Anda di halaman 1dari 58

BAB VII

MACAM-MACAM AKHLAK1

A. Macam-Macam Akhlak

Dalam garis besarnya, akhlak dibagi dua.Pertama adalah akhlak


terhadap Allah atau Khalik (Pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap
makhluk (semua ciptaan Allah).Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan
dikembangkan oleh ilmu tasawuf dan tarikat-tarikat, sedang akhlak
terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak, (dalam bahasa asing
disebut ethics).Ilmu akhlak, dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk
mengenal budipekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat seseorang
sesuai dengan esensinya. Dipandang dari terminologi, ilmu akhlak (ethics
dalam bahasa Inggris) adalah ilmu yang menentukan batas antara baik
dan buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin (Asmaran AS. 1994: 4,5). Akhlak
terhadap makhluk, dapat dibagi dua yaitu (1) akhlak terhadap manusia
dan (2) akhlak terhadap bukan manusia.2 Akhlak (1) terhadap manusia
dapat dibagi lagi menjadi (a) akhlak terhadap diri sendiri, sedangkan (b)
akhlak terhadap orang lain dapat disebut misalnya akhlak terhadap
Rasulullah, akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap karib kerabat,
akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap masyarakat. Akhlak (2)
terhadap bukan manusia dapat dipecah lagi menjadi (i) akhlak terhadap
makhluk hidup bukan manusia, misalnya akhlak terhadap tumbuh-
tumbuhan (flora) dan hewan (fauna), dan (ii) akhlak terhadap makhluk
(mati) ukan manusia, misalnya akhlak terhadap tanah, air, udara, dan

1Disusun oleh Anggi Rani Putri (1684202134), Dhea Putri (1684202), dan Tiya (1684202).
2Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 352.
193
sebagainya. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut
akhlak terhadap lingkungan hidup.3

Yunahar Ilyas dalam buku Kuliah Akhlak membagi ruang lingkup


akhlak kepada lima bagian:4

1. Akhlak terhadap Allah SWT


a. Takwa
b. Cinta dan Ridha
c. Ikhlas
d. Khauf dan Raja
e. Tawakal
f. Syukur
g. Muraqabah
h. Taubat
2. Akhlak terhadap Rasulullah SAW
a. Mencintai dan memuliakan Rasul
b. Mengikuti dan mentaati Rasul
c. Mengucapkan sholawat dan salam
3. Akhlak terhadap Diri Sendiri
a. Shidiq
b. Amanah
c. Istiqomah
d. Iffah
e. Mujahadah
f. Syajaah
g. Tawadhu
h. Malu
i. Sabar
j. Pemaaf
4. Akhlak terhadap Keluarga
a. Berbuat baik kepada orang tua
b. Hak, kewajiban, dan kasih sayang suami istri
c. Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak
d. Silaturrahmi dengan kerabat karib
e. Akhlak Bermasyarakat
f. Bertamu dan menerima tamu
g. Hubungan baik dengan tetangga
3Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 352.
4Asrori Mukhtarom dan Milana Abdillah Subarkah, Pengantar Studi Islam, Avicenna Press,
Jakarta, 2015, hal: 125.

194
h. Hubungan baik dengan masyarakat
i. Pergaulan muda-mudi
j. Ukhuwah Islamiyah
5. Akhlak Bernegara
a. Musyawarah
b. Menegakkan keadilan
c. Amar maruf nahi munkar
d. Hubungan pemimpin dan yang dipimpin

Dari sistematika di atas, tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup


akhlak itu sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Allah maupun horizontal sesama manusia.5

Pembahasan akhlak dalam ajaran Islam sangat luas dan


menyeluruh.Hal ini membuktikan bahwa merupakan diantara misi pokok
risalah Islam.Hubungan antara aqidah, syariah, dan akhlak merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Ibarat sebuah pohon, aqidah
itu akarnya, syariah itu batang dan daunnya, sedangkan akhlak itu
buahnya.6

Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua bagian yang akan
dijelaskan secara terperinci, yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak yang terpuji (al-Akhlak al-Karimah/al-Mahmudah), yaitu


akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol Ilahiyah yang dapat
membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat,
seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadlu (rendah hati),
husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain,
suka bekerja keras, dan lain-lain.

5Asrori Mukhtarom dan Milana Abdillah Subarkah, Pengantar Studi Islam, Avicenna Press,
Jakarta, 2015, hal: 125.
6Asrori Mukhtarom dan Milana Abdillah Subarkah, Pengantar Studi Islam, Avicenna Press,
Jakarta, 2015, hal: 125.
195
2. Akhlak yang tercela (al-Akhlak al-Madzmumah), yaitu akhlak yang
tidak dalam kontrol Ilahiyah atau berasal dari hawa nafsu yang berada
dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negative
serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabbur
(sombong), su-udzdzon (berprasangka buruk), tamak, pesimis, dusta,
kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain.7

Sementara itu, menurut obyek atau sasarannya, akhlak dapat


digolongkan menjadi dua macam, yatu sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah (Khalik)

Manusia sebagai makhluk-Nya yang telah diberi rahmat dan nikmat,


sudah barang tentu harus berbuat sesuatu sebagai imbalan dan rasa
terima kasihnya terhadap-Nya. Bentuk terima kasih atau syukur terlalu
banyak untuk diungkapkan secara terinci, akan tetapi secara global
dapat dikemukakan bahwa manusia harus menggunakan rahmat dan
nikmat Allah itu sesuai dengan fungsi dan proporsinya.

Secara praktis ada beberapa tugas dan kewajiban manusia terhadap


Allah SWT, antara lain: mentauhidkan, takut dan cinta kepada-Nya,
ridha terhadap qadha dan qadar-Nya, bertobat, bersyukur, tawakal,
berdoa, taat dan patuh terhadap-Nya, berbuat baik dan berprasangka
baik kepada-Nya, percaya dan berpegang teguh kepada kitab suci-Nya
dan sunah Nabi-Nya, dzikir, sabar, malu, dan sebagainya.

7Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 152.

196
Seberapa sifat yang telah disebutkan tadi ialah dalam rangka takwa
kepada-Nya yakni menjalankan semua yang diperintahkan dan
meninggalkan semua yang dilarang-Nya.8

2. Akhlak kepada makhluk

Akhlak kepada makhluk dapat dibagi menjadi dua yaitu akhlak


terhadap manusia dan akhlak terhadap bukan manusia.

Akhlak terhadap sesama manusia diantaranya harus huznuzan,


tawaduk, tasamu dan taawun sedangkan ahklak terhadap bukan
manusia salah satunya ahklak terhadap lingkungan, yang dimaksud
dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak
bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah-khalifah
menuntut adanya interaksi antar sesamanya dan manusia terhadap
lingkungan.9

B. Akhlak Kepada Allah

Akhlak terhadap Allah (Khalik) antara lain adalah:

1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk


menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2. Berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi
dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.

8Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
136.
9Almustaghrak, Ilham, Akhlak Terhadap Allah, Manusia, dan Lingkungan, diakses dari
http://digitalreferensi.blogspot.co.id/2012/11/akhlak-terhadap-allah-manusia-
lingkungan.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.56.
197
3. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa
dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha dan doa merupakan
dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktivitas
hidup setiap muslim.
4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan.
5. Tawadhu kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Oleh
karena itu, tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong,
tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.10
6. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga dengan
mempergunakan firman-firman-Nya dalam Al-Quran sebagai
pedoman hidup dan kehidupan.
7. Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan Allah.
8. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah.
9. Menerima dengan ikhlas semua qadha dan qadar Ilahi setelah
berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi).
10. Memohon ampun hanya kepada Allah.

11. Bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah
taubat nasuha, yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan
perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib melaksanakan
semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.11

10Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 152.
11Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 356.

198
Bahaya syirik kepada Allah sebagai bentuk durhaka atau syirik yaitu
sebagai berikut:

1) Pertama, syirik merupakan dosa yang terbesar. Nabi Shallallahu


alaihi Wa Sallam bersabda:
Maukah aku beritahukan dosa besar yang paling besar?Para
sahabat menjawab, Tentu wahai rasulullah. Nabi melanjutkan,
Syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua, . (H.R. Bukhari
Muslim)
2) Kedua, Allah Taala tidak akan mengampuni dosa syirik Allah Taala
befirman:





Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu.Barangsiapa
berbuat syirik terhadap Allah, sungguh ia telah melakukan perbuatan
dosa yang besar. (Q.S. An-Nisaa: 48)

3) Ketiga, syirik menghapuskan seluruh amal Allah Taala berfirman:




Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberikan petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-
Nya.Seandainya mereka berbuat syirik terhadap Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Q.S.
Al-Anam: 88).12

4) Keempat, pelaku syirik tidak akan masuk surga dan kekal di dalam
neraka Allah Taala berfirman:

12 At Tauhid, Buletin,Hakikat dan Bahaya Syirik, diakses dari


https://buletin.muslim.or.id/aqidah/hakikat-dan-bahaya-syirik, , pada tanggal 24 Mei 2017
pukul 9.43.
199



Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,


Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam, padahal Al-
Masih sendiri berkata, Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu!Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong pun. (Q.S. Al Maidah: 72).

