Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Rongga pleura adalah ruangan di antara pleura parietalis dan pleura

viseralis. Pada orang normal mengandung 7-14 ml cairan yang bekerja sebagai

pelumas antara kedua permukaan pleura. Efusi pleura adalah akumulasi abnormal

cairan dalam rongga pleura. Pada keadaan normal, sejumlah kecil (0,01 ml/kg/jam)

cairan secara konstan memasuki rongga pleura dari kapiler di pleura parietal. Cairan

pleura berasal dari kapiler (terutama pleura parietalis), limfatik, pembuluh darah

intratoraks, ruangan interstisial paru, dan rongga peritoneum. Cairan pleura

direabsorbsi melalui saluran limfatik pleura parietalis yang mempunyai kapasitas

pengeluaran sedikitnya 0,2 ml/kg/jam. Yang dimaksud dengan efusi pleura masif

yakni terakumulasinya cairan abnormal di dalam cavum pleura dengan jumlah yang

besar. Dilihat berdasarkan jumlah volume cairan yangdi atas 600 cc atau melalui

pemeriksaan radiologis yang memenuhi cavum pleura di atas 50% (Garrido et al,

2006).

Efusi pleura disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain peningkatan

permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan

tekanan negatif dalam rongga pleura, penurunan tekanan onkotik, dan obstruksi

aliran limfe. Efusi pleura dapat menunjukkan terdapat penyakit paru, pleura,

maupun ekstra paru (Maskell, Butland 2003). Efusi pleura dibedakan menjadi

transudat dan eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi akibat peningkatan tekanan

hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik dalam rongga pleura. Efusi pleura

eksudatif terjadi akibat abnormalitas permeabilitas kapiler, obstruksi aliran

1
limfatik, infeksi, atau pendarahan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai macam

sebab, antara lain trauma, metabolik, kardiak, infeksi, defek genetik dan neoplasma.

Cairan abnormal tersebut dapat berupa cairan serous, darah, pus, cairan kilus, atau

merupakan campuran dari darah dan udara, disebut juga hemopneumothorax. Efusi

Pleura merupakan salah satu kelainan yang paling sering menyebabkan gangguan

pada paru manusia melalui kompresi jaringan. Kompresi yang terjadi pada paru

menyebabkan gangguan pernafasan karena kemampuan mengembang dan

mengempis paru terhambat, menyebabkan paru menjadi kolaps, sehingga

mengakibatkan oksigen sulit masuk ke dalam paru paru (Gaur et al, 2007).

Efusi pleura eksudatif dan transudatif dapat dibedakan dengan

menggunakan kriteria Light. Efusi digolongkan sebagai eksudat jika memenuhi

satu atau lebih kriteria Light, seperti rasio protein cairan pleura terhadap protein

serum >0,5, rasio lactat dehydrogenase (LDH) cairan pleura terhadap LDH serum

>0,6, dan level LDH cairan pleura lebih besar dari 2/3 batas atas level normal LDH

serum. Sensitivitas kriteria Light dalam mengidentifikasi eksudatif hampir 100%,

namun kira-kira 20% pasien dengan efusi pleura akibat gagal jantung kongestif

dapat memenuhi kriteria efusi setelah pengobatan dengan diuretic (Porcel & Light,

2006).

Prevalensi efusi pleura mencapai 320 per 100.000 penduduk di negara-

negara industri dan penyebaran etiologi berhubungan dengan prevalensi penyakit

yang mendasarinya (Jeffrey, Mosenifar 2012). Penelitian yang pernah dilakukan di

Rumah Sakit Per-sahabatan, dari 229 kasus efusi pleura didapatkan keganasan

2
merupakan penyebab utama diikuti oleh tuberkulosis, empiema, dan kelainan ekstra

pulmoner (Mangunnegoro, 1998).

Anda mungkin juga menyukai