Disusun Oleh :
1261050123
Pembimbing :
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
KehendakNya penulis dapat menyelesaikan journal reding dengan judul Diagnosis
dan Penanganan Penyakit Parotis. Journal reading ini dibuat sebagai salah satu
syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Ilmu Bedah. Mengingat pengetahuan dan
pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun journal reading ini
sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa
menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait.
Penulis
Diagnosis dan Penanganan Penyakit Parotis
KATA KUNCI
HAL-HAL PENTING
mulai infeksi akut sampai penyakit neoplastik ganas yang disertai lumpuh
syaraf wajah.
tertentu adalah hal yang diperlukan, sehingga kita dapat secara tepat
PENDAHULUAN
yang berbeda-beda yang mencakup entitas neoplastik (kanker/ ganas) dan non-
neoplastik (non-kanker/ jinak). Upaya utama di dalam evaluasi awal pasien yang
menderita pembengkakan parotis, dengan demikian, adalah untuk membedakan
proses neoplastik atau bukan dan juga untuk melahirkan diagnosis serta melakukan
penanganan yang tepat. Tumor kelenjar air liur merupakan kondisi yang lebih jarang
terjadi jika dibandingkan dengan tingkat insiden tumor pada kepala dan leher. Secara
keseluruhan, tingkat insiden akan tumor pada kelenjar air liur di seluruh dunia pun
beragam, dari mulai 0,4 sampai 13,5 kasus per 100.000 individu. Kelenjar parotis
merupakan lokasi yang paling umum munculnya tumor kelenjar air liur, yang secara
umum 60% sampai 75% dari seluruh tumor kelenjar air liur adalah muncul pada
parotis (Tabel 1). Tumor jinak yang paling umum yang muncul pada kelenjar parotis
dan tumor jinak kelenjar air liur yang paling umum muncul adalah adenoma
pleomorfik. Tumor ganas pada kelenjar parotis yang paling umum terjadi adalah
umum pun merepresentasikan infeksi akut atau kronis pada kelenjar ini. Walaupun
seluruh kelenjar air liur mayor atau minor dapat terinfeksi, namun kondisi-kondisi ini
umumnya terjadi pada kelenjar parotis dan submandibular, dan kelenjar air liur
sublingual dan minor jaranglah terinfeksi. Dari sudut pandang etiologis, infeksi ini
dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, mikobakterial, virus, jamur, atau
organisme-organisme parasit lain, atau juga dapat terjadi akibat mekanisme yang
dipengaruhi oleh imunologi pasien. Lebih jauh lagi, berbagai faktor resiko pun dapat
dalam penelitian ini, para peneliti pun telah mengevaluasi 140 spesimen hasil
dalam penelitian ini, para peneliti juga meneliti 110 eksisi kelenjar submandibular,
17 diantaranya (15%) dilakukan sebagai penanganan penyakit kanker, dan 93 lainnya
(85%) pun dilakukan sebagai bagian dari penanganan penyakit non-kanker. Dengan
dipertimbangkan, karena hal ini sangatlah mungkin terjadi pada pasien yang
Riwayat
Evaluasi awal pasien yang menderita pembengkakan kelenjar parotis harus dimulai
dengan pemeriksaan fisik dan riwayat secara komprehensif, yang secara utamanya
untuk membedakan proses infeksi/ obstruktif dari proses yang bersifat neoplastik/
awal ini mencakup apakah pemeriksaan dilakukan pada pemeriksaan rawat inap atau
selama 10 tahun yang diperiksa ketika melakukan pemeriksaan rawat jalan dapat
menderita kanker parotis. Hal yang didapatkan pada evaluasi awal dapat memberikan
dengan penanganan parotitis yang mulai diidap pasien ketika dirawat di rumah sakit.