5) Kelima, syirik disebut sebagai kedzaliman terbesar Allah Taala


berfirman:



Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia
memberikan pelajaran kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu
berbuat syirik terhadap Allah!Sesungguhnya syirik benar-benar
merupakan kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman: 13)13

C. Akhlak Kepada Rasulullah

Akhlak terhadap Rasulullah antara lain adalah:


1. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunahnya.
2. Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan
kehidupan.

13 At Tauhid, Buletin,Hakikat dan Bahaya Syirik, diakses dari


https://buletin.muslim.or.id/aqidah/hakikat-dan-bahaya-syirik, , pada tanggal 24 Mei 2017
pukul 9.43.

200
3. Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang
dilarangnya.14

Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan


sepenuh hati bahwa Allah SWT memilih diantara manusia untuk
dijadikan rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu-wahyu-Nya kepada
umat manusia. Beriman kepada Rasulullah juga berarti memercayai dan
meyakini sepenuhnya akan segala yang diceritakan Allah tentang semua
nabi dan rasul yang diutus-Nya, baik yang diketahui namanya maupun
yang tidak diketahui namanya. Perintah untuk beriman kepada Rasul
Allah (Muhammad SAW) tercantum dalam Alquran surat al-Nisa (4)
ayat 136:

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan


Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya,
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.Barang siapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya. (QS. Al-Nisa (4): 136).15

Menurut ayat Alquran di atas orang-orang yang beriman harus


mengimani rasul-rasul Allah sebagaimana mengimani Allah, malaikat,

14Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
15 Marzukiwafi,Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-hari, diakses dari
https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-muhammad-saw-dalam-
kehidupan-sehari-hari/, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.26.
201
kitab, dan hari akhir.Mengimani rasul-rasul Allah juga harus secara
keseluruhan, tidak boleh membeda-bedakannya sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.Orang-orang Yahudi
hanya mengimani nabi-nabi keturunan Bani Israel, dan mereka tidak
mengakui kenabian Isa dan Muhammad.Sedang orang-orang Nasrani
tidak mau mengimani kenabian Muhammad Saw.Allah mengancam
dengan keras orang-orang yang mau mengimani sebagian rasul dan
mengingkari sebagian yang lainnya.Allah juga mengategorikan orang-
orang seperti itu sebagai orang-orang kafir. Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-


Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah
dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang
sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain), serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara
yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. al-Nisa (4): 150-151).

Umat Islam sekaligus umat Muhammad SAW harus beriman terhadap


Nabi Muhammad SAW yang merupakan rasul dan nabi
terakhir.Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul, sehingga
setelahnya tidak ada lagi nabi dan rasul Allah. Kepastian Nabi

202
Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir dinyatakan oleh Allah SWT
dalam Alquran:16

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di


antara kamu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi.

(QS. al-Ahzab (33): 40)

Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad SAW


sebagai rasul terakhir yaitu sebagai berikut:17

1) Pertama, dengan berakhirnya risalah kenabian kepada Muhammad


SAW berarti bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW telah sempurna dan menyempurnakan ajaran para
nabi sebelumnya. Allah SWT berfirman:






Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu
semua, dan Aku telah melengkapkan kenikmatan-Ku padamu, dan
Aku telah rela Islam itu sebagai agama untukmu semua.
(QS. al-Maidah (5): 3).

2) Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa ajaran


yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yakni agama Islam bersifat

16Marzukiwafi,Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-hari, diakses dari


https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-muhammad-saw-dalam-
kehidupan-sehari-hari/, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.26.
17Marzukiwafi,Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-hari, diakses dari
https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-muhammad-saw-dalam-
kehidupan-sehari-hari/, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.26.
203
mendunia dan berlaku untuk seluruh umat manusia. Allah SWT
berfirman:





Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(QS. Saba (34): 28).

3) Ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup serangkaian para


nabi, maka Nabi Muhammad SAW adalah rasul untuk semua umat
manusia. Allah SWT berfirman:

Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah


kepadamu semua. (QS. al-Araf (7): 158).

Mengimani adanya Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam adalah


suatu kewajiban utama.Mengimani Nabi Muhammad SAW berarti
meyakini dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad benar-benar nabi
dan rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia di muka bumi
ini.Umat Islam yang menjadi umat Nabi Muhammad SAW harus
mengikrarkannya dengan lisan bersamaan dengan ikrar kepada Allah
SWT.Ikrar inilah yang mendasari seluruh keislaman dan keimanan setiap
umat Islam.Siapa pun belum dianggap Muslim jika belum mengikrarkan
adanya Allah sebagi Tuhannya dan Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan-Nya. Dua ikrar inilah yang kemudian dikenal dengan syahadatain
(dua kesaksian), yakni syahadat tauhid yang berisi ikrar bahwa tidak ada
tuhan selain Allah (Asyhadu an la ilaha illallah) dan syahadat rasul yang

204
berisi ikrar bahwa Muhammad adalah rasul Allah (Asyhadu anna
Muhammadan Rasulullah).18

Kewajiban umat Islam untuk mengimani Allah sekaligus mengimani


Rasulullah SAW dinyatakan dalam Alquran surat al-Araf (7): 158:







Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan
bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu
mendapat petunjuk. (QS. al-Araf (7): 158).19

D.Akhlak Individual dan Sosial

Manusia telah diperlengkapi dengan beberapa alat kelengkapan


yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani merupakan badan
kasar yang tampak kelihatan dengan nyata, terdiri dari tubuh, kepala,
panca indera, dan peralatan lain dalam tubuh manusia seperti
pernafasan, peredaran darah, dan sebagainya. Sedangkan rohani adalah

18Marzukiwafi,Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-hari, diakses dari


https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-muhammad-saw-dalam-
kehidupan-sehari-hari/, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.26.
19 Marzukiwafi,Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-hari, diakses dari
https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-muhammad-saw-dalam-
kehidupan-sehari-hari/, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 10.26.
205
badan halus yang bersifat abstrak, terdiri dari akal pikiran, rasa dan
perasaan, nafsu dan ruh (al-aql, al-qalb, al-nafs, dan al-ruh).20

Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim.


Diantara peranan tauhid dalam kehidupan sosial muslim di era modern
adalah:

1) Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan


kepada semua makhluk

Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim


yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya.
Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk
begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya pikir kritis
serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Quran telah
mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis
terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari
akhir. Firman Allah SWT:

Pada hari ketika muka mereka dibolak- balikan dalam neraka,


mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-
pemimpin dan pembesar- pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar)." (QS. Al- Ahzaab : 66 - 67)

Fungsi ini dirujukkan pada kalimat Laailaahaillallah (tidak


ada Tuhan selain Allah).Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan
bagi manusia. Dengan mengucapkan Tidak ada Tuhan selain

20Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
137.

206
Allah berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang
Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya.21

Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk


melaksanakan tahrirunnasi min ibadatil ibad ila ibadatillahi
atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia
kepada menyembah Allah SWT semata.

2) Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai-nilai palsu yang


bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-
kesenangan sensual belaka

Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual,


kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal
sehat dan mendistorsi pikiran jernih.Sebenarnya telah dengan tajam
Al- Quran menyindir orang-orang seperti ini.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa


nafsunya sebagai tuhannya.Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS. Al- Furqon: 43 -
44).22

3) Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi
21 Murdock, Robin Van, Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial (Tahudid Sebagai Falsafah
Hidup), diakses dari http://robinvanmurdock.blogspot.co.id/2014/03/peran-tauhid-dalam-
kehidupan-sosial.html?m=1, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 8.32.
22Murdock, Robin Van, Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial (Tahudid Sebagai Falsafah
Hidup), diakses dari http://robinvanmurdock.blogspot.co.id/2014/03/peran-tauhid-dalam-
kehidupan-sosial.html?m=1, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 8.32.
207
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam
semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial maupun yang
konkret. Namun, kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam
suatu ironi (keterbalikan) dimana kemiskinan kelaparan dan
kebodohan belum juga teratasi, jarak antara si kaya dengan si
miskin semakin tajam keadilan dan kejujuran semaki langka, serta
kebenaran semaki mudah direkayasa di tengah-tengah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu
pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan
memudahkan manusia (umat Muslim khususnya) dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.

4) Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia

Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat


menjadikan Islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan
mampu menjembatani wilayah-wilayah peradaban lokal menjadi
peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari
metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat
Islam.Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari
dunia Islam dan karya-karyanya telah menjadi landasan bagi
kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.23

5) Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan


kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarannya dilaksanakan secara konsisten

23 Murdock, Robin Van, Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial (Tahudid Sebagai Falsafah
Hidup), diakses dari http://robinvanmurdock.blogspot.co.id/2014/03/peran-tauhid-dalam-
kehidupan-sosial.html?m=1, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 8.32.

