Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet alam yang dikenal dalam perdagangan saat ini diperoleh dengan cara
meyadap tanaman Hevea brasiliensis. Karet alam tersusun drai hidrokarbon dan
mengandung sejumlah kecil bagian bahan karet, seperti lemak, glikolipid,
fosfolid, protein, dan bahan organic lainnya (Tanaka, 1998). Karet alam banyak
digunakan sebagai bahan baku berbagai industry, sebagai industry ban, busa,
peralatan medis, dan sebagai bahan baku sebagianya karena memiliki sifat yang
menguntungkan. Menurt Blow dan Hepbum (1982), karet alam memiliki sifat
keliatan, kelengketan, elastisitas, kuat tarik, kepegasan yang tinggi. Selain itu
memiliki kelebihan, karet alam juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain
sifatnya tidak konsisten, tidak tahan terhadap cuaca, panas, pelarut hidrokarbon,
dan ozon, sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku barang jadi karet,
terutama untuk barang yang tahan minyak, panas, dan oksidasi (Arizal, 1989). Hal
ini disebabkan oleh ketidakpolaran dan kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi
di dalam molekul karet alam.
Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting karena
memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup taraf hidup manusia,
karena banyak menghasilkan devisa negara. Karet alam dihasilkan dari
perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Umumnya karet rakyat bermutu rendah
karena alat dan cara pengolahannya masih sangat sederhana. Di Indonesia,
sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun,
petani perkebunan rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya
pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet alam memerlukan
penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi jika harus dibandingkan
dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
Pengolahan lateks akan berpengaruh terhadap mutu karet yang dihasilkan.
Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih
sangat sederhana. Namun dengan seirng dengan berkembangnya zaman, teknologi
Pengolahan lateks bermacam-macam ditemukan sehingga mutu karet yang
didapatkan bagus dari pada sebelumnya.
Oleh karena itu praktikum pengolahan lateks perlu dilakukan sehingga dapat
diketahui cara pengolahan lateks, dan dapat diketahui pula proses pengolahan
lateks yang baik sehingga dihasilkan lateks yang bermutu tinggi.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pembuatan lateks menjadi RSS
b. Untuk mengetahui kualitas RSS
c. Untuk mengetahui cara penyadapan yang benar
1.3 Luaran
Luaran yanga diharapkan dalam kunjungan iniyaitu mahasiswa lebih
memahami dan mengetahui proses-proses pengolahan lateks yang berada di
PTPN XII. Lateks tersebut diolah menjadi prodeuk karet dengan jenis RSS. Di
kebun PTPN XII RSS dilihat mutu dan kualitasnya.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 proses penyadapan lateks


PTPN XII kebun renteng yang terletak di jenggawah jember merupakan
kebun yang mengolah 3 komoditi utama yaitu kopi, lateks dan kako. Selain 3
komoditi utama tersebut juga terdapat komoditi lain yaitu kayu sengon, kayu
mahoni, jagung, kedelai dan lain-lain. Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada
PTPN XII yaitu 1812 orang. PTPN XII berbeda dengan puslit. PTPN XII
mempeoduksi suatu komoditi dan pada dasarnya terdapat suatu perhitunngan yang
dapat menentukan laba.

Kualitas lateks hasil sadapan dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah


satunya system sadap. System sadap yang dilakukan baik dan sesuai, maka lateks
yang dihasilkan akan mempunyai mutu yang berkualitas. Penyadapan yang
dilakukan di PTPN XII dimulai pada dini hari karena lateks yang didapatkan lebih
banyak. PTPN XII melakukan penyadapan pada pukul 03.00 samapai 05.00 WIB
dan sampai pabrik jam 07.00 WIB. Menurut (setyamidjaja 1993) penyadapan
harus dilakukan sepagi mungkin. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil lateks
yang tinggi karena apabila penyadapan dilakukan pagi-pagi, turgo pembulu lateks
masih tinggi dan keluarnya lateks dari pembulu yang terpotong berlangsung
dengan aliran yang kuat. Dalam keadaan normal waktu penyadapan berlangsung
dari jam 05.30 atau 06.30 ampai sekitar pukul 09.00 atau 10.00.

Kesiapan atau kematang pohon karet yang akan disadap harus diketahui
sebelum melakukan penyadapan. Cara menentukan kesipan atau kematangan
adalah melihat umur dan lilitan batangnya. Kebun karet memiliki tingkat
pertumbuhna normal siap sadap pada umur lima tahun dengan produksi selama
25-35 tahun. Kriteria umur belum cukup untuk menentukan kematangan sadap
pada tanaman karet. Hal ini disebabkan lingkungan dan kecepatan pertumbuhan
yang tidak sama, tanaman karet mungkin belum siap disadap. Pengukuran lilit
batang dilihat merupakan cara menuntukan matang sadap oada tanaman karet .
pohon karet siap sadap lilitannya mencapai 45 cm diukur 100cmdari pertautan
okulasi. Taaman denagan lilitan 45cm biasanya telah memiliki kulit batng dengan
ketebalan 1-2mm (Setiawan dan Handoko 2008)

Menurut setiawan dan Andoko (2008) pada dasarnya penyadapan adalah


kegiatan pemutusan atau perlakuan pembulu lateks di kulit pohon, sehingga dari
luka tersebut akan keluar lateks. Pembulu lateks yang terputus atau luka tersebut
pulih sendiri seiring berjalannya waktu sehingga jika dilakukan penyadapan kedua
kalinya tetap akan mengeluarkan lateks.

2.2 Penerimaan Lateks Kebun


Di kebun PTPN XII lateks yang diperoleh dari kebun langsung dihitung
kadar karet kerinnya, untuk mengetahui KKK, pada setiap bak penampung secara
acak dan diambil 100 cc kemudian ditampung dalam bak kemudian diaduk
dengan ditambahkan asam semut sebanyak 1% untuk menggumpalkan lateks.
Setelah lateks menggumpal, lakukan penggilingan dengan kecepatan 200 putaran.
Sebelumnya karet basah ditimbang terlebih dahulu kemudian di pres dengan kain
blancu sampai air benar-benar hilang. Setelah itu lateks di timbang.
2.3 Pengenceran Lateks
Pengenceran lateks dilakukan untuk menyeragamkan lateks yang diperoleh
dari petani. Lateks yang didapatkan mempunyai hasil KKK yang berbeda, selain
itu untuk memudahkan proses penyaringan dan meminimalisir gelembung udara
atau gas. Pengenceran bertujuan untuk merapatkan butiran karet yang ada dalam
lateks. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan air sampai KKK 15%
2.4 Pembekuan Lateks
pembekuan lateks bertujuan untuk membuat lateks menjadi kenyal dan
tidak sobek atau putus ketika proses pengupasan. Biasanya pembekuan dilakukan
dengan menggukan bahan penggumpal. Sebelum pembekuan dilakukan proses
penyaringan dengan 30 dan 40 mesh untuk menghingkan benda-benda asing dan
gelembung. Timbulnya gelembung disebabkan oleh:
a. Penambahan air campuran oleh petani penyadap
b. Adanya guncangan ketika pengangkuta yang mengakibatkan partikel
lutoid pecah
c. Jarak pengayakan terlalu tinggi dengan penapung
d. Benda asing seperti partikel
Penggumpalan benda berupa asam semut 1% sebanyak 4,5-5 cc per 1 kg
karet kering dilakukan pengadukan pada bak tempat pembekuan lateks. Setelah itu
diberi skat skat dan ditutupi dengan plastik. Pembekuan dilakukan selama 2-3
jam. Jika penambahan asam semut kurang, maka tekstur lateks menjadi lembek
dan pecah setelah menjadi lembaran. Jika penambahan asam semut terlalu banyak
akan terjadi kekakuan dan pada hari ke 5 pengasapan sheet menjadi paat. Pada
saat di pres akan kaku. Setelah proses penggilingan selesai, lateks dialiri air agar
tidak lengket sebelum masuk proses penggilingan.
2.5 penggilingan
Penggilingan dengan menggunakna beberapa gilingan rol belimbing dna
rol motif (batik). Bertujuan penggilingan yaitu untuk mengeluarkan kandungan
air, membentuk lembaran tipis dan memberi dan memberi garis (motif) pada
lembaran serta memperluas permukaan sheet untuk mempercepat proses
pengasapan. Ketebalan sheet yang diharapkan pada hasil penggilingan adalah 0,3
cm. setelah itu dilakukan penggilingan, sheet dibilas dengan air agar tidak ada
serum yang tersisa. Jika ada serum maka sheet yang dihasilkan cacat.
2.6 Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengurangi kandungan permukaan air pada
pada lembaran sheet sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu
lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sheet ynag dihasilkan, misalnya
pada warna. Penirisan dilakukan selama 2-4 jam dengan menata sheet pada
gelanteng (dari bambu), yang mana setiap gelantang terdiri dari 4 lembar sheet.
2.7 Pengasapan
Pengasapan dilakukan selama 5 hari dengan menggunkan kayu bakar yang
berasal dari pohon karet, kayau yang digunakan kayu yang masih basa untuk
mendapatkan asap. Tujuan pengasapan yaitu untuk mengurangi kandugan air
dalam sheet, memberi warna yang khas coklat, dan menghambat pertumbahan
jamur pada sheet. Suhu yang di berikan setiap harinya semakin menurun. Hal ini
dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Waktu Pengasapan Penggunaan Suhu
Hari ke-1 40-45C
Hari ke-2 45-50C
Hari ke-3 50-55C
Hari ke-4 55-60C
Hari ke-5 55-60C
Ketika sudah melampaui hari ke-5, sheet ditimbang untuk mengetahuikurang
lebih berat sheet setelah pengasapan.
2.8 Sortasi dan Pengemasan
Sortasi dilakukan oleh petugas sortasi yang bertujuan untuk memisahkan sheet
yang telah diturunkan dari rumah asap menurut kriteria mutu yang telah
ditetapkan. Selain itu juga untuk memisahkan kotoran dan benda asing yang tidak
dikehendaki seperti kerikil dengan disemprot formalin. Penyemprotan formalin ini
bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur pada sheet.
Sortasi dilakukan berdasarkan mutu RSS dengan cara visual:
a. Warna
b. Kotoran
c. Gelombang udara
d. Jamur
e. Kehalusan gilingan
Berdasarkan klasifikasi mutunya, sheet dapat dibagi menjadi beberapa
ktiteria yaitu RSS1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dengan ketentuan sebagai
berikut:
No. Mutu Ketentuan
1 RSS mutu 1 Tidak ada gelembung dan cat giling
2 RSS mutu 2 Sedikit gelembung kecil
3 RSS mutu 3 Banyak gelembung besar
4 Mutu gunting Digunting karena cacat dan tidak matang
2.9 Pengepakan
Pedoman pengepakan karet sebagai berikut:
I. Petunjuk pengepakan small bale
No. Ketentuan
1 RSS 1 ditimbang 33,33 kg dan 35 kg
2 Dilipat dan disusun dalam kotak cetakan
3 Cek berat ball
4 Press
5 Dikemas dengan plastik
6 Dipress susun 3 ball
7 Dibegel selama 24 jam
8 Penulisan monor chop/ball
9 Ball distapel atau dikover

II. Petunjuk pengepakan big bale


No. Ketentuan
1 RSS 1, 2, 3 dan gunting ditimbang 113,3 kg
2 Dilipat dan disusun dalam kotak cetakan
3 Cek berat ball
4 Press
5 Dibegel selama 24 jam
6 Sablon
7 Simpan
8 Penulisan monor chop/ball
9 Ball distapel atau dikover
DAFTAR PUSTAKA

Arizal, R. 1989. Bahan Elastomer untuk Industri Barang Jadi Karet (Karet Alam
dan Karet Sintetik). Latihan Teknologi Barang Jadi Karet. Balai
Penelitian Teknologi Karet: Bogor

Blow, C. M. dan C. Hepburn. 1982. Rubber Technology and Manufacture.


London: Butterworths.

Setiawan, D.H. dan A. Andoko. 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.Edisi
ke-8. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet : Budi Daya dan Pengolahan.Jakarta: CV Yasaguna.
Tanaka, Y. 1998. A New Approach to Produce Highly Deproteinized Natural
Rubber. Paper yang disampaikan dalamSeminar di Balai Penelitian
Teknologi Karet, Bogor, 14 Januari 1998.

Anda mungkin juga menyukai