Dokter dapat mulai menyelidiki informasi yang penting akan penyebab parotitis
Gejala-gejala yang dialami oleh para pasien penderita pembengkakan parotis dapat
akan pembengkakan yang terasa sakit/ nyeri, khususnya nyeri prandial, yaitu ketika
tidak memiliki kaitan dengan sialotiasis juga dapat mempresentasikan gejala diatas.
Lebih jauh lagi, beberapa pasien dengan tumor ganas pada kelenjar parotis dapat
memiliki gejala nyeri yang sama dengan gejala diatas, dengan demikian,
pendeteksian kanker secara dini merupakan hal yang sangat penting. Persepsi pasien
akan keluarnya purulen/ nanah dari saluran air liur haruslah dipastikan melalui
pemeriksaan. Jelasnya, semakin parah infeksi yang bernanah yang diketahui melalui
pemeriksaan oleh dokter, maka semakin tinggi kemungkinan pasien harus dirawat di
rumah sakit, dan tindakan insisi serta penyaliran akanlah dibutuhkan. Selain itu,
keberadaan akan volume nanah yang signifikan pada bukaan saluran air liur dapat
Upaya untuk mendapatkan informasi dalam hal keberadaan akan penyakit sistemik
komorbid dan penggunaan obat terapeutik merupakan aspek yang penting di dalam
pemeriksaan riwayat pasien tanpa melihat komplain utama yang dirasakan oleh
pasien. Pada para pasien yang mengalami pembengkakan parotis, dengan disertai
dengan diabetes, HIV/AIDS, dan riwayat pembedahan yang belum lama dilakukan,
dokter pun dapat melakukan pemeriksaan ciri-ciri yang dapat meningkatkan resiko
Pemeriksaan Fisik
kanker (Gambar 1). Secara khusus, pemeriksaan ekstramulut dan palpasi pada parotis
yang membengkak dapat menunjukkan keberadaan atau ketiadaan dari rasa nyeri,
eritema, dan suhu yang hangat. Pemeriksaan dan palpasi/ perabaan intra-mulut dapat
air liur parotis yang diekspresikan merupakan satu aspek yang penting dari
pemeriksaan fisik (Gambar 2). Pemeriksaan langit-langit lunak dan faring lateal
diindikasikan untuk mengetahui jika lobus dalam kelenjar parotis mengandung tumor
atau tidak. Selain itu, evaluasi kelenjar getah bening pada leher dapat memberikan
keempukan/ nyeri pada saat pemeriksaan fisik, sedangkan kelenjar getah bening
metastatik umumnya tidak bersifat lembut dan terindurasi pada pemeriksaan fisik.
Lebih jauh lagi, integritas syaraf wajah harus diperiksa pada semua pasien yang
mengalami pembengkakan parotis (Gambar 3). Pada saat pemeriksaan riwayat dan
adanya sialolit.
Kotak 1 Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi kelenjar parotis
Dehidrasi
Malnutrisi
Penggunaan obat
Antikolinergik
Antihistamin
Antihipertensi
Antisialagog/ obat-obatan yang dapat menurunkan kadar air liur
Barbiturat
Obat-obatan kemoterapeutik
Diuretik
Fenotiazin
Antidepresan trisiklik
Infeksi mulut
Sialotiasis
Pemeriksaan Laboratorium
Kegunaan dari dilakukannya tes darah pada pasien penderita penyakit parotis
serum, khususnya sodium, osmolaritas, dan hitungan sel darah putih, haruslah dicek
pada semua pasien yang menderita parotitis supuratif, namun secara khusus adalah
pada semua pasien tersebut yang dirujuk ke rumah sakit, yang juga mencakup para
pasien pasca operasi dan mereka yang dirujuk untuk dirawat di unit penanganan/
merupakan terapi lini pertama bagi para pasien penderita parotitis supuratif yang
jalan perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi yang sama untuk
parotitis. Pada situasi tersebut, tingkat keparahan leukositosis, jika terjadi, dan juga
tampilan umum pasien yang diketahui melalui pemeriksaan fisik, dapatlah membantu
dokter ahli bedah di dalam mengetahui apakah pasien memang harus dirawat di
rumah sakit atau tidak. Pewarna Gram dengan kultur aerobik dan anaerobik serta
didapatkan dari semua pasien penderita parotitis supuratif, dan hal ini harus
Hasil dari pemeriksaan riwayat dan fisik pasien dapat menghasilkan keputusan
pembengkakan parotis yang diakibatkan oleh penyakit infeksi (Gambar 5A) dan juga
untuk para pasien yang diduga mengidap kanker parotis (lihat Gambar 5B). CT scan
untuk kedua tipe pasien tadi secara anatomik akan dapat menentukan lokasi
neoplasma, hal ini dilakukan untuk persiapan tindakan bedah tumor, atau juga untuk
mengetahui tingkat keparahan infeksi dan abses pada kasus penyakit parotis yang
diakibatkan oleh infeksi. Jika infeksi kelenjar liur yang signifikan ditemukan melalui
pemeriksaan pencitraan, maka keputusan pun dapat diambil untuk melakukan insisi
dan penyaliran abses parotis. Lebih jauh lagi, CT scan secara anatomik juga dapat
CT, hal ini pun didasarkan pada preferensi dokter ahli bedah. Satu manfaat khusus
pleomorfik pada kelenjar air liur dengan masa hiperintens dan terlokalisasi yang
mendapatkan informasi diagnostik tambahan, atau juga dokter ahli bedah dapat
patologi kelenjar parotis, apakah prosesnya bersifat neoplastik atau tidak. Ketika
FNAB dipilih untuk dilakukan, maka hal ini bisa dilakukan di ruang praktek dokter
FNAB
Kelenjar parotis dapat menunjukkan berbagai perubahan patologis, yang dimana hal
Lesi yang jinak dapat memiliki tampilan yang mirip dengan lesi yang ganas, begitu
pula sebaliknya. Tidak ada modalitas diagnosis yang bersifat mutlak yang dapat
diterima sebagai pendekatan definitif untuk penyakit parotis. Walaupun hal ini secara
umum dapat diterima bahwa FNAB merupakan hal yang berguna di dalam
Hasil dari FNAB haruslah dipertimbangkan oleh dokter ahli bedah dalam konteks
luas, dan harus dihubungkan dengan riwayat pasien, hasil pemeriksaan fisik, dan
juga hasil pemeriksaan pencitraan. FNAB secara umum dianggap sebagai metode
yang cepat, mudah, tidak mahal, dan bebas-komplikasi untuk melakukan diagnosis
dini lesi pada kepala dan leher, yang juga mencakup pembengkakan parotis (Gambar
6). Hal ini cukup bermanfaat di dalam mengambil sampel nanah untuk pewarnaan
Gram, kultur, dan cukup sensitif pada kasus-kasus parotitis supuratif atau untuk
mendapatkan sampel diagnosis sitologis pada kasus kanker parotis yang diduga
diidap oleh pasien. Aspirasi jarum halus untuk kasus neoplasma parotis memiliki
keunggulan khusus, yaitu tidaklah memiliki resiko akan penyebaran bibit kanker ke
kulit di atasnya, yang dimana hal ini dapat terjadi jika dilakukannya biopsi terbuka
atau biopsi inti pada kasus kanker parotis. Jika benih kanker menyebar ke kulit, maka
penanganan bedah yang tepat akan sulit untuk menuai keberhasilan. Namun
demikian, peranan akan aspirasi jarum halus tidaklah secara umum diterima, dan
hampir dari seluruh masa parotis membutuhkan pengangkatan bedah, dan menurut
penderita penyakit parotis. Namun, aspirasi jarum halus telah dianggap sebagai
bagian dari tiga assessment untuk kasus pembengkakan kelenjar parotis yang juga
peneliti ini juga menyatakan bahwa FNAB dapat membantu untuk menghindari
penanganan pasien pada lebih dari sepertiga kasus, dimana yang tadinya tampaknya
Ketika mempertimbangkan untuk melakukan FNAB pada masa parotis yang jelas
yang teridentifikasi melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan, dokter ahli bedah
haruslah juga mempertimbangkan informasi yang akan didapat dari aspirasi. Dari
sudut pandang dokter ahli bedah, mungkin informasi yang paling penting adalah
karakter neoplastik atau tidaknya masa yang muncul tersebut, atau secara khususnya,
informasi tentang jinak atau ganasnya tumor yang diperiksa tersebut (Gambar 7).
