Anda di halaman 1dari 34

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VC SDN 17 BARUGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE NHT

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH :
TRAMA SUMA
A1C1 12 031

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
tindakan kelas MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VC SDN 17 BARUGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT ini. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian
tindakan kelas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, Mei 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................ 4


A. Kajian Teoritis ............................................................................................................ 4
1. Proses Belajar Mengajar Matematika ..................................................................... 4
2. Hasil Belajar Matematika ....................................................................................... 6
3. Pembelajaran Kooperatif ........................................................................................ 7
4. Karakteristik Dan Unsur Pembelajaran Kooperatif ................................................ 10
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) ......................... 11
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................................... 13
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 13
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 15


A. Latar Penelitian ........................................................................................................... 15
B. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 15
C. Faktor Yang Di Selidiki ............................................................................................................ 15
D. Prosedur Penelitian ..................................................................................................... 15
E. Data Dan Cara Pengumpulan Data .............................................................................. 17
F. Indikator Kinerja/Keberhasilan ................................................................................... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 18


A. Hasil Penelitian ........................................................................................................... 18
B. Kegiatan Pendahuluan ................................................................................................. 18
C. Tindakan Siklus I ........................................................................................................ 19
D. Tindakan Siklus II ....................................................................................................... 22
E. Pembahasa ................................................................................................................... 25

BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 27


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 27
B. Saran............................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan.
Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang.
Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi
mengajar juga berarti usaha menolong pelajar agar mampu memahami konsep-konsep
dan dapat menerapkan konsep yang dipahami.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses


belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam pemberian pengetahuan dan
keterampilan kepada anak didik. Peranan tersebut diharapkan dapat menghasilkan
manusia-manusia yang berkualitas tinggi dibidang ilmu pengetahuan khususnya
bidang mata pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat


memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan
siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien.
Oleh karena itu dipandang penting agar matematika dapat dikuasai sedini
mungkin oleh para siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu permasalahan umum


yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kaitannya dengan mata pelajaran, bidang
studi matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik, sukar
dan membosankan sehingga hasil belajar matematika cenderung rendah dari mata
pelajaran lain. Hal ini terlihat pula pada siswa kelas VC SDN 17 Baruga, masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran
matematika.

1
Berdasarkan informasi tersebut, dilakukan observasi di SDN 17 Baruga,
pada tanggal 11 April 2015 dan diperoleh keterangan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VC di sekolah tersebut masih tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VC tahun ajaran
2014/2015 hanya mencapai 5,5. Nilai rata-rata tersebut berada di bawah standar
ketuntasan belajar berdasarkan ketentuan sekolah, yakni sebesar 7,0. Dalam hal
ini, pembelajaran yang di gunakan dalam kelas oleh guru adalah pembelajaran
konvensional, sehingga perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang banyak


digunakan dalam penerapan materi pelajaran berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi dan juga pada awal penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat
beberapa tipe dari model tersebut. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif
yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa dalam peran aktif dalam proses
belajar-mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT), dimana setiap anggota (masing-masing siswa) bertanggung
jawab terhadap setiap permasalahan yang dihadapi dalam kelompok tersebut.

Atas alasan yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan untuk


mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VC SDN 17 Baruga Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: Apakah hasil belajar siswa kelas VC SDN 17 Baruga dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

2
C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah


untuk Meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VC SDN 17 Baruga.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa: Dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok
bahasan himpunan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
siswa kelas VC SDN 17 Baruga.
2. Bagi Guru: Sebagai masukan bagi guru-guru matematika khususnya guru
matematika di SDN 17 Baruga agar bisa memilih model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan disekolah.
3. Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.
4. Bagi Peneliti: Sebagai pengalaman berharga bagi penulis dalam membuat
karya ilmiah selanjutnya.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan
manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan
yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam
kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek
yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan keterampilan
(psikomotor). Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok
dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti, bahwa
berhasil tidanya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik atau siswa
(Usman, 1993: 5).
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan
ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang dikatakan
belajar, bila dapat diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Hudojo,
1990: 1). Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman (http://www.whandi.net).

Menurut G.A. Kimble dalam Simanjuntak (1992:38) mengemukakan


belajar adalah perubahan yang relatif yang menetap dalam potensi tingkah
laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak
termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau

4
kerusakan pada susunan saraf , atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan
memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang
belajar. Menurut Skinner dalam Walgito (1980:166) memberikan definisi
belajar learning is a process of progressive behavior adaptation. Dari
uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu
proses adaptasi prilaku yang bersifat progresif.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar


adalah proses yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan
tingkah laku terhadap pengalaman yang dialaminya secara berulang-ulang
dalam lingkungannya.

Mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada siswa


dalam melakukan proses belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa mengajar
merupakan suatu perbuatan yang memerlukan pengalaman moral.
Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya (Riduwan, 2004:
198).

Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam belajar-


mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri
siswa. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat
berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu
memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun diluar
kelas (Usman, 1993:6).

Menurut Roestiyah NK dalam Bandono (2002) mengajar adalah


penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepada
anak didik kita atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada

5
generasi yang berikut sebagai generasi penerus, selanjutnya Alvin W.
Howard dalam Bandono (2002) mengatakan bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapat, merubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-
cita, appreciations atau penghargaan (http://beta.trial.mil.id).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa


mengajar adalah suatu usaha menanamkan pengetahuan kepada anak didik
dengan cara membimbing sehingga tercipta proses belajar bagi siswa.

2. Hasil Belajar Matematika


Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (1989: 22) mengemukakan hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat
diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, Yakni (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) Strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan
motoris.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Munawar (2009) mengatakan


hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terseleksinya bahan pelajaran. Masih dalam Indra,
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

6
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal
ini dapat tercapai bila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi
(http//indramunawar.blogspot.com).

Menurut Demaja (2004) Hasil belajar merupakan gambaran tingkat


penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang
dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban
yang benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar (http://re-
searchengines.com). Menurut Bloom dalam Purwanto (1984: 43-45),
membagi kemampuan dan tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif
menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi,
penerapan aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil


belajar adalah gambaran kemampuan siswa terhadap penguasaan materi
yang telah terjadi dalam pengalaman belajarnya.

3. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Yasa (2008) mengemukakan pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa
dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu
masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain.
Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

7
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) jika siswa dalam kelas terdapat
siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin
yangberbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
(http://ipotes.Wordpress.com).

Pada umumnya pembelajaran yang menggunakan model kooperatif


memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; 2) kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) bilamana
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda; dan 4)penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu (Ibrahim, 2005: 6-7)

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa peran aktif siswa sangat diperlukan
melalui kerja sama yang kompleks dalam suatu kelompok belajar, dimana
dari aktifitas tersebut terdapat tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif
yaitu : 1). Berkaitan dengan hasil belajar akademik pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kenerja siswa dalam akademik. Banyak ahli
berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, termasuk
konsep-konsep matematika, 2). Penerimaan terhadap keragaman dimana
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan maupun ketidak mampuan ; dan 3). Pengembangan

8
keterampilan sosial yaitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi (Ibrahim., 2007: 7-9).

Tujuan utama pembelajaran kooperatif dalam kegiatan mengajar


adalah: 1). Hasil belajar; 2). Penerimaan terhadap keragaman dan 3).
Pengembangan keterampilan sosial. Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Langkah Tingkah laku guru

1) Menyampaikan tujuan dan motivasi 1. Guru menyampaikan semua tujuan


siswa pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
dalam belajar

2. Guru menyajikan informasi kepada


2) Menyajikan informasi
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.

3. Guru menjelaskan kepada siswa


3) Mengorganisasikan siswa dalam bagaimana cara membentuk kelompok
kelompok-kelompok belajar belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien

4) Membimbing kelompok bekerja dan 4. Guru membimbing kelompok-kelompok


belajar belajar pada saat mereka mengajarkan
tugas-tugas mereka.

5) Evaluasi 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang


materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok

9
mempresentasekan hasil kerjanya.

6) Memberikan penghargaan 6. Guru mencari cara-cara untuk


menghargai baik upaya maupun hasil
belajar indifidu dan kelompok

(Ibrahim, 2000: 10)

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran


kooperatif merupakan strategi belajar di mana siswa berada dalam kelompok
kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan
memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai
hasil belajar tertinggi.

4. Karakteristik dan Unsur Pembelajaran Kooperatif (Cooperative


Learning)
Menurut Lie dalam Awaliyah (2008: 10) mengemukakan model
pembelajaran Cooperative Learning dimunculkan dalam 5 unsur dimana
setiap siswa harus: 1) Adanya saling ketergantungan positif antara anggota
kelompok, 2) Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota
kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan
tugas kelompok, 3) Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi, 4) Harus ada komunikasi
antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik
berkomunikasi, 5) Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan
dilaksanakan oleh guru.

Menurut Ibrahim (2000: 6) pembelajaran yang menggunakan


pendekatan kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut : 1). Siswa
berkerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya; 2). Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

10
tinggi, sedang dan rendah; 3). Bila mana mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan 4). Penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)


Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
memprioritaskan pada kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sebenarnya, pembelajaran kooperatif
merupakan ide lama. Sejak awal abad pertama, seorang filosof berpendapat
bahwa dalam mengajar seseorang harus memiliki pasangan/teman (Ibrahim,
2000: 12).

Menurut Nurhadi dalam Awaliyah (2008: 12-14) mengemukakan


langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai
pengganti pertanyaan seluruh kelas. langkah-langkah tersebut kemudian
dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan penelitian
ini, enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Persiapan

Dalam langkah ini guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan


Pengajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2: Pembentukan Kelompok

Dalam pembentukan kelompok, disesuaikan dengan model


pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 orang dan memberi
mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor
berbeda. Kelompok-kelompok ini terdiri dari siswa yang memiliki

11
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, dipertimbangkan kriteria
heterogenitas lainnya seperti jenis kelamin dan ras. Dalam penelitian ini
menggunakan nilai tes awal untuk dijadikan dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai, guru
memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga urutan
keterampilan dasar pembelajaran kooperatif, yaitu: 1)tetap berada dalam
kelas; 2) mengajukan pertanyaan dalam kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan pada guru; dan 3) memberikan umpan balik terhadap ide-ide
serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.

Langkah 3: Diskusi Masalah

Pada langkah diskusi masalah, Guru membagikan LKS kepada setiap


siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap
siswa berpikir bersama untuk mengembangkan dan meyakinkan bahwa
setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 4: Memanggil Nomor Anggota

Dalam langkah ini, guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap
pihak kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian mempresentasikan di
depan kelas, siswa dari kelompok lain menanggapi.

Langkah 5: Memberi Kesimpulan

Dalam langkah ini, guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir


dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Langkah 6: Memberikan Penghargaan

12
Pada langkah ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata
pujian, tepuk tangan dan nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil
belajarnya lebih baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awaliyah (2008: 37) menyimpulkan
bahwa efektifitas pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 8 Kendari
pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrin (2008: 49)


menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dalam pokok bahasan bilangan berpangkat dan bentuk akar pada siswa
kelas IXG SMP Negeri 5 Kendari hasil belajar matematika pada siswa dapat
ditingkatkan.

C. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika,
guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran.

Tidak mudah untuk membawa para siswa agar dapat memahami materi
dalam pembelajaran matematika. Apalagi dalam pembelajaran matematika
selama ini, di anggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik, sukar dan
membosankan sehingga hasil belajar matematika cenderung lebih rendah
dibanding dengan mata pelajaran lain.

Para guru diharapkan dapat menggunakan suatu model pembelajaran yang


nantinya dapat mengarahkan siswa pada suatu pembelajaran yang bermakna
sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga kelak siswa tidak hanya belajar sampai pada tahap mampu

13
mempelajari pada tingkat ingatan tetapi juga mampu memahami dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa menguasai


konsep pembelajaran yang diajarkan yaitu dengan menggunakan konsep
pembelajaran yang membuat siswa mampu menyelesaikan permasalahannya
sendiri, antara lain adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang
membagi jumlah siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 45 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang di bentuk mempunyai tingkat
kemampuan beragam ada yang pandai, sedang dan ada pula tingkat
kemampuannya kurang. Setiap anggota kelompok diberi tanggung jawab untuk
memecahkan masalah atau soal yang telah diberi sesuai dengan nomor-nomor
yang telah ada. Anggota kelompok saling menjelaskan kepada sesama teman
anggota kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok mengetahui jawaban
dari semua soal yang diberikan. Selanjutnya, guru menyebut satu nomor para
siswa dari tiap kelompok dan yang telah disebut nomornya harus menyiapkan
jawabannya untuk seluruh kelas dan mempresentasikan di depan kelas. Dengan
demikian, setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama
terhadap pelajaran matematika yang dipelajarinya dan pada gilirannya hasil yang
diperoleh akan lebih baik.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah:
Pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada kelas VC SDN 17 Baruga.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 17 Baruga pada semester genap tahun


pelajaran 2014/2015. Dengan menyesuaikan jam pelajaran Matematika kelas VC
SDN 17 Baruga.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis statistika
untuk menganalisis data penelitian, akan tetapi analisis dilakukan secara
deskriptif kualitatif.
C. Faktor yang di Selidiki
1. Faktor Guru yaitu apakah guru sudah melaksanakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT sesuai dengan prosedur.
2. Faktor Siswa yaitu apakah siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Faktor sumber belajar yaitu apakah sumber belajar yang di gunakan sudah memadai
dan sesuai dengan materi pembelajaran atau belum.
D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus,
dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai
pada faktor-faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi awal berupa wawancara
langsung dengan guru bidang studi matematika, ditetapkan bahwa tindakan yang
akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi
himpunan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur tindakan kelas


yaitu:

15
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan tindakan
C. Observasi dan evaluasi
D. Refleksi
Secara rinci prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

A. Perencanaan : kegiatan yang dilakukan ;


1. Membuat skenario pembelajaran
2. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
3. Menyiapkan sumber pelajaran meliputi LKS yang diperlukan dalam
membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
4. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah prestasi belajar matematika
siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan dapat
ditingkatkan.
5. Pembuatan jurnal sebagai hasil refleksi diri.
B. Pelaksanaan tindakan : kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan skenario yang telah dibuat.
C. Observasi/evaluasi : pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan serta melakukan evaluasi.
D. Refleksi : pada tahap ini, hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan
evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut akan dilihat
apakah memenuhi target yang diterapkan pada indikator kerja, jika belum
maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-
kelemahan/kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus diperbaiki pada
siklus berikutnya.

16
E. Data dan Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil belajar, sedangkan data kualitatif
berupa data pengamatan dan data hasil refleksi diri. Data hasil belajar di
kumpulkan dengan menggunakan tes, sedangkan data hasil pengamatan dan hasil
refleksi diri masing masing di ambil dengan menggunakan observasi dan refleksi
diri.

F. Indikator Kinerja/Keberhasilan
Keterlaksanaan scenario : 95%
Hasil Belajar : 80%
KKM

17
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kegiatan Pendahuluan

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan


observasi awal dan wawancara singkat dengan guru matematika kelas VC SDN
17 Baruga. Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa
khususnya untuk kelas VC masih tergolong rendah dan model pembelajaran
yang digunakan adalah model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil
tersebut, diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dalam mengajarkan materi bangun ruang.

Pada tanggal 21 April 2015 diadakan tes awal pada siswa kelas VC untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terkait dengan bangun ruang. Nilai tes awal
dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa
kelas VC SDN 17 Baruga setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.

Soal-soal tes awal berupa materi yang berhubungan dengan pokok bahasan
yang akan diajarkan dalam hal ini materi untuk soal tes awal adalah materi
bangun datar berupa luas segi empat dan lingkaran. Dari hasil tes awal tersebut
terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 7,0
mencapai 40,00% (12 orang siswa) dengan nilai rata-rata 6,51. Hal ini
memberikan gambaran bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong
rendah.

18
2. Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe


NHT dalam mengajar matematika pokok bahasan bangun ruang, maka
kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan saat
pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan guru bidang studi
matematika, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. membuat skenario pembelajaran untuk tindakan siklus I


2. membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas
3. membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)
4. membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I
5. membuat jurnal untuk refleksi diri.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran


kooperatif tipe NHT dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dipersiapkan. Dalam proses pembelajaran, siswa dibagi dalam 6
kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa. Selanjutnya
setiap anggota kelompok diberikan nomor lalu kelompok dibagikan LKS untuk
didiskusikan bersama anggota kelompoknya, guru memberikan bimbingan
kepada siswa dalam kelompok saat menyelesaikan masalah dalam LKS.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa yang disebut nomornya diminta
mempresentasikan hasil kerjan bersama kelompoknya di depan dan siswa
dikelompok lain memperhatikan dan membandingkan dengan pekerjaannya.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengobservasi jalannya
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

19
c. Observasi

Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah cara


guru menyajikan materi pelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat aktivitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.

Hasil observasi terhadap guru menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Guru tidak memberi motivasi dan tidak memberi apersepsi sebelum


memulai pelajaran.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Guru mengorganisasi siswa dalam 6 kelompok belajar dan setiap kelompok
terdiri dari 5 orang
4. Guru tidak secara merata memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
5. Guru menyiapkan LKS sebagai alat bantu dalam pembelajaran .
6. Guru belum mampu mengolah waktu dengan baik, akibatnya ada tahapan
tahapan dalam skenario pembelajaran yang tidak terlaksana karena
kehabisan waktu.

Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut :

1. Pada pertemuan pertama siswa terlihat masih kaku berada dalam


kelompoknya
2. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal dalam
LKS yang telah diberikan
3. Sebagian siswa masih ragu mengemukakan pendapat
4. Hanya beberapa siswa yang mampu mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan ada siswa yang merasa gugup mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.

20
d. Evaluasi

Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan,


diadakan evaluasi dengan tes seperti yang ada pada lampiran. Hasil tes siklus I
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes
awal yaitu dari 40,00% (12 orang) siswa memperoleh nilai 7,0 pada tes awal
dan meningkat menjadi 56,67% (17 orang) siswa memperoleh nilai 7,0.
Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tetapi karena belum
mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

e. Refleksi

Pada tindakan siklus I ini penerapan model pembelajaran kooperatif


tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan bangun ruang belum sempurna
sesuai dengan yang diharapkan.

Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk


menentukan tindakan selanjutnya. Setelah diadakan refleksi antara guru dan
peneliti maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Faktor siswa
a. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga ada
siswa yang tidak mengingat nomornya.
b. Sebagian siswa kurang aktif dalam kelompoknya dan siswa belum
dapat menyampaikan pendapatnya pada saat materi pelajaran diajarkan
atau pada saat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal dalam LKS, hal ini disebabkan karena siswa merasa asing dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Faktor guru
a. Kehadiran peneliti mempengaruhi kinerja guru sehingga menjadi
canggung dan suasana kelas agak kaku, hal ini nampak pada saat guru

21
memberi penjelasan, volume suara kurang jelas dan gerakan kurang
leluasa.
b. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dianggap hal yang baru bagi
pribadi guru mata pelajaran matematika, sehingga guru tidak secara
merata memberikan bimbingan kepada setiap kelompok/individual.

3. Tindakan siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan siklus I


belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga
peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan
dan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
II.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kelemahan


dan kekurangan pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II adalah :

1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam
belajar matematika serta guru harus memberikan apersepsi.
2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja
sama dengan teman kelompoknya.
3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
Selain hal-hal yang merupakan rencana perbaikan untuk tindakan siklus I,
peneliti harus mempersiapkan juga skenario pembelajaran, lembar observasi,
alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus II.

22
b. Pelaksanaan tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, guru kembali berusaha


melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan skenario pembelajaran
tindakan siklus II. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dengan maksud agar siswa memiliki
gambaran jelas tentang pengetahuan yang akan diperoleh setelah proses
pembelajaran berlangsung. Guru juga melakukan tindakan perbaikan
sebagaimana yang telah direncanakan pada tahap perencanaan meskipun belum
maksimal. Materi yang diajarkan masih dalam pokok bahasan bangun ruang
dengan sub pokok bahasan menentukan penyelesaian dari bangun ruang.

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengobservasi


pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk guru
dan siswa.

c. Observasi

Secara umum pada pelaksanaan tindakan siklus II ini telah ada


peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hal ini terlihat pada hasil observasi
guru dan siswa.

Hasil observasi terhadap guru menunjukan bahwa :

1. Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.


2. Guru sudah bersikap tegas dengan menegur /memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3. Guru memberikan bantuan/bimbingan kepada kelompok atau siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS dan
memberikan penghargaan kepada kelompok /siswa yang menjawab dengan
benar.

23
4. Guru sudah dapat melaksanakan hampir semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran pada siklus II.

Hasil observasi terhadap siswa menunjukan bahwa :

1. Siswa memperhatikan dengan baik penjelasan guru


2. Sebagian siswa sudah berani menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti
yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.
3. Sebagian besar siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
d. Evaluasi

Setelah 2 kali pertemuan yang membahas materi bangun ruang,


kembali diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa. Hasil tes siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar
matematika siswa dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 56,67% siswa yang
telah memperoleh nilai 7,0 pada siklus I meningkat menjadi 83,33% siswa
telah memperoleh nilai 7,0 pada siklus II. Hasil tes siklus II telah menunjukkan
peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan maka penelitian
dihentikan sampai siklus II.

e. Refleksi

Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan


hasil yang cukup menggembirakan baik bagi guru mata pelajaran maupun bagi
peneliti. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupun masih ada beberapa siswa
yang belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif
melibatkan diri dalam melaksanakan tugas kelompok. Jika dilihat dari hasil tes

24
pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 83,33%
siswa yag telah memperoleh nilai 7,0 atau dengan kata lain telah mencapai
indikator keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai
rencana pelaksanaan penelitian dengan tiga siklus tindakan.

B. Pembahasan

Penelitian ini berakhir setelah pelaksanaan siklus II karena telah mencapai


indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pada siklus I, perolehan nilai siswa
berdasarkan ketuntasan belajar hanya 40,00 % siswa yang telah memperoleh nilai.
Nilai evaluasi hasil tes siklus I meningkat 56,67% dari hasil tes awal. Berdasarkan
hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana kekurangan itu ada yang
berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa. Diantaranya ada sebagian
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi,
dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum terlaksananya semua
komponen dalam skenario pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat
mengelola waktu sebaik mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada
siswa untuk bekerja menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Melihat kekurangan
yang masih ada serta hasil belajar matematika siswa terhadap pokok bahasan
bangun ruang pada tindakan siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang
harus diperbaiki pada tindakan siklus II adalah guru harus bersikap tegas dengan
menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru
dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. Guru juga harus
mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran dapat terlaksana.

25
Pada tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT kembali
dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran telah meningkat. Dimana kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki. Siswa sudah lebih
memperhatikan penjelasan guru walaupun hanya beberapa siswa mampu dan mau
mengajukan pertanyaan jika mendapat masalah dalam menyelesaikan soal-soal
LKS yang diberikan.

Setelah siklus II, nilai siswa menunjukkan peningkatan menjadi 83,33%


siswa telah memperoleh nilai 7,0 dan secara rata-rata juga meningkat menjadi
7,24. Hal ini berarti telah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan
hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran bisa dikatakan sempurna, yakni
100% komponen dalam skenario telah dilaksanakan dengan baik sesuai yang
diharapkan. Karena kedua indikator telah tercapai, ini berarti hipotesis tindakan
telah tercapai yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang dapat
ditingkatkan.

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan


bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
mengajarkan pokok bahasan bangun ruang pada siswa kelas VC SDN 17
Baruga hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat
dari hasil tes awal, siswa yang memperoleh nilai minimal 7,0 sebanyak 40,00%
meningkat pada siklus I menjadi 56,67%; siswa yang memperoleh nilai
minimal 7,0 dan siklus II siswa yang memperoleh nilai minimal 7,0 meningkat
lagi menjadi 83,33%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai


berikut :

1. Pada pembelajaran berikutnya, jika guru akan menerapkan model


pembelajaran yang baru, guru sebaiknya mensosialisasikan terlebih dahulu
agar tidak terjadi kegaduhan di kelas karena siswa baru mengenal model
pembelajaran tersebut.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar matematika, model pembelajaran ini dapat di
terapkan pada kelas yang lain yang hasil belajar siswanya masih rendah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Awaliyah, Hilda. 2008. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model


Numbered Head Together (NHT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Kendari Pada Pokok Bahasan
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). Universitas Haluoleo. Kendari.

Bandono.(2002). Keefektifan Proses Pembelajaran. Diambil 10 Mei 2015 dari


http://beta.trial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=74
Demaja, Christiana.(2004). Pengaruh Penggunaan Bahan dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar. Diambil 10 Mei 2015 dari http://re-
searchengines.com/christiana6-04.html
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. IKIP Malang:
Malang.
Ibrahim, M. dkk., 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Munawar, Indra.(10 Juni 2009). Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). Diambil 27
juli 2009 dari http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-
pengertian-dan-definisi.html
Ngalim, Purwanto, M. 1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Alfabeta: Bandung.
Simanjuntak, Lisnawaty. Dkk. 1992. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta:
Bandung.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
Bandung.

Syafrin. 2008. Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together (NHT) Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
IXG SMP Negeri 5 Kendari Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat
dan Bentuk Akar. Universitas Haluoleo: Kendari.
Usman, Moh. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya Offset: Bandung.
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset: Yogyakarta.
Whandi.(2007). Pengertian Belajar. Diambil 22 juli 2010 dari
http://www.whandi.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=
41
Yasa, Doantara.(10 Mei 2008). Metode Pembelajaran Kooperatif. Diambil 10 Mei
2015 dari http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-
kooperatif/

Anda mungkin juga menyukai