Askep BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah) dan Perawatan Bayi di Inkubator
A. Definisi BBLR
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari
2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).
Bayi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah prematur atau dismatur yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta
menimbulkan kematian.
B. Klasifikasi BBLR
Ada dua golongan BBLR, yaitu:
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat bayi
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:
a. simetris ( intrauterus for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal
kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
b. Asimetris ( intrauterus growth retardation ) yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir
kehamilan
c. Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan
bayi kecil untuk masa kehamilan. (Mitayani, 2009)
C. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum sesuai dengan masa
gestasinya, yaitu :
1. Komplikasi obstetrik
Multipel gestation
Incompetence
Pro ( premature rupture of membran ) dan kirionitis
Pregnancy induce hypertention ( PIH )
Plasenta previa
Ada riwayat kelahiran prematur
2. Komplikasi medis
Diabetes maternal
Hipertensi kronis
3. Faktor ibu
Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskular.
Usia ibu : angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya
prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang.
Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat bdan yang tidak adekuat dan ibu yang
perokok. (Mitayani, 2009)
D. Patofisiologi
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari,
dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan
menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna
makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas
dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun.
Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang
dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan
juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan
berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan
panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)
E. Manifestasi Klinik
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm, lingkar
kepala< 33 Cm.
2. Masa gestasi< 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif
lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih
hipotonik sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap
satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
- Berat badan kurang dari 2.500 gram
- Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
- Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
- Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
- Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
- Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah
- Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
- Nafas belum teratur
- Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
- Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
G. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan
karena gangguan pertumbuhan hati.
H. Prognosa
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda
dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang
menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi,
gangguan metabolik, dll).
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal
misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka
kematian), asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan intrafentrikuler ,
displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis,
hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia
hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain lain).
Pengamatan Lebih Lanjut
Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati
selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran,
penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit penyakit seperti
Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan :
Tempat tgl lahir/usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Tgl masuk : ................................. (jam ............)
Tgl pengkajian :
Diagnosa medik :
Rencana terapi :
b. Identitas Orang tua
Ayah
- Nama :
- Usia :
- Pendidikan :
- Pekerjaan/sumber penghasilan :
- Agama :
- Alamat :
Ibu
- Nama :
- Usia :
- Pendidikan :
- Pekerjaan/Sumber penghasilan:
- Agama :
- Alamat :
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik,
dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan
system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
C. Intervensi
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri: Membantu dalam membedakan periode
Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perputaran pernapasan normal dari serangan
perhatikan adanya apnea dan perubahan apnetik sejati, terutama sering terjadi pad
frekwensi jantung gestasi minggu ke-30
Isap jalan napas sesuai kebutuhan Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan
Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi napas
telentang dengan gulungan popok dibawah Posisi ini memudahkan pernapasan dan
bahu untuk menghasilkan hiperekstensi menurunkan episode apnea, khususnya bila
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik
obatan yang akan memperberat depresi atau hiperkapnea
pernapasan pada bayi Magnesium sulfat dan narkotik menekan
Kolaborasi : pusat pernapasan dan aktifitas SSP
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
indikasi hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
Berikan oksigen sesuai indikasi memperberat serangan apnetik
Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat meningkatkan funsi
pernapasan
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri : Hipotermia membuat bayi cenderung merasa
Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada stres karena dingin, penggunaan simpanan lemak
awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau tidak dapat diperbaruai bila ada dan penurunan
gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau
penyebar hangat. penurunan kadar O2.
tempatkan bayi pada inkubator atau dalam Mempertahankan lingkungan termonetral,
keadaan hangat membantu mencegah stres karena dingin
pantau sistem pengatur suhu , penyebar hangat Hipertermi dengan peningkatan laju
(pertahankan batas atas pada 98,6F, bergantung metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta
pada ukuran dan usia bayi) kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan
kaji haluaran dan berat jenis urine terlalu tinggi.
pantau penambahan berat badan berturut-turut. Penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis
Bila penambahan berat badan tidak adekuat, urine dihubungkan dengan penurunan perfusi ginjal
tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi. selama periode stres karena rasa dingin
Perhatikan perkembangan takikardia, warna Ketidakadekuatan penambahan berat badan
kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau aktifitas meskipun masukan kalori adekuat dapat
kejang. menandakan bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga
memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut pada
kerusakan otak bila tidak teratasi.
Kolaborasi : Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap
pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan
(GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar masalah asam basa bila bayi mengalami
bilirubin) metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang
berikan obat-obat sesuai dengan indikasi cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
(fenobarbital) indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak
dari meta bolisme lemak coklat dengan asam lemak
bersaing dengan bilirubin pada pada bagian ikatan
di albumin.
Membantu mencegah kejang berkenaan dengan
perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermi
Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada
hiportemia dan hipertermia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Menentukan metode pemberian makan yang
Kaji maturitas refleks berkenaan dengan tepat untuk bayi
pemberian makan (misalnya : mengisap, menelan, Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
dan batuk) peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik Bila distres pernapasan ada cairan parenteral di
dan statuys pernapasan indikasikan dan cairan peroral harus ditunda
Kaji berat badan dengan menimbang berat badan Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan
setiap hari, kemudian dokumentasikan pada grafik resiko terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA
pertumbuhan bayi dengan kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan
Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah
konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari mengalami penurunan berat badan dealam uterus
Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor atau mengalami penurunan simpanan
kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa, lemak/glikogen.
fruktuasi berat badan. Memberikan informasi tentang masukan aktual
Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan
pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi untuk digunakan dalam penyesuaian diet.
suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan
terbalik, dan aktifitas kejang. bayi hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi
pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin
Kolaborasi : diperlukan untuk memenuhi peningkatan
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati ditangani
Glukas serum untuk menghindari kelebihan cairan
Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan
serum/urine, elektrolit urine bakar untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan
Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi kerusakan SSP permanen.hipoglikemia secara
misalnya kalsium glukonat 10% bermakna meningkatkan mobilitas mortalitas serta
efek berat yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :
Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir
bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrien dan kadar
cairan akibat malnutrisi.
Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA
dapat memerlukan suplemen untuk
mempertashankan homeostasis.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda
Kaji adanya tanda tanda infeksi terjadinya infeksi
Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan
sesuai kebijakan insitusi terjadinya infeksi yang lebih luas
Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan Untuk mencegah terjadinya infeksi
pencucian tangan Untuk mencegah terjadinya infeksi
Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
bayi bersih dan steril berlanjut pada bayi
Cegah personal yang mengalami infeksi
menular untuk tidak kontak langsung dengan bayi.
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara
Bandingkan masukan dan pengeluaran urine kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari
setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap pada hari pertama, meningkat sampai 120-140
periodik 24 jam ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih Pengambilan darah untuk tes menyebabkan
atau setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari penurunan kadar Hb/Ht.
popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan
penampung urine. untuk mengonsentrasikan urine biasanya
Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi
keadaan fontanel anterior. preterm ( rentang normal1,006-1,013). Kadar yang
Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan arterial rendah menandakan volume cairan berlebihan dan
rata-rata (TAR) kadar lebih besar dari 1,013 menandakan
Kolaborasi : ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan Kehialangan atau perpindahan cairan yang
indikasi Ht minimal dapat dengan cepat menimbulkan
Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk,
besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
displasia bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan
nekrotisan (NEC) syok dengan TAR < 25 mmHg menandakan
Berikan tranfusi darah. hipotensi.
Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal
45-53% kalium serum
Hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan
melalui selang nasogastrik diare atau muntah.
Penggantian cairan darah menambah volume
darah, membantu mengenbalikan vasokonstriksi
akibat dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan
ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam
penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan
displasia bronkopulmonal.
Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar
Ht/Hb optimal dan menggantikan kehilangan darah.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik,
dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan
system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran
darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak
memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
Kurangi rangsangan lingkungan Respons stres, terutama peningkatan tekanan
Organisasikan asuhan selama jamsibuk normal darah, dapat miningkatkan resiko peningkatan TIK
sebanyak mungkin Untuk meminimalkan gangguan tidur dan
Tutup dan buka kelambu dan lampu tidur kebisingan intermiten yang sering
Tutup inkubator dengan kain dan pasang tanda Untuk memungkinkan jadwal siang dan malam
jangan diganggu Untuk mengurangi cahaya dan tidak
Kaji dan tangani nyeri menggunakan metode membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis dan non-farmakologis Nyeri meningkatkan tekanan darah
Kenali tanda stres fisik dan stimulasi berlebih Untuk segera memberi intervensi yang memadai
Hindari obat dan larutan hipertonis Akan meningkatkan tekanan darah otak
Pertahankan oksigenasi yang adekuat Hipoksia akan meningkatkan aliran darah otak
Hindari memutar kepala ke samping tiba-tiba tekanan intrakranial
Akan mengurangi aliran arteri karotis dan
oksigenasi ke otak
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh
Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
Observasi tekstur dan warna kulit. Untuk mengetahui adanya kelainan pada kulit
Jaga kebersihan kulit bayi. secara dini
Ganti pakaian setiap basah. Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat
Jaga kebersihan tempat tidur. yang dapat merusak kulit pada bayi
Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit
bayi
Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis
serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pemahaman klien berikan Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan
instruksi /informasi pada klien maupun keluarga fisik dan diingatkan pada tahapan individu
tentang penyakitnya, baik tertulis atau lisan. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
Jelaskan proses penyakit individu. Dorong orang perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
terdekat menanyakan pertanyaan Meningkatkan kerjasama dalam program
Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, tujuan pengobatan dan mencegah penghentian obatsesuai
pengobatan dan alasan tentang pemberian obat perbaikan kondisi pasien.
kepeda keluarga Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
Kaji potensial efek samping pengobatan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
kerjasam dalam program
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI