Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

Sungai adalah bagian dari alam yang sangat berarti dalam kehidupan manusia
sejak masa prasejarah. Hubungan antara sejarah kehidupan manusia dengan
keberadaan sungai, salah satunya terungkap dalam teori migrasi yang antara lain
dipelopori oleh Von Heine Geldem, V.C. Callemfels, dan Roger Duff. Di situ
dikatakan, terdapat anggapan bahwa nenek moyang berasal dari hulu sungai besar
yang kemudian menyebar lewat sungai-sungai (Gunadi dkk, 2004, Sungai dan
Kehidupan Masyarakat Kalimantan : 139)

Sepanjang hidupnya manusia cenderung tinggal di lingkungan dengan sumber


alam yang menguntungkan bagi kehidupan manusia, antara lain lahan rata, tanah
lebar dekat sumber air dalam kemudahan untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Sungai juga difungsikan sebagai sarana transportasi, perekonomian serta
perdagangan. Dari sisi perekonomian, misalnya, sungai yang sangat efisien untuk
mengangkat balok-balok kayu kecil dengan cara dihanyutkan dari hulu ke hilir.
Keberadaan Pasar Terapung (Floating Market) yang merupakan pasar tradisional
di Sungai Kuin Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, banyak
dimanfaatkan masyarakat dalam hal mendukung perekonomian mereka.

Bagi sebagian besar masyarakat awam, pasar hanya dipandang sebagai tempat
jual beli atau kegiatan transaksi antara penjual dan pembeli saja. Padahal dalam
ilmu ekonomi, dikenal dua pengertian pasar dalam arti luas, yaitu pasar nyata
dan pasar abstrak. Pasar nyata adalah tempat pertemuan antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) terhadap barang atau jasa. Sedangkan pasar
abstrak menitikberatkan pada pengertian pasar yang memiliki fungsi untuk
mendukung fungsi utama secara keseluruhan. Dalam hal ini berarti adanya saling
ketergantungan antara produksi, distribusi, transportasi, transaksi, dan lainnya.

1|Page
Timbulnya pasar tidak terlepas dari berbagai kebutuhan perekonomian dalam
masyarakat. Mulai dari kelebihan dalam produksinya, kemudian setelah kebutuhan
sendiri terpenuhi, masyarakat memerlukan tempat pernyaluran untuk dijual. Selain
itu tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dengan hasil produksi sendiri. Untuk itu
diperlukan adanya tempat untuk bisa memperoleh barang atau jasa yang
diperlukan, yang tidak mungkin diproduksi sendiri, hal inilah yang dapat dikatakan
sebuah pasar.

Berdasarkan kajian arkeologis, ternyata sistem pasar sudah ada pada masa Jawa
Kuno (abad 8-11 masehi) dalam bentuk yang sangat sederhana. Bukti-bukti berupa
prasasti menyebutkan bahwa pada masa itu dikenal pejabat-pejabat yang
mengurusi pasar (wisdomindonesia.wordpress.com/2015/09/14/pasar-tradisional-
atau-modern). Dengan adanya istilah ini, dapat digambarkan bahwa pasar telah
dikenal pada masa Jawa Kuno sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual-beli
atau tukar-menukar barang yang telah teratur dan terorganisir. Dalam
perkembangannya hingga kini, secara umum dikenal dua jenis pasar, yaitu pasar
tradisonal dan pasar modern, yang masing-masing memiliki ciri tersendiri, bahkan
cenderung sangat jelas berbeda. Kondisi fisik bangunan pasar tradisonal pada
umumnya sederhana, terkadang tidak permanen, dan lingkungannya kurang
nyaman (becek, kotor, bau, sumpek, dan tidak aman). Berbeda dengan pasar
modern yang berupa bangunan megah dan permanen dengan berbagai sarana serta
fasilitas penunjang yang memadai untuk memberi kenyamanan, keleluasaan, serta
keamanan bagi pembeli. Pasar modern atau yang dikenal masyarakat dengan
hypermarket dapat berupa mal, plaza, pasar swalayan, atau pusat perdagangan.

Sehingga prinsipnya pasar merupakan dimana para penjual dan pembeli


bertemu. Apabila penjual dan pembeli sudah bertemu serta barang-barang
kebutuhan telah terdistribusikan, maka peran pasar akan tampak bukan hanya
sebagai suatu kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial budaya.

Pasar dapat dilambangkan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan suatu


kelompok masyarakat beserta kebudayaan tertentu dengan kelompok-kelompok
masyarakat lain yang memiliki kebudayaan berbeda. Dengan adanya interaksi

2|Page
tersebut, maka kemungkinan besar kontak budaya akan membawa perubahan-
perubahan kebudayaan beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Pasar tradisional sebagai tempat bertemunya masyarakat, juga memberikan


peran sebagai pusat-pusat komunikasi, hiburan, dan interaksi sosial. Jika
dibandingkan dengan pasar modern, pasar tradisional memberikan peranan yang
lebih besar dalam mendukung berbagai aktivitas sosial masyarakat karena
komunikasi dan interaksi sosial dilakukan lebih intensif. Komunikasi dan interaksi
sosial yang intensif inilah yang akan merangsang tumbuhnya inovasi bagi dinamika
kebudayaan serta kehidupan masyarakat.

Pasar terapung merupakan pasar tradisional yang seluruh aktifitasnya


dilakukan diatas air dengan menggunakan perahu. Suasana pasar terapung yang
unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling
mencari pembeli dan penjual yang berputar kesana kemari dan selalu oleng
dimainkan gelombang sungai. Kebanyakan para pedagang adalah wanita. Ada pula
hal yang dapat dikatakan sudah jarang ditemukan saat ini berupa barter antar
pedagang yang dapat ditemukan pada pasar apung.

Tidak ditemukannya organisasi para pedagang pada pasar apung ini


menimbulkan tercatatnya berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian
pedagang berdasarkan barang dagangannya. Pasar ini memiliki keunikan lain
karena selain transaksi dilakukan di atas perahu, pedagang dan pembelinya juga
tidak terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai.
Keunikan ini membuat pasar terapung ini disebut sebagai Pasar Balarut.

Pasar terapung terdapat di Indonesia yaitu tepatnya berada di sungai barito kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan pasar terapung sudah lama menjadi
suatu rutinitas penduduk pesisir sungai barito pada subuh sampai siang hari. Perahu
penjual berseliweran mencari pembeli karena tidak adanya tempat yang tetap untuk
melakukan kegiatan pasar ini dan juga untuk melakukan kegiatan jual beli ini harus
memiliki perahu dikarenakan tidak adanya jalur darat yang dapat mengakses pasar
terapung ini. Karena hal tersebut, tiap tahun selalu terjadi penyerosotan minat
penjual untuk berdagang di pasar terapung yang cenderung sangat tidak

3|Page
menguntungkan dibandingkan dengan berdagang di pasar tradisional biasa (di
darat) yang lebih mudah dalam menemukan pembeli.

Dewasa ini, pemerintah tengah berupaya serius untuk melakukan perbaikan dan
peningkatan program-program di sektor kepariwisataan. Sektor ini dianggap
menjadi menjadi salah satu andalan sumber bagi devisa negara. Berkaitan dengan
keberadaan pasar tradisional, dapat dikatakan bahwa pasar-pasar tradisional yang
berbasis budaya menjadi sangat potensial sebagai aset wisata, seperti halnya Pasar
Tradisional Terapung Muara Kuin yang berada di bantaran sungai Banjarmasin
Propinsi Kalimantan Selatan.

1.1.2 Latar Belakang Permasalahan

Banjarmasin merupakan salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional.


Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu sungai ini memiliki sebuah
Bandar Pelabuhan besar dan sudah puluhan tahun menjadi pintu keluar masuk bagi
kegiatan perekonomian Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Hal ini
menimbulkan tingginya potensi yang bisa dikembangkan dari sisi
perekonomiannya, terutama pada pasar apung muara kuin ini.

Pasar Terapung Muara Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar
terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang berfungsi sebagai pusat perekonomian
masyarakat di sekitarnya.

4|Page
Gambar 1 Pasar Apung Muara Kuin
Sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com (online)

1.1.2.1 Permasalahan Pasar Apung Muara Kuin

1. Permasalahan terkait Pertumbuhan Jalan Darat

Persoalan pertama menyangkut pertumbuhan jalan darat di sekitar lokasi


pasar itu sudah begitu pesat, sehingga warga yang tadinya berbelanja hanya
melalui sungai kini bisa melalui darat. Hasil bumi atau hasil pertanian yang
tadinya hanya bisa dipasarkan melalui angkutan sungai, sekarang sudah
banyak jalan darat, sehingga pemasarannya banyak alternatif.

Namun seiring waktu berlalu, keberadaan para pengayuh perahu atau


orang Banjar mengenalnya dengan jukung ini kian menyusut karena
tergerus zaman. Kemajuan infrastruktur darat berupa akses jalan,
mengancam aset daerah ini. Pelaku pasar terapung lebih memilih berdagang
didarat, karena dinilai lebih menjanjikan ketimbang berjualan diatas air.
Sementara regenerasi sekarang tampak enggan meneruskan bisnis nenek
moyangnya yang sudah dilakoni sejak ratusan tahun lalu itu. Banyak pihak
menilai, kondisi ini akibat kurangnya pembinaan terhadap mereka.

Selain itu arus lalu-lintas angkutan sungai di kawasan Pasar Terapung


begitu pesat sehingga menganggu aktivitas para pelaku ekonomi di pasar

5|Page
tersebut. Tetapi yang paling mengganggu adalah angkutan kapal
penyeberangan persis membelah kawasan Pasar terapung. Jika kapal
tersebut melewati kawasan itu para pedagang khususnya ibu-ibu pengayuh
sampan menjadi takut oleng sampannya, sehingga enggan melakukan
aktivitas jual beli di kawasan itu. Sehingga mengakibatkan pasar terapung
menjadi dua kelompok yang tidak lagi bersatu seperti dulu, yang membuat
kawasan itu mulai kurang menarik bagi pedagang maupun pengunjung dan
wisatawan.

2. Permasalahan terkait Dermaga atau Lanting

Pro dan kontra ditubuh Pemerintah Kota Banjarmasin dalam menyikapi


masalah pedagang Pasar Terapung Siring Tendean semakin bertambah
jelas. Padahal pemerintah daerah bertekad memajukan wisata susur sungai
di Banjarmasin ini, namun kenyataannya kurang didukung sebagian aparat,
sehingga kebijakan tersebut cukup membingungkan.

Satuan Polisi Pamong Praja Banjarmasin berkeras akan menertibkan


pedagang Pasar Terapung yang berjualan di lanting. Termasuk pedagang
penjual makanan berkuah seperti soto banjar yang beberapa hari ini telah
diberikan dispensasi dari walikota. Ketidaksinkronan antara pemerintah
daerah dengan bawahannya inilah yang menjadikan para pedagang pasar
apung melayangkan protes.

Dengan adanya mogok yang dilakukan oleh pedagang yang berjualan di


lanting, sehingga sejumlah wisatawan tidak menemuinya. Dan hal inilah
yang membuat kecewa para pengunjung sehingga berkurangnya
pengunjung yang datang yang kemudian merugikan pedagang dan
pemerintah.

Ketersediaan dermaga atau lanting bagi pengunjung untuk berinteraksi


dengan pedagang, serta tangga untuk turun ke dermaga masih sangat
sedikit. Pengunjung yang akan berjalan mencari ataupun turun menuju
pedagang harus mengantri dengan waktu yang lebih lama. Tempatnya juga

6|Page
sangat kecil dan terbatas sehingga jika terjadi lonjakan pengunjung akan
sangat menyulitkan dan berdesak-desakan. Hal inilah yang akan
menurunkan minat pengunjung untuk datang ke pasar terapung ini.

3. Permasalahan terkait lingkungan Pasar Apung yang sehat dan nyaman

Permasalahan lingkungan dapat menjadi permasalahan yang serius di


era globalisasi. Dalam dunia Arsitektur muncul fenomena sick building
syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan karena
kualitas udara dalam sebuah bangunan.

Permasalahan bangunan yang kurang sehat dapat ditimbulkan dari


desain atau perancangan arsitektur yang tidak memperhatikan hal-hal
terkait pemilihan material dan tata letak bangunan, akibatnya adanya
pencahayaan alami yang kurang di dalam bangunan dan ventilasi yang
buruk disebabkan oleh beberapa hal yaitu polusi dari perabot dan panel
kayu, asap rokok maupun kendaraan, dsb.

Permasalahan terkait pasar apung yang sehat dan nyaman juga dapat
terjadi tidak hanya dikarenakan oleh perancangan arsitektur saja tetapi
sistem pelayanan yang ada dalam sebuah pasar apung dapat menyebabkan
berkurangnya minat pedagang maupun pengunjung. Contohnya sampah
yang bertebaran di dermaga atau sampah yang hanyut di sungai yang
menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung. Hal ini dapat diselesaikan
dengan perancangan dan desain arsitektur yang tepat dan benar serta
penambahan fasilitas seperti taman hijau, ruang santai untuk menikmati
aktivitas penjual dan pembeli melakukan transaksi. Fasilitas ini merupakan
solusi agar pasar dapat menjadi area wisata bagi pengunjung selain
melakukan kegiatan jual beli.

4. Permasalahan terkait Pudarnya Makna Kebudayaan Sungai

Rumah-rumah di sepanjang tepian sungai merupakan ciri khas


kehidupan di Kota Banjarmasin. Sebelum ada jalan jalan darat yang

7|Page
memadai, sungai merupakan sumber pemenuhan hajat hidup, urat nadi
transportasi, dan komunikasi antar kelompok-kelompok permukiman.
Sehingga seluruh permukiman terkonsentrasi di sepanjang sisi sungai.

Hingga saat ini, walaupun jalan darat sudah berkembang, namun


kecenderungan tumbuhnya permukiman di tepian sungai justru bertambah.
Gejala ini bukan disebabkan peningkatan fungsi sungai sebagai jalur
transportasi, tetapi karena keterbatasan lahan perkotaan untuk menampung
pertumbuhan penduduk dan bangunan. Kondisi ini ditunjukkan dengan
semakin berkurangnya peran sungai sebagai sarana transportasi.

Gejala selanjutnya dari pertumbuhan permukiman di tepian sungai


adalah kecenderungan mengabaikan (tidak memandang keberadaan)
sungai. Sebagian besar bangunan berdiri sepenuhnya di atas sungai, namun
akses dan orientasi pada sungai sebagai bentuk ketergantungan kepada
sungai justru semakin berkurang. Sungai hanya dipandang sebagai lahan
kosong yang dapat dibangun, sungai sebagai tempat pembuangan, dan
sungai hanya dipandang sebagai daerah strategis yang berada di dekat jalan.
Sepantasnya perkembangan permukiman di tepian sungai sesuai dengan
makna dan sungai bagi masyarakat yang bermukim di lingkungan sekitar
sungai, sehingga permukiman dapat tumbuh berkembang secara baik dan
sungai tetap terpelihara sebagai salah satu sumber kehidupan. Dan yang
terpenting sungai tetap memiliki kekuatan dan fungsi sebagai penunjang
kehidupan.
Dengan banyaknya permasalahan yang berada di pasar apung ini, mulai
dari pesatnya perkembangan jalan darat, kurangnya fasilitas dermaga
(lanting), keadaan pasar yang sehat dan nyaman, serta mulai memudarnya
unsur lokalitas dalam sungai sehingga digunakan pendekatan yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di pasar ini. Pendekatan yang
cocok diterapkan adalah dengan Pendekatan Arsitektur Vernakular
Kontemporer.
Pendekatan vernakular kontemporer yang akan digunakan dalam desain
pasar apung ini, dengan tujuan menggali eksotisme lokalitas budaya yang
dipadu dengan selera kontemporer masa kini, sehingga desain dapat

8|Page
menjadi destinasi wisata pasar apung khas Kota Banjarmasin. Penggunaan
material lokal pada bangunan seperti berbagai jenis kayu keras, dipadukan
dengan elemen konstruksi kontemporer seperti beton dan baja juga
membuat aksen tersendiri dalam desain bangunan.

Selain lokalitas, pendekatan Vernakular Kontemporer memiliki nilai


responsif dan adaptif terhadap lingkungan eksisting, sehingga desain
bangunan sejauh mungkin meminimalisir kerusakan pada lingkungan
eksisting dan memaksimalkan penggalian potensi tapak eksisting dalam
desain yang ada. Hal ini sesuai dengan tapak terpilih yang berlokasi di
sungai yang menjadi urat nadi kehidupan di Banjarmasin ini.

Gambar 1.1 Konsep Vernakular Kontemporer oleh


William S. Lim (2002)

1.2 Rumusan Permasalahan

Bagaimana wujud rancangan bangunan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin,


Kalimantan Selatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar apung sesuai standar tata
ruang baik dari segi pengolahan tata ruang dalam dan pengolahan tata ruang luar bagi
para pembeli maupun pengunjung sehingga dapat menciptakan Pasar Apung yang
nyaman, aman, sehat dan ramah lingkungan di Banjarmasin serta meningkatkan nilai
kebudayaan sungai yang semakin pudar dengan pendekatan Arsitektur Vernakular
Kontemporer ?

9|Page
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan

Tersusunnya konsep Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan


Selatan yang memenuhi standar sistem Pasar Apung Tradisional baik dari
segi daya tampung sehingga memberi kenyamanan dan keamanan bagi
pembeli maupun pengunjung.
Tersusunnya konsep Pasar Apung yang dapat memfasilitasi para pedagang
maupun pengunjung baik dari sarana dan prasarana yang lebih baik.
Tersusun konsep Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan yang memenuhi standar sistem tata letak, kebersihan dan
kenyamanan bagi pedagang maupun pengunjung.
Tersusunnya konsep rancangan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan yang dapat mewarisi makna kebudayaan sungai
sebagai citra Kota Banjarmasin.

1.3.2 Sasaran
Menganalisis dan menentukan jumlah kapasitas Pasar Apung sesuai dengan
standar kebutuhan Pasar Apung Muara Kuin.
Mengetahui definisi dan spesifikasi mengenai kebutuhan Pasar Apung yang
sesuai standar.
Studi tentang teori dan standar-standar tata ruang dan luar dalam terkait tata
letak dan kejelasan serta kenyamanan dermaga atau lanting.
Menentukan data fisik dan non-fisik daerah Banjarmasin sebuah site Pasar
Apung Kalimantan Selatan.
Wujud rancangan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan yang nyaman, aman, sehat, modern serta tetap menjaga makna
kebudayan masyarakat Banjarmasin.
Wujud rancangan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, kalimantan
Selatan dengan konteks budaya daerah Kalimantan Selatan yang
memberikan kenyamanan bagi penumpang dari segi estetika atau visual
bangunan dengan pengolahan tata ruang dalam dan luar sebagai citra kota.

10 | P a g e
1.4 Lingkup Studi
1.4.1 Materi Studi
A. Lingkup Spasial
Lingkup pembahasan pada penulisan berupa konsep perancangan
berupa Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
dengan pengolahan tata ruang dalam seperti kapasitas daya tampung, tata
letak dan pengelolaan dermaga.

B. Lingkup Substansial
Lingkup pembahasan pada penulisan hanya dibatasi pada disiplin ilmu
arsitektur saja khususnya terkait pada pengelolaan tata ruang dalam dan luar
Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin. Sedangkan ilmu lain terkait
budaya dan periwisata digunakam sebagai referensi pendukung.

1.4.2 Pendekatan Studi

Pendekatan studi menggunakan pendekatan Arsitektur Vernakular


Kntemporer sebagai upaya dalam menjawab permaslahan Pasar Apung yang
nyaman, aman, sehat, modern, serta tetap menjaga makna kebudayaan masyarakat,
juga berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan.

1.5 Metode Studi


1.5.1 Pola Prosedural
Metode yang digunakan adalah mengumpulkan data yaitu berupa data tata
ruang dalam dan luar Pasar Apung Muara Kuin terkait daya tampung, tata letak
dan jalur sirkulasi pengunjung yang melewati area tertentu pada Pasar Apung
Muara Kuin dan dianalisis berdasarkan standar dan literatur untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan yang ada. Tahap selanjutnya mencari solusi atas
masalah yang dihadapi.

11 | P a g e
1.5.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun beberapa metode pengumpulan data dalam pengamatan,
pengumpulan, dan analisi data :
1. Data Primer
Metode Primer adalah metode memperoleh data secara langsung yang sesuai
dengan kondisi pada saat itu. Metode ini dilakukan dengan cara :
Survey, merupakan data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan
tempat dan waktu yang telah ditentukan.
Wawancara (interview), yaitu adanya komunikasi (tanya jawab) secara
langsung dengan pekerja lapangan maupun dengan orang yang
bertanggung jawab dalam bagian tersebut.

2. Data Sekunder
Metode sekunder ini dilakukan untuk memperoleh teori dan informasi
pendukung yang diperlukan dalam penyusunan laporan skripsi dengan cara
studi pustaka, yaitu dengan mempelajari literatur yang berkaitan dengan
masalah dan subyek yang akan dibahas. Literatur diperoleh melalui media, baik
media cetak, maupun media eletronik.

1.5.3 Analisis Data


Berdasarkan hasil survey lapangan, wawancara yang sudah dilakukan
sebelumnya serta diperkuat oleh teori dari beberapa literatur, ada beberapa hal yang
dapat dianalisis penulis berdasarkan rumusan masalah yakni penataan pasar apung
baik dalam ruang dalam-luar ruangan, jalur sirkulasi pengunjung, dan kenyamanan
dalam berjualan pedagang Pasar Apung Muara Kuin apakah sudah baik atau belum
dalam teori dan standar pengolahan rancangannya.

12 | P a g e
1.5.4 Penarikan Kesimpulan
Menggunakan metode berpikir induktif dan deduktif, di mana penulis
menguraikan dahulu contoh-contoh konkrit dan fakta-fakta yang ada dan kemudian
merumuskannya menjadi suatu kesimpulan. Pada metode induktif, data dikaji
melalui proses yang berlangsung dari fakta kemudian pengolahannya dibandingkan
dengan standar / kriteria dari teori yang ada. Sehingga kesimpulan yang dibuat
berdasarkan kriteria tertentu, berupa pernyataan Pasar Apung Muara Kuin sudah
sesuai / kurang sesuai / tidak sesuai dengan membandingkannya dengan strandar
yang sesuai sehingga perlu adanya pengadaan, perencanaan dan perancangan Pasar
Apung baru di Yogyakarta.

13 | P a g e
1.5.5 Tata Langkah

BAB I PENDAHULUAN

Kota Banjarmasin yang terkenal dengan julukan pulau seribu sungai sebagai pintu keluar masuk bagi kegiatan
perekonomian.
Sejak dahulu, pasar merupakan pranata penting pintu gerbang dalam kegiatan ekonomi dan kehidupan manusia
yang menghubungkan suatu kelompok-kelompok masyarakat lain dengan kebudayaan yang berbeda.
Potensi meningkatnya pertumbuhan penduduk di bantaran sungai karena keterbatasan ruang perkotaan.
Pemerintah sedang melakukan upaya perbaikan dan peningkatan program-program berbasis budaya yang
potensial menjadi aset wisata sebagai sektor andalan bagi devisa negara seperti pasar apung.
Kota Banjarmasin sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian penghubung suatu
LATAR kelompok-kelompok yang berada di bantaran sungai dengan potensi peningkatan
BELAKANG pertumbuhan penduduk yang akan didukung oleh program-program pemerintah.
PENGADAAN
PROYEK
Pengadaan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin

Pertumbuhan jalan darat yang lebih pesat Pedagang terkadang Sampah yang bertebaran di
ketimbang jalur sungai melakukan mogok dermaga
Pedagang pasar apung lebih memilih Wisatawan dikecewakan Ketidaknyamanan
berdagang didarat karena lebih mudah karena kurangnya pedagang pengunjung terhadap
Gelombang yang disebabkan oleh yang berjualan kotornya lokasi berjualan
angkutan kapal membuat kapal pedagang Ketersediaan dermaga atau Berkurangnya peran
oleng lanting yang sangat kurang sungai sebagai sarana
Memisahkan pasar terapung menjadi dua memadai dan nyaman bagi transportasi
kelompok, sehingga kurang menarik bagi wisatawan maupun Unsur lokalitas yang
pengunjung dan wisatawan pengunjung semakin diabaikan

Bagaimana wujud rancangan bangunan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar apung sesuai standar tata ruang baik dari segi pengolahan tata ruang dalam dan
pengolahan tata ruang luar bagi para pembeli maupun pengunjung sehingga dapat menciptakan Pasar Apung yang
nyaman, aman, sehat dan ramah lingkungan di Banjarmasin serta meningkatkan nilai kebudayaan sungai yang
semakin pudar dengan pendekatan Arsitektur Vernakular Kontemporer ?

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PASAR APUNG MUARA KUIN


Pengelolaan tata ruang dalam dan luar Programatik ruang Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin terkait
berdasarkan teori dan literatur Pasar optimalisasi tata ruang dalam dan luar berdasarkan teori dan
Apung literatur yang ada

BAB III BAB IV


PENDEKATAN ARSITEKTUR SEBAGAI TINJAUAN LOKASI PASAR APUNG DI BANJARMASIN
LANDASAN PERANCANGAN PASAR
APUNG MUARA KUIN
Terkait data-data yang ada pada wilayah Kota Banjarmasin,
Menggunakan pendekatan arsitektur Kalimantan Selatan sebagai lokasi Pasar Apung Banjarmasin
vernakular kontemporer terkait peraturan-peraturan daerah, kondisi tapak,
permasalahan yang dihadapi di lokasi

BAB V BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PASAR APUNG KONSEP

Terkait dengan menganalisis perencanaan dan perancangan pasar Apung yang Tersusunnya konsep
mencakup analisis programatik, analisis tata ruang dalam terkait tata letak dan rancangan terminal Pasar
sirkulasi, tata ruang luar terkait tata letak, daya tampung, jalur sirkulasi pejalan Apung Muara Kuin di
kaki maupun kendaraan, dan konsep fasade bangunan Banjarmasin

14 | P a g e
1.6 Sistematika Pembahasan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan,
rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, lingkup pembahasan, metodologi
penelitian, yakni data-data yang akan diteliti, tata cara penelitian, penarikan kesimpulan,
kerangka berpikir serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PASAR APUNG MUARA KUIN


Bab ini berisi tentang pembahasan dari tinjauan umum berupa definisi, teori-teori
peraturan pemerintah, dan standar-standar terkait Pasar Apung dan Pasar Apung
berdasarkan buku dan internet.

BAB III. PENDEKATAN ARSITEKTUR SEBAGAI LANDASAN


PERANCANGAN PASAR APUNG MUARA KUIN DI BANJARMASIN,
KALIMANTAN SELATAN
Bab ini berisi tentang teori-teori dan standar-standar pendekatan arsitektur sebagai dasar
perancangan pasar apung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

BAB IV. TINJAUAN LOKASI WILAYAH KOTA BANJARMASIN,


KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI LOKASI PASAR APUNG MUARA KUIN
Bab ini berisi tentang data-data yang ada pada wilayah Kota Banjarmasin sebagai lokasi
Pasar Apung Muara Kuin terkait peraturan-peraturan daerah, kondisi tapak,
permasalahan yang dihadapi di lokasi. Selanjutnya data yang sudah dikumpul dan
didapatkan akan di gunakan sebagai dasar perencanaan dan perancangan Pasar Apung
Muara Kuin.

BAB V. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PASAR APUNG


MUARA KUIN DI BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN
Bab ini berisi analisis-analisis perencanaan dan perancangan Pasar Apung yang
mencakup analisis programatik, analisis tata ruang dalam terkait tata letak dan sirkulasi,
tata ruang luar terkait tata letak, daya tampung, jalur sirkulasi pejalan kaki maupun
kendaraan, dan konsep fasade bangunan.

15 | P a g e
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Bab ini memuat tentang kesimpulan yaitu berupa rangkuman dan kesimpulan hasil yang
diperoleh dari penelitian. Hasil tersebut menjadi dasar dan menjadi konsep perencanaan
dan perancanganan Pasar Apung Muara Kuin di Banjarmasin.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

16 | P a g e
BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PASAR APUNG MUARA KUIN

2.1. Tinjauan Umum


2.1.1. Pengertian Pasar
Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu
baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. (Peraturan Presiden Republik
Indonesia no. 112 th. 2007).
Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua
pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas)
barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli
dan penjual mendapat manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli
mendapat barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya
sedangkan penjual mendapat imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk
membiayai aktivitasnya sebagai pelaku eonomi produksi atau pedagang. (Menteri
Perdagangan Republik Indonesia) .
Pasar adalah area tempat jual beli barang dan atau tempat bertemunya penjual
dan pembeli dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pasar
tradisional maupun pasar modern dan atau pusat perbelanjaan, pertokoan, pusat
perdagangan maupun sebutan lainnya. (Perda Banjarmasin No 20 th. 2012)
Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi
antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah
yang diperdagangkan. (Belshaw, Cyril S., Tukar Menukar di Pasar Tradisional dan
Pasar Modern: 28).
Jadi, berdasarkan pernyataan diatas pasar merupakan tempat jual beli barang /
jasa dengan penjual lebih dari satu orang yang didalamnya terjadi proses interaksi
antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) sehingga menetapkan harga dan
jumlah yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

17 | P a g e
2.1.2. Fungsi Pasar
Pasar berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk pelayanan bagi masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai segi atau bidang, diantaranya :
A. Segi ekonomi
Merupakan tempat transaksi atara produsen dan konsumen yang merupakan
komoditas untuk mewadahi kebutuhan sebagai demand dan suplai.
B. Segi sosial budaya
Merupakan kontrak sosial secara langsung yang menjadi tradisi suatu
masyarakat yang meruoakan interaksi antara komunitas pada sektor informal
dan formal.
C. Arsitektur
Menunjukan ciri khas daerah yang menampilkan bentuk-bentuk fisik
bangunan dan artefak yang dimiliki.
(M. Darwis, Penataan Kembali Pasar Kotagede. Skripsi S-1.Fak.
Teknik.Jur.Arsitektur, Universitas Gajah Mada. 1984)

2.1.3. Jenis Pasar


Pasar digolongkan sebagai berikut :
a. Pasar Utama, yaitu tempat perbelanjaan dan atau komplek pertokoan yang
berlokasi di pusat kota.
b. Pasar Lingkungan, yaitu tempat perbelanjaan yang terdiri toko, kios, bak, dan
los pasar dan terorganisasi dengan baik dan berlokasi di lingkungan
permukiman.
c. Pasar Swasta, yaitu tempat perbelanjaan yang terdiri toko, kios, bak dan los
pasar yang dikelola oleh pihak Swasta.
d. Pasar Rakyat yaitu tempat perbelanjaan yang terdiri toko, kios, bak dan los
pasar yang dikelola oleh pihak Masyarakat Pedagang/LKDM/K.
e. Pasar Perairan, yaitu pasar yang terjadi transaksi jual beli yang berlokasi di
atas air.
(Perda Kota Banjarmasin No 6 th 2008)
Dari jenis pasar ini, Pasar Muara Kuin termasuk pasar perairan karena lokasinya
berada diatas air. Lokasi pasar Muara Kuin berada di bantaran sungai Barito.

18 | P a g e
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1. Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang di bangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah , Swasta, badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa Toko,
Kios, Los dan Tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. (Peraturan
Menteri Perdagangan No 70/M-DAG/PER/12/2013)
Pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los, dan tenda yang dimilki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat, atau koperasi dengan usaha skal kecil, menegah, dengan usaha skala
kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar 7. ( Peraturan Presiden no. 12 th. 2007)
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah,
termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa, Toko, Kios Los
dan Tenda yang dimiliki atau dikelola oleh Pedagang Kecil, Menengah, Swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan dengan tawar menawar. (Perda Banjarmasin No 20 th
2012)
Menurut Geertz (1992), ekonomi pasar adalah tradisional dalam arti bahwa
fungsinya diatur oleh adat kebiasaan dagang yang dianggap keramat karena terus
menerus dipergunakan selama berabadabad, tetapi tidak dalam pengertian bahwa
ekonomi pasar ini menggambarkan suatu sistem dimana tingkah laku ekonomis
tidak dibedakan secukupnya dari macammacam tingkah laku sosial lain. Dari sudut
pandang yang berbeda, Geertz berpendapat bahwa pasar tradisional menunjukkan
suatu tempat yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat indigenous market
trade, sebagaimana telah dipraktikkan sejak lama (mentradisi). Pasar tradisional
lebih bercirikan bazar type economic skala kecil. Karenannya, pasar tradisional
secara langsung melibatkan lebih banyak pedagang yang saling berkompetisi satu
sama lain di tempat tersebut. Selain itu, pasar ini menarik pengunjung yang lebih

19 | P a g e
beragam dari berbagai wilayah. Tidak kalah pentingnya, pasar tradisional terbukti
memberikan kesempatan bagi sektor informal untuk terlibat di dalamnya. (Geertz,
1963)
Dari beberapa pengertian diatas, pasar tradisional merupakan tempat pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang berupa tempat
bertemunya penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual beli secara langsung
dalam bentuk eceran dengan proses tawar nawar dan bangunannya biasanya terdiri
dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka.

2.2.2. Ciri-Ciri Pasar Tradisional


Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut :
1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal
ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang
lebih dekat.
3. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.
Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual
menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan
dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan,
sayur, buah, bumbu, dan daging.
4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
Barang dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil
dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut
namun tidak sampai mengimport hingga keluar pulau atau negara.
5. Pasar tradisional juga biasanya ada dalam waktu yang sementara dengan tingkat
pelayanan terbatas.

Dari berbagai ciri-ciri diatas, Pasar Terapung Muara Kuin memenuhi ciri-ciri
oleh menteri perdagangan Indonesia. Lahan dan bangunan Pasar Terapung Muara
Kuin dimiliki, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah daerah Kota Banjarmasin,
hanya saja pengelolaannya yang masih belum sepenuhnya dilakukan.

20 | P a g e
Pada Pasar Terapung Muara Kuin juga terdapat sistem tawar menawar antara
penjual dan pembeli. Proses tawar menawar ini yang membuat antar pedagang dan
pembeli memiliki ikatan sosial. Selain itu, proses tawar menawar antara penjual
dan pembeli cukup mempengaruhi ramainya jumlah perahu yang datang di pasar
ini.
Di dalam Pasar Terapung Muara Kuin, pedagang yang berjualan berbagai
macam kebutuhan sehari-hari masyarakat. Semua itu dilakukan pada satu lokasi
yang sama dan masih bercampur bersama tanpa adanya pengelompokan jenis
dagangan.
Barang dagangan yang dijual di Pasar Terapung Muara Kuin sebagian besar
merupakan hasil kebun yang didapatkan langsung dari berbagai kampung yang
berada di sepanjang sungai Barito serta daerah di sekitar anak-anak sungainya.
Di Pasar Terapung ini kegiatan pasar dimulai setelah subuh hingga pukul 9 pagi.
Disini tidak adanya pengelolaan pasar yang jelas sehingga kurangnya fasilitas
pelayanan sangat dikeluhkan oleh berbagai pihak baik dari pedagang maupun
pembeli.

2.2.3. Jenis Pasar Tradisional


Berdasarkan fasilitas yang dimiliki Pasar Tradisional diklasifikasikan menjadi:
1. pasar tipe A;
2. pasar tipe B;
3. pasar tipe C;
4. pasar tipe D; dan
5. pasar tipe E.
Berdasarkan pengelolaanya, Pasar Tradisional diklasifikasikan menjadi:
1. pasar provinsi;
2. pasar kabupaten/kota; dan
3. pasar desa.
Usaha-usaha Pasar Tradisional dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk,
yaitu:
1. pasar lingkungan;
2. pasar desa;
3. pasar tradisional kota;

21 | P a g e
4. pasar khusus; dan
5. pasar tradisional lainnya.
(Perda Kalimantan Selatan no 12 th 2013)

2.2.4. Klasifikasi Pasar Tradisional


Penataan pasar tradisional dengan klasifikasi sebagai berikut (Perda Banjarmasin
No 20 th 2012):
1) Lokasi untuk Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Banjarmasin, Rencana Tata Ruang Kota, termasuk Peraturan Zonasi.
2) Pendirian Pasar Tradisional wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
A. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta Usaha
Kecil, termasuk koperasi, yang ada di wilayah yang bersangkutan;
B. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu)
buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus meter per segi)
luas lantai penjualan Pasar Tradisional; dan
C. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pasar Tradisional yang bersih,
sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
3) Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
dilakukan berdasarkan kerjasama antara pengelola Pasar Tradisional
dengan pihak lain.

Penataan pasar tradisional dengan klasifikasi sebagai berikut (Perda Kalimantan


Selatan No 12 th 2013):

I. Lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota,
termasuk peraturan zonasinya.
II. Pendirian Pasar Tradisional harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
A. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan
Pasar Tradisional lainnya, Pasar Modern serta usaha kecil termasuk
koperasi yang ada di wilayah yang bersangkutan;

22 | P a g e
B. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pasar Tradisional yang bersih,
sehat (higienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman;
C. Menyediakan areal parkir; dan
D. Melakukan pembagian blok tempat usaha sesuai penggolongan jenis
barang dagangan, dengan kelengkapan dan kecukupan sistem pendanaan,
penerangan, dan sirkulasi udara baik buatan maupun alami.
III. Ketentuan luas areal parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
IV. Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
dilakukan berdasarkan kerjasama antara pengelola Pasar Tradisional dengan
pihak lain.

23 | P a g e
2.2.5. Komponen Pasar Tradisional
2.2.5.1. Pelaku Kegiatan
a. Pedagang
Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan
perniagaan/perdagangan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh
laba. (Perda Banjarmasin No 6 th 2008)
Tabel 1 Jenis-Jenis Pedagang Pasar
No Kriteria Jenis Pedagang
1 Menurut jumlah pelaku Pedagang individu
Pedagang gabungan
2 Menurut jenis kegiatan Pedagang formal
Pedagang informal
3 Menurut modal Pedagang modal kecil
Pedagang modal sedang
Pedagang modal cukup
Pedagang modal besar
4 Menurut status Pedagang tetap
Pedagang temporer
5 Menurut tempat asal Pedagang desa
Pedagang kota
6 Menurut cara penyaluran Pedagang eceran
Pedagang grosir
Pedagang pengumpul
7 Menurut jangkauan pelayanan Pedagang regional
Pedagang kota
Pedagang wilayah
8 Menurut cara pelayanan Pedagang langsung
Pedagang tidak langsung
9 Menurut materi dagangan Pedagang barang riil
Pedagang barang jasa
Sumber: Ananta Heri, S.E. M.M. dkk, Menahan Serbuan Pasar Modern:
94-96

24 | P a g e
b. Pembeli / Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. (menurut
ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 8 th 1999 tentang Perlindungan
Konsumen)

c. Penunjang
Penunjang pasar adalah:
Pemerintah sebagai pemberi izin berdirinya dan beroperasinya pasar.
Swasta pedagang penyewa tempat, pekaksana pembangunan pasar.
Pengelola melaksanakan pembangunan, pengelola pemasaran tempat,
pengelola kebersihan, pengelola distribusi barang dan stabilitas harga.
Bank memperlancar kegiatan ekonomi

2.2.6. Kegiatan Pasar


2.2.6.1. Kegiatan Umum Dalam Pasar Tradisional
Kegiatan perdagangan yang terdapat di pasar meliputi:
1. Kegiatan penyaluran materi perdagangan
a. Sirkulasi, transportasi, dan dropping barang.
b. Distribusi barang dagangan ke setiap unit penjualan dalam pasar
2. Kegiatan pelayanan jual-beli meliputi:
a. Kegiatan jual-beli antara pedagang dengan konsumen.
b. Kegiatan penyimpanan barang dagangan
c. Kegiatan pergerakan dan perpindahan pengunjung
- Dari luar lingkungan ke dalam bangunan pasar
- Dari unit penjualan ke unit penjualan (dari jalur lintasan jual-beli)
3. Kegiatan transportasi pencapaian dari dan ke lokasi bangunan pasar
4. Kegiatan pelayanan atau servis atau penunjang:
a. Pelayanan bank
b. Pelayanan pembersihan
c. Pelayanan pemeliharaan

25 | P a g e
(Kana,Aswin. Penataan Ulang Pasar Tradisional Kranggan di Yogyakarta.
Program Studi Arsitektur.Universitas Atmajaya. 2007)

2.2.6.2. Kegiatan Utama Dalam Pasar Tradisional


a. Jenis Kegiatan Pasar
Unsur-unsur kegiatan yang menujang pelayanan jual beli adalah:
1. Distribusi barang
2. Penyimpanan barang dagangan
3. Penyajian barang dagangan
4. Kegiatan jual beli
b. Sifat Kegiatan Pasar
1. Bersifat dinamis dan luwes ( kegiatan tawar menawar tanpa ikatan harga
yang baku)
2. Terbuka (konsumen dapat langsung melihat dan memilih barang
dagangannya, penjual menawarkan dagangannya kepada semua yang
lewat.
3. Akrab ( antara penjual dan pembeli terlihat dalam transaksi jual beli).
(Kana,Aswin. Penataan Ulang Pasar Tradisional Kranggan di Yogyakarta.
Program Studi Arsitektur Universitas Atmajaya. 2007)

2.2.7. Fasilitas Pasar Tradisional


1. Fasilitas Fisik Pasar tradisional
a. Elemen Utama
Salah satu elemen utama yang terdapat pada pasar yaitu ruang terbuka.
Area ini biasanya digunakan sebagai tempat los-los pedagang non
permanen atau area parkir liar yang mulai marak muncul pada saat ini.
Elemen utama yang lainnya yaitu ruang tertutup. Ruang tertutup yang
dimaksud adalah ruangan yang tertutup atap namun tidak tertutup
sepenuhnya oleh dinding atau penyekat ruangan lainnya. Contohnya seperti
toko, kios, los, dasaran, kamar mandi, dan gudang.
Elemen utama pada pasar apung adalah dermaga (lanting).

26 | P a g e
b. Elemen Penunjang
Contoh elemen-elemen penunjang pada pasar tradisional yaitu area
bongkar muat barang dagangan, dan pos penjaga.
c. Elemen Pendukung
Beberapa elemen pendukung yang ada di pasar adalah pusat pelayanan
kesehatan, penitipan anak, pelayanan jasa, kantor pengelola pasar, koperasi
pasar, tempat ibadah seperti mushola atau masjid.
d. Pencapaian
e. Jaringan Angkutan Manusia dan Barang
f. Jaringan Utilitas
Jaringan utilitas yang dimaksud adalah saluran llistrik, air bersih,
hydrant, komunikasi, dan sampah. Selain itu terdapat saluran-ssaluran air
kotor dan limbah yang memenuhi kabutuhan pasar.
g. Area Parkir
h. Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial seringkali terlupakan pada pasar tradisional saat ini.
Salah satu contoh sederhana fasilitas sosial yang dapat diaplikasikan pada
pasar tradisional yaitu teras yang dapat digunakan sebagai interaksi sosial.
Selain itu, pemberian vegetasi yang dapat dijadikan tempat berteduh dan
menjalin interaksi sosial.
2. Fasilitas Non Fisik Pasar
Selain fasilitas fisik yang terdapat pada pasar tradisional, ada pula
fasilitas non-fisik yang terdapat pada pasar tradisional seperti pengelolaan
pasar, pelayanan dan pengawasan kesehatan dan kelengkapan komoditi
yang tersedia dalam pasar.
(Departemen Perdagangan, Pengaturan, Pengelolaan, dan Pengembangan Citra
Pasar Tradisional Di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan. 2007 : 35-38)

27 | P a g e
2.2.8. Persyaratan, Kebutuhan/Tuntutan, Standart Perencanaan dan Perancangan
Pasar Tradisional
2.2.8.1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar
1. Lokasi
Lokasi sesuai dengan Rencana Umum tata Ruang setempat (RUTR)
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti : bantaran
sungai, aliran lahar, rawan longsir, banjir, dsb.
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah
atau bekas lokaso pertambangan
Mempungyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan
lingkungannya.

2. Bangunan
a. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku

b. Penataan ruang dagang


1) Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat
dan klasifikasinya.
seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan
unggas
2) Pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
3) Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di
tempat khusus
4) Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya
minimal 1,5 meter
5) Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama
pemilik dan mudah dilihat
6) Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan
bangunan pasar utama
7) Minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian
minimal 1,5 m

28 | P a g e
8) Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3)
dan bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak
berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan

c. Ruang Kantor Pengelola


1) Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
2) Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
3) Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari
lantai sesuai ketentuan yang berlaku
4) Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan
5) Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air
yang mengalir

d. Tempat penjualan bahan pangan dan makanan


1. Tempat penjualan bahan pangan basah
a. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang
rata dengan kemiringan yg cukup shg tidak menimbulkan
genangan air dan tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi
memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan dengan
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bhn tahan
karat dan bukan dari kayu
b. penyajian karkas daging harus digantung
c. alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak
mengandung bahan beracun, kedap air dan mudah
dibersihkan
d. pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak
berkarat
e. tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan
daging menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu
rendah (4-10 C)
f. tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
g. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dengan sabun dan
air yg mengalir

29 | P a g e
h. saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan
sesuai ketentuan yg berlaku sehingga memudahkan aliran
limbah serta tidak melewati area penjualan
i. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup
dan mudah diangkat
j. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
2. Tempat penjualan bahan pangan kering
a. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata
dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari
lantai
b. meja tempat penjualan terbuat dari bahan yang tahan karat dan
bukan dari kayu
c. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup
dan mudah diangkat
d. tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan
air yang mengalir
e. tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor)
dan tempat perindukannya (tempat berkembang biak) seperti
: lalat, kecoa, tikus, nyamuk
3. Tempat penjualan makanan jadi/siap saji
a. tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata
dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari
lantai dan terbuat bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
b. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg
mengalir
c. tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak
mudah berkarat dan mudah dibersihkan
d. saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus
tertutup dengan kemiringan yg cukup
e. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup
dan mudah diangkat
f. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya,

30 | P a g e
g. seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
h. pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan
basah/matang tidak boleh digunakan untuk makanan
kering/mentah

e. Area Parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti :
mobil, motor, sepeda, andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan
hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir
pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan
basah dalam jumlah yang cukup, minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda
antara jalur masuk dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir

f. Konstruksi
a. Atap
1. atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya binatang penular penyakit
2. kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak
memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langit2
3. ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
4. atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
b. Dinding
1. permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna
terang

31 | P a g e
2. permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus
terbuat dari bahan yg kuat dan kedap air
3. pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua
dindinglainnya harus berbentuk lengkung (conus)
c. Lantai
1. lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak
licin, tidak retak dan mudah dibersihkan
2. lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat
cuci dan sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah
saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga tidak terjadi genangan air

g. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux

h. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan
saling berhadapan (cross ventilation)
i. Pencahayaan
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk
melakukan pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif
dan kegiatan pembersihan makanan
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan
dengan jelas minimal 100 lux

j. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan
makanan yang berbau tajam agar menggunakan pintu yg dapat
membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk

32 | P a g e
menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau
serangga lain masuk

3. Sanitasi
3.1 Air bersih
Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap harinya
secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang.
Tersedia tandon air bersih dilengkapi dengan kran air yang tidak
bocor.
Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10
meter.

3.2 Kamar Mandi


Tersedia kamar mandi laki-laki dan perempuan yang terpisah
dilengkapi dengan simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel . Jumlah Kamar Mandi Sesuai Jumlah Pedagang
No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi
1 1 s.d 25 1
2 26 s.d 50 2
3 51 .d 100 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi
Sumber: KMK No 519 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat (2008)

Tersedia tempat suci tangan dengan jumlah yang cukup yang


dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
Air limbah dibuang ke septick tank , riol atau lubang peresapan yang
tidak mencemari tanah dengan jarak 10 meter dari sumber air bersih.
Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai dengan pencahayaan 100
lux.

33 | P a g e
3.3 Pengelolaan Sampah
Setiap kios/lorong/ los tersedia tempat sampah basah dan kering.
Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal
10 meter dari bangunan pasar.

3.4 Drainase
Selokan /drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi-kisi yang terbuat
dari logam sehingga mudah dibersihkan.
Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase.

4. Keamanan
4.1 Pemadam Kebakaran
Tersedia pemadam kebakaran yang cukup dan berfungsi.
Tersedia hydran air dengan jumlah cukup menurut ketentuan
berlaku.

4.2 Keamanan
Tersedia pos keamanan yang dilengkapi dengan personil dan
peralatannya.

5. Fasilitas Lain
5.1 Tempat Sarana Ibadah
Tersedia tempat ibadah dan tempat wudhu dengan lokasi yang
mudah dijangkau dengan sarana bersih.
Ventilasi dan pencahayaan sesuia dengan persyaratan.

5.2 Tempat Penjualan Unggas Hidup


Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama.
Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut
unggas.
Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian.
Tersedia tempat cuci tangan.

34 | P a g e
Tersedia saluran pembuangan limbah.
Tersedia penampungan sampah yang terpisah dari sampah
pasar.
(Sumber : KMK No. 59 Tentang Pedoman Penyelanggaraan Pasar Sehat th.
2008)

35 | P a g e
2.2.9. Asal Usul Nama Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan pulau yang terbesar di Indonesia, di pulau ini
terdapat banyak sekali kekayaan alam dan kekayaan budaya yang tersimpan didalamnya.
Di Kalimantan masih terdapat hutan yang memiliki potensi alam yang tidak terkira
banyaknya. Di hutan Kalimantan banyak sekali jenis tumbuhan dan satwa yang masih
tersimpan di sana. Hutan yang merata disemua daerah menjadikan Kalimantan
merupakan salah satu hutan yang terluas di daerah Indonesia. Di dalam hutan pula
tersimpan kandungan batu bara yang sangat besar, selain kandungan minyak bumi yang
masih belum tergarap.
Ditilik dari sejarah Pulau Kalimantan, di mana dahulunya pulau ini bernama
Borneo. Ada beberapa versi yang mengulas tetang asal usul Pulau Kalimantan, yaitu :
1. Kata Borneo berasal dari sebuah kata yang sering dipakai oleh para pedagang Portugis
untuk menyebut Pulau besar ini. Dalam buku Kakimpoi Nagarakretagama tahun 1365,
di mana Kerajaan Brunei kuno juga disebut Barune, dan penduduk asli
menyebutnya sebagai pulo Klemantandari, yang selanjutnya dieja menjadi
Kalimantan.
2. Kata Kalimantan juga berarti nama sejenis buah manga, hal ini terdapat pada kisah
dongeng yang ditulis oleh Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island
(1856).
3. Kata Kalimantan berasal dari kata Amra-dwipa atau pulau manga, di mana hal ini
seperti ditulis oleh Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV yang
menyebutkan bahwa bangsa India kuno mempunyai kebiasaan menyebutkan nama
tempat yang ditemukan dengan nama sesuai hasil bumi, di mana di pulau ini terdapat
buah manga yang dalam bahasa Sansekerta dinamakan Amra-dwipa atau pulau
mangga.
4. Kata kalimantan menurut C.Hose dan Mac Dougall berasal dari 6 golongan suku-
suku asli yang menghuni pulau ini yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya,
Klemantan, Munut, dan Punan. Nama suku salah satu dari penduduk ini kemudian
dipakai sebagai nama pulau, yaitu Klemantan yang selanjutnya dikenal sebagai
Kalimantan. Seperti termuat dalam tulisan C. Hose dan Mac Dougall Natural Man, a
Record from Borneo (1926). Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh
bangsa Melayu.

36 | P a g e
Dari penelusuran terhadap data sejarah, seperti yang dikutip dari
http://uniknyakalimantan.blogspot.com mengatakan bahwa "menurut penuturan salah
seorang keturunan Khatib Dayanulama Kerajaan Banjar bernama Syarif Bistamy SE,
keberadaan Pasar Terapung memang tak lepas dengan berdirinya Kerajaan Banjar sekitar
tahun 1595". selanjutnya. "...Saat itu, pengelolaan pelabuhan sungai ini diserahkan ke
Patih Masih dan Patih Kuin. Dua 'penguasa' bersaudara yang dipercaya Syarif dan
sebagian masyarakat Kuin merupakan keturunan dari hasil perkawinan (asimilisasi)
antara suku Melayu yang berdiam di pesisir (tepi sungai) dan suku Dayak terutama dari
sub-etnis Ngaju. Selanjutnya, pelabuhan Kuin ini diberi nama Bandarmasih atau kotanya
orang Melayu".

2.1. Definisi Pasar Apung


Pasar terapung merupakan warisan nenek moyang suku Banjar yang sudah
berkembang sejak tahun 1920-an dan hingga saat ini tradisi tersebut masih berlangsung
bahkan menjadi daya tarik wisata andalan Kalimatan Selatan (Suryatmojo, 2005).
Pasar terapung adalah pasar tradisional kebutuhan sehari-hari yang barang dagang
dan penjual serta pembeli memakai perahu sebagai alat transportasi dan tempat dagang
di sungai (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pasar Terapung Lok Baintan merupakan pasar tradisional yang berada di atas
Sungai Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli
menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar.Pasar ini mulai sekitar pukul
07:00 pagi sampai pukul 09.00 (Anonim, 2009).

2.2. Fungsi Dan Tipologi

2.3. Preseden Pasar Apung

2.4. Aktifitas Pasar Apung


A. Suasana dan Kegiatan Pasar
Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya.
Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala
jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Ketika
matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun

37 | P a g e
mulai beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan
kepuasan.
Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu
besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari
dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki
organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang
dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para pedagang
wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut
dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali
disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi
barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk,
sesuatu yang unik dan langka.

B. Potensi Wisata
Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik, Banjarmasin
bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki potensi wisata sungai.
Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih
banyak ditemui di sepanjang sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting,
yang selalu oleng dimainkan gelombang.
Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai
(waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata
alam, wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan
kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur
tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan
merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat
dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam
promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan
dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan
Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat
kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
2.5. Klasifikasi Pasar Apung
2.6. Fasilitas Pasar Apung
2.7. Definisi Kota Banjarmasin

38 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai