Anda di halaman 1dari 2

Ada beberapa butir yang dipermasalahkan, yaitu:

1. Sistem ini tidak memungkinkan masyarakat, termasuk wartawan dan LSM, memantau
proses lelang yang terjadi;
2. Sistem ini hanya bisa diakses panitia pengadaan dan peserta tender;
3. Masyarakat hanya bisa melihat pengumuman tender yang terbatas, sehingga penawaran
yang masuk dalam sistem ini tidak bisa dipantau langsung oleh publik;
4. Dokumen penawaran dan kelengkapannya juga tidak bisa diakses langsung publik;
5. Masih bisa menimbulkan peluang penyalahgunaan jika tidak diawasi ketat.

Apakah ini semua memang merupakan kelemahan E-Procurement dan akan menjadi lebih baik
apabila dilaksanakan secara manual atau non e-proc?

Sistem ini tidak memungkinkan masyarakat, termasuk wartawan dan LSM, memantau
proses lelang yang terjadi

Proses pelelangan adalah salah satu rangkaian dari pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah yang melibatkan beberapa pihak dalam rantai prosesnya. Yaitu Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang bertugas untuk menyiapkan dan menetapkan rencana pelaksanaan
pengadaan (Spesifikasi Teknis, Harga Perkiraan Sendiri/HPS, dan Rancangan Kontrak),
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP)/Panitia Pengadaan yang bertugas untuk
memilih penyedia, serta peserta pengadaan yang merupakan penyedia barang/jasa.

Proses pelelangan dilakukan oleh para pihak yang secara hukum telah ditetapkan serta bersifat
mandiri dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain diluar organisasi pengadaan. Hal ini untuk
menjamin independensi pelaksana pemilihan penyedia agar dapat memilih penyedia maupun
barang/jasa yang dibutuhkan secara profesional sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

Peran pengawasan oleh masyarakat, termasuk wartawan dan LSM dilakukan tidak pada
keseluruhan proses, namun dibatasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
Undang-Undang Keterbukaan dan Informasi Publik. Bahkan dalam UU KIP telah ditekankan
bahwa kontrak merupakan salah satu informasi yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh
masyakarat. Nah, kontrak ini merupakan hasil dari pemilihan penyedia atau baru tersedia setelah
proses lelang selesai dilaksanakan.

Sekarang mari kita bandingkan antara pemantauan yang dapat dilakukan apabila lelang
dilaksanakan secara manual maupun elektronik.

Lelang Manual (Non E-Proc)

Pengumuman untuk lelang manual banyak dilakukan dengan menggunakan papan pengumuman
pada instansi pelaksana pengadaan. Juga sebelum keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
54 Tahun 2010 dan Perubahannya, dilakukan melalui media cetak dalam bentuk pengumuman di
surat kabar. Hal ini berarti keterbukaan atau transparansi lelang manual dibatasi oleh akses
kepada papan pengumuman dan media cetak.
Tahapan pelelangan pada lelang manual tertulis pada dokumen pengadaan yang hanya dapat
diambil oleh penyedia yang mendaftar dan apabila ada perubahan tahapan pelelangan maka
Pokja ULP/Panitia Pengadaan mengumumkan melalui papan pengumuman dan juga hanya dapat
diakses oleh peserta pelelangan atau pengunjung yang kebetulan melihat-lihat papan
pengumuman.

Pengumuman pemenang pada lelang manual dilaksanakan juga pada papan pengumuman yang
memuat nama peserta yang menjadi pemenang dan 2 cadangan apabila ada. Peserta yang lain
tidak dapat melihat siapa-siapa saja yang gugur pada tahapan pemilihan serta alasan
pengguguran peserta.

E-Procurement

Pengumuman pada lelang secara elektronik/E-Procurement selain dilaksanakan melalui papan


pengumuman pada instansi pelaksana pengadaan juga dilaksanakan pada portal pengadaan
nasional melalui LPSE. Dengan perkembangan teknologi dan informasi, maka pengumuman
pelelangan yang dilakukan pada hari ini, pada jam yang sama sudah tersebar di dunia maya dan
dapat diakses oleh siapapun termasuk wartawan dan LSM tanpa perlu berlangganan surat kabar
lagi.

Anda mungkin juga menyukai