Tramex PTK
Tramex PTK
OLEH :
TRAMA SUMA
A1C1 12 031
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
tindakan kelas MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VC SDN 17 BARUGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT ini. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian
tindakan kelas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan.
Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang.
Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi
mengajar juga berarti usaha menolong pelajar agar mampu memahami konsep-konsep
dan dapat menerapkan konsep yang dipahami.
1
Berdasarkan informasi tersebut, dilakukan observasi di SDN 17 Baruga,
pada tanggal 11 April 2015 dan diperoleh keterangan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VC di sekolah tersebut masih tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VC tahun ajaran
2014/2015 hanya mencapai 5,5. Nilai rata-rata tersebut berada di bawah standar
ketuntasan belajar berdasarkan ketentuan sekolah, yakni sebesar 7,0. Dalam hal
ini, pembelajaran yang di gunakan dalam kelas oleh guru adalah pembelajaran
konvensional, sehingga perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: Apakah hasil belajar siswa kelas VC SDN 17 Baruga dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?
2
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa: Dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok
bahasan himpunan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
siswa kelas VC SDN 17 Baruga.
2. Bagi Guru: Sebagai masukan bagi guru-guru matematika khususnya guru
matematika di SDN 17 Baruga agar bisa memilih model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan disekolah.
3. Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.
4. Bagi Peneliti: Sebagai pengalaman berharga bagi penulis dalam membuat
karya ilmiah selanjutnya.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan
manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan
yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam
kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek
yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan keterampilan
(psikomotor). Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti, bahwa
berhasil tidanya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik atau siswa
(Usman, 1993: 5).
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan
ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang dikatakan
belajar, bila dapat diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Hudojo,
1990: 1). Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman (http://www.whandi.net).
4
kerusakan pada susunan saraf , atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan
memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang
belajar. Menurut Skinner dalam Walgito (1980:166) memberikan definisi
belajar learning is a process of progressive behavior adaptation. Dari
uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu
proses adaptasi prilaku yang bersifat progresif.
5
generasi yang berikut sebagai generasi penerus, selanjutnya Alvin W.
Howard dalam Bandono (2002) mengatakan bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapat, merubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-
cita, appreciations atau penghargaan (http://beta.trial.mil.id).
6
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal
ini dapat tercapai bila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi
(http//indramunawar.blogspot.com).
3. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Yasa (2008) mengemukakan pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa
dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu
masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain.
Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
7
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) jika siswa dalam kelas terdapat
siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin
yangberbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
(http://ipotes.Wordpress.com).
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa peran aktif siswa sangat diperlukan
melalui kerja sama yang kompleks dalam suatu kelompok belajar, dimana
dari aktifitas tersebut terdapat tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif
yaitu : 1). Berkaitan dengan hasil belajar akademik pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kenerja siswa dalam akademik. Banyak ahli
berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, termasuk
konsep-konsep matematika, 2). Penerimaan terhadap keragaman dimana
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan maupun ketidak mampuan ; dan 3). Pengembangan
8
keterampilan sosial yaitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi (Ibrahim., 2007: 7-9).
9
mempresentasekan hasil kerjanya.
10
tinggi, sedang dan rendah; 3). Bila mana mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan 4). Penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.
Langkah 1: Persiapan
11
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, dipertimbangkan kriteria
heterogenitas lainnya seperti jenis kelamin dan ras. Dalam penelitian ini
menggunakan nilai tes awal untuk dijadikan dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai, guru
memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga urutan
keterampilan dasar pembelajaran kooperatif, yaitu: 1)tetap berada dalam
kelas; 2) mengajukan pertanyaan dalam kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan pada guru; dan 3) memberikan umpan balik terhadap ide-ide
serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.
Dalam langkah ini, guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap
pihak kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian mempresentasikan di
depan kelas, siswa dari kelompok lain menanggapi.
12
Pada langkah ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata
pujian, tepuk tangan dan nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil
belajarnya lebih baik.
C. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika,
guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran.
Tidak mudah untuk membawa para siswa agar dapat memahami materi
dalam pembelajaran matematika. Apalagi dalam pembelajaran matematika
selama ini, di anggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik, sukar dan
membosankan sehingga hasil belajar matematika cenderung lebih rendah
dibanding dengan mata pelajaran lain.
13
mempelajari pada tingkat ingatan tetapi juga mampu memahami dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah:
Pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada kelas VC SDN 17 Baruga.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Latar Penelitian
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis statistika
untuk menganalisis data penelitian, akan tetapi analisis dilakukan secara
deskriptif kualitatif.
C. Faktor yang di Selidiki
1. Faktor Guru yaitu apakah guru sudah melaksanakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT sesuai dengan prosedur.
2. Faktor Siswa yaitu apakah siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Faktor sumber belajar yaitu apakah sumber belajar yang di gunakan sudah memadai
dan sesuai dengan materi pembelajaran atau belum.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus,
dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai
pada faktor-faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi awal berupa wawancara
langsung dengan guru bidang studi matematika, ditetapkan bahwa tindakan yang
akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi
himpunan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
15
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan tindakan
C. Observasi dan evaluasi
D. Refleksi
Secara rinci prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
16
E. Data dan Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil belajar, sedangkan data kualitatif
berupa data pengamatan dan data hasil refleksi diri. Data hasil belajar di
kumpulkan dengan menggunakan tes, sedangkan data hasil pengamatan dan hasil
refleksi diri masing masing di ambil dengan menggunakan observasi dan refleksi
diri.
F. Indikator Kinerja/Keberhasilan
Keterlaksanaan scenario : 95%
Hasil Belajar : 80%
KKM
17
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Pada tanggal 21 April 2015 diadakan tes awal pada siswa kelas VC untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terkait dengan bangun ruang. Nilai tes awal
dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa
kelas VC SDN 17 Baruga setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
Soal-soal tes awal berupa materi yang berhubungan dengan pokok bahasan
yang akan diajarkan dalam hal ini materi untuk soal tes awal adalah materi
bangun datar berupa luas segi empat dan lingkaran. Dari hasil tes awal tersebut
terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 7,0
mencapai 40,00% (12 orang siswa) dengan nilai rata-rata 6,51. Hal ini
memberikan gambaran bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong
rendah.
18
2. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
19
c. Observasi
20
d. Evaluasi
e. Refleksi
1. Faktor siswa
a. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga ada
siswa yang tidak mengingat nomornya.
b. Sebagian siswa kurang aktif dalam kelompoknya dan siswa belum
dapat menyampaikan pendapatnya pada saat materi pelajaran diajarkan
atau pada saat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal dalam LKS, hal ini disebabkan karena siswa merasa asing dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Faktor guru
a. Kehadiran peneliti mempengaruhi kinerja guru sehingga menjadi
canggung dan suasana kelas agak kaku, hal ini nampak pada saat guru
21
memberi penjelasan, volume suara kurang jelas dan gerakan kurang
leluasa.
b. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dianggap hal yang baru bagi
pribadi guru mata pelajaran matematika, sehingga guru tidak secara
merata memberikan bimbingan kepada setiap kelompok/individual.
3. Tindakan siklus II
a. Perencanaan
1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar matematika serta guru harus memberikan apersepsi.
2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja
sama dengan teman kelompoknya.
3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
Selain hal-hal yang merupakan rencana perbaikan untuk tindakan siklus I,
peneliti harus mempersiapkan juga skenario pembelajaran, lembar observasi,
alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus II.
22
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
23
4. Guru sudah dapat melaksanakan hampir semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran pada siklus II.
e. Refleksi
24
pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 83,33%
siswa yag telah memperoleh nilai 7,0 atau dengan kata lain telah mencapai
indikator keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai
rencana pelaksanaan penelitian dengan tiga siklus tindakan.
B. Pembahasan
25
Pada tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT kembali
dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran telah meningkat. Dimana kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki. Siswa sudah lebih
memperhatikan penjelasan guru walaupun hanya beberapa siswa mampu dan mau
mengajukan pertanyaan jika mendapat masalah dalam menyelesaikan soal-soal
LKS yang diberikan.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA