Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh melibatkan proses oksidasi dan

reduksi. Proses oksidasi dapat menyebabkan terbentuknya suatu radikal bebas

yang berbahaya bagi tubuh ( Ukieyanna, 2012 ).

Radikal bebas merupakan suatu senyawa yang mempunyai elektron bebas

yang tidak berpasangan, sehingga senyawa ini bersifat sangat reaktif. Didalam

tubuh kita, radikal bebas terbentuk secara terus menerus, baik melalui proses

metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respon terhadap

pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan yang disebabkan oleh asap

rokok, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran pabrik, sinar ultraviolet ( UV )

dari cahaya matahari, senyawa kimia, radiasi, dan lain lain

( Vimala, et al., 2003 ).

Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas bermacam macam mulai dari

kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif hingga

kanker. Namun reaktivitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh sistem

antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Secara kimiawi,

antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron ( electron donors ) atau

reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi,

dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan bekerja dengan cara

mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal sehingga

aktivitas senyawa tersebut dapat dihambat ( Winarsi, 2007 ). Antioksidan akan

1
2

bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan menghambat peroksidasi lipid dan

radikal bebas lain pada proses mediasi, oleh karena itu antioksidan mampu

melindungi tubuh manusia dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh reaksi

radikal bebas ( Arora dan Chandra, 2011 ).

Manusia juga dapat memproduksi senyawa-senyawa yang dapat berperan

aktif dalam menanggulangi radikal bebas, seperti enzim SOD (superoksida

dismutase), glutathione, dan katalase, namun jumlahnya seringkali tidak

mencukupi (Kumalaningsih, 2006 ).

Antioksidan dapat diperoleh dalam bentuk sintetik ( buatan ) atau secara

alami. Antioksidan buatan seperti asam benzoate, BHA ( Butylated Hydroxy

Anisl ), BHT ( Butylated Hydroxy Toluene ), TBHQ ( Tertier Butylated Hydroxy

Quinone ) dapat menimbulkan efek samping pada kesehatan tubuh. BHA dan

BHT telah diteliti dapat menimbulkan tumor pada hewan coba jika digunakan

dalam jangka waktu yang lama dan juga dapat menimbulkan kerusakan hati jika

dikomsumsi secara berlebihan ( Ukieyanna, 2012 dalam Salamah, 2014 ).

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa penggunaan BHA dan BHT yang

berlebihan dapat menjadi agen karsinogenik penyebab penyakit kanker

( Blaszczyk, et al., 2013 ).

Adanya kondisi yang demikian, menyebabkan antioksidan alami mendapat

perhatian yang cukup besar, hal ini karena jika dibandingkan dengan antioksidan

buatan, antioksidan alami lebih aman jika dikomsumsi dalam jangka waktu yang

lama. Beberapa jenis bahan pangan dapat menjadi sumber antioksidan alami,

misalnya rempah rempah, teh, kakao, biji bijian misalnya biji atung ( Parinarium
3

glabemmum Hassk. ) ( Sarastani, et al., 2002 ), serealia, umbi umbian seperti umbi

akar giseng Jawa ( Talinum trianguiare Wild. ) ( Estiasih dan Kurniawan, 2006 ),

sayur sayuran dan daun daunan seperti daun suji ( Pleomele angustiflia N.E.

Brown ) ( Prangdimurti, et al., 2006 ). Menurut Pratt dan Hudson ( 1990 ),

antioksidan alami banyak terdapat dalam tanaman dan kompnen tersebut

terkandung pada seluruh bagian tanaman seperti, akar, batang, daun, bunga, biji,

kulit, ranting dan buah

Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang mengandung senyawa

antioksidan alami, salah satunya yakni daun jeruk nipis. Daun jeruk nipis tersebut

sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat ( Reddy, 2012 ).

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa daun jeruk nipis memiliki

aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai medianinhibitory concentration ( IC 50

) 76,9 ppm. Medianinhibitory concentration atau IC50 adalah konsentrasi ekstrak

dalam g/mL ( ppm ) yang dapat menghambat aktivitas oksidasi radikal sebanyak

50%. Adanya aktivitas antioksidan pada daun jeruk nipis karena kandungannya

kaya akan alkaloid, fenol, saponin, tannin, steroid dan flavonoid ( Reddy, 2012 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Fajarwati ( 2013 ), yakni uji aktivitas

antioksidan daun jeruk nipis dengan metode DPPH menggunakan pelarut metanol,

diperoleh nilai IC50 sebesar 93,41 ppm. Nilai tersebut berdsarkan klasifikasi Blois,

termasuk dalam kategori antioksidan kuat.

Komponen bioaktif dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan

pelarut. Salah satu metode ekstraksi yakni maserasi. Metode maserasi merupakan

metode ekstraksi dengan proses pengerjaannya yang sangat mudah serta peralatan
4

yang digunakan sederhana, dimana kebanyakan sediaan herbal terstandar

diekstraksi dengan metode maserasi tersebut. Pemilihan pelarut yang akan dipakai

dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan

diisolasi misalnya polaritas. Pada prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam

pelarut yang sama polaritasnya ( Sudarmadji et al., 1989 ). Pelarut organik dengan

polaritas yang berbeda sering digunakan untuk mengekstrak antioksidan alami,

namun air seringkali masih menjadi pilihan karena alasan kesehatan

( Ninan, 2009 ).

Hasil penelitian Sheikh et al. (2009) menunjukkan bahwa kadar dan

aktivitas antioksidan tergantung jenis pelarut dan spesies Sargassum yang

diekstrak. Kadar komponen fenolik dan penangkapan radikal bebas ekstrak

heksan S. baccularia lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanolnya.

Sementara itu, Matanjun et al., (2008) menunjukkan bahwa ekstrak metanol S.

polycystum mempunyai aktivitas antioksidan sebagai penangkap radikal bebas

dan pereduksi yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak dietil eternya. Air panas

kadang-kadang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan lebih tinggi, misalnya

ekstrak air panas daun Rumex crispus L, yang diukur dengan metode

penangkapan radikal bebas dengan DPPH adalah sebesar 12 %, lebih tinggi

daripada ekstrak etanol (4 %), dan ekstrak dietil eter (0 %); sedangkan dengan

metode feritiosianat, aktivitas antioksidan tertinggi juga diperoleh dari ekstrak air

panas (94 %) dibandingkan ekstrak etanol (81 %), dan ekstrak dietil eter (90 %);

sedangkan dengan metode kemampuan mereduksi aktivitas antioksidan tertinggi

diperoleh dari ekstrak dietil eter (A700 = 0,294) dibandingkan ekstrak etanol
5

(A700 = 0,158) dan ekstrak air panas (A700 = 0,130) ( Yildirim, dkk., 2001 ).

Pada kubis bunga yang diekstraksi dengan air pada suhu 250 C dan 1020 C selama

10-30 menit, aktivitas antioksidannya meningkat dari 32 % menjadi 86 %; seledri

meningkat dari 25 % menjadi 86 %; terong dari 42 % menjadi 90 %; bawang

putih dari 56 % menjadi 76 %; dan bawang merah dari 46 % menjadi 63 %

(Gazzani dkk., 1998 ).

Beberapa penelitian tentang kandungan senyawa bioaktif dan potensinya

sebagai antioksidan alami telah dilakukan di beberapa negara. Salah satu metode

yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah dengan

menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). Metode ini

bersifat sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti halnya

metode lain. Hasil pengukuran dengan metode DPPH menunjukkan kemampuan

antioksidan sampel secara umum, tidak berdasar jenis radikal yang dihambat

(Juniarti et al., 2009 ).

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, ingin dilakukan

ekstraksi senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dari daun jeruk nipis

dengan metode maserasi menggunakan beberapa pelarut diantaranya pelarut

metanol, etil asetat dan air, serta melakukan pengujian aktivitas antioksidan dari

ekstrak yang telah diperoleh dari hasil maserasi tersebut dengan menggunakan

metode DPPH (( 2,2-diphenil-1-picrylhydrazyl )


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah aktivitas antioksidan

ekstrak metanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak air daun jeruk nipis ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. Untuk memperoleh ekstrak metanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak air daun

jeruk nipis dengan menggunakan metode maserasi

2. Untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

dalam ekstrak metanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak air daun jeruk nipis

melalui uji golongan

3. Untuk mengetahui kadar ekstrak metanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak air

daun jeruk nipis yang diperoleh

4. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, ekstrak etil

asetat dan ekstrak air daun jeruk nipis

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu sumber informasi mengenai aktivitas antioksidan dari

ekstrak daun jeruk nipis pada berbagai pelarut

2. Sebagai salah satu bahan masukan dalam mengeksplorasi jenis tumbuhan

yang memiliki aktivitas antioksidan alami, khususnya sebagai tanaman obat.

3. Menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.


7

Anda mungkin juga menyukai