Informasi yang didapat ini tidaklah saja membuat dokter ahli bedah dapat berdiskusi
dengan pasien tentang temuan yang didapatkan, namun hal ini juga akan
memungkinkan dokter ahli bedah untuk menawarkan tindakan diseksi leher jika
memang keganasan teridentifikasi pada hasil biopsi jarum. Dari sudut pandang
praktis, diagnosis jinak vs ganas merupakan satu-satunya informasi yang penting
yang dibutuhkan. Tipe spesifik dari tumor jinak atau ganas mungkin tidaklah
penanganan bedah tampaknya tidaklah akan merubah kategori jinak versus ganas.
Dengan demikian, adalah penting untuk meninjau tingkat sensitifitas dan spesifisitas
Atula dkk meninjau 438 hasil FNAB kelenjar parotis pada 365 orang pasien dan
membandingkannya dengan hasil histopatologi akhir dari spesimen parotis, dan juga
menilai kualitas outcome para pasien yang tidak dioperasi. Dua ratus tujuh belas
hasil FNAB dari 191 lesi parotis pada 175 pasien yang didapatkan dari kelenjar
parotis yang tidak dioperasi selama periode 2 sampai 9 tahun. Dua ratus tujuh FNAB
pun diambil dari 188 tumor parotis primer pada 187 orang pasien yang histopatologi
neoplastik, neoplastik jinak, neoplastik yang tampaknya ganas, dan neoplastik ganas.
FNAB dapat mendeteksi neoplasma jinak dengan tingkat akurasi 78% pada
penelitian ini, sedangkan tingkat akurasi untuk mendeteksi tumor ganas adalah 84%.
Di dalam penelitian ini, tingkat negatif-keliru untuk keganasan adalah 45%. Lima
puluh persen dari 22 FNAB yang diklasifikasikan sebagai mungkin ganas pun
kejinakan pada 196 dari 217 FNAB (90%) tidaklah terkonfirmasi melalui
2 orang pasien yang terbukti memiliki tumor ganas di kelompok lesi jinak yang
bahwa FNAB haruslah digunakan sebagai dasar diagnosis lesi parotis. Mereka juga
menyimpulkan bahwa temuan-temuan sitologis haruslah dihubungkan dengan
gambaran klinis, dan laporan akan jaringan atau cairan kistik yang normal dari lesi
Gambar 3. Seorang pria berusia 83 tahun dengan riwayat ektropion paralitik kanan
selama 6 bulan (A). Pemeriksaan fisik juga mengidentifikasi adanya masa pada
parotis kanan. Palsi syaraf wajah kanan lengkap pun ditemukan melalui pemeriksaan,
yang mencakup cabang temporal (B), cabang zigomatik (C), cabang bukal (D), dan
cabang mandibular marginal (E).
Ali dkk secara retrospektif pun melakukan peninjauan pada 129 pasien dengan lesi
parotis yang telah menjalani bedah parotis dan yang pemeriksaan histopatologis dari
penyakit parotisnya sudah tersedia. Terdapat 98 lesi jinak dan 31 tumor ganas yang
dan tingkat akurasinya adalah 94%. Hasil pemeriksaan FNAB pun tidaklah
melahirkan diagnosis pada 5 kasus (3,8%). Para peneliti di dalam penelitian ini pun
secara tepat mendiagnsois adenoma pleomorfik pada 73 dari 77 kasus (95%). Dari 98
diagnosis yang secara histopatologis jinak, 86 (88%) nya pun adalah tepat. Empat
belas dari 16 kasus (87,5%) karsinoma mukkoepidermoid adalah tepat terdiagnosis,
dan 4 dari 4 kasus karsinoma sistik adenoid terdiagnosis secara tepat. Dari 31 kasus
tumor parotis ganas di dalam penelitian ini, 24 (88%) pun secara tepat terdiagnosis.
Para peneliti mengindikasikan bahwa FNAB dapat memainkan satu peranan yang
penting di dalam diagnosis tumor parotis secara akurat. Mereka berpendapat bahwa
pembedaan tumor-tumor ini sebelum operasi dapat mempersiapkan dokter ahli bedah
dan paien untuk melakukan tindakan prosedur pembedahan yang tepat. Christenses
dkk menemukan fakta bahwa pemastian kejinakan dari lesi kelenjar air liur dapatlah
dicapai pada 97% kasus, dan diagnosis yang akurat akan keganasan dapat dicapai
pada 71% kasus. Layfield menunjukkan fakta bahwa salah satu dari lesi pada
kelenjar air liur yang paling sulit didiagnosis secara akurat dengan FNAB adalah
dua tipe, yaitu tipe low-grade (grade rendah) dan high-grade (grade-tinggi).
secara sitologis dari karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma kelenjar parotis.
Gambar 4. Seorang pria berusia 43 tahun dengan riwayat pembengkakan parotis
kanan selama 12 tahun (A, B). Pemeriksaan fisik mengidentifikasi pembengkakan
difus yang mengeras pada kelenjar parotis kanan dan sialolit pada saluran Stenson
kanan (C). Radiograf panoramik (D) menunjukkan sialolit yang bertindih dengan
mahkota gigi 2. CT scan aksial menunjukkan sialolit dan juga saluran duktus Stenson
ektatik proksimal terhadap batu, yang mengindikasikan obstruksi saluran air liur (E).
Zbarem dll menganalisis dan membandingkan nilai FNAB dan potong-beku yang
membeku pada assessment tumor parotis. Para peneliti pun melakukan tinjauan
diagram dan analisis lintas bagian pada 838 pasien dengan patologi parotis yang
tidak ditangani sebelumnya yang dioperasi antara tahun 1987 sampai 2007 di rumah
sakit dimana para peneliti ini bekerja. FNAB pra operasi pun dilakukan pada 426
orang pasien dan analisis potong beku pun dilakukan pada 166 orang pasien. Seratus
dan akurasi FNAB adalah masing-masing 74%, 88%, dan 79%. Tingkat sensitivitas,
spesifisitas, dan akurasi potong beku adalah masing-masing 93%, 95%, dan 94%.
Tipe tumor histologis pun secara tepat didiagnosis oleh FNAB dan potong beku pada
masing-masing 27 dari 42 (64%) dan 39 dari 42 (93%) tumor jinak, dan masing-
Gambar 5. (A) CT scan aksial menunjukkan tanda yang sesuai dengan proses
inflamatori pada kelenjar parotis kanan. Kelenjar pun mengalami pembesaran dan
vaskulatur pun terlihat jelas di dalam kelenjar. Untaian lemak kecil pun juga
terapreasi di wilayah kelenjar parotis kanan. (B) CT scan aksial menunjukkan adanya
masa yang jelas pada kelenjar parotis kanan yang mengindikasikan penyakit
neoplastik.
untuk penentuan sub tipe atau grade histologis di dalam merencanakan luasnya
pembedahan tumor parotis ganas. Para peneliti ini mengindikasikan bahwa FNAB
inflamatori, dan pada pembatasan prosedur bedah pada kasus tumor-tumor parotis
jinak.
Gambar 7. Sitologi tumor jinak kelenjar parotis (A) dan tumor ganas kelenjar
parotis (B). Tumor jinak menunjukkan susunan sitologis dimana sel-sel membentuk
seperti tampilan sarang lebah, sedangkan tumor ganas menunjukkan ketidakteraturan
sitologis. Kegunaan FNAB adalah bahwa dokter ahli bedah akan dapat memulai
diagnosis sementara (jinak atau ganas) tanpa membutuhkan diagnosis yang lebih
spesifik.
Bartels dkk pun menentukan tingkat sensitifitas, spesifisitas, dan akurasi dari
dalam pembedaan lesi parotis yang jinak dari yang ganas. Satu penelitian retrospektif
semua pasien yang menderita masa parotis pun dilakukan. 586 orang pasien pun
diidentifikasi, dimana hanya 48 orang pasien yang memenuhi semua kriteria yang
dibutuhkan untuk dilibatkan di dalam penelitian, termasuk lesi parotis dari semua
hasil histologis, hasil pemeriksaan FNAB dengan sel-sel yang cukup, hasil patologis
bedah akhir yang tersedia, dan hasil pemeriksaan pencitraan pra operasi untuk
ditinjau ulang. Tiga belas orang pasien pun mendapatkan pemeriksaan CT scan, dan
bahwa 23 (48%) lesi adalah bersifat ganas, dan 25 (52%) lesi adalah jinak. Evaluasi
lesi parotis dengan FNAB saja dapat menghasilkan tingkat sensitifitas, spesifisitas,
dan akurasi yang mencapai masing-masing 83%, 86%, dan 85%. Tingkat sensitifitas,
spesifisitas, dan akurasi dari CT scan saja adalah masing-masing 100%, 42%, dan
69%. Tingkat sensitifitas, spesifisitas, dan akurasi MRI saja adalah masing-masing
88%, 77%, dan 83%. Tingkat sensitifitas, spesifisitas, dan akurasi dari MRI yang
dikombinasikan dengan FNAB adalah masing-masing 88%, 94%, dan 91%. Tingkat
adalah masing-masing 83%, 86%, dan 85%. Para peneliti pun menyimpulkan bahwa
pemeriksaan pencitraan dan FNAB adalah sama dalam hal kemampuannya untuk
secara tepat mengidentifikasi lesi parotis ganas pra operasi, dan bahwa dengan
spesifisitas, dan akurasi pada diagnosis keganasan/ kanker. Lebih jauh lagi, para
peneliti pun menunjukkan bahwa banyak dari para pasien dengan masa parotis
tidaklah membutuhkan hal yang lebih rumit dari pemeriksaan riwayat dan fisik untuk
penanganan masa yang tumbuh secara perlahan, dapat bergerak jika digerakan, dan
yang memiliki bentuk dan batas yang jelas. Mereka mengindikasikan bahwa
Pada kasus riwayat yang tidak biasa, masa yang berbentuk tidak teratur, atau jika
potensi untuk keterlibatan syaraf wajah adalah tinggi, uji tambahan untuk
menentukan batasan anatomik atau resiko keganasan dapat berguna pada
menunjukkan bahwa MRI merupakan test pilihan pertama, karena MRI memiliki
malignansi/ keganasan, dan MRI juga dapat memberikan informasi anatomi yang
Parotidektomi superficial
Operasi standar dalam pengangkatan tumor parotis lobus superfisial merupakan suatu
operasi yang sangat berhubungan dengan waktu. Sebagai bagian dari operasi ini,
mempertahankan seluruh nervus fasialis, kecuali nervus itu sendiri telah terinvasi
oleh tumor itu sendiri. Parotisektomi superfisial ini biasa dlakukan menggunakan
modified Blair insicion. Lembaran kulit diangkat ke arah kapsul parotis. Setelah
parotis dipisahkan dari otot. Insisi menembus subkutis dimulai dari anterior tragus kearah
inferior kebagian bawah lobulus membelok ke posterior menyusuri tepi batas depan M.
selanjutnya dilakukan diseksi secara tumpul dengan melepaskan kapsul tumor dari jaringan
kehitaman dilepaskan secara intoto, dengan ukuran 5x4x2 cm, dilakukan pemasangan salir,
luka operasi ditutup lapis demi lapis. Selama perawatan keadaan umum baik, luka operasi
tenang , pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda parese N. Fasialis. Pengobatan pasca
operasi diberikan Antibiotik, analgetik, antiimolamasi steroid dan neurotrofik. Salir (drain)
tumor parotis lebih rendah dibandingkan dengan yang dilakukan prosedur enukleasi,
nervus fasialis sementara yang disebabkan oleh diseksi nervus fasialis komplit
operasi ini menghilangkan tumor parotis dikelilingi oleh jaringan parotis yang
normal lalu mengidentifikasi dan mendiseksi tumor parotis sekitarnya. (gambar 9).
Mereka mengamil 101 psien dengan tumor benign mmenurut hasil FNAB dan secara
random membagi pasien ini kedalam 1 dari 2 kelompok menurut pembagian jenis
parotidektomi superfisial atau total. Hasilnya 21 dari 52 pasien (40%) dari kelompok
Kelemahan sementara pada nervus fasialis ditemukan pada 23 dari 101 pasien secara
keseluruhan (22.8%) dan lebih umum terjadi pada kelompok pasien dengan
Gambar 9. Parotidektomi superfisial parsial dilakukan pada pasien dengan hasil FNAB
diduga adenoma pleomorfik (A). Operasi ini meliputi pengangkatan tumor kira-kira 1 cm
mengelilingi kelenjar parotis (B). Sebagian aspek superior dan inferior dari lobus superfisial
disisakan , dan nervus auricularis magnus juga ditinggalkan (C).
Diseksi Ekstrakapsular
untuk operasi tumor parotis; sayatan yang teliti di bagian luar pseudokapsul tumor
Gambar 10. ECD dilakukan pada tumor warthin di lobus superfisialis dari kelenjar
parotis. Kelenjar parotis yang akan diangkat sudah ditandai (A) dan pengangkatan
spesimen akan dilakukan tanpa mengidentifikasi nervus fasialis terlebih dahulu
(B,C). Spesimen yang didapatkan menunjukan adanya tangkai yang digunakan untuk
membantu mengeluarkan spesimen (D).
Biopsi Parotis Insisional
Biopsi parotis insisional (gambar 11) merupakan hal yang jarang dilakukan sebagai
pilihan cara diagnosis pada massa parotis yang diskret. Hal yang paling perlu
diperhatikan dari pendekatan ini ialah kebutuhan untuk mengorbankan kulit pasien
untuk mengambil tumur yang berada dibawahnya. Selain itu, adanya FNAB sudah
banyak menggantikan biopsi insisional terutama pada massa parotis yang diskret.
Meskipun begitu, biopsi parotis insisional menjadi indikasi dalam pemilihan karakter
dan diagnosis proses difus ekuivokal kelenjar parotis, yang mengindikasikan adanya
penyakit sistemik yang menyertai. Biopsi parotis insisional juga berguna untuk
Biopsi parotis insisional pada mungkin saja dibutuhkan saat tumor sudah mulai
tampak dari kulit dan sudah mulai mengindikasikan operasi ( gambar 12). Biopsi ini
Kesimpulan
yang beragam mulai dari infeksi akut sampai penyakit neoplasma ganas dengan
kelumpuhan nervus fasialis. Kesan awal infeksi kronis dapat menyerupai tumor,
sehingga dokter bedah harus mmbuat algoritma tertentu agar dapat menentukan