Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah utama yang dihadapi dunia saat ini salah satunya adalah
pencemaran air. Meningkatnya kegiatan industri sejalan dengan meningkatnya
pencemaran lingkungan yang memiliki efek negatif terhadap manusia dan
lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran logam besi. Logam ini biasanya
digunakan dalam industri pertambangan, tekstil dan elektroplating (Eckenfelder,
1989). Selain itu, besi merupakan salah satu logam berat esensial yang
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme namun
dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan keracunan.
Menurut WHO, kadar besi yang diperlukan untuk fungsi normal dalam
tubuh manusia tergantung pada usia, jenis kelamin dan keadaan fisik yang
diperkirakan sekitar 10 sampai 50 mg/hari sedangkan pada hewan tergantung pada
kebutuhannya karena mereka memiliki asupan jauh lebih tinggi dan tidak
menyerap senyawa besi dengan cara yang sama dengan manusia. Kelebihan besi
pada manusia dapat menyebabkan hemakromatosis, yang merupakan gangguan
akibat akumulasi besi berlebihan dalam tubuh sedangkan pada hewan
menyebabkan depresi, sulit bernapas, kejang, dan serangan jantung. Oleh karena
itu, sangat penting untuk dapat mendeteksi dan mengukur konsentrasi Fe dalam
sampel dengan sensitivitas dan selektivitas tinggi dengan cepat dan mudah di
lingkungan.
Beberapa metode yang saat ini banyak digunakan untuk penentuan besi
misalnya Atomic Absorption Spectrometry (AAS) (Bakircioglu et al., 2005),
Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) (Kozono dan
Haraguchi, 2003), Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry
(ICP-AES) (Yang et al., 2002), High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) (Garcia et al., 2005) dan Capillary Electrophoresis (CE) (Ortega and
Cerutti, 2004). Semua teknik analisis ini memiliki sensitivitas baik tetapi
memerlukan biaya intrumentasi yang mahal, tenaga kerja yang terampil, waktu
2

untuk persiapan sampel, prosedur prekonsentrasi dan peralatan tidak mudah


dibawa di lapangan. Oleh karena itu, perlu metode analisis baru untuk teknik
alternatif yang mudah, cepat, sederhana, dapat dipercaya, mudah digunakan
langsung di lapangan dan tanpa pelatihan khusus. Selain itu, metode memiliki
tingkat selektif dan sensitifitas yang tinggi sekitar 100 sampai 1000 kali
dibandingkan dengan metode yang berdasarkan organik (Choi at al., 2009).
Kesederhanaan metode analisis yang baik terutama dalam pemantauan
untuk studi dan penanggulangan polusi saat ini terus-menerus dikembangkan.
Nanopartikel dari logam mulia seperti perak telah menarik minat banyak peneliti
karena sifatnya yang unik. Salah satunya adalah sifat optik karena memiliki
hamburan dan penyerapan cahaya yang baik. Selain itu, nanopartikel dapat
mengubah sifat elektronik, magnetik dan reaktivitas katalitik dari suatu material
karena memiliki skala 1-100 nm dan memiliki luas permukaan yang tinggi.
Penelitian seperti sensor optik kimia pada nanopartikel logam sebagaimana
tercermin dalam warna-warna yang cerah dan khas karena adanya pengaruh LSPR
(localized surface-plasmon resonance). Jadi, setiap nanopartikel logam dapat
dianggap sensor optik setara dengan satu juta molekul pewarna. Akibatnya,
nanopartikel pada konsentrasi nanomolar jelas diamati oleh mata telanjang dengan
menggunakan sampel yang sedikit tetapi tingkat deteksinya tinggi sehingga
digunakan sebagai sensor kolorimetri (Fan et al., 2009).
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan nanopartikel perak sebagai
sensor optik telah banyak dilakukan Fan et al. (2009) yang mensintesis
nanopartikel perak untuk mendeteksi ion Hg2+. Farhadi et al. (2011) mensintesis
nanopartikel perak dengan ekstrak tanaman soap-root yaitu manna of hedysarum
plants sebagai reduktor dan penstabil untuk aplikasi sensor optik ion Hg2+.
Hormozi Nezhad et al. (2010) mendeteksi asam askorbat dalam produk farmasi
dengan menggunakan nanopartikel perak, Yao et al. (2010) mensintesis triazole-
carboxyl nanopartikel perak untuk mendeteksi ion Co2+, Wang et al. (2010)
mensintesis dengan memodifikasi nanopartikel perak dengan mercury-specific
oligonucleotides (MSO) untuk mendeteksi ion Hg2+. Semua penelitian ini telah
3

berhasil dilakukan untuk mendeteksi logam-logam berat dan bisa menunjukkan


tingkat keberhasilan selektivitas dan sensitivitas yang tinggi.
Beberapa peneliti telah melakukan investigasi terhadap jenis material yang
berfungsi sebagai prekusor yang sering digunakan. Material-material tersebut
diantaranya adalah emas dan perak. Emas dan perak telah terbukti memiliki
kemampuan yang baik sebagai sifat optik dan elektrik yang unik. Selain itu,
logam tersebut memiliki sifat yang khas yakni merupakan bahan konduktor yang
baik dan stabil secara kimiawi. Namun, emas merupakan bahan material yang
mahal dibandingkan perak. Oleh karena itu, banyak penelitian saat ini
menggunakan perak sebagai material awal untuk sintesis nanopartikel.
Nanopartikel perak sebagai sensor analitik dan bioanalitik banyak
mendapatkan perhatian karena memiliki sifat optik, elektronik dan kimia yang
unik. Kelly et al. (2003), Gole dan Murphy (2004) telah melakukan penelitian
terhadap nanopartikel logam pada geometri yang berbeda dengan tujuan untuk
menemukan konfigurasi nanopartikel terbaik sehingga dapat meningkatkan
sensitivitas respon pada SPR (surface plasmon resonance). SPR merupakan
gabungan antara osilasi dengan elektron bebas pada pita konduksi yang disertai
peningkatan medan elektromagnetik yang sangat peka terhadap kondisi medium
sekitarnya. Ketika nanopartikel terkena gelombang elektromagnetik, elektron
dalam partikel berosilasi pada frekuensi yang sama dengan gelombang datang.
Karakteristik spektra nanopartikel perak sangat tergantung pada ukuran, bentuk,
jarak antarpartikel dan lingkungan (Rao et al., 2002). Oleh karena itu, geometri
nanopartikel logam mulia akan memberikan kontrol penting atas sifat optik yang
linier dan nonlinier (Bruzzone et al., 2005; Jiang et al., 2005; Roll et al., 2003;
Xia dan Halas, 2005).
Penelitian tentang interaksi nanopartikel perak dengan ion Fe3+ sebagai
material optik dalam air belum banyak dilakukan sehingga perlu untuk dilakukan
penelitian tersebut. Hal ini menarik dilakukan untuk mempelajari fungsi
nanopartikel perak sebagai material optik. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka penelitian ini akan menyajikan beberapa metode sintesis, karakterisasi dan
menentukan tingkat selektif dan sensitifitas yang tinggi pada ion Fe3+ berdasarkan
4

reaksi redoks dan sifat optik atau sifat LSPR dengan nanopartikel perak. Selain
itu, pengaruh interaksi ion Fe3+ terhadap pengompleks ditizon juga akan diteliti.

1.2 Tujuan penelitian


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh interaksi ion Fe3+ dan ion kation-kation lain dengan
koloid nanopartikel perak.
2. Mendapatkan metode analisis ion Fe3+ menggunakan koloid nanopartikel
perak dengan metode kolorimetri.

1.3 Manfaat penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang nanoteknologi khususnya yang
berkaitan dengan perkembangan metode analisis menggunakan nanopartikel perak
sebagai sensor probe dalam analisis kation dalam air.

Anda mungkin juga menyukai