Anda di halaman 1dari 3

Marita Wulandari (25316004)

Ringkasan Seminar SIBE, 27 Oktober 2017


Tugas 2 Rekayasa Air Berkelanjutan

Control pH of Retained Water in the Coastal Waste Disposal Site


Oleh
DR. HEM Ramray, Toyo Construction Co., LTD (Japan)

I. Latar Belakang
Limbah yang dihasilkan di kota-kota besar di Jepang sebagian besar di buang pada fasilitas
pembuangan yang dibangun di area pesisir, atau yang dinamakan coastal landfill (tempat
pembuangan limbah di pesisir). Setelah proses penimbunan landfill (TPA) selesai, TPA
pesisir tidak dapat ditutup jika tidak dilakukan stabilisasi, tujuannya agar beberapa parameter
sesuai dengan baku mutu seperti pH 9, COD dan SS. Masalahnya ialah, proses stabilisasi
membutuhkan waktu yang cukup panjang dan biaya yang tidak murah. Pada penelitian ini,
metode yang digunakan ialah dengan mengontrol pH retained water di landfill pesisir selama
proses landfilling dengan melakukan pengujian laboratorium dan survey lapangan. Retained
water ialah (air laut dilokasi pembuangan limbah di pesisir). Nama landfill dalam penelitian
ini ialah Kinuura Port No 3 dengan total luas 47,2 Ha dengan input berupa fly ash.Fly ash
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari abu insinerator (plastik, karet,metal, dan
lain-lain)

Gambar 1 Coastal Landfill (Aichi Pref, 2010 dalam Ramrav)


Seawater injection (injeksi dengan air laut) dianggap sebagai metode yang efektif dengan
biaya yang murah (low cost) untuk mengolah limbah selama proses landfilling. Sebelumnya,
fly ash yang digunakan, diuji terlebih dahulu karakteristiknya sebelum digunakan.

1
Marita Wulandari (25316004)

II. Metode Penelitian


Survey kualitas air dilakukan di lima titik pada musim panas (summer) dan musim dingin
(winter) dari tahun 2015- 2017. Parameter pH, temperatur, DO dan salinitas ditentukan denga
menggunakan Multi-parameter Water quality Sonde (YSI-6600 V24). Selain itu, parameter
lainnya yang dianalisis yaitu pH, ion bikarbonat (HCO3-), logam terlarut, salinitas, dan lain-
lain. Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 0,85-2 mm (250 g-wet).
Percobaan laboratorium pertama dilakukan menggunakan reaktor berbentuk silinder
berbahan plexy glass dengan diameter 10 cm dan tinggi 1 meter. Injeksi air laut dilakukan
selama 24 jm hingga 6 hari. Air laut yang digunakan ialah air laut artifisial dengan volume 5
liter, dan pH 8,2. Ada 3 perlakuan dalam percobaan ini yaitu varisasi ratio (case 1 = 1, case
2=1, case 3=4), volume (ml/hari) (case 1= 50, case 2=50, case 3=200) dan tinggi injeksi (cm)
(case 1= 70, case 2= 40, case 3=40).

Percobaan laboratorium kedua menggunakan pipa PVC dengan panjang 6 meter dan diameter
75 mm. Ada tiga tahapan yang digunakan, pertama air laut dimasukkan kedalam pipa PVC
dengan volume 24 L dan pH sebesar 8,2. Kedua, fly ash ditambahkan kedalam pipa yang
berisi air laut tadi sebesar 5 kg (w = 12,36 %) sehingga nantinya akan terlebntuk dua layer
yaitu layer ash dan overlying water. Tahapan ketiga, yaitu seawater injection sebesar 220 mL
(1 %) sebanyak 2 kali. Pipa injeksi berdiameter 10 mm, dan injeksi dilakukan dikedalaman 2
m dari permukaan.

III. Hasil Penelitian


Pengamatan pH dilapangan ini dilakukan selama rentang waktu tahun 2015 hingga 2017.
Hasil survey menunjukkan bahwa pH naik dari yang ditahun 2015 hanya 7 namun di tahun
2017 hingga mencapai 10,5 dan menunjukkan kapasitas penyangga retained water hampir
mencapai limit. Pengamatan pH ini diambil dalam berbagai kedalaman antara 0-12 meter.
Jadi dapat dikatakan bahwa pH secara cepat naik sebagai hasil proses landfilling. Sehingga
dapat disimpulkan berdasarkan hasil survey lapangan, densitas retained water lebih tinggi
pada lapisan yang lebih dalam. pH mencapai10.

Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pH air mengalami perubahan dari sebelum
dan sesuah injeksi. Berdasarkan pengamatan pH di beberapa titik kedalaman yang berbeda,
Hasilnya menunjukkan bahwa deep injection oleh air laiut efektif untuk menetralisasi

2
Marita Wulandari (25316004)

retained water secara keseluruhan. Hasilnya ialah melalui mekanisme reaksi kimia, efek
injeksi (dengan beberapa kedalaman injeksi) air laut terbukti mampu menurukan nilai pH air
laut.

Berikut ini reaksi kimia selama proses landfilling :


Ca (OH)2 Ca2+ + 2OH-

HCO3- H + + CO32-

OH - + H+ H2O (ternetralisasi)

Sedangkan hasil percobaan laboratorium dapat disimpulkan bahwa injeksi air laut efektif
menurunkan pH alkalin air laut dengan yang awalnya nilai pH tinggi (pH 9,2-9,4)setelah 6
kali injeksi, pH berada pada nilai 8,6-9,6. Sehingga dari kedua hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa seawater injection sebagai metode yang murah dan efektif untuk
mengolah limbah selama proses landfilling, mempersingkat proses stabilisasi, sehingga lahan
dapat lebih cepat digunakam setelah proses landfilling selesai.

Anda mungkin juga menyukai