208
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta
merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu
kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena
telah ditancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki
kekuatan maupun kekuasaan selain Illahirabbi.

6) Mengajarkan kepada umat Islam supaya menjadikan Allah SWT


sebagai pusat kesadaran intelektual mereka

Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan


maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT,
semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah
pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib
(abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang
tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan
selain Dia.24

E. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Tugas dan kewajiban manusia terhadap diri sendiri yang penting


adalah menjaga diri sebaik-baiknya, sehingga fungsi dan statusnya
dapat terpenuhi. Satu tugas dan kewajiban tadi dapat diperinci sebagai
berikut:

1) Memelihara dan menjaga badan; jasmani sehingga tetap sehat,


karena pada badan yang sehat itu terdapat akal (jiwa) yang shat.
Ingat pepatah al=aql al-salim fi al-jism al-salim.25

24 Murdock, Robin Van, Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial (Tahudid Sebagai Falsafah
Hidup), diakses dari http://robinvanmurdock.blogspot.co.id/2014/03/peran-tauhid-dalam-
kehidupan-sosial.html?m=1, pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 8.32.
25Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
137.
209
2) Memelihara dan menjaga jiwa dan hatinya sehingga dapat
memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai manusia. Nabi
bersabda:
Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia
rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah itulah yang
dinamakan hati nurani.
3) Memelihara dan mempertahankan agamanya, sehingga mendapat
keridhaan Allah, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
4) Memberi makanan terhadap akal pikiran dengan ilmu pengetahuan
bagi kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itulah di dalam
agama Islam agar kita selalu menuntut ilmu pengetahuan. Perintah
agama, Carilah ilmu pengetahuan, sejak dari buaian ibu sampai ke
liang lahad. Perintah ini menunjukkan wajib, Nabi bersabda:
Mencari ilmu pengetahuan itu wajib hukumnya bagi orang
islam.
5) Berusaha memenuhi kebutuhan jasmani dengan usaha yang halal,
karena kehidupan di dunia ini tidak lepas dari masalah keduniaan,
sebab keduniaan itu sendiri adalah bekal hidup dan lading akhirat.
Agama mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja mencari
penghidupan yang layak. Mereka harus bekerja dan berusaha,
jangan menggantungkan hidupnya kepada orang lain.

6) Membiasakan dan melatih diri untuk melakukan perbuatan yang


sesuai dengan tuntutan agama, sehingga akan memperoleh
keutamaan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

Diri manusia secara totalitas adalah modal yang penting di dalam


kehidupannya. Di dalam diri manusia terdapat alat (organ) dari yang
kasar sampai yang halus. Semua ini merupakan sarana melakukan tugas

210
dan kewajibannya. Oleh sebab itu setiap manusia harus memelihara
diri, menyantuni dan menghargai dirinya secara wajar dan lumrah.26

Memelihara diri tidak berarti memanjakan. Tapi justru


memanfaatkan segala potensi yang ada sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, sehingga manusia akan bermanfaat bagi dirinya, orang lain
(masyarakat) dan alam sekiarnya.27

Akhlak terhadap diri sendiri antara lain:

a. Sabar, adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai


hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah.
b. Syukur, adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa terhitung banyaknya.
c. Tawadhu, adalah rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawadhu
lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang
lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong
dan angkuh di muka bumi.28
d. Shidiq, adalah benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut
selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati,
benar perkataan dan benar perbuatan.
e. Amanah, adalah dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin

26Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
137.
27Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
137.
28Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
211
pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat
ikatan yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa:
Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak
(sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji. (HR.
Ahmad)

f. Istiqamah, adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan


dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan
dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-
Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6:


Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya
dan mohonlah ampun kepada-Nya.Dan kecelakaan yang besarlah
bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.29

g. Iffah, adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan
memelihara kehormatan atau kesucian diri dari segala hal yang
akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan
wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya
dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan
oleh kehormatan dirinya. Di dalam Al Quran, disebutkan lafazh
"Isti'faf" maksudnya adalah: Permintaan untuk menjaga diri dari
sebab-sebab kerusakan, menjauhkan diri dari perbuatan zina dan
fitnah wanita. Hal tersebut sebagaimana firman Allah Swt:

29Tengak, Djaelani Bajang&Muh. Sukrillah, Akhlak Terhadap Diri Sendiri, diakses dari
http://makalahal-islam.blogspot.co.id/2014/01/akhlak-pada-diri-sendiri.html?m=1, pada
tanggal 25 Mei 2017 pukul 8.46.

212
"Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah
menjaga kesucian diri sampai Allah menjadikan mereka mampu
dengan karunia-Nya." (QS. An Nuur: 33)
Termasuk dalam makna 'iffah adalah menahan diri dari meminta-
minta kepada manusia. Allah Swt berfirman:
"Orang yang tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-
orang yang berkecukupan karena mereka taaffuf ." (QS. AL
Baqarah: 273)
Dalam hadits dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu
mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah
meminta-minta kepada Rasullah SAW. Tidak ada seorang pun dari
mereka yang minta kepada Rasulullah Saw melainkan beliau
berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah SAW
pun bersabda kepada mereka:
"Apa yang ada padaku dari kebaikan tidak ada yang aku simpan
dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-
minta, maka Allah akan memelihara dan menjaganya dan siapa
yang bersabar dari meminta-minta, maka Allah akan
menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah
dari meminta kepada selain-Nya, maka Allah akan memberikan
kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang
lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.(HR. Bukhori dan
Muslim)30
h. Pemaaf, adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang
lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk
membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan
kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari
yang bersalah.
30Sadikin, Agus,Pengertian dan Contoh Perbuatan Iffah, diakses dari
http://www.shadiqin.com/2012/09/pengertian-iffah-dan-contohnya.html, pada tanggal 24 Mei
2017 pukul 10.50.
213
i. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh keliatan, menurut
hukum dan akhlak Islam).
j. Ikhlas.
k. Rendah hati.
l. Malu melakukan perbuatan jahat.
m. Menjauhi dengki.
n. Menjauhi dendam.
o. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

p. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.31

F. Akhlak Kepada Kedua Orang Tua

Akhlak terhadap orang tua yaitu berbuat baik kepada keduanya (birr
al-walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan anatara lain:

a. Menyayangi dan mencintai mereka sebagai bentuk terima kasih


dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut.
b. Mentaati perintah.
c. Meringankan beban.
d. Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.32
e. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
f. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
g. Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat,
mempergunakan kata-kata lemah lembut.
h. Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya.

i. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun


seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.33

31Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 357.
32Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
33Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 357.

214
Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika mereka hidup,
tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia
dengan cara mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati
janji mereka yang belum terpenuhi, meneruskan silaturrahmi dengan
sahabat-sahabat sewaktu mereka hidup.34

G. Akhlak Kepada Keluarga, Karib Kerabat

Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat, antara lain:


a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga.
b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c. Berbakti kepada ibu-bapak.
d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
e. Memelihara hubungan silaturrahmi dan melanjutkan silaturrahmi
yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.35

H. Akhlak Kepada Tetangga

Tetangga merupakan anggota masyarakat yang terdekat dari pada


kita setelah keluarga. Dari tinjauan agamis, tetangga dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni;

a. Tetangga yang Muslim dan masih famili.


b. Tetangga yang Muslim.

c. Tetangga yang tidak Muslim dan tidak famili.

Antara ketiganya harus berlaku baik, hanya saja kadar kebaikan


sebagai pemenuhan hak adalah berbeda menurut klasifikasi tetangga itu
sendiri. Jika tetangga itu Muslim dan famili, maka ada tiga hak yang

34Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
35Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
215
ditunaikannya yaitu hak tetangga, hak keislaman, dan hak famili,
sedangkan tetangga yang Muslim saja (tidak sebagai famili) hanya ada
dua hak yakni hak tetangga, dan hak keislaman, kemudian bagi
tetangga yang tidak Muslim dan tidak famili, maka hanya satu hak
tetangga saja.36

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar


dan mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai
indikasi keimanan. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia


muliakan tetangganya. (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)37

Bahkan besar dan pentingnya kedudukan tetangga bagi seorang


muslim sangatlah ditekankan, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira


bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris. (HR. Bukhari
6014, Muslim 2625)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan:

Bukan berarti dalam hadits ini Jibril mensyariatkan bagian harta


waris untuk tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal ini.
Namun maknanya adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun
36Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
148.
37 Purnama, Yulian,Akhlak Islami Dalam Bertetangga, https://muslim.or.id/10417-akhlak-
islami-dalam-bertetangga.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.57.

216
wahyu yang mensyariatkan tetangga mendapat bagian waris. Ini
menunjukkan betapa ditekankannya wasiat Jibril tersebut kepada Nabi
Shallallahualaihi Wasallam. (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/177)38

Berlaku baik terhadap tetangga mendapat penekanan yang khusus


sebagaimana tersebut dalam Al-Quran yang berbunyi:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki
hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu.Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An
Nisa: 36)

Syaikh Abdurrahman As Sadi menjelaskan ayat ini:

Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya.Maka sudah


semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya,
dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah,
lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan
gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan. (Tafsir As Sadi,
1/177)

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:

38 Purnama, Yulian,Akhlak Islami Dalam Bertetangga, https://muslim.or.id/10417-akhlak-


islami-dalam-bertetangga.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.57.
217

Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik
sikapnya terhadap sahabatnya.Tetangga yang paling baik di sisi Allah
adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya.(HR. At
Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani dalam
Silsilah Ash Shahihah 103)39

Dalam hadist Nabi disebut:

Jibril selalu memberi wasiat kepadaku (Nabi) tentang hal tetangga,


sehingga akan mengira, mereka akan (berhak) mendapatkan warisan.
(HR. Mutaffaqalaih)

Juga dalam hadist lain:

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka


berbuat hormatlah kepada tetangga. (HR. Muttafaqalaih)

Dalam kata kitab Minhaj al-Muslim, dijelaskan bentuk-bentuk


perbuatan baik terhadap tetangga ialah:

1) Tidak menyakiti mereka, baik dengan lisan maupun dengan


perbuatan. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi:
Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Maka
mereka bertanya kepada Nabi, Siapakah dia hai
Rasulullah?Dijawab oleh Nabi, Yaitu orang yang tetangganya
tidak merasa aman dari kejelekannya. (HR. Muttafaqalaih)
2) Memberi pertolongan dan bantuan apabila mereka membutuhkan,
menjenguk ketika sakit, mengucapkan selamat ketika
mendapatkan kebahagiaan, mengucapkan turut berbela sungkawa

39 Purnama, Yulian,Akhlak Islami Dalam Bertetangga, https://muslim.or.id/10417-akhlak-


islami-dalam-bertetangga.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.57.

218
ketika mendapat bencana/musibah, mendahului salam, berbicara
lemah lembut, mengasihi anak-anaknya, memberi petunjuk kepada
hal-hal yang baik, baik masalah keagamaan maupun masalah
keduniaan, menjaga batas pekarangan mengampuni kesalahan,
tidak mengintip (melihat) auratnya, tidak mempersempit bangunan
atau jalan dan lain-lain.

3) Menghormati dan toleransi terhadap mereka.40

Akhlak terhadap tetangga, antara lain:

a. Saling mengunjungi.
b. Saling membantu di waktu senang lebih-lebih di waktu susah.
c. Saling beri-memberi, diantaranya adalah bersedekah kepada
tetangga jika memang membutuhkan. Bahkan anjuran bersedekah
kepada tetangga ini sangat ditekankan oleh Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam:


Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga
sebelahnya kelaparan. (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra
18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149)
Beliau juga bersabda:




Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu
lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada
mereka dengan cara yang baik. (HR. Muslim 4766)
d. Saling hormat-menghormati.
e. Saling menghidari pertengkaran dan permusuhan.41
f. Berkata lemah-lembut.
g. Bermuka cerah di depannya.
h. Menasehatinya dalam kebenaran

40Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
148.
41Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 154.
219
I. Akhlak Kepada Masyarakat

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yakni suka berhubungan


dan bergaul dengan orang lain. Dorongan ini disamping dorongan yang
bersifat instingtif juga dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pergaulan ini dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar (tetangga) dan
masyarakat luas.

Setiap orang tak dapat melepaskan diri dari lingkungannya dan


masyarakat sekitarnya. Di dalam tata cara pergaulan ini sudah barang
tentu diperlukan suatu tatanan, sehingga dalam pergaulan itu tidak
terdapat benturan-benturan yang tidak diinginkan. Pemunahan hak dan
pelaksanaan kewajiban antara masing-masing anggota masyarakat
merupakan hal yang mutlak.

Ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing


anggota masyarakat ialah antara lain:

1) Menunjukkan wajah jernih, tidak keruh.


2) Berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi mereka.
3) Tidak mencela kekurangan diri mereka (merendahkan diri/rendah
hati).
4) Sabar dan menahan amarah atas kesalahan yang diperbuat mereka.
5) Tolong-menolong dalam hal yang baik dan benar/ringan tangan.
6) Menjadikan diri sebagai pelita bagi mereka.
7) Bersatu dan rukun serta menjauhi fitnah.

8) Menyampaikan kabar gembira dan bergembira atas prestasi dan


kebaikan yang diperolehnya.42

Akhlak terhadap masyarakat, antara lain:

42Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
149.

220
a. Memuliakan tamu.
b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan.
c. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa.
d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat
baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan
perbuatan jahat (mungkar).
e. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupannya.
f. Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan
bersama.
g. Mentaati putusan yang telah diambil.
h. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang
diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita.
i. Menepati janji.43

D. Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan hidup.Yang dimaksud dengan alam


adalah apa yang ada di luar diri. Bagi seorang yang disebut lingkungan
adalah apa yang mengelilinginya seperti rumah, perkarangan, pohon,
hewan, gunung, laut, dan sebagainya.44

Manusia sebagai khalifah, pengganti dan pengelola alam, dan melihat


sisi lain mereka diturunkan ke bumi ini adalah agar mereka membawa
rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya, termasuk lingkungan dan
manusia secara keseluruhan. Hal ini tertuang dalam Al-Quran:

43Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 358.
44Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
152.
221
Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali (membawa) rahmat bagi alam
semesta. (QS. Al-Anbiya: 107)

Maka bagi manusia tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya


adalah melestarikan dan memeliharanya:

Dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi, karena Allah tidak


menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)45

Termasuk dalam kategori merusak adalah merusak lingkungan hidup.


Larangan merusak ini mutlak harus dijalankan oleh manusia, sebab kalau
tidak, maka pasti akan muncul malapetaka yang akan menimpa dirinya.
Beberapa contoh dapat dikemukakan seperti adanya bencana wereng
yang baru-baru ini telah merusak tanaman padi, barangkali hal ini
disebabkan oleh tangan manusia sendiri. Yakni karena mereka telah
membunuh hewan pemakan binatang kecil sebangsa wereng, seperti ular,
kodok, dan sebagainya dimana binatang-binatang seperti ini diharamkan
oleh Allah untuk dimakan (dalam arti tidak boleh dimusnahkan).
Demikian pula akibat penebangan hutan yang tidak teratur akan
mengakibatkan bencana banjir dan sebagainya. Benarlah apa yang
dinayatakan Allah:

Telah Nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan


tangan manuisa, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar). (QS.
Al-Rum: 41)

Dengan demikian maka sekalipun alam raya diciptakan untuk


kepentingan manusia agar dapat diambil manfaat, mereka tetap

45Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
152.

222
berkewajiban untuk memelihara dan melestarikannya disamping harus
merenungkan yang menciptakan, yaitu Allah SWT., sebab semua yang
ada di atas muka bumi dan di bawah langit ini adalah berfungsi sebagai
ayat, pertanda atas kekuasan-Nya. Dengan merenungkan dan memikirkan
penciptanya, maka akan dapat meningkatkan keimanan kita masing-
masing.46

Salah-satu agama yang dapat memberikan landasan teologis dan


hukum bagi pelestarian lingkungan hidup adalah Islam.Berbeda dengan
agama-agama lain yang menekankan pada moral, Islam punya penekanan
yang kuat pada masalah hukum. Menurut H.A.R Gibb, Islam is a
complete system of way of life. Islam adalah sistem kehidupan yang
sempurna. Hukum Islam (syariah) mencakup seluruh kehidupan
masyarakat muslim dari individu sampai lingkungan hidup. Islam
memiliki fleksibilitas dalam menampung berbagai masalah kehidupan.

Akan tetapi Tuhan mengingatkan manusia agar tidak merusak alam


demi memuaskan hawa nafsunya sendiri.Dalam istilah Al-Quran
manusia harus melakukan perbaikan bumi (ishlah al-ardh) bukan
pengrusakan bumi (fasad fil al-ardh).Istilah ishlah al-ardh mempunyai
makna yang luas.Ishlah al-ardh mencakup berbagai upaya konservasi dan
perlindungan makhluk hidup dalam ekosistemnya.47

Tuhan dalam Al-Quran mengatakan bahwa dirinyalah yang


menghidupkan bumi sesudah kematiannya dengan menurunkan air dari
langit.Manusia dibebani tanggung jawab (taklif) untuk mengelola alam

46Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
152.
47Hanvitra, Teologi Lingkungan Hidup Dalam Islam, diakses dari
http://www.kompasiana.com/hanvitra/teologi-lingkungan-hidup-dalam-
islam_54f3893c745513992b6c7a6a, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 9.04.
223
dengan harmonis.Hukum Islam tentang lingkungan hidup (fiqh al-biah)
memberikan batas-batas pengelolaan lingkungan hidup.Fiqh al-biah
bersumber pada Al-Quran, Sunnah, ijtihad para ulama fiqh mengenai
lingkungan.Sebagai landasan teologis, Al-Quran hanya memberikan
garis-garis besar pemeliharaan lingkungan hidup.48

Al-Quran adalah wahyu Tuhan yang melampaui ruang dan waktu.Al-


Quran tidak lahir begitu saja, melainkan karena adanya dialog antara
teks-teks suci dengan realitas. Al-Quran menyatakan beberapa asas
pengelolaan lingkungan yaitu:

1) Pertama, asas keseimbangan (al-mizan). Allah menciptakan segala


sesuatu di dunia dengan seimbang. Ada ukuran-ukuran tertentu untuk
makhluk Allah sesuai dengan peran dan fungsinya. Manusia dilarang
menabrak ukuran-ukuran yang telah ditetapkan Tuhan.
Keseimbangan alam tidak boleh dirusak oleh manusia. Malahan,
manusia harus menjaga keseimbangan alam.
2) Kedua, asas manfaat. Manusia diizinkan Tuhan memanfaatkan alam
untuk kemaslahatan bersama. Manusia tidak boleh egois dalam
memanfaatkan alam. Harus ada demokratisasi pemanfaatan alam.
Seluruh makhluk hidup yang ada di alam pada hakikatnya
mempunyai manfaat sekecil apa pun. Semua mempunyai fungsi dan
perannya masing-masing. Cacing yang kecil itu pun berperan untuk
menyuburkan tanah. Segala sesuatu di alam boleh dimanfaatkan.
Allah memperbolehkan manusia memanfaatkan alam selama tidak
berlebih-lebihan (israf). Adalah tugas ilmuwan untuk mendefinisikan
batas dan kadar pemanfaatan alam. 49

48 Hanvitra, Teologi Lingkungan Hidup Dalam Islam, diakses dari


http://www.kompasiana.com/hanvitra/teologi-lingkungan-hidup-dalam-
islam_54f3893c745513992b6c7a6a, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 9.04.

224
3) Ketiga, asas kemaslahatan umum (maslahat al-ammah). Asas ini
masih berkaitan dengan asas manfaat. Kata maslahah berakar pada
kata sholaha yang berarti baik atau memperbaiki. Tafsiran lain
mengenai kata ini adalah sesuatu yang dapat memberikan kebaikan
dan manfaat bagi orang lain. Manusia diperintahkan Allah untuk
beriman dan beramal shalih. Iman saja tidak cukup untuk
memperoleh rahmat Tuhan. Harus diiringi dengan amal shalih. Amal
shalih adalah perbuatan yang mengarah kepada kebaikan bagi untuk
sesama manusia maupun alam sekitar. Amal shalih dapat juga
diterjemahkan sebagai karya nyata manusia yang membawa
perbaikan di muka bumi. Iman dalam sebuah hadis disebutkan
mempunyai 70 cabang. Yang paling tinggi adalah mengucapkan
kalimat Tiada Tuhan selain Allah yang paling terakhir adalah
menyingkirkan duri dari jalanan. Ini artinya iman harus memberikan
dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. Iman dalam Islam
adalah iman yang aktif bukan pasif. Iman yang aktif bermakna
seorang muslim harus mengejawantahkan keimanan dalam wujud
kebaikan bagi sesama dan alam. Seorang muslim tidak boleh
mengaku dirinya beriman padahal ia tidak pernah berbuat apa-apa
untuk lingkungannya. Seluruh warga masyarakat harus mendapatkan
manfaat dari pengelolaan alam. Bahkan hewan dan tetumbuhan juga
harus merasakan manfaatnya. Kontras dengan asas ini adalah kondisi
yang terjadi di Indonesia. Pertambangan dieksploitasi oleh
perusahaan-perusahaan besar demi mengeruk keuntungan bagi
segelintir pemilik modal. Lingkungan hidup rusak. Masyarakat
sekitar hanya mendapat setitik tetesan rezeki. Mereka tetap miskin.

49 Hanvitra, Teologi Lingkungan Hidup Dalam Islam, diakses dari


http://www.kompasiana.com/hanvitra/teologi-lingkungan-hidup-dalam-
islam_54f3893c745513992b6c7a6a, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 9.04.
225
Lingkungan yang rusak tidak dapat lagi memberi kehidupan kepada
mereka. Kerusakan lingkungan yang dilakukan Freeport dalam
mengeksploitasi tambang tembaga di Papua, misalnya, hanya
menguntungkan segelintir elit politik dan ekonomi. Sedangkan
masyarakat pribumi terpaksa menanggung berbagai derita akibat
pencemaran lingkungan. Limbah sisa proses pertambangan dibuang
begitu saja ke sungai-sungai. Akibatnya ikan-ikan mati dan airnya
beracun dan keruh. Hal yang sama juga terjadi dalam musibah
Lumpur Lapindo di Sidoarjo.
4) Keempat, asas keharmonisan. Alam diciptakan dengan bagian-bagian
yang tersusun dengan serasi dan indah. Manusia dilarang merusak
keserasian dan keindahan alam dan lingkungan. Manusia, bahkan
diperintahkan belajar dari alam. Coba lihat bagaimana kerja sama
lebah dalam membuat madu. Atau bunga-bunga yang tumbuh di
taman. Pelajari dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, itu pesan
Al-Quran.
5) Kelima, asas tanggung-jawab. Manusia mempunyai tanggung jawab
untuk mengelola bumi. Inilah realisasi tugas kekhalifahan manusia.
Alam ini adalah amanah yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Manusia harus mengembalikan amanah itu dengan baik. Manusia
tidak boleh berbuat zalim kepada alam. 50

Fiqh Al-Biah atau.fikih lingkungan adalah ketentuan-ketentuan Islam


yang bersumber dari dalil-dalil yang terperinci tentang perilaku manusia
terhadap lingkungan hidupnya dalam rangka mewujudkan kemashlahatan
dan menjauhkan kerusakan.Pelestarian lingkungan dalam perspektif fikih
yaitu:

50 Hanvitra, Teologi Lingkungan Hidup Dalam Islam, diakses dari


http://www.kompasiana.com/hanvitra/teologi-lingkungan-hidup-dalam-
islam_54f3893c745513992b6c7a6a, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 9.04.

226
Sebagai disiplin ilmu yang mengatur hubungan manusia terhadap
Tuhannya, hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan
manusia terhadap sesama manusia, hubungan manusia terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya, maka tidak diragukan bila fikih memiliki
peran yang krusial dalam merumuskan tata kelola lingkungan hidup yang
sesuai dengan hukum-hukum syara.

Dalam bukunya yang berjudul Riayatul Biah fi Syariatil Islam, Dr.


Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa fikih sangat concern terhadap
isu-isu lingkungan hidup ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pembahasan-pembahasan yang terdapat dalam literatur fikih klasik,
seperti: pembahasan thaharah (kebersihan), ihya al-mawat (membuka
lahan tidur), al-musaqat dan al-muzaraah (pemanfaatan lahan milik
untuk orang lain), hukum-hukum terkait dengan jual beli dan kepemilikan
air, api dan garam, hak-hak binatang peliharaan dan pembahasan-
pembahasan lainnya yang terkait dengan lingkungan hidup yang ada di
sekitar manusia.51

Beliau juga menegaskan, bahwa pemeliharaan lingkungan merupakan


upaya untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan.Hal
ini sejalan dengan maqsid al-syarah (tujuan syariat agama) yang
terumuskan dalam kulliyt al-khams, yaitu: hifzu al-nafs (melindungi
jiwa), hifzu al-aql (melindungi akal), hifzu al-ml (melindungi
kekayaan/property), hifzu al-nasb (melindungi keturunan), hifzu al-dn
(melindungi agama).Menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut
beliau, merupakan tuntutan untuk melindungi kelima tujuan syariat
tersebut.Dengan demikian, segala prilaku yang mengarah kepada

51 Hamdi, H. Fahmi, Fikih Lingkungan Dalam Perspektif Islam, diakses dari


http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-dalam-perpektif-islam1-sebuah-
pengantar-detail-289.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.06.
227
pengrusakan lingkungan hidup semakna dengan perbuatan mengancam
jiwa, akal, harta, nasab, dan agama.52

Perilaku pengrusakan terhadap lingkungan hidup dan membuat


kemudharatan bagi orang lain bertentangan dengan kaedah-kaedah yang
telah dirumuskan oleh para fuqaha (al-Qawaid al-Fiqhiyyah), antara lain:

1) Kaedah: ( Tidak boleh melakukan kemudharatan


terhadap diri sendiri dan orang lain).
2) Kaedah: ( Kemudharatan harus dihilangkan
semampunya).
3) Kaedah: ( Kemudharatan tidak bisa dihilangkan
dengan sesuatu yang mendatangkan mudharat yang sama).
4) Kaedah: ( Boleh melakukan
mudharat yang lebih ringan untuk mengatasi mudharat yang lebih
besar).
5) Kaedah: ( Melakukan mudharat yang
khusus demi mencegah mudharat umum).
6) Kaedah: ( Apabila
terjadi pertentangan dua hal yang membahayakan, maka boleh
melakukan yang lebih ringan bahayanya).
7) Kaedah: ( Menolak kerusakan lebih
diutamakan dari mengharapkan kemaslahatan)53

Dalam konteks pelestarian lingkungan ini, Yusuf Qardhawi bahkan


menegaskan penerapan hukuman sanksi berupa kurungan (At-Tazir) bagi
pelaku pengrusakan lingkungan hidup yang ditentukan oleh pemerintah

52 Hamdi, H. Fahmi, Fikih Lingkungan Dalam Perspektif Islam, diakses dari


http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-dalam-perpektif-islam1-sebuah-
pengantar-detail-289.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.06.
53 Hamdi, H. Fahmi, Fikih Lingkungan Dalam Perspektif Islam, diakses dari
http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-dalam-perpektif-islam1-sebuah-
pengantar-detail-289.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.06.

228
(Waliyyul amr), seiring dengan hukum yang terkandung dalam hadis
Rasulullah saw:

Perumpamaan orang-orang yang mengakkan hukum Allah dan orang


yang melakukan pelanggaran, adalah laksana suatu kaum yang sedang
menumpang sebuah kapal. Sebagian dari mereka menempati tempat yang
di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Maka orang-orang yang
bertempat di bawah, jika hendak mengambil air mereka harus melewati
orang yang ada di atas mereka. Maka berinisiatif untuk membuat lobang
pada bagian mereka, agar tidak akan mengganggu orang yang ada di atas.
Jika kehendak mereka itu dibiarkan saja, pastilah akan binasa seluruh
penumpang kapal, dan jika mereka dicegah maka merekapun selamat dan
selamatlah pula orang-orang lain seluruhnya.

Tata kelola lingkungan dalam perspektif fikih, berikut beberapa


konsep fikih lingkungan dalam bentuk table yaitu:54

TINDAKAN KONSEP FIKIH LANDASAN


HUKUM

54 Hamdi, H. Fahmi, Fikih Lingkungan Dalam Perspektif Islam, diakses dari


http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-dalam-perpektif-islam1-sebuah-
pengantar-detail-289.html, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 11.06.
229
Melakukan - Pencemaran - Ayat yang
pencemaran lingkungan disebabkan menyatakan larangan
lingkungan oleh perusahaan dan berbuat kerusakan (QS.
prilaku yang Al-Araf [7]: 56)
menyebabkan
- Hadis-hadis tentang
pencemaran secara
larangan buang hajat di
nyata membahayakan
tempat yang umum dan
lingkungan hidup,
mengakibatkan
hukumnya haram.
pencemaran, antara
- Adapun apabila lain:
pencemaran tersebut
-
memiliki tingkat yang
.
rendah dibanding
maslahat yang
: -
diperoleh, maka

hukumnya dibolehkan
.
dengan catatan:

1.
Pembangunannya - Kaedah fiqhiyyah:
harus di tempat
-
yang jauh dari
pemukiman
-
penduduk.
-
2. Berusaha

melakukan inovasi

230
teknologi untuk - Dalam kitab fatwa
mengurangi Imam Ramli
dampak disebutkan:
pencemaran yang

) (
ditimbulkan

3. Fungsi
kontrol harus

dilakukan oleh


pemerintah secara

ketat tidak
agar
menimbulkan
dampak yang
berbahaya.


- Air merupakan
(
)
fasilitas umum yang

harus dijaga


kemaslahatan dan

kemanfaatannya



Fenomena sampah - Memelihara - Lihat dalil-dalil di


kebersihan adalah atas
perintah agama yang
- Ayat-ayat dan
harus dilaksanakan
hadis-hadis tentang
- Dilarang untuk thaharah

231
membuang sampah - Hadis lain:
sembarangan yang

dapat mengakibatkan

mudharat bagi

lingkungan sekitar baik
karena penyakit
- Kaedah fikih:
maupun menimbulkan
bau yang tidak -
nyaman.
-
- Pemerintah
berhak memberikan
-
sangsi terhadap
pembuang tidak pada
tempatnya

Melakukan - Diperintahkan -
penghijauan dan dan dianjurkan

penanaman pohon
- Melakukannya

mendapatkan pahala
-
- Pemerintah

:
berhak untuk

menentukan tempat
.
tertentu untuk
dijadikan sebagai -
wilayah konservasi

232
- Islam -
memerintahkan

pemilik tanah yang
tidak mampu
menggarap tanahnya
sendiri agar digarap
oleh orang lain.

Pelestarian sumber - Pemanfaatan - QS. An-Nahl: 5, 66,


daya alam hewani binatang: Hukum 80
Islam melarang untuk
- Hadis larangan
melakukan
membunuh burung dan
pembunuhan hewan
binatang lainnya bukan
kecuali untuk
untuk dikonsumsi atau
kepentingan konsumsi.
dimanfaatkan:
- Syariat juga
- :
menggariskan bahwa
:

hewan yang berhak

untuk dibunuh adalah
:
hewan-hewan yang
:
berbahaya saja.

- Manusia dituntut .
untuk berbuat baik
-
tidak kepada
hanya
:
sesama, melainkan

lebih luas meliputi
:
233
makhluk hidup : di
sekitarnya, baik

binatang maupun
tumbuhan.
- Hadis jenis binatang
- Melakukan yang boleh dibunuh:
penyiksaan terhadap
- -
binatang merupakan


perbuatan dosa

- Syariat juga

memerintahkan untuk
- Hadis tentang
menjaga kelestarian
seseorang yang
satwa
dimasukkan ke dalam
surga karena memberi
minum anjing.

- Hadis seorang wanita


yang masuk neraka
karena mengikat kucing
hingga mati karena
lapar.



-

-

234

- Hadis-hadis tentang
cara menyembelih yang
benar dan baik

- Hadis laknat bagi


orang yang mengukir
tato pada wajah keledai

- -
:

- Hadis melestarikan
satwa:

-

-


Fenomena - Fikih islam - QS. Saba: 15-17


penggundulan melarang praktek ini
- Hadis larangan
hutan dan sumber karena berakibat pada
menebang pohon yang
daya alam nabati kerusakan dan bencana
mengganggu
yang mengancam
kepentingan orang lain:
makhluk hidup

235
-
.









- Kaedah-kaedah
fiqhiyyah tentang
larangan berbuat
kemudharatan.

Pemanfaatan dan - Islam - QS. Iberahim: 32


Pelestarian sumber memberikan izin
- QS. An-Naziat: 30-
daya kelautan. pemanfaatan sumber
33
daya kelautan dengan
tetap menjaga
kelestariannya

Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup), antara lain:


a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
b. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna,
dan flora (hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan
Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.55

55Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hal: 359.

236
c. Sayang pada sesama makhluk dan menggali potensi alam seoptimal
mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.56

E. Akhlak Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Di antara sekian banyak naluri manusia ialah naluri untuk memimpin


dan dipimpin. Dengan adanya naluri ini, maka timbullah apa yang
dinamai organisasi. Organisasi bisa bersifat lokallocalun nasional bahkan
internasional, termasuk dalam suatu kategori ialah suatu Negara. Di
antara kewajiban kita terhadap Negara ialah:57

1) Cinta Kepada Negara

Cinta tanah air atau Negara adalah diperbolehkan oleh agama


bahkan menurut agama Islam, cinta kepada tanah air adalah sebagaian
dari keimanan. Cinta tanah air adalah merupakan tabiat bagi manusia
dan merupakan suatu hal yang wajar, cinta ini akan subur di kala
manusia bertambah harapan kepada kemakmuran, keberuntungan,
persaudaraan, dan lain sebagainya.

2) Mengabdi dan Berjuang Demi Kejayaan Negara

Pengabdian dan perjuangan adalah konsekuensi adanya kecintaan


terhadap Negara.Cinta merupakan kesedihan untuk mengabdi dan
berkorban untuk yang dicintai. Orang yang cinta kepada Negara (dan
kepada yang lain) akan tetap merasa bahagia dalam jiwanya, biar pun
dia dalam kesengsaraan apalagi dalam keberuntungan, mengabdi, dan
berjuang demi kejayaan Negara, oleh karena itu seorang patriot dan
56Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2014, hal: 155.
57Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
150.
237
pejuang kebenaran dalam tanah airnya tak akan merasakan lesu
ataupun mengeluh dan tidak akan merasa putus asa dan patah hati.
Patah hati ataupun putus asa dalam agama adalah dilarang.

1. Lapangan Pengabdian

Lapangan pengabdian kepada tanah air/negara adalah banyak sekali,


semuanya akan berharga dan mulia apabila disertai dengan niat yang
ikhlas dan suci dalam hatinya. Namun yang perlu diingat ialah
pengabdian dan pengorbanan, khususnya kepada negara dan tanah air
itu harus berpedoman kepada etika dan kahlak, sehingga kita akan
terbimbing dan dimudahkan dalam segala urusan dan usaha.58

Di bawah ini akan dikemukakan, beberapa lapangan pengabdian


kepada negara dan tanah air antara lain:

1) Dalam Lapangan Politik

Teruama sekali dalam lapangan ini adalah bimbingan pendapat


umum yang menguntungkan rakyat dan membimbing mereka untuk
sadar bernegara dan berbangsa sehingga mereka memiliki rasa
nasionalisme, maka negara akan mempunyai ketahanan nasional
yang kuat. Khususnya di Indonesia system Hankamrata (Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta) akan benar-benar terwujud.

Kareana pada umumnya orang menganggap, bahwa lapangan ini


adalah merupakan sesuatu yang riskan, sewatu-waktu akan bisa
bertindak kejam. Oleh karena itu jiwa politikus harus mempunyai
ketabahan hati, moral politik, dan keimanan yang bulat.

58Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
150.

238
2) Dalam Lapangan Ketentaraan

Yaitu memberikan jiwa dan tenaganya untuk mempertahankan


tanah air dengan sepenuh hati dengan segala resiko dan
konsekuensinya.59

3) Dalam Lapangan Sosial

Jika seseorang telah mencintai nusa dan bangsa, maka akan


terbuka lapangan social sebagai lading pengabdiannya. Di tengah-
tengah masyarakat ditemui orang sakit yang perlu dirawat, yang fair
dan miskin yang perlu dibantu, yang menganggur diberi lapangan
pekerjaan, si buta huruf dan yang bodoh perlu dibina dan dididik,
orang yang cacat abik fisik maupun mental yang membutuhkan
uluran tangan dan perhatian dari yang normal. Oleh karena itu perlu
dibuka sekolah-sekolah, rumah sakit, panti-panti, dan sebagainya.60

2. Etika Islam Kepada Penguasa

Sungguh, betapa indah kehidupan ketika penguasa mencintai


rakyatnya dan mengerti tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya
lalu dijalankan dengan sepenuh ketulusan. Dengan ini rakyat akan
menaruh rasa hormat dan mencintai penguasanya. Keadilan ditegakkan,
Kebaikan dijunjung tinggi dan kejelekan ditumbangkan. Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

59Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
150.
60Mohammad Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hal:
150.
239
Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian mencintai
mereka dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan
mereka mendoakan kalian.Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang
kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian; serta kalian
melaknat mereka. (Auf bin Malik radhiyallahu anhu)61

Adab Rakyat Terhadap Penguasa yaitu:

Di antara yang harus diberikan oleh rakyat kepada penguasanya


adalah taat dan mendengar terhadap perintah penguasa sebagaimana
firman Allah Subhanahu wataala:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (Nya),


dan ulil amri di antara kamu. (An-Nisa: 59)

Ketaatan kepada penguasa selalu dijalankan, baik dalam kondisi


sempit atau lapang dan seperti apa pun kondisi penguasa meskipun dia
berasal dari budak sahaya atau bahkan seorang muslim yang fasik.
Ketaatan seorang muslim kepada penguasa semata-mata karena
melaksanakan perintah Allah Subhanahu wataala dan Rasul-Nya, serta
menjaga kekondusifan suasana, bukan karena ingin cari muka, berharap
materi, ataupun ambisi jabatan/ takhta. Akan tetapi, ketaatan terhadap
perintah mereka pada perkara yang bukan maksiat. Nabi Shallallahu
alaihi wasallam bersabda:

61 Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari


http://asysyariah.com/akhlak-etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul
10.33.

240
Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah
Subhanahu wataala. (HR .Ahmad dan al-Hakim dari Imran
radhiyallahu anhu.(Shahih al-Jami, 7520)

Rakyat juga semestinya mendudukkan penguasa pada kedudukannya


dan menghormatinya. Sebab, orang yang menghormati penguasa akan
dihormati oleh Allah Subhanahu wataala, sedangkan yang
menghinakan penguasa akan dihinakan oleh Allah. Hal ini sebagaimana
disebutkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Ibnu Abi
Ashim dan dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Zhilalul Jannah
(No. 1024). Etika Islam kepada penguasa yaitu antara lain:62

1) Rakyat juga tidak boleh menggunjing penguasa

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan, Membicarakan


(keburukan) penguasa termasuk bentuk menggunjing dan mengadu
domba. Keduanya adalah perbuatan yang sangat diharamkan
setelah syirik, lebih-lebih bila yang digunjing adalah para ulama
dan penguasa, tentu lebih diharamkan, karena akan timbul darinya
sejumlah kerusakan yaitu: tercerai-berainya persatuan dan
munculnya sikap buruk sangka dan pesimis pada jiwa-jiwa
manusia. (Al- Ajwibah al-Mufidah hlm. 6667)

2) Mendekati Pintu-Pintu Penguasa

Kekuasaan adalah ladang yang sangat menggoda seseorang yang


berkuasa untuk memenuhi hasrat nafsunya sehingga tidak sedikit
penguasa yang lemah imannya menjadikan kekuasaan sebagai

62Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.
241
jembatan untuk menzalimi manusia.Dalam benaknya tersirat
kalimat mumpung menjabat.

Oleh karena itu, tidak pantas bagi seorang muslim untuk


mendekati pintupintu penguasa kecuali ketika terpaksa dan
keperluan yang mendesak. Nabi Shallallahu alaihi wasallam
bersabda:

Barang siapa mendatangi pintupintu penguasa, dia akan terfitnah


(tergoda agamanya). (HR. Ath-Thabarani dalam al-Kabir dari Ibnu
Abbas radhiyallahu anhu dan Shahih al-Jami No. 6124)63

Ibnu Muflih Al-Hanbali Rahimahumallah menerangkan:

Hadits ini dibawa (penafsirannya) kepada orang yang mendatangi


penguasa untuk mencari dunia, lebih-lebih bila penguasa itu
zalim.Dimaknakan pula orang yang terbiasa mendatangi pintu
penguasa, karena dikhawatirkan ia akan tergoda (agamanya) dan
dihinggapi sikap bangga diri. (Al-Adab Asy-Syariyah 3/458)

Al-Munawi Rahimahumallah berkata (yang maknanya) bahwa:


Orang yang masuk kepada penguasa bisa jadi akan melihat
bergelimangnya penguasa dalam beragam nikmat sehingga akan
menyebabkan dirinya meremehkan nikmat yang Allah Subhanahu
wataala berikan kepadanya. Bisa jadi pula ia melihat
kemungkaran pada penguasa lalu tidak mengingkarinya, padahal
itu wajib dia lakukan. Adakalanya orang yang masuk kepada

63Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.

242
mereka karena menginginkan harta benda penguasa sehingga ia
mengambil sesuatu yang haram. (Faidhul Qadir 6/122)

Karena kehati-hatian para ulama, kebanyakan mereka tidak mau


masuk kepada penguasa karena agama dan ilmu adalah segala-
galanya.Di antara mereka adalah Al-Imam Ahmad, Sufyan Ats-
Tsauri, Ibnul Mubarak, Al-Fudhail, dan yang lain rRhimahumullah.
Bahkan, Said bin Musayyib Rahimahumallah berkata:Apabila
kamu melihat seorang alim masuk kepada penguasa, waspadailah
dia, karena ia adalah pencuri.64

Akan tetapi, sebagian ulama memandang bolehnya masuk


kepada penguasa untuk memberi nasihat dan mengingatkan
mereka.Lebih-lebih jika penguasa itu adil dan baik sehingga
mendukung kebaikan penguasa. Di antara ulama yang berpendapat
seperti ini adalah Urwah bin Az-Zubair dan Ibnu Syihab ketika
menyertai khalifah Umar bin Abdul Aziz Rahimahumallah. (al-
Adab Asy-Syariyyah karya Ibnu Muflih al- Hanbali 3/457467)

3) Menasihati Penguasa

Mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan


mengingatkan orang yang lalai, adalah tugas yang mulia karena
termasuk bagian dari dakwah.Hukum dalam berdakwah adalah
mendahulukan sikap hikmah, kemudian mauizhah hasanah.Sikap
bijak dalam menasihati manusia berlaku terhadap siapa pun, lebih-
lebih dalam manasihati penguasa. Berikut beberapa etika manasihati
penguasa yaitu:65

64Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.
243
a. Sembunyi-sembunyi dan tidak terang-terangan

Hal ini berlandaskan sabda Nabi Shallallahu alaihi


wasallam:

Barang siapa ingin menasihati penguasa hendaknya tidak


menampakkannya terang-terangan, tetapi ia memegang
tangannya lalu menyepi dengannya.Apabila penguasa itu
menerimanya, itulah (yang diharapkan).Jika tidak, dia telah
menjalankan apa yang menjadi kewajibannya.( HR . Ibnu Abi
Ashim dari sahabat Iyadh bin Ghunmin radhiyallahu anhu, dan
dinyatakan sahih sanadnya oleh asy-Syaikh al-Albani)

Cara yang seperti ini, di samping merupakan petunjuk


agama, juga akan menjadikan nasihat lebih mudah diterima
karena penguasa tidak merasa dicemarkan namanya. Oleh karena
itu, apa yang dilakukan oleh sebagian orang yang menasihati
penguasa terang-terangan dan membeberkan kesalahan mereka di
mimbar-mimbar, melalui surat terbuka yang bisa dibaca oleh
semua orang, atau disiarkan melalui media, tentu sangat
bertentangan dengan bimbingan Nabi Muhammad yang mulia.

