Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

dan
ASUHAN KEBIDANAN TEORI
Pada Ibu Post Partum dengan Atonia Uteri
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Dokumentasi Kebidanan

Dosen Pembimbing :

Ibu Dwi Estuning Raahayu, Spd, S.Kep, Ns.

SEMESTER III-B

Disusun oleh :

DESY RAHAYU NUGRAHINI

0802200047

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN NEGERI

2009/2010
LAPORAN PENDAHULUAN
IBU POST PARTUM DENGAN ATONIA UTERI

A. DEFINISI
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah
persalinan vaginal atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari 24 jam disebut sebagai perdarahan
post partum primer, dan apabila perdarahan ini terjadi lebih dari 24 jam disebut sebagai
perdarahan post partum sekunder
(http://atoniuteri.blogspot.com/2009.html)

Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir)
(Ilmu Bedah Kebidanan, 2005: hal 188)
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali.
(Asuhan Persalinan Normal, 2008 hal 104)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi
dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting
dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri
dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok
hipovolemik.
(http://atoniuteri.blogspot.com/2009.html)

B. ETIOLOGI
Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
1) Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
2) Kehamilan gemelli
3) Janin besar (makrosomia)
Kala satu atau kala 2 memanjang

Persalinan cepat (partus presipitatus)

Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

Infeksi intrapartum

Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi / eklamsia

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang
sebenarnya belum terlepas dari uterus
(http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-persalinan-dengan-atonia.html)

Tinadakan operatif dengan anastesi umum yang terlalu dalam.


(http://desleeppaholic.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

Persalinan buatan (SC, Forceps, dan vakum ekstraksi)


Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah
kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk
berkontraksi.
(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

C. PREDISPOSISI
Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)

Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali
teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah
plasenta lahir.

Kehamilan dengan mioma uterus


Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma
intra mular, dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi
uterus berkontraksi.

Kelainan plasenta

Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan gangguan
uterus untuk berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk
mencegah terjadinya perdarahan.

Penyakit sekunder maternal

Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere diseminata


merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus
terhambat untuk berkontraksi.

(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)

Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat plasenta manual

IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati)

(http://desleeppaholic.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

D. TANDA GEJALA

Tanda dan gejala atonia uteri adalah:

Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak
merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi
karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya.

Fundus uteri naik

Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal

Terdapat tanda-tanda syok

Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual,
dan lain-lain.

(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

E. DIAGNOSA
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu
pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat.
Nadi serta pernapasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.
Jika perdarahan berlangsung terus dapat menimbulkan syok.
Diagnosis perdarahan post partum dapat dipermudah apabila tiap-tiap persalinan setelah
anak lahir- secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam
sesudahnya.pada perdarahan karena atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi.
(Ilmu Kebidanan , 2005, hal 654)

F. UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI


Menyuntikkan Oksitosin
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
Menyuntikkan Oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas
setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak
mengenai pembuluh darah

Peregangan tali pusat terkendali


Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva atau
menggulung tali pusat
Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan
kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5 10 cm
dari vulva

Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanansementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati kea rah dorso cranial

Mengeluarkan plasenta
Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk menahan sedikit sementara tangan
kanan menarik tali pusat kea rah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurve jalan lahir
hingga plasenta tampak pada vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem
hingga berjarak 5 10 cm dari vulva

Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah tersebut selama 15 menit

Suntikkan ulang 10 IU oksitoksin i.m

Periksa kandung kemih, lakukan pengosongan dengan kateterisasi bila penuh

Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan tindakan manual plasenta

Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
terasa ada tahanan, penanganan plasenta dan selaput secara perlahan dan sabar untuk
mencegah robeknya selaput ketuban
Massase Uterus
Segera setelah plasenta lahir, melakukan massage pada fundus uteri dengan menggosok
fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)

Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan


Kelengkapan plasenta dan ketuban
Kontraksi uterusperlukaan jalan lahir

(http://igdrembang.blogspot.com/2009/04/atonia-uteri.html)

G. PENATALAKSANAAN
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan
taktil (masase) fundus uteri :
1. Segara lakukan kompresi bimanual internal (KBI)
a. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut dan masukkan
secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina
ibu.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum
uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior tekan dinding anterior
uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke
arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. Evaluasi keberhasilan:
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI
selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu
secara melekat selama kala empat.
ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang
perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera
lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.
iii. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian lakukan langkah-
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk
memulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak
berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan berikan
ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan
darah.
3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc
larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan : Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan iv secara cepat dan
dapat dipakai untuk tranfusi darah (jika perlu). Oksitosin secara IV cepat merangsang
kontraksi uterus. Ringer Laktat dapat diberikan untuk restorasi volume cairan yang
hilang selama perdarahan.
4. Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan : KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal
ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas
kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
6. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga
ibu tiba di tempat rujukan.
a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah
cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125
cc/jam.
c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan
tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi.
Kompresi Bimanual Eksternal
1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas
simfisis pubis
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar
dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang
agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara
ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 105-107)
POHON MASALAH

IBU BERSALIN

PRIMIPARA MULTIPARA NULIPARA

KALA I KALA II KALA III KALA IV

FAKTOR PREDISPOSISI RETENSIO PLASENTA

1. Grandemulitpara PERDARAHAN
< 24 JAM > 24 JAM
2. mioma uterus

3. Kelainan plasenta HPP PRIMER HPP SEKUNDER

4. Penyakit sekunder maternal

5. Hipertensi kehamilan UTERUS TIDAK KONTRAKSI SISA PLASENTA

ROBEKAN JALAN LAHIR


6. IUFD yang sudah lama, penyakit
hati, emboli air ketuban ATONIA UTERI
(koagulopati) TANDA DAN GEJALA
7. Riwayat perdarahan Perdarahan pervaginam
pascapersalinan sebelumnya atau Konsistensi rahim lunak
riwayat plasenta manual
Fundus uteri naik

Terdapat tanda-tanda syok


PENCEGAHAN

ETIOLOGI 1. Menyuntikkan Oksitosin


1. Overdistensi uterus PEMERIKSAAN 2. Peregangan tali pusat

2. Persalinan lama terkendali


3. Mengeluarkan plasenta
3. Persalinan cepat
INSPEKSI 4. Memeriksa kemungkinan
4. Persalinan diinduksi
oksitosin Perdarahan segera setelah adanya perdarahan pasca
anak lahir persalinan
5. Infeksi intrapartum
Perdarahan sangat banyak dan
6. Magnesium sulfat untuk
tidak merembes PALPASI
mengendalikan kejang
Darah keluar disertai Fundus uteri naik
7. Salah penanganan kala III
gumpalan. Konsistensi rahim lunak
8. Anastesi umum yang dalam Memeriksa fundus uteri
Tanda-tanda syok
untuk memastikan
9. Persalinan buatan
kehamilan tunggal
PEMERIKSAAN LAIN

MASALAH Kadar fibrinogen

Pusing, akibat berkurangnya darah ke otak Uji beku darah

Gelisah, mual

Kelelahan karena persalinan lama atau


PENANGANAN
persalinan dengan tenaga besar, terutama
bila mendapatkan stimulasi
Masase uterus dan kompresi bimanual
Identifikasi sumber perdarahan Oksitosin 10 IU dan infus 20 IU dalam 500 Ml
Laserasi jalan lahir NS/RL 40 tetes-guyur
Hematoma parametrial Infus untuk restorasicairan dan jalur obat
Ruptura uteri
esensial

Inversio uteri
Perdarahan terus
Sisa fragmen plasenta berlangsung

Terkontrol Uterus tidak


berkontraksi

Berhasil
Transfusi Tidak berhasil

Tampon uterus
Rawat lanjut Rujuk
dan Observasi

Ligasi arteri uterina dan ovarika

Histerektomi Transfusi Perdarahan masih


ASUHAN KEBIDANAN
IBU POST PARTUM DENGAN ATONIA UTERI

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
- Wanita dengan paritas tinggi mungkin beresiko besar mengalami atonia uteri.
- Wanita yang persalinannya ditandai dengan his yang terlalu kuat atau tidak
efektif juga besar kemungkinannya mengalami perdarahan berlebihan akibat
atonia uteri setelah melahirkan.
- Resiko lain adalah apabila wanita yang bersangkutan pernah mengalami
perdarahan post partum.
- Wanita dengan janin besar, janin multiple, atau hidramnion rentan terhadap
perdarahan akibat atonia uteri.
- Trauma dapat menyebabkan perdarahan post partum antara lain pelahiran
janin besar, pelahiran dengan forceps tengah, rotasi forceps, setiap
manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio
sesarea (VBAC) atau insisi uterus lainnya.
(Obstetri Williams, 2006, hal 705)
- Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere
diseminata merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang
mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.
(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

- Umur yang terlalu muda atau tua


- Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi
(http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-persalinan-dengan-
atonia.html)

B. Data Objektif
a) Inspeksi
Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca persalinan
primer)
(http://desleeppaholic.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai
gumpalan.
Tanda-tanda syok
(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

b) Palpasi
Fundus uteri naik
Konsistensi rahim lunak
(http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.


(http://igdrembang.blogspot.com/2009/04/atonia-uteri.html)
c) Pemeriksaan lain
Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan banyak, kematian
janin dalam uterus dan solusio plasenta.
(Ilmu Kebidanan, 2005, hal 655)
Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem
pembekuan darah.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2007, hal 176)
II. DIAGNOSA, MASALAH, KEBUTUHAN
A. Diagnosa : atonia uteri
B. Masalah : kelelahan karena persalinan lama atau persalinan
dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi.
(http://atoniauteri.blogspot.com/2009.html)
Gelisah, mual, yang merupakan tanda syok.
(http://desleeppaholic.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html)

Pusing, akibat berkurangnya darah ke otak


Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan
saraf pusat.

Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ


termasuk otot jantung dan rangka.

(http://danieher.multiply.com/journal/item/11/anemia_pada_kehamilan)
C. Kebutuhan : Istirahat yang cukup
Dukungan dan perhatian keluarga serta pihak-pihak yang terkait
Asupan cairan dan nutrisi

III. DIAGNOSA POTENSIAL DAN MASALAH POTENSIAL


A. Diagnosa Potensial : robekan jalan lahir, Hematoma parametrial, Ruptura uteri,
Inversio uteri, Sisa fragmen plasenta
(http://atoniuteri.blogspot.com/)

B. Masalah Potensial : memperbesar kemungkinan infeksi puerperal, kematian,


sindroma Sheehan.
(Ilmu Kebidanan, 2005, hal 654)

IV. INTERVENSI V. RASIONAL


1. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya Masase merangsang kontrasi uterus
plasenta
2. Pastikan kandung kemih kosong Kandung kemih penuh menghalangi uterus
berkontraksi dengan baik
3. Kompresi bimanual internal Kompresi memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah dinding uterus dan
merangsang miometrium berkontraksi.
(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 109)
4. Ajurkan keluarga membantu kompresi Mengurangi perdarahan, membantu uterus
bimanual eksternal berkontraksi
(http://atoniauteri.blogspot.com/2009.html)
5. Injeksi ergometrin / misoprostol Ergometrin dan misoprostol menyebabkan
uterus berkontraksi
6. Tambahan cairan Ringer Laktat + oksitisin RL memulihkan volum cairan yang hilang
selama perdarahan, oksitosin merangsang
kontraksi uterus.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan Tindakan operasi dan dan tranfusi darah
gawat darurat (Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 109)

VI. IMPLEMENTASI
1. Memasase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
2. Memastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dapat dipalpasi, lakukan
kateterisasi menggunakan teknik aseptik.
3. Melakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.
4. Menganjurkan keluarga untuk memulai kompresi bimanual eksternal.
5. Memberikan ergonometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol
600-1000 mcg per rektal.
6. Memasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer
Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.
7. Merujuk segera untuk mendapatkan tidakan kegawatdruratan.
(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 106-109)

VII.EVALUASI
1. Penilaian kontraksi uterus.
(http://igdrembang.blogspot.com/2009/04/atonia-uteri.html)

2. Penilaian banyaknya perdarahan.

(http://atoniuteri.blogspot.com/2009.html)

3. Pemantauan kandung kemih

4. Pemasangan infus yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

http://atoniuteri.blogspot.com/

http://danieher.multiply.com/journal/item/11/anemia_pada_kehamilan

http://desleeppaholic.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html

http://detarie.blogspot.com/2009/06/atonia-uteri.html

http://igdrembang.blogspot.com/2009/04/atonia-uteri.html

http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/05/askeb-pada-persalinan-dengan-atonia.html

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI


Saefudin, Abdul Bari, dkk, 2007, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai