Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS ABPD KOTA SURAKARTA TAHUN 2011

1. Laporan Arus Kas Kota Surakarta Tahun 2011


Dari laporan arus kas dapat kita baca bahwa kenaikan kas pada periode laporan adalah
sebesar Rp. 23.981.066.406,60. Arus kas masuk dari kegiatan operasional adalah Rp.
858.048.973.461,85 dan kas keluar adalah Rp. (746.096.002.188,25) sehingga surplus dari
kegiatan operasi adalah Rp. 111.952.971.273,60. Keadaan ini menunjukkan gambaran yang
positif, karena kegiatan operasional pemerintahan Surakarta ternyata menambah dana bagi
pemerintah bukan sebaliknya mengambil dana (defisit).
Jika dilihat dari arus kas masuk aktivitas investasi non keuangan Rp. 464.993.910,00 dan kas
keluar Rp. (79.762.498.284,00) sehingga terjadi defisit sebesar Rp. 79.297.504.374,00. Ini
dikarenakan besarnya pembiyaan yang di tanggung pemerintah sedangkan kas masuk dari
investasi non keuangan minimum.
Jika dilihat dari arus kas masuk dari aktivitas pembiyaan Rp. 1.119.429.450,00 dan kas
pengeluaran Rp. (9.771.777.066,00) sehingga terjadi defisit sebesar Rp. 8.652.347.616,00.
Artinya pemerintah tidak mendapatkan dana atau modal untuk pembiyaan investasi dan kegiatan
operasionalnya lebih kecil dari penggunaan dana untuk pembayaran utang.
Sedangkan jika di lihat dari aktivitas non anggaran,kas masuk Rp. 44.574.409.873,00 dan
kas keluar Rp. (44.596.462.750,00) sehingga terjadi defisit sebesar Rp. 22.052.877,00. Artinya
dari Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Setoran Sisa UP dan LS Tahun Lalu tidak
dapat meutupi Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Setoran Sisa UP dan LS Tahun
sekarang.
Dari laporan ini dapat kita lihat bahwa pemerintah kota Surakarta mendapatkan surflus
sebesar Rp. 23.981.066.406,60.
2. Analisis Aset
a. Analisis Proporsi Kelompok Aset Terhadap Total Aset
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran aset pemda secara lebih menyeluruh
(global), di sini dapat kita lihat pos-pos aset yang di miliki Perintah Kota Surakarta, antara lain :
- 2011
a. Aset Lancar = Rp. 109.910.277.350,26

1
b. Investasi Jangka Panjang = Rp. 61.483.361.806,64
c. Aset Tetap = Rp. 6.011.458.028.103,04
d. Aset Lainnya = Rp. 416.279.563.635,00
Jumlah Aset = Rp. 6.599.131.230.894,94
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa nilai aset terbesar yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota Surakarta pada tahun 2011 yaitu Aset Tetap dan dari data diatas dapat kita lihat bahwa
Pemerintah Kota Surakarta tidak memiliki dana cadangan.
b. Analisis Modal Kerja
Analisis modal kerja di gunakan untuk menilai kecukupan keuangan pemda dalam memenuhi
kebutuhan pelaksanaan operasi rutin harian tanpa harus mencairkan investasi jangka pendek dan
jangka panjang, menggunakan dana cadangan atau penggunaan pos pembiayaan lainnya dan bagi
kreditor di gunakan untuk menentukan kemampuan pemda dalam menghadapi krisis keuangan.
Semakin tinggi modal kerja, maka likuiditas organisasi semakin baik.
Rumusnya adalah :
MODAL KERJA = ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
2011 = Rp. 109.910.277.350,26 Rp. 28.106.679.088,53
= Rp. 81.803.598.261,73
Di sini dapat kita lihat bahawa pemerintahan Kota Surakarta pada tahun2011 mampu
untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan operasi rutin harian tanpa harus mencairkan investasi
jangka pendek dan jangka panjang, atau penggunaan pos pembiayaan lainnya.
c. ANALISIS RASIO KEUANGAN
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan pemerintah untuk mengenalisis laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat
menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu pemerintahan dari suatu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio
keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca terhadap satu dengan lainnya,
yang memberikan gambaran tentang sejarah pemerintahan serta penilaian terhadap keadaan suatu
pemerintahan tertentu.
Adapun rasio keuangan yang sering digunakan dalam pemerintahan adalah:

2
1. Rasio Liquiditas
Rasio liquiditas menggambarkan kemampuan pemerintah untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Beberapa rasio liquiditas ini adalah sebagai berikut:
a. Rasio Lancar
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar, semakin tinggi kemampuan
permerintahan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rumusnya adalah:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Utang Lancar
2011 = Rp. 109.910.277.350,26
Rp. 28.106.679.088,53
= 3,91 / 391 %
Disini dapat kita lihat bahwa akitva lancar pemerintah Surakarta mampu menutupi utang
lancarnya sehingga Kabupaten Surakarta memiliki organisasi yang sehat.
b. Rasio Kas
Rasio kas membandingkan antara kas yang tersedia dalam pemda ditambah efek yang dapat
segera diuangkan (investasi jangka pendek) dibagi dengan utang lancer. Rasio ini di gunakan
untuk mengetahui kemampuan pemda dalam membayar utang yang harus segera dipenuhi
dengan kas dan efek yang dimiliki pemda .

Kas + Efek
Rasio kas =
Utang Lancar
2011 = Rp. 95.724.739.670,00
Rp. 28.106.679.088,53
= 3,41 / 341 %
Disini dapat kita lihat bahwa kas pemerintah Surakarta mampu menutup hutang lancarnya.
c. Rasio Cepat
Rasio ini membandingkan antara aset lancar setelah dikurangi persediaan dengan utang
lancer dan menunjukkan kecepatan pemda dalam membayar utangnya.

3
Kas - Persediaan
Rasio Cepat =
Aktiva Lancar
2011 = Rp. 95.724.739.670,00 Rp. 7.016.360.916,26
Rp. 109.910.277.350,26
= Rp. 88.708.378.753,74
Rp. 109.910.277.350,26
= 0,81 / 81 %
Disini dapat kita lihat kecepatan pemda dalam membayar hutang setelah dikurangi oleh
persediaan di tahun 2011 yaitu 81 %.
d. Working capital
Rasio ini mengukur likuiditas dari total aset dengan posisi modal kerja neto.
Kas Utang Lancar
Working capital =
Total Aset
2011 = Rp. 95.724.739.670,00 Rp. 28.106.679.088,53
Rp. 6.599.131.230.894,94

= Rp. 67.618.060.581,47
Rp. 6.599.131.230.894,94
= 0,01 / 1 %
Disini dapat kita lihat bahwa resiko utang yang harus di bayar oleh pemda sangat minimum
apabila di bandingkan oleh total aset bahkan hanya 1% resikonya.
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva
Aktiva Lancar
Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva =
Total Aktiva
2011 = 109.910.277.350,26
6.599.131.230.894,94
= 0,012 / 1,2 %

4
Disini dapat kita lihat porsi aktiva lancar terhadap total aktiva tahun 2011 adalah 1,2 %, ini
berarti aktiva lancar dapat menutup total aktiva sebesar 1,2%.
f. Aktiva Lancar dan Total Utang.
Aktiva Lancar
Aktiva Lancar dan Total Utang =
Total Utang Jangka Panjang
2011 = 109.910.277.350,26
19.119.814.905,60
= 5,75 / 575 %
Disini dapat kita lihat bahwa aktiva lncar dapat menutup hutang jangka panjang sebesar 575
% di tahun 2011, ini menunjukkan bahwa pemerintahan Kota Surakarta mempunyai
perekonomian yang sehat.
2. Solvabilitas
Rasio Solvabilitas menggambarkan Kemampuan pemerintahan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila pemerintahan diliquiditas. Rasio ini
dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain:
a. Rasio Utang terhadap Modal (Ekuitas)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui bagian dari ekuitas dana yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan utang dan mengindikasikan seberapa besar pemda terbebani utang.
Total Utang
Rasio Utang terhadap Modal =
Jumlah Modal (Equity) Dana
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
Rp. 6.551.904.736.900,81
= 0,0072 / 0,72 %
Disini dapat kita lihat bahwa ekuitas pemerintah Surakarta mampu untuk membiayai utang,
di tahun 2011 dapat kita lihat mereka dapat meminimalisirkan utang dengan persenan yang
sangat kecil yaitu 0,72 %.
b. Rasio Utang atas Aktiva

5
Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva dan untuk melihat
kemampuan pemda dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, lebih besar rasionya lebih aman (solvable).
Total Utang
Rasio Utang atas Aktiva =
Total Aktiva
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
Rp. 6.599.131.230.894,94
= 0,0071 / 0,71 %
Disini dapat kita lihat bahwa total aktiva pemerintah Surakarta mampu untuk membiayai
utang, di tahun 2011 dapat kita lihat mereka dapat meminimalisirkan utang dengan persenan
yang sangat kecil yaitu 0,71 % untuk tahun 2011 persentase ini hampir menyamai rasio utang
atas modal.
c. Rasio hutang terhadap aset modal
Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari aset modal yang dapat digunakan
untuk menjamin utang
Total Utang
Rasio hutang terhadap aset modal =
Total Aset Modal

Rp. 47.226.493.994,13
2011 =
Rp. 6.011.458.028.103,04
= 0,0078/0,78%
Disini dapat kita lihat bahwa aset modal mampu untuk menjamin utang yang di miliki
pemerintah Kota Surakarta bahkan potensi utang yang di jaminkan dengan aset modal sangat
minimum, ditahun 2011 dapat kita lihat bahwa persentase resiko aset modal dapat menjamin
utang hanya 0,78.
3. Analisis Kewajiban dan Ekuitas Dana Tahun 2011
a. Analisis Kewajiban

6
Adapun analisis-analisis hutang pemda antar lain :
1. Analisis Pertumbuhan Utang
Analisis pertumbuhan utang di gunakan untuk mengetahui perkembangan utang pemda dari
tahun ke tahun dan bagi manajemen pemda, untuk perencanaan dan pengendalian utang.
- 2010
Kewajiban Jangka Pendek = Rp. 23.035.479.749,64
Kewajiban Jangka Panjang = Rp. 13.946.600.229,12
Jumlah = Rp. 36.982.079.978,76
- 2011
Kewajiban Jangka Pendek = Rp. 28.106.679.088,53
Kewajiban Jangka Panjang = Rp. 19.119.814.905,60
Jumlah = Rp. 47.226.493.994,13
Dari data diatas dapat kita lihat perkembangan utang dari tahun 2010 hingga 2011
mengalami peningkatan sebesar Rp. 10.244.414.015,37.
2. Analisis Rasio Utang Per Kapita
Analisis ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai beban utang setiap masyarakat
yang menjadi penduduk pemda setempat.
Total Utang
Analisis Rasio Utang Per Kapita =
Total Jumlah Penduduk
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
501.650
= Rp. 94.142,32

2010 = Rp. 36.982.079.978,76


499.337
= Rp. 74.062,37
Dari rasio di atas di dapatkan bahwa di tahun 2010 penduduk Surakarta hanya dibebani
hutang sebesar Rp. 74.062,37 dan di tahun 2011 Rp. 94.142,32, ini menunjukkan bahwa kota
Sueakarta hanya memberi tanggung beban yang minimum bagi masyarakatnya.
3. Rasio Utang Terhadap Ekuitas Dana

7
Analisis ini digunakan untuk memberikan indikasi berapa bagian dari ekuitas dana yang
diperlukan untuk mendanai utang dan untuk mengetahui struktur pembiayaaan pemda.
Total Utang
Rasio Utang terhadap Ekuitas Dana =
Jumlah Ekuitas Dana
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
Rp. 6.551.904.736.900,81
= 0,0072 / 0,72 %

2010 = Rp. 36.982.079.978,76


Rp. 6.341.452.351.991,30
= 0,0058 / 0,58 %
Disini dapat kita lihat bahwa ekuitas pemerintah Surakarta mampu untuk membiayai utang,
dari tahun 2010 hingga 2011 dapat kita lihat mereka dapat meminimalisirkan utang dengan
persenan yang sangat kecil yaitu 0,72 % untuk tahun 2011 dan 0,58 % untuk tahun 2010.
4. Rasio Utang Terhadap Aset Modal
Analisis ini digunakan untuk menilai kemampuan pemda untuk melunasi utangnya dengan
aset modal yang dimilikinya apabila terjadi kegagalan dalam pembayaran utang dan untuk
mendukung manajemen aset pemda.
Total Utang
Rasio hutang terhadap aset modal =
Total Aset Modal
Rp. 47.226.493.994,13
2011 =
Rp. 6.011.458.028.103,04
= -

Rp. 36.982.079.978,76
2010 =
Rp. 5.860.677.308.784,01

8
= 0,0063 / 0,63 %
Disini dapat kita lihat bahwa aset modal mampu untuk menjamin utang yang di miliki
pemerintah Kota Surakarta bahkan potensi utang yang di jaminkan dengan aset modal sangat
minimum, ditahun 2010 dapat kita lihat bahwa persentase resiko aset modal dapat menjamin
utang hanya 0,63% dan di tahun 2011 persentasenya tidak terhingga, ini menunjukkan ada
peningkatan ditahun 2011.
5. Analisis Rasio Bunga Utang Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan pemda membayar bunga
utang jangka panjang dengan PADnya.
Pendapatan Asli Daerah
Rasio Bunga Utang terhadap PAD =
Bunga Utang Jangka Panjang
2011 = Rp. 181.096.816.152,00
Rp. 1.072.159.772,05
= 168,9
2010 = Rp. 113.946.007.541,85
Rp. 1.256.480.058,210
= 90,7
Dari data di atas dapat kita lihat kemampuan pemda Surakarta dalam membayar bunga utang
jangka panjangnya dan meningkat hingga 78,2.
6. Analisis Rasio Utang Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menanggung beban
utang dan memenuhi kewajibannya berdasarkan kemampuan produktivitas.

Total Utang

9
Rasio Utang terhadap PDRB =
PDRB

LAJU PERTUMBUHAN PDRB KOTA SURAKARTA

Sektor 2011 % 2010 %

Pertanian 2.911 0,05 2.909 0,06

Pertambangan 1.809 0,03 1.832 0,04

Industri pengolahan 1.312.346 24,26% 1.277.210 25,02

Listrik dan air bersih 128.648 2,38 119.195 2,34

Bangunan 717.165 13,25 671.927 13,17

Perdagangan,hotel dan restoran 1.466.846 27,10 1.367.808 26,80

Bank/keu/perum 567.861 10,49 518.981 10,17

Jasa 663.965 12,27 629.616 12,34

Angkutan / Komunikasi 549.761 10,16 514.408 10,08

Total 5.411.912 100 5.103.886 100

2011 = Rp. 47.226.493.994,13


5.411.912
= Rp. 8.726,40
2010 = Rp. 36.982.079.978,76
5.103.886
= Rp. 7.245,87
Dari analisis diatas dapat kita lihat kemampuan Pemerintah Surakarta dalam menanggung
beban hutang dan memenuhi kewajibannya, disini dapat kita lihat ditahu 2010 PDRB hanya
menanggung hutang sebesar Rp. 7.245,87 dan di tahun 2011 Rp. 8.726,40, tanggungan tersebut
hanya meningkat Rp. 1.480,53.
7. Analisis Rasio Utang Terhadap Pendapatan Pajak Daerah
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan kapasitas pemerintah daerah untuk membayar
kembali utangnya dengan pendapatan pajak yang diterima.
10
Total Utang
Rasio Utang terhadap Pajak Daerah =
Pendapatan Pajak Daerah
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
Rp. 118.816.234.506,00
= 0,40 / 40%
2010 = Rp. 36.982.079.978,76
Rp. 61.641.623.410,00
= 0,60 / 60 %
Disini dapat kita lihat bahwa dari hasil penerimaan pajak daerah kota Surakarta mampu
untuk membiayai hutang, ditahun 2010 resiko yang dapat pemerintah Surakarta hanya 60% dan
di 2011 resiko yang didapat hanya 40%, ini dikarenakan pada tahun 2011 PAD yg diterima
pemerintah Surakarta naik hingga kurang lebih 45 %.

b. EKUITAS DANA
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 tahun 2005), ekuitas dana adalah
Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah dan
hasil residual pemerintah atas aset pemerintah setelah dikurangi semua kewajiban. Dalam
organisasi sektor publik, tidak menganut kepemilikan, namun menganut teori entitas dan teori
dana. Formulanya:
Aset = Kewajiban
Dan untuk dana yang dipisahkan pengelolaannya dalam rangka untuk usaha, Formulanya:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Analisis ekuitas dana, antara lain:
1. Rasio Utang Terhadap Ekuitas Dana
Analisis ini digunakan untuk memberikan indikasi berapa bagian dari ekuitas dana yang
diperlukan untuk mendanai utang dan untuk mengetahui struktur pembiayaaan pemda.
Total Utang
Rasio Utang terhadap Ekuitas Dana =
Jumlah Ekuitas Dana

11
2011 = Rp. 47.226.493.994,13
Rp. 6.551.904.736.900,81
= 0,0072 / 0,72 %

2010 = Rp. 36.982.079.978,76


Rp. 6.341.452.351.991,30
= 0,0058 / 0,58 %
Disini dapat kita lihat bahwa ekuitas pemerintah Surakarta mampu untuk membiayai utang,
dari tahun 2010 hingga 2011 dapat kita lihat mereka dapat meminimalisirkan utang dengan
persenan yang sangat kecil yaitu 0,72 % untuk tahun 2011 dan 0,58 % untuk tahun 2010.

2. Rasio Kecukupan Ekuitas


Rasio kecukupan ekuitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam
menyediakan dana untuk keperluan pemerintahan serta menampung resiko kerugian yang
diakibatkan dalam kegiatan pemerintahan.

KESIMPULAN

Dari hasil audit APBD Kota Surakarta saya tidak menemukan keganjalan dalam proses
pengauditannya , saya simpulkan bahwa pemerintah Surakarta yang pada waktu itu di pimpin
oleh Pak Joko Widodo mempunyai perekonomian yang sehat dan bersih serta Transparan, dilihat
dari pembiyayaan yang minimum dan aset serta ekuitas yg melimpah jadi setiap tahunnya
mereka mempunyai Silpa yang mencukupi untuk membiayayai daearah mereka ditahun
mendatang.

12
Hasil Pemeriksaan BPK atas delapan LKPD di wilayah provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa
pemerintah daerah belum dapat mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
melainkan masih mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal-hal yang
dikecualikan antara lain berupa:
1. Penyajian dan/atau pengungkapan penyertaan modal pemerintah kepada perusahaan
daerah di atas 20% yang tidak disajikan dengan metode ekuitas sebagaimana dinyatakan
dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Penggunaan langsung atas pendapatan yang tidak dilakukan melalui mekanisme APBD
sehingga transaksi tersebut tidak tersaji dalam LRA TA 2009.
3. Penyajian Piutang, Persediaan, dan Aset tetap yang tidak didukung dengan rincian daftar
maupun dokumen lain yang dapat menyakinkan pemeriksa atas keberadaan, kelengkapan,
kepemilikan, maupun penilaian piutang, persediaan, dan asset tetap sehingga nilai yang
tersaji dalam neraca tidak dapat dilakukan pengujiannya.

13

Anda mungkin juga menyukai