Masalah utama yang dihadapi dunia saat ini salah satunya adalah pencemaran air. Meningkatnya kegiatan industri sejalan dengan meningkatnya pencemaran lingkungan yang memiliki efek negatif terhadap manusia dan lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran logam besi. Logam ini biasanya digunakan dalam industri pertambangan, tekstil dan elektroplating (Eckenfelder, 1989). Selain itu, besi merupakan salah satu logam berat esensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme namun dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan keracunan. Menurut WHO, kadar besi yang diperlukan untuk fungsi normal dalam tubuh manusia tergantung pada usia, jenis kelamin dan keadaan fisik yang diperkirakan sekitar 10 sampai 50 mg/hari sedangkan pada hewan tergantung pada kebutuhannya karena mereka memiliki asupan jauh lebih tinggi dan tidak menyerap senyawa besi dengan cara yang sama dengan manusia. Kelebihan besi pada manusia dapat menyebabkan hemakromatosis, yang merupakan gangguan akibat akumulasi besi berlebihan dalam tubuh sedangkan pada hewan menyebabkan depresi, sulit bernapas, kejang, dan serangan jantung. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat mendeteksi dan mengukur konsentrasi Fe dalam sampel dengan sensitivitas dan selektivitas tinggi dengan cepat dan mudah di lingkungan. Beberapa metode yang saat ini banyak digunakan untuk penentuan besi misalnya Atomic Absorption Spectrometry (AAS) (Bakircioglu et al., 2005), Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) (Kozono dan Haraguchi, 2003), Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES) (Yang et al., 2002), High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Garcia et al., 2005) dan Capillary Electrophoresis (CE) (Ortega and Cerutti, 2004). Semua teknik analisis ini memiliki sensitivitas baik tetapi memerlukan biaya intrumentasi yang mahal, tenaga kerja yang terampil, waktu 2
untuk persiapan sampel, prosedur prekonsentrasi dan peralatan tidak mudah
dibawa di lapangan. Oleh karena itu, perlu metode analisis baru untuk teknik alternatif yang mudah, cepat, sederhana, dapat dipercaya, mudah digunakan langsung di lapangan dan tanpa pelatihan khusus. Selain itu, metode memiliki tingkat selektif dan sensitifitas yang tinggi sekitar 100 sampai 1000 kali dibandingkan dengan metode yang berdasarkan organik (Choi at al., 2009). Kesederhanaan metode analisis yang baik terutama dalam pemantauan untuk studi dan penanggulangan polusi saat ini terus-menerus dikembangkan. Nanopartikel dari logam mulia seperti perak telah menarik minat banyak peneliti karena sifatnya yang unik. Salah satunya adalah sifat optik karena memiliki hamburan dan penyerapan cahaya yang baik. Selain itu, nanopartikel dapat mengubah sifat elektronik, magnetik dan reaktivitas katalitik dari suatu material karena memiliki skala 1-100 nm dan memiliki luas permukaan yang tinggi. Penelitian seperti sensor optik kimia pada nanopartikel logam sebagaimana tercermin dalam warna-warna yang cerah dan khas karena adanya pengaruh LSPR (localized surface-plasmon resonance). Jadi, setiap nanopartikel logam dapat dianggap sensor optik setara dengan satu juta molekul pewarna. Akibatnya, nanopartikel pada konsentrasi nanomolar jelas diamati oleh mata telanjang dengan menggunakan sampel yang sedikit tetapi tingkat deteksinya tinggi sehingga digunakan sebagai sensor kolorimetri (Fan et al., 2009). Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan nanopartikel perak sebagai sensor optik telah banyak dilakukan Fan et al. (2009) yang mensintesis nanopartikel perak untuk mendeteksi ion Hg2+. Farhadi et al. (2011) mensintesis nanopartikel perak dengan ekstrak tanaman soap-root yaitu manna of hedysarum plants sebagai reduktor dan penstabil untuk aplikasi sensor optik ion Hg2+. Hormozi Nezhad et al. (2010) mendeteksi asam askorbat dalam produk farmasi dengan menggunakan nanopartikel perak, Yao et al. (2010) mensintesis triazole- carboxyl nanopartikel perak untuk mendeteksi ion Co2+, Wang et al. (2010) mensintesis dengan memodifikasi nanopartikel perak dengan mercury-specific oligonucleotides (MSO) untuk mendeteksi ion Hg2+. Semua penelitian ini telah 3
berhasil dilakukan untuk mendeteksi logam-logam berat dan bisa menunjukkan
tingkat keberhasilan selektivitas dan sensitivitas yang tinggi. Beberapa peneliti telah melakukan investigasi terhadap jenis material yang berfungsi sebagai prekusor yang sering digunakan. Material-material tersebut diantaranya adalah emas dan perak. Emas dan perak telah terbukti memiliki kemampuan yang baik sebagai sifat optik dan elektrik yang unik. Selain itu, logam tersebut memiliki sifat yang khas yakni merupakan bahan konduktor yang baik dan stabil secara kimiawi. Namun, emas merupakan bahan material yang mahal dibandingkan perak. Oleh karena itu, banyak penelitian saat ini menggunakan perak sebagai material awal untuk sintesis nanopartikel. Nanopartikel perak sebagai sensor analitik dan bioanalitik banyak mendapatkan perhatian karena memiliki sifat optik, elektronik dan kimia yang unik. Kelly et al. (2003), Gole dan Murphy (2004) telah melakukan penelitian terhadap nanopartikel logam pada geometri yang berbeda dengan tujuan untuk menemukan konfigurasi nanopartikel terbaik sehingga dapat meningkatkan sensitivitas respon pada SPR (surface plasmon resonance). SPR merupakan gabungan antara osilasi dengan elektron bebas pada pita konduksi yang disertai peningkatan medan elektromagnetik yang sangat peka terhadap kondisi medium sekitarnya. Ketika nanopartikel terkena gelombang elektromagnetik, elektron dalam partikel berosilasi pada frekuensi yang sama dengan gelombang datang. Karakteristik spektra nanopartikel perak sangat tergantung pada ukuran, bentuk, jarak antarpartikel dan lingkungan (Rao et al., 2002). Oleh karena itu, geometri nanopartikel logam mulia akan memberikan kontrol penting atas sifat optik yang linier dan nonlinier (Bruzzone et al., 2005; Jiang et al., 2005; Roll et al., 2003; Xia dan Halas, 2005). Penelitian tentang interaksi nanopartikel perak dengan ion Fe3+ sebagai material optik dalam air belum banyak dilakukan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian tersebut. Hal ini menarik dilakukan untuk mempelajari fungsi nanopartikel perak sebagai material optik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan menyajikan beberapa metode sintesis, karakterisasi dan menentukan tingkat selektif dan sensitifitas yang tinggi pada ion Fe3+ berdasarkan 4
reaksi redoks dan sifat optik atau sifat LSPR dengan nanopartikel perak. Selain itu, pengaruh interaksi ion Fe3+ terhadap pengompleks ditizon juga akan diteliti.
1.2 Tujuan penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh interaksi ion Fe3+ dan ion kation-kation lain dengan koloid nanopartikel perak. 2. Mendapatkan metode analisis ion Fe3+ menggunakan koloid nanopartikel perak dengan metode kolorimetri.
1.3 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang nanoteknologi khususnya yang berkaitan dengan perkembangan metode analisis menggunakan nanopartikel perak sebagai sensor probe dalam analisis kation dalam air.