 hingga hari ke-14, pembentukan CH4 semakin meningkat dan
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

CO2 menurun. Biogas bersifat korosif, sehingga disarankan pipa pengeluaran


berbahan PVC dengan sambungan yang kuat, selain itu biogas tidak berbau dan
tidak berasap, sehingga tidak terasa pedih di mata dan tidak membuat sesak nafas.
Dalam pemanfaatnya biogas juga memilik kelebihan, baik dalam hal kesehatan
maupun kemudahan operasi dibandingkan dengan kompor biobriket. Selain itu
kompor berbahan bakar biogas juga dapat digunakan sebagai penerangan dengan
sedikit perubahan seperti pada lampu petromak (Prihandana, 2009).
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari selasa, 18 Oktober
2016, pukul 15 : 30 WITA sampai 19 : 00 WITA, bertempat di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruaan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakkan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1
berikut :
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
No Nama Alat Kegunaan
1. Cawan Petri Menyimpan kristal KOH.
2. Gelas aqua Wadah untuk menyimpan serangga.
3. Hot plate Alat untuk memanaskan air.
4. Labu Erlenmeyer Menyimpan larutan metilen blue dan wadah
dalam pemanasan air.
5. Neraca analitik Mengukur berat belalang dan kecoa.
6. Respirometer Mengukur laju pernapasan.
7. Suntikan Mengambil larutan metilen blue dan
memasukkan metilen blue kedalam pipa
respirometer.
8. Stopwatch Menghitung waktu .
9. Termometer Mengukur suhu air.
10. Toples Wadah untuk menyimpan ikan .
Pipet tetes Memindahkan metilen blue ke labu
11. erlenmeyer.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

2. Bahan
Bahan yang digunakkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Air
b. Kol busuk
c. Tinja sapi

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan Pada Ikan Mujair (Tillapia mossambica)
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakkan.
b. Mengukur suhu air (normal)
c. Memasukkan ikan kedalam kondisi air yang normal.
d. Mengamati dan menghitung laju kecepatan membukan dan menutup
operculum ikan tersebut selama lima menit
e. Mengambil data setiap satu menit sekali
f. Mengulangi langkah ( b sampai e ) untuk air dingin dan panas.
g. Mencatat hasil pengamatan.
2. Pengamatan Pada kecoak (Bltta sp.) dan belalang (Valanga sp.).
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakkan.
b. Membungkus Kristal KOH secukupnya dengan menggunakkan kapas.
c. Melepaskan tabung respirometer.
d. Memasukkan bungkusan Kristal KOH kedalam tabung respirometer.
e. Menimbang massa kecoak .
f. Memasukkan kecoak kedalam tabung respirometer yang telah di isi
dengan bungkusan KOH.
g. Menutup tabung respirometer dan mengolesi mulut tabung
respitometer menggunakkan vaselin.
h. Memasang kembali tabung respirometer pada papan respirometer.
i. Menyuntikkan larutan metilen blue pada pipa respirometer/pipa
kapiler.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

j. Mengamati laju respirasinya selama lima menit dan mengambil


datanya setiap satu menit sekali.
k. Mengulangi langkah ( b sampai j ) untuk pengamatan belalang.
l. Mencatat hasil pengamatan .
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

B. Pembahasan
Biogas dibuat dengan proses dekomposisi anaerobik yang dilakukan
oleh mikroorganisme. Bakteri anaerobik yang digunakan dalam praktikum
pembutan biogas berasal dari sumber sampah pasar, kotoran sapi, yeast, dan
EM4. Prinsip kerja bakteri anaerobik adalah bekerja secara optimum pada
saat tidak ada oksigen. Oleh karena itu, pada saat pembentukan biogas, drum
harus tertutup dengan rapat supaya bakteri anaerobic bekerja dengan
optimum. Produk akhir biogas adalah gas metana (yang mempunyai karakter
gampang terbakar) dan karbon dioksida. Gas yang dapat digunakan adalah
gas metana, sedangkan gas karbondioksida tidak digunakan.
Hasil dari pembuatan biogas dari sampah pasar dan kotoran sapi yang
telah dilakukan adalah terbentuknya gas methan dan karbondioksida. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa praktikum pembuatan biogas ini berhasil.
Indikasi keberhasilan pembuatan biogas adalah penutup drum yang
menggelembung. Penutup drum yang menggelembung mengindikasikan
terdapat gas di dalam drum tersebut. Meskipun berhasil terbentuk gas methan,
gas yang terbentuk tidaklah optimal. Hal ini dikarenakan klep penutup drum
mengalami kebocoran. Namun saat kran aliran gas dibuka, terjadi
penggembungan plastik. Hal ini menandakan bahwa gas berhasil terbentuk.
Tahapan penguraian sampah oleh bakteri anaerobik sampai terbentuk
biogas adalah hidrolisis, acidogenesis, acetogenesis, dan metanogenesis.
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah air menjadi ion H+ dan
OH. Bakteri anaerobik menghidrolisis bahan organik yang tersedia dalam
lingkungan menjadi molekul yang lebih kecil. Hasil hidrolisis digunakan
untuk proses selanjutnya, yaitu acidogenesis. Bakteri anaerobik melakukan
fermentasi terhadap bahan-bahan yang berada dalam drum. Hasil fermentasi
bakteri tersebut membuat lingkungan menjadi asam. Fermentasi bakteri
menghasilkan ammonia, H2, CO2, H2S, asam lemak, asam karbonat, alkohol.
Hasil pemecahan materi organik selama proses acidogenic masih cukup besar
sehingga belum mampu menghasilkan metana. Maka dari itu, hasil dari
proses acidogenic dilakukan pengolahan lebih lanjut olah bakteri pada
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

tahapan acetogenesis. Acetogenesis merupakan tahapan pembentukan asetat


dari karbon dan sumber energy hasil acetogens. Mikroorganisme memecah
biomasa dalam proses pembuatan biogas menjadi asam asetat, CO2 dan H2.
Bahan-bahan tersebut selanjutnya digunakan untuk pembentukan metana.
Pembentukan metana disebut dengan methanogenesis. Ada 2 jalur yang
digunakan digunakan bakteri anaerobic dalam memproduksi metana pada
tahap metanogenesis, yaitu jalur karbondioksida dan asam asetat (Biarnes,
2015).
Kotoran sapi
+ sayuran

Hirdolisis dan acidogenic Acetogenesis Metanogenesis

Gambar 1. Tahapan pembentukan gas metana dalam biogas.


Reaksi kimia yang terjadi selama pembuatan biogas:
CO2 + 4 H2 CH4 + 2H2O
CH3COOH CH4 + CO2
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka kesimpulkan
yang dapat diambil adalah sebaagai berikut:
1. Jadi pernyataan bahwa ikan adalah hewan poikiloterm adalah benar.
Karena ikan memang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya,
dibuktikan dengan gerakan membuka dan menutup operculum ikan
tersebut. Suhu yang diatur akan menimbulkan efek membuka dan
menutupnya operculum ikan tersebut dari stabil akan menjadi semakin
cepat atau semakin lambat. Ketika suhu dinaikan, gerakan operculum
semakin cepat dan ketika suhu diturunkan gerakan operculum menjadi
lambat.
2. Mekanisme pernapasan pada belalang dan kecoak memiliki perbedaan
diantaranya laju pernapasannya. Pada kecoak laju pernapasan menurun,
sedangkan pada belalang laju pernapasan sangat cepat hal ini dapat
disebabkan karena pengukuran pada sore hari.

B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum kali ini sebaiknya
bahan yang digunakan terutama pengamatan pada ikan perlu digunakan ikan
jenis lain seperti ikan mas, lele dan sebagainya.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkareem, A.S. 2005. Refining Biogas Produced from Biomass: An


Alternative to Cooking Gas. Chemical Engineering Department, Federal
University of technology, Minna, Niger State, Nigeria. Leonardo Journal
of Sciences, Issue 7, p. 1-8, July-December 2005.
Andreas, F.S., Paramitha, S.B.U. dan Ikhsan D. 2012. Pembuatan Biogas dari
Sampah Sayuran. Diambil dari Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.
1, No. 1, tahun 2012. Halaman 103-108
Biarnes, Michael. 2015. Biomass to Biogas Anaerobic Digestion (online).
http://www.e-inst.com/biomass-to-biogas/. Diakses pada 2 November
2015.
Clark, J. and F. Deswarte, 2008. Introduction to Chemicals from Biomass. John
Wiley & Sons, Ltd, United Kingdom.

Fahri, A., 2010. Teknologi Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak. http://riau.
litbang.deptan.go.id/ind/image/stories/PDF/biogas.pdf
[Diakses 3 Desember 2016].

Fendy, 2009. Membuat Biogas dari Kotoran Ternak.


http://dekfendy.blog.uns.ac.id/2009/12/15/membuat-biogas-dari-kotoran-
ternak/ [Diakses 3 Desember 2016].

Kadir, A., 1995. Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi. UI-Press, Jakarta.

Prihandana, R., E. Hambali, S. Mujdalipah dan R. Hendroko, 2009. Meraup


Untung dari Jarak Pagar.

Saputri, Y.F., Yuwono T. dan Mahmudsyah, S. 2004. Pemanfaatan kotoran Sapi


untuk bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan
Ngajum Malang. Diambil dari Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No.1, (2014)
1-6.
Smil, V., 1983. Biomass Energies. Plenum Press, New York.
K1 24/10/16

Acc 25/10/16

Sulistyorini, L. 2006. Volume Sampah di kota Surabaya. Diambil dari Jurnal


Kesehatan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, Juli 2006 : 87-94.
Walisiewicz, M., 2003. Energi Alternatif. Penerjemah: Dwi Satya Palupi.
Erlangga, Jakarta.

Zaelani, Y.T., 2011. Pembuatan Biogas Kimia Terapan.


http://yusufzae.blogspot.com/2012/02/makalah-pembuatan-biogas.html [Diakses
3 Desember 2016].

Anda mungkin juga menyukai