Anda di halaman 1dari 36

Denpasar, 20 April 2016

Sistematika
1. FAMILY TREE PUU
2. ALUR PIKIR
3. KETENTUAN UMUM
4. KRITERIA DAN TIPOLOGI
5. PENETAPAN LOKASI DAN
PERENCANAAN
PENANGANAN
6. POLA-POLA PENANGANAN
7. PENGELOLAAN
8. POLA KEMITRAAN, PERAN
MASYARAKAT DAN
KEARIFAN LOKAL
Family Tree
Peraturan Perundang-Undangan
UUD 1945 terkait Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan
UU-PR UU-HAM UU-PKP Permukiman Kumuh
(UU 26/2007) (UU 39/1999) (UU 1/2011)

PP-PPR PP-RTRWN
(PP 15/2010) (PP 28/2006) PP Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
(proses penandatanganan oleh Presiden)
PERPRES RTR
KSN

Perda RTRW Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 tentang


Provinsi Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh
Perda RTRW
Kab/Kota
Perda tentang Pencegahan dan
Perda RDTR Peningkatan Kualitas terhadap
Kws Perkot. Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh

SK Bupati/Walikota tentang Perbup/wal tentang Rencana


Penetapan Lokasi Perumahan Penanganan Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh dan Permukiman
Kumuh Kumuh
1
KEBIJAKAN
ALUR PIKIR
LANDASAN KOMITMEN
LINGKUP KEMITRAAN
NASIONAL YURIDIS INTERNA- KRITERIA KUMUH PENGATURAN Pemerintah
RPJPN Pasal 96 UU SIONAL
1. Bangunan Gedung dan/atau pemda
RPJMN No. 1 Tahun MDGs 2. Jalan Lingkungan dengan BUMN,
2011 SDGs 3. Penyediaan Air BUMD, atau BUMS
Minum Pemerintah
4. Drainase PENINGKATAN
dan/atau pemda CITA-CITA
Lingkungan KUALITAS
dengan masyarakat Terwujudnya
5. Pengelolaan Air Penetapan Lokasi:
UU No 26 PERAN MASYARAKAT perumahan
Limbah a.Identifikasi lokasi
dan
Tahun 2007 LATAR BELAKANG 6. Pengelolaan b.Penetapan lokasi Peran dalam
permukiman
tentang Persampahan Pola penanganan: penetapan lokasi
layak huni dan
Penataan 7. Proteksi Kebakaran a. Pemugaran Peran dalam
Ruang bebas kumuh
b. Peremajaan perencanaan
PERTIMBANGAN LAIN: c. Pemukiman penanganan
1. Nilai Strategis kembali Peran dalam
TUJUAN Lokasi Pengelolaan Peningkatan
Meningkatkan mutu kehidupan 2. Kependudukan Kualitas
dan penghidupan masyarakat 3. Sosial, Ekonomi, Peran dalam PERMUKIMAN
melalui perumahan dan Budaya Pengelolaan. TANPA KUMUH
permukiman yang sehat, aman, 2019
Kelompok Swadaya
serasi, dan teratur.
Masyarakat
KEARIFAN LOKAL
Berlaku pada masyarakat setempat
dengan tidak bertentangan pada
ketentuan peraturan perundang-
undangan
2 KETENTUAN
UMUM
Maksud:
Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai
acuan bagi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan
setiap orang dalam penyelenggaraan
peningkatan kualitas terhadap perumahan
1. Rumah 13. Perbaikan kumuh dan permukiman kumuh.
2. Perumahan 14. Pemugaran
3. Permukiman 15. Peremajaan
Tujuan:
4. Penyelenggaraan 16. Pemukiman Kembali
Peraturan menteri ini bertujuan untuk
Perumahan dan Kawasan 17. Kearifan lokal meningkatkan mutu kehidupan dan
Permukiman 18. Pemerintah pusat penghidupan masyarakat penghuni perumahan
5. Perumahan Kumuh 19. Pemerintah daerah kumuh dan permukiman kumuh.
6. Permukiman Kumuh 20. Setiap orang
7. Peningkatan Kualitas 21. Badan hukum Lingkup:
Terhadap Perumahan 22. Kelompok swadaya Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
Kumuh Dan Permukiman masyarakat meliputi:
Kumuh a. kriteria dan tipologi;
23. Menteri
8. Prasarana b. penetapan lokasi dan perencanaan
9. Sarana penanganan;
c. pola-pola penanganan;
10. Utilitas umum
d. pengelolaan;
11. Pencegahan e. pola kemitraan, peran masyarakat, dan
12. Pemeliharaan kearifan lokal.
Karakteristik Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman:
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana
yang tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan kumuh dan
permukiman kumuh sebagai berikut, yaitu:
1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman, yang mengalami degradasi kualitas;
2. Kondisi bangunan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat;
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana ditetapkan
dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
a. Jalan Lingkungan,
b. Drainase Lingkungan,
c. Penyediaan Air Bersih/Minum,
d. Pengelolaan Persampahan,
e. Pengelolaan Air Limbah,
f. Proteksi Kebakaran.
Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam proses
Kenapa
ini
kumuh ?

Ketidakteraturan
bangunan
Kenapa
ini
kumuh?

Kualitas jalan
yang buruk
Kenapa
ini
kumuh?

Tidak tersedianya
sarana
pengelolaan air
limbah
Kenapa
ini
kumuh?

Tidak
tersedianya
sarana
persampahan
3
KRITERIA
DAN
TIPOLOGI
Pasal 4 - Pasal 14
Pasal 5-6 Kekumuhan
a. ketidakteraturan a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR;
Ditinjau dari dan/atau
bangunan;
Bangunan Gedung b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas
b. tingkat kepadatan lingkungan dalam RTBL
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan bangunan yang
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan
Lingkungan tinggi yang tidak
RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau
sesuai dengan
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan
Kekumuhan Ditinjau ketentuan rencana
dalam RDTR, dan/atau RTBL;
dari Penyediaan Air tata ruang;
Minum dan/atau kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sbb:
Kriteria
Kekumuhan Ditinjau c. kualitas a. pengendalian dampak lingkungan;
Perumahan
dari Drainase bangunan b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
Kumuh Dan
Permukiman Lingkungan yang tidak tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah
Kumuh memenuhi prasarana/sarana umum
Kekumuhan Ditinjau
syarat. c. keselamatan bangunan gedung;
dari Pengelolaan Air
d. kesehatan bangunan gedung;
Limbah
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka penilaian ketidakteraturan dan
Persampahan
kepadatan bangunan merujuk pada persetujuan sementara mendirikan bangunan.

Kekumuhan Ditinjau bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara mendirikan bangunan,
dari Proteksi penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
Kebakaran mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).
Pasal 7 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan a. jaringan jalan lingkungan
Gedung sebagian lingkungan perumahan
tidak melayani seluruh
atau permukiman tidak terlayani
lingkungan perumahan atau
Kekumuhan dengan jalan lingkungan.
permukiman; dan/atau
Ditinjau dari Jalan
Lingkungan

Kekumuhan Ditinjau sebagian atau seluruh jalan


b. kualitas permukaan jalan
dari Penyediaan Air lingkungan terjadi kerusakan
lingkungan buruk.
Minum permukaan jalan.

Kriteria
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan
dari Drainase
Kumuh Dan
Permukiman Lingkungan
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah

Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan

Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 8 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung

Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
masyarakat tidak dapat mengakses
Lingkungan a. ketidaktersediaan akses
air minum yang memenuhi syarat
aman air minum; dan/atau
Kekumuhan kesehatan.
Ditinjau dari
Penyediaan Air
Minum b. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum masyarakat

Kriteria kebutuhan air minum setiap dalam lingkungan perumahan atau


Kekumuhan Ditinjau
Perumahan individu sesuai standar yang permukiman tidak mencapai minimal
dari Drainase
Kumuh Dan berlaku.
Lingkungan sebanyak 60 liter/orang/hari.
Permukiman
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah

Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan

Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 9 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung a. drainase lingkungan tidak
menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
mampu mengalirkan
Kekumuhan Ditinjau dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi
dari Jalan limpasan air hujan sehingga
lebih dari 2 kali setahun.
Lingkungan menimbulkan genangan;

saluran tersier, dan/atau saluran lokal tidak


Kekumuhan Ditinjau b. ketidaktersediaan drainase;
dari Penyediaan Air tersedia.
Minum
saluran lokal tidak terhubung dengan saluran
Kriteria Kekumuhan c. tidak terhubung dengan pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan
Perumahan Ditinjau dari
Kumuh Dan Drainase sistem drainase perkotaan; air tidak dapat mengalir dan menimbulkan
Permukiman Lingkungan genangan.
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau d. tidak dipelihara sehingga
dari Pengelolaan Air pemeliharaan saluran drainase tidak
terjadi akumulasi limbah
Limbah dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin dan/atau
padat dan cair di dalamnya;
pemeliharaan berkala.
Kekumuhan Ditinjau dan/atau
dari Pengelolaan
Persampahan kualitas konstruksi drainase buruk, karena
e. kualitas konstruksi drainase
berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
lingkungan buruk.
Kekumuhan Ditinjau penutup atau telah terjadi kerusakan.
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 10 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung

Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan

Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum

Kriteria
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan tidak memiliki sistem:
dari Drainase a. sistem pengelolaan air limbah tidak
Kumuh Dan a. pengelolaan limbah domestik;
Permukiman Lingkungan sesuai dengan standar teknis yang
Kumuh b. pengelolaan limbah komunal; atau
Kekumuhan berlaku; dan/atau
c. pengelolaan limbah terpusat.
Ditinjau dari
Pengelolaan Air
Limbah a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan
b. prasarana dan sarana pengelolaan air
Kekumuhan Ditinjau tangki septik; atau
limbah tidak memenuhi persyaratan
dari Pengelolaan b. tidak tersedianya sistem pengolahan
teknis.
Persampahan limbah setempat atau terpusat.

Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 11 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung

Kekumuhan Ditinjau tidak tersedianya:


dari Jalan a. tempat sampah dengan pemilahan
Lingkungan sampah pada skala domestik atau
rumah tangga;
Kekumuhan Ditinjau b. tempat pengumpulan sampah (TPS)
dari Penyediaan Air atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle)
a. prasarana dan sarana
Minum pada skala lingkungan;
persampahan tidak sesuai dengan
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah
persyaratan teknis;
Kriteria pada skala lingkungan; dan
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan d. tempat pengolahan sampah terpadu
dari Drainase
Kumuh Dan (TPST) pada skala lingkungan.
Permukiman Lingkungan
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau tidak tersedianya:
dari Pengelolaan Air a. sistem pewadahan dan pemilahan
b. sistem pengelolaan persampahan
Limbah domestik;
tidak memenuhi persyaratan
b. sistem pengumpulan skala lingkungan;
teknis; dan/atau
Kekumuhan c. sistem pengangkutan skala lingkungan;
Ditinjau dari d. sistem pengolahan skala lingkungan.
Pengelolaan
Persampahan c. Tidak terpeliharanya sarana dan pemeliharaan sarana dan prasarana
prasarana pengelolaan pengelolaan persampahan tidak
Kekumuhan Ditinjau
persampahan sehingga terjadi dilaksanakan, baik pemeliharaan rutin
dari Proteksi
pencemaran lingkungan sekitar.
Kebakaran dan/atau pemeliharaan berkala.
Pasal 12 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung

Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan

Kekumuhan Ditinjau Tidak tersedianya:


dari Penyediaan Air a. pasokan air yang diperoleh dari sumber
Minum alam maupun buatan;
Kriteria b. jalan lingkungan yang memudahkan
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan masuk keluarnya kendaraan pemadam
dari Drainase
Kumuh Dan kebakaran;
Permukiman Lingkungan
Kumuh a. Prasarana proteksi kebakaran; c. sarana komunikasi untuk pemberitahuan
Kekumuhan Ditinjau dan terjadinya kebakaran kepada Instansi
dari Pengelolaan Air Pemadam Kebakaran; dan/atau
Limbah d. data tentang sistem proteksi kebakaran
lingkungan yang mudah diakses.
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan Tidak tersedianya:
a. Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR)
Kekumuhan b. Kendaraan pemadam kebakaran
Ditinjau dari b. Sarana proteksi kebakaran. c. Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
Proteksi Kebakaran d. Peralatan pendukung lainnya.
Pasal 13
Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

1 Permukiman Kumuh Atas Air - Banjarmasin


2 Permukiman Kumuh Tepi Air - Jakarta

3 Permukiman Kumuh Perbukitan- Jayapura

4 Permukiman Kumuh Rawan Bencana - Jogjakarta 5 Permukiman Kumuh Dataran Rendah - Jakarta
Pasal 15

4 Bagian Kesatu: Umum

PENETAPAN LOKASI
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
dilakukan oleh Pemerintah Daerah
PENETAPAN
LOKASI DAN PROSES PENDATAAN
PERENCANAAN (oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat)

PENANGANAN
Penilaian
Identifikasi Lokasi
Lokasi

PERENCANAAN PENANGANAN
Bagian Kedua: Penetapan Lokasi Pasal 16-Pasal 24
Perumahan dan
Identifikasi lokasi didahului dengan mengidentifikasi Pendekatan Fungsional Identifikasi Deliniasi
Permukiman Formal
satuan perumahan dan permukiman
IDENTIFIKASI Perumahan dan Pendekatan Perumahan = RW
LOKASI Permukiman Swadaya Administratif Permukiman = kel / desa
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
dilakukan berdasarkan
menentukan tingkat kekumuhan pd satuan perumahan
kriteria perumahan kumuh
&permukiman dgn menemukenali permasalahan kondisi kepemilikan bukti dokumen sertifikat
bangunan gedung beserta sarana&prasarana pendukungnya. dan permukiman kumuh
PROSEDUR sendiri hak atas tanah
status penguasaan lahan kepemilikan pihak bukti izin pemanfaatan tanah
PENDATAAN
dilakukan oleh Identifikasi Legalitas Lahan lain dari pemilik tanah
pemerintah daerah menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi kesesuaian dengan rencana kesesuaian bukti Surat Keterangan
melibatkan peran perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar tata ruang peruntukan Rencana Kab/Kota
masyarakat pada untuk menentukan pola penanganan.
lokasi pada fungsi strategis ka/kota
lokasi Identifikasi Pertimbangan Lain nilai strategis lokasi
lokasi bukan pada fungsi strategis ka/kota
Pemda menyiapkan identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik
format isian dan untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan rendah: kepadatan < 150 jiwa/ha
prosedur pendataan kumuh dan permukiman kumuh sedang: kepadatan 151-200 jiwa/ha
kepadatan penduduk
Kumuh Kategori Ringan tinggi: kepadatan 201-400 jiwa/ha

Kondisi Kekumuhan Kumuh Kategori Sedang sangat padat: kepadatan > 401 jiwa/ha
Kumuh Kategori Berat kondisi sosial, potensi sosial tingk partisipasi masy dlm pembangunan
ekonomi, dan potensi ekonomi keg ekonomi tertentu yg strategis bg masy
Status Lahan Legal
PENILAIAN Legalitas Lahan budaya potensi budaya adanya kegiatan / warisan budaya tertentu
Status Lahan Tidak Legal
LOKASI
Kategori Rendah
Pertimbangan Lain Kategori Sedang
Peninjauan ulang min 1x dlm 5 thn
Kategori Tinggi
Untuk mengetahui pengurangan jumlah
Dlm bntk Keputusan Bup/Wal (gubernur utk DKI) Dilengkapi Tabel Daftar Lokasi & Peta Sebaran lokasi dan/atau luasan
PENETAPAN
Dilakukan melalui proses pendataan
LOKASI
Berdasarkan Pertimbangan Lain Menentukan Prioritas Penanganan Hasil peninjauan ulang ditetapkan dlm
keputusan Bup/Wal (Gub untuk DKI)
Pasal 25
Bagian Ketiga: Perencanaan Penanganan

PERENCANAAN PENANGANAN Pelaku:


Perumahan Kumuh dan Permukiman Pemerintah daerah dengan melibatkan
Kumuh masyarakat

Tahap perencanaan penanganan Tujuan:


a. persiapan; Mengkaji dan merencanakan pola
b. survei;
penanganan sesuai dengan hasil
c. penyusunan data dan fakta;
d. analisis; penetapan lokasi
e. penyusunan konsep penanganan; dan
f. penyusunan rencana penanganan (rencana
penanganan jangka pendek, jangka menengah,
dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya).

sebagai dasar penanganan perumahan


Rencana Penanganan kumuh dan permukiman kumuh
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh ditetapkan dalam bentuk peraturan
bupati/walikota atau gubernur untuk DKI
Jakarta
Pasal 26- Pasal 30

5 Bagian Kesatu: Umum


dilakukan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah
sesuai dengan
Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan
Klasifikasi Kekumuhan dan Status Legalitas Lahan
a. Kumuh berat & status lahan legal Peremajaan
kewenangannya dengan b. Kumuh berat & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali
melibatkan peran c. Kumuh sedang & status lahan legal Peremajaan
masyarakat d. Kumuh sedang & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali
e. Kumuh ringan & status lahan legal Pemugaran
f. Kumuh ringan & status lahan tidak legal Pemukiman Kembali
POLA-POLA Pola-Pola
PENANGANAN Penanganan Pertimbangan Pola-Pola Penanganan Berdasarkan
Tipologi Perumahan Kumuh & Permukiman Kumuh
a. Kumuh di atas air memperhatikan karakteristik daya guna, daya
dukung, daya rusak air serta kelestarian air
Pemugaran Peremajaan Pemukiman b. Kumuh di tepi air memperhatikan karakteristik daya dukung tanah
Kembali tepi air, pasang surut air serta kelestarian air dan tanah
c. Kumuh di dataran memperhatikan karakteristikdaya dukung
Berdasarkan kondisi kekumuhan dan
tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
legalitas lahan
d. Kumuh di perbukitan memperhatikan karakteristik kelerengan,
daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
e. Kumuh di kawasan rawan bencana memperhatikan karakteristik
kebencanaan, daya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah
Jalan Lingkungan
Sebelum

Sesudah
Kegiatan : Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
Lokasi : Candikuning, Tabanan, Bali
Saluran Drainase
Sebelum Sesudah

Kegiatan : Pembangunan Saluran Drainase


Lokasi : Kawasan Sinarmanik, Bangka Belitung
Persampahan
Sebelum

Sesudah
Kegiatan : Pembangunan Landasan Kontainer
Lokasi : Kawasan Tambakromo, Blora, Jawa Tengah
Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat
Pemugaran Peremajaan Pemukiman Kembali
Dilakukan untuk perbaikan dan/atau Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
pembangunan kembali perumahan dan perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna
permukiman menjadi perumahan dan permukiman melindungi keselamatan dan keamanan penghuni melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
yang layak huni. dan masyarakat sekitar. dan masyarakat.
Merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, Dilakukan melalui pembongkaran dan penataan
sarana, dan/atau utilitas umum. secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana,
Tahap pra konstruksi:
sarana, dan/atau utilitas umum
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas
Harus dilakukan dengan terlebih dahulu lahan;
sebagaimana semula.
menyediakan tempat tinggal sementara bagi b. penghunian sementara (pada lokasi rawan bencana);
masyarakat terdampak c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
Tahap pra konstruksi:
d. pendataan masyarakat terdampak;
a. identifikasi permasalahan & kebutuhan pemugaran;
e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana
b. sosialisasi & rembuk warga terdampak; Tahap pra konstruksi:
pembongkaran pemukiman eksisting dan rencana
c. pendataan masyarakat terdampak; a. identifikasi permasalahan & kebutuhan peremajaan;
pelaksanaan pemukiman kembali; dan
d. penyusunan rencana pemugaran; dan b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak;
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
e. musyawarah dan diskusi penyepakatan. c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
Tahap konstruksi: e. penyusunan rencana peremajaan; dan Tahap konstruksi:
a. proses pelaksanaan konstruksi pemugaran; dan f. musyawarah dan diskusi penyepakatan. a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak;
b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi b. proses legalitas lahan pada lokasi baru;
peremajaan. Tahap konstruksi: c. proses pelaksanaan konstruksi pembangunan baru;
a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak; d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi;
b. penghunian sementara masyarakat terdampak; e. penghunian kembali masyarakat terdampak; dan
Tahap pasca konstruksi:
c. pelaksanaan konstruksi peremajaan; f. pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting.
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; dan
e. penghunian kembali masyarakat terdampak. Tahap pasca konstruksi:
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Tahap pasca konstruksi:
Pasal 29-Pasal 34 Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Pasal 36
Bagian Kesatu: Umum

6 Bertujuan:
Mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan

Pengelolaan dilakukan oleh masyarakat secara swadaya dan dapat


difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan keswadayaan

PENGELOLAAN masyarakat
Pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
yang telah ditangani

Pembentukan kelompok Pemeliharaan dan


swadaya masyarakat perbaikan
Pasal 37

6 Bagian Kedua:
Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
PENGELOLAAN Upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengelola