Pengolahan Minyak Kayu Manis
Pengolahan Minyak Kayu Manis
A. Pendahuluan
Minyak atsiri dan turunannya merupakan salah satu komoditas ekspor
Indonesia yang banyak digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi, dan
makanan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris, minyak esensial,
atau minyak terbang karena mengandung senyawa organik golongan terpen yang
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Selain itu,
minyak atsiri mempunyai rasa getir (pungent taste) dan berbau wangi yang sesuai
dengan bau tanaman aslinya. Kayu manis atau nama ilmiahnya adalah
Cinnamomum burmani, dibudidayakan untuk diambil kulit kayunya di daerah
pegunungan sampai ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut. Tinggi pohon
mencapai 1 m sampai 12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna hijau, daun
muda berwarna merah. Umumnya tanaman yang tumbuh di dataran tinggi warna
pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah. (Rismunandar dan Paimin,
2001).
Cinnamomum burmannii (kayu manis) merupakan salah satu jenis dari famili
Lauraceae. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis.
Komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah transsinamaldehid
(60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak atsiri adalah
senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang
komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat
tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guanther, 2006).
B. Cara Pengolahan
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tunbuhan dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu: penyulingan (distillation), pressing (expression), ekstraksi
menggunakan pelarut (solvent extraction), dan adsorbsi oleh lemak padat
(enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut yang banyak digunakan oleh
industri minyak atsiri adalah penyulingan dan ekstraksi dengan pelarut.
Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam pengolahan minyak
atsiri. Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh panas,
misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe.
Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil
minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol,
aseton, eter, serta lemak (Kister, 1992).
Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat
dilakukan dengan 3 cara, antara lain penyulingan dengan sistem rebus (Water
Distillation), penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation), dan
penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation). Penerapan
penggunaan metode tersebut berdasarkan jenis bahan baku tanaman, karakteristik
minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek
panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
Untuk mempermudah proses penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan
perlakuan pendahluan (penanganan bahan baku) dengan beberapa cara seperti
pengeringan, pencucian dan perajangan. Berikut ini tahapan pendahuluan yang
dilakukan untuk memperoleh minyak atsiri dari batang kayu manis:
1. Pengupasan. Biasanya Cinnamomom dipanen setelah umur 4 tahun. Panen
dilakukan dengan mengupas kulit batang, kemudian menebangnya,
selanjutnya mengupas kulit cabang dan ranting.
2. Pemeraman. Kulit batang yang baru dikelupas diperam selama semalaman
dengan cara menumpuk kulit pada tempat yang terlindung dari cahaya
matahari langsung.
3. Pengikisan. Kulit yang berukuran lebar, yaitu kilt dari batang dan kulit dari
dahan yang cukup besar sebaiknya dikikis bagian luarnya, sehingga kulit
menjadi bersih.
4. Penjemuran. Kulit dijemur di bawah sinar matahari selama 3~4 hari hingga
kadar air turun sampai 16%, atau berat bahan-bahan susut sampai 50%.
Selama penjemuran bahan harus sering dibolak-balik.
5. Penyimpanan di tempat kering yang tidak panas.
Minyak atsiri dapat diperoleh dengan destilasi uap dan air pada temperatur
minimum yakni 99oC dengan waktu yang lama 4 sampai 5. Bahan yang akan
disuling terlebih dahulu dilakukan perajangan dengan ukuran mesh 0,5 agar
penguapan minyak lebih cepat. jam (Abdurachman, 2009). Setelah proses
destilasi selesai, sebaiknya minyak harus dipisahkan dari air, untuk mencegah
terjadinya proses hydrolisa pada senyawa-senyawa eter. Air didalam minyak
dapat diserap dengan menggunakan Na2SO4 anhidrida (Ketaren, 1985). Minyak
atsiri pun memiliki sifat yang mudah menguap pada temperatur kamar 26oC,
sehingga midah bereaksi dan dapat rusak akibat pengaruh cahaya dan oksigen.