Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu
sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang terus berlangsung dan
tidak dapat diperbaiki berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit. 5 Hal ini terjadi apabila laju filtrasi
glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/mnt. Gagal ginjal kronik sesuai dengan
stadiumnya, dini, sedang atau akhir. CKD stadium dini atau acute-on-chronic kidney
disease adalah penurunan LFG akibat factor yang bersifat reversible pada insufiensi
ginjal. Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat
mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti5.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit metabolism
maupun sistemik yang merusak massa nefron ginjal. Bila proses penyakit tidak
dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan
jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik
sangat mirip satu dengan yang lain5.
EPIDEMIOLOGI
Angka yang lebih tepat adalah banyaknya pasien CKD yang masuk fase terminal
oleh karena memerlukan atau sedang menjalani dialisis. Dari data yang didasarkan atas
kreatinin serum abnormal. Kebanyakan diantara pasien ini tidak memerlukan
pengobatan pengganti, karena sudah terlebih dahulu meninggal oleh sebab lain.
Dibandingkan dengan penyakit jantung koroner, strok, DM, dan kanker, angka ini jauh
lebih kecil, akan tetapi menimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatannya
amat mahal. Insidensi berkisar antara 77-283 per juta penduduk (PJP), sedangkan
Prevalensi yang menjalani dialisis antara 476-1150 PJP. Perbedaan ini disebabkan antara
lain perbedaan kriteria, geografis, etnik, dan fasilitas kesehatan yang disediakan.1
KRITERIA CKD
1
1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau
fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filrasi glomerulus (LFG), berdasarkan :
Kelainan patologik atau
Petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin,
atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan.
2. LFG <60 ml/mnt yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat
(stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit
dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-
Gault sebagai berikut: 1
LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur) x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)*)
*) pada perempuan dikalikan 0,85 dan laki-laki dikalikan 1.
Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1
2
sistemik dan kelainan yang berlokasi di dalam ginjal berdasarkan observasi atau dugaan
pada temuan patologi-anatomi, CKD bukanlah diagnosis dalam dirinya sendiri, dan
bahwa menelusuri etiologinya penting bagi prognosis dan pengobatan.
Penyebab CKD dilihat berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit sistemik
yang mendasari (underlying systemic diease) dan jika didapatkan atau diduga adanya
lokasi kelainan patologi anatomi. Perbedaan antara penyakit sistemik yang
mempengaruh ginjal dan penyakit ginjal primer adalah berdasarkan asal-usul dan lokus
dari patogenesis penyakit. Pada penyakit ginjal primer proses muncul dan hanya
terbatas pada ginjal sedangkan pada penyakit sistemik ginjal hanya satu korban dari
proses tertentu, untuk diabetes mellitus misalnya. 1
Pada individu dengan CKD, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus (LFG), yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai LFG yang lebih
rendah berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit ginjal.
ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh
darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung
pada ginjal.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2000 mencatat penyebab
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia yaitu1:
1. Glomerulonefritis (46,39%)
3
2. Diabetes Melitus (18,65%)
3. Obstruksi dan Infeksi (12,85%)
4. Hipertensi (8,46%)
5. Penyakit yang tidak diketahui (13,65%).
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok:
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : glomerulonefritis, mielonefritis, ginjal polikistik, tbc
ginjal.
Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, nefropati, amilordosis ginjal,
poliarteritis nodasa, sclerosis sistemik progresif, gout dan diabetes mellitus
2. Penyakit ginjal obstruktif (pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks
ureter)
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik antara lain:
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah
dan urin atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m selama 3
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama
atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.1
PATOFISIOLOGI
4
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, wlaaupun penyakit dasarnya tidak ada
lagi. Dan adanya peningkatan aksis renin-angiotensin-aldosteron diduga berkontribusi
pada adaptasi inisial hiperfiltrasi dan maladaptasi hipertrofi dan sclerosis. Beberapa hal
yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik
adalah albuminuria, hipertensi, hipergkikemia dan dyslipidemia.
Penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Terdapat
dua pendekatan teroritis untuk menjelaskan mekanisme kerusakan nefron ginjal lebih
lanjut sehingga menjadi gagal ginjal kronik yaitu : 2,3,4
5
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan
lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan
air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain
natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan
sampai pada stadium gagal ginjal. 1,2,6,7
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium : 1,3,4
Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum
merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea
Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal
mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes
pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang
bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan
tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar
protein dalamdiit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan,
6
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang
bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan
tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar
protein dalamdiit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari.
Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % 25 % .
faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan
darah akan naik, aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari hair sebaimana
mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang.,
sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan
akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar
90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan
kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai
merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun
proses penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus
gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal
atau dialisis.
7
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis
a. Fatigue dan lemah (akibat anemia dan akumulasi dari produk sisa metabolisme)
b. Loss of appetite, nausea, dan vomiting
c. Edema
8
d. Sakit kepala, peripheral neurophaty, gangguan tidur, dan gangguan statusmental
(encephalopaty karena uremia)
e. Hipertensi
f. Edema pulmonal sehingga timbul sesak nafas
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sesuai penyakit yang mendasari
b. Penurunan fungsi ginjal Peningkatan kadar ureum kreatinin serum,
penurunan LFG.
c. Kelainan biokimiawi darah ( penurunan Hb, peningkatan kadar asam
urat, hiper/hipokalemia, hiponatremia, hiper/hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
d. Kelainan urinalisis ( proteinuria, hematuria, leukosuria, cast, isostenuria )
3. Pemeriksaan Radiologis
a. USG ginjal tampak kecil bilateral
b. Ginjal bisa tampak besar pada policystic kidney disease, diabetic nefropathy,
HIV yang berhubungan dengan nefropati, multiple myeloma, amiloidosis,
obstruktif uropati
5. Ultrasonografi
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal kandung kemih serta prostat.
9
Gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara tiba-tiba (dalam 48 jam) pada penderita
gagal jantung yang telah masuk pada stadium kronis. Penurunan laju GFR pada ginjal
yang fungsi dasarnya tidak normal.8
Etiologi
Prarenal I. Hipovolemia
Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia,
obstruksi
usus
Kehilangan darah
Kehilangan cairan ke luar tubuh
Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui
saluran
kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui
kulit
(luka bakar)
II. Penurunan curah jantung
Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
Penyebab perikard: tamponade
Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
Aritmia
Penyebab katup jantung
III. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
Penurunan resistensi vaskular perifer
Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan
(contoh: barbiturat), vasodilator (nitrat, antihipertensi)
Vasokonstriksi ginjal
Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin,
takrolimus,
amphotericin B
Hipoperfusi ginjal lokal
Stenosis a.renalis, hipertensi maligna
IV. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi
ginjal
Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
Perubahan struktural (usia lanjut, aterosklerosis,
hipertensi
kronik, PGK (penyakit ginjal kronik), hipertensi
10
maligna),
penurunan prostaglandin (penggunaan OAINS, COX-
2inhibi
tor), vasokonstriksi arteriol aferen (sepsis,
hiperkalsemia,
sindrom hepatorenal, siklosporin, takrolimus,
radiokontras)
Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
Penggunaan penyekat ACE, ARB
Stenosis a. renalis
V. Sindrom hiperviskositas
Mieloma multipel, makroglobulinemia, polisitemia8.
Renal I. Obstruksi renovaskular
Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis, trombosis,
emboli,
diseksi aneurisma, vaskulitis), obstruksi v.renalis
(trombosis,
kompresi)
II. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
Glomerulonefritis, vaskulitis
III. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis, ATN)
Iskemia (serupa AKI prarenal)
Toksin
Eksogen (radiokontras, siklosporin, antibiotik,
kemoterapi,
pelarut organik, asetaminofen), endogen (rabdomiolisis,
hemolisis,
asam urat, oksalat, mieloma)
IV. Nefritis interstitial
Alergi (antibiotik, OAINS, diuretik, kaptopril), infeksi
(bakteri,
viral, jamur), infiltasi (limfoma, leukemia, sarkoidosis),
idiopatik
V. Obstruksi dan deposisi intratubular
Protein mieloma, asam urat, oksalat, asiklovir,
metotreksat,
sulfonamida
VI. Rejeksi alograf ginjal8.
Pascarenal I. Obstruksi ureter
Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan,
kompresi
eksternal
11
II. Obstruksi leher kandung kemih
Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat, batu,
keganasan, darah
III. Obstruksi uretra
Striktur, katup kongenital, fimosis8.
Klasifikasi
Patofisiologi
12
PENATALAKSAAN
Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit GGK sesuai dengan derajatnya, dapat
dilihat pada tabel 3.
13
Tabel 3. Rencana Tatalaksanaan Penyakit GGK sesuai dengan derajatnya 1
Derajat LFG(ml/mnt/1,73m) Rencana tatalaksana
1 > 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,
evaluasi
pemburukan (progession) fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler
2 60-89 Menghambat pemburukan (progession)
fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal
Terapi Nonfarmakologis:
Pengaturan asupan protein : 2,3
Tabel 4. Pembatasan Asupan Protein pada Penyakit GGK 2,3
LFG ml/menit Asupan protein g/kg/hari
>60 tidak dianjurkan
25-60 0,6-0,8/kg/hari
5-25 0,6-0,8/kg/hari atau tambahan 0,3 g asam amino
esensial atau asam keton
<60 (sindrom nefrotik) 0,8/kg/hari(=1 gr protein /g proteinuria atau 0,3
g/kg tambahan asam amino esensial atau asam keton.
14
9. Magnesium: 200-300 mg/hari
10. Asam folat pasien HD: 5mg
11. Air: jumlah urin 24 jam + 500ml (insensible water loss)
PENCEGAHAN
15
Meliputi pengendalian DM, hipertensi, dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia dan terapi
kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.
KOMPLIKASI
1.Kardiovaskuler
2.Gangguan keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit
3.Osteodistrofi renal
4.Anemia
DAFTAR PUSTAKA
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi
16
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Penyakit
Ginjal Kronik. Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi,
Mansjoer A, editors. Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2004.
3. Gleadle J. Gagal Ginjal Kronis dan Pasien Dialisis. Dalam: Davey P, editors. At
5. Price & Wilson. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Jakarta: EGC,
2005. 912-9
1995. 813-843.
8. Sinto, Robert. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. 2010
17