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumallah


berkata:Bukan cara salaf (generasi awal umat Islam yang
terbaik) menyebarkan kekurangan-kekurangan penguasa dan
membeberkannya di mimbar-mimbar. Sebab, hal itu bisa

65Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.

244
menyulut kudeta, tidak didengar dan tidak ditaatinya pemerintah
dalam hal yang baik, serta mengarah kepada pemberontakan
yang membawa madarat, bahkan tidak ada manfaatnya.Akan
tetapi, cara yang tepat menurut salaf adalah memberikan
nasihat (secara tertutup) antara mereka dan penguasa, mengirim
surat kepadanya, atau menghubungi ulama yang bisa
menyampaikan kepada penguasa sehingga penguasa tersebut
akan dibimbing kepada kebaikan. (Mumalatul Hukkam karya,
Abdus Salam Barjas hlm. 43)66

b. Bersikap santun

Ketika mengingatkan penguasa dan menyampaikan aspirasi


hendaknya memiliki sikap santun. Jika ada yang mengatakan
bahwa menyampaikan aspirasi kepada penguasa dengan berorasi
di depan publik dan berdemonstrasi adalah perkara yang sah-sah
saja selama tidak mengganggu ketertiban umum, jawabannya
bahwa aksi demonstrasi, baik itu aksi damai katanya maupun
anarkis telah menimbulkan sekian banyak kemudaratan.

c. Tidak menggunakan katakata kasar

Cukup bagi orang yang ingin amar maruf nahi mungkar


terhadap penguasa untuk mengingatkan dan menasihatinya.
Adapun kalimat, Wahai orang zalim yang seperti ini akan
menimbulkan kekacauan dan kemungkaran yang lebih besar.
Cara yang seperti ini tidak diperbolehkan karena akan

66Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.
245
menimbulkan mudarat yang lebih besar. (Mukhtashar Minhajul
Qashidin hlm. 169)67

Coba perhatikan perintah Allah Subhanahu wataala kepada


Nabi Musa dan Harun Alaihissalam untuk mengatakan kepada
Firaun ucapan yang lembut padahal Firaun tergolong orang
terjahat dan terkafir. Allah Subhanahu wataala berfirman:

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata


yang lemah lembut.Mudah-mudahan ia ingat atau takut.
(Thaha: 44)68

d. Tulus dalam memberikan nasihat dan menjaga keikhlasan hati


dari niat duniawi

Ketulusan saat memberikan nasihat akan membuahkan hasil


dengan izin Allah Subhanahu wataala, baik cepat maupun
lambat. Dahulu Atha bin Abi Rabah masuk kepada Amiril
Mukminin (Khalifah) Hisyam. Ia mengingatkan Khalifah tentang
orang-orang yang berhak disantuni dari kaum muslimin. Ia juga
mengingatkan Khalifah agar tidak membebani orang kafir
dzimmi (orang kafir yang tinggal di negeri muslimin) lebih dari
kemampuannya. Sang Khalifah pun mengikuti nasihatnya.Lalu
Khalifah mengatakan kepadanya, Adakah keperluan yang
lain?Atha menjawab, Ya. Wahai Amirul Mukminin,
bertakwalah kepada Allah Subhanahu wataala karena engkau

67Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-


etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.
68Syariah, Asy, Akhlak Etika Terhadap Penguasa, diakses dari http://asysyariah.com/akhlak-
etika-terhadap-penguasa/, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 10.33.

246
dicipta sendirian, meninggal sendirian, dibangkitkan sendirian,
dan dihisab sendirian. Sungguh, demi Allah, tidak ada seorang
pun yang engkau lihat sekarang ikut menyertaimu nanti!Hisyam
pun menangis, lalu Atha berdiri (untuk pergi).Ketika Atha sudah
berada di pintu tiba-tiba ada seorang yang mengikutinya dengan
membawa kantung.Tidak diketahui persis, apakah isinya perak
atau emas.Orang itu berkata, Sesungguhnya Amiril Mukminin
memberimu ini. Atha lantas membacakan ayat:

Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan


itu. Upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam. (Asy-
Syuara: 127)

Kemudian Atha keluar.Sungguh, demi Allah, Atha tidaklah minum


seteguk pun dari air yang ada di sisi mereka (majelis Khalifah), bahkan tidak
pula yang kurang dari itu. (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin hlm. 174175)

Akhlak terhadap negara, antara lain:

a. Musyawarah.
b. Menegakkan keadilan.
c. Amar maruf nahi munkar.
d. Hubungan pemimpin dan yang dipimpin.69

69Asrori Mukhtarom dan Milana Abdillah Subarkah, Pengantar Studi Islam, Avicenna Press,
Jakarta, 2015, hal: 125.
247
DAFTAR PUSTAKA

2017. Ceramah Majlis Talim. Tangerang: Masjid Al-Bayinah.

Ali, Mohammad Daud. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali


Pers.

Almustaghrak, Ilham. 2012. Akhlak Terhadap Allah, Manusia, dan


Lingkungan.[Online]. Tersedia:
http://digitalreferensi.blogspot.co.id/2012/11/akhlak-terhadap-allah-
manusia-lingkungan.html. [25 Mei 2017].

Aminuddin, dkk.2014. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi


Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia.

At Tauhid, Buletin. 2015. Hakikat dan Bahaya Syirik. [Online]. Tersedia:


https://buletin.muslim.or.id/aqidah/hakikat-dan-bahaya-syirik. [24 Mei
2017].

Hamdi, H. Fahmi. 2012. Fikih Lingkungan Dalam Perspektif Islam.[Online].


Tersedia: http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-
dalam-perpektif-islam1-sebuah-pengantar-detail-289.html. [25 Mei
2017].

Hanvitra.2014. Teologi Lingkungan Hidup Dalam Islam.[Online]. Tersedia:


http://www.kompasiana.com/hanvitra/teologi-lingkungan-hidup-dalam-
islam_54f3893c745513992b6c7a6a. [25 Mei 2017].

Iskandar, Arief B. 2009. Materi Dasar Islam, Islam Mulai Akar Daunnya.
Bogor: Al-Azhar Press.

248
Marzukiwafi. 2011. Meneladani Nabi Muhammad Dalam Kehidupan Sehari-
hari. [Online]. Tersedia:
https://marzukiwafi.wordpress.com/2011/02/08/meneladani-nabi-
muhammad-saw-dalam-kehidupan-sehari-hari/. [24 Mei 2017].

Murdock, Robin Van. 2014. Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial (Tahudid
Sebagai Falsafah Hidup).[Online]. Tersedia:
http://robinvanmurdock.blogspot.co.id/2014/03/peran-tauhid-dalam-
kehidupan-sosial.html?m=1. [24 Mei 2017].

Mustofa, A. 2005.Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Purnama, Yulian. 2012. Akhlak Islami Dalam Bertetangga. [Online].


Tersedia: https://muslim.or.id/10417-akhlak-islami-dalam-
bertetangga.html. [25 Mei 2017].

Sadikin, Agus. 2012. Pengertian dan Contoh Perbuatan Iffah. [Online].


Tersedia: http://www.shadiqin.com/2012/09/pengertian-iffah-dan-
contohnya.html. [24 Mei 2017].

Subarkah Milana Abdillah, dan Asrori Mukhtarom. 2015. Pengantar Studi


Islam. Jakarta: Avicenna Press.

Syariah, Asy. 2013. Akhlak Etika Terhadap Penguasa. [Online]. Tersedia:


http://asysyariah.com/akhlak-etika-terhadap-penguasa/.[25 Mei 2017].

Syukur, Mohammad Amin. 2010. Pengantar Studi Islam. Semarang: Pustaka


Nuun.

Tengak, Djaelani Bajang&Muh.Sukrillah. 2014. Akhlak Terhadap Diri


Sendiri. [Online]. Tersedia: http://makalahal-

249
islam.blogspot.co.id/2014/01/akhlak-pada-diri-sendiri.html?m=1. [25 Mei
2017].

Yusuf, Anwar Ali. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: Pustaka Setia.

250

Anda mungkin juga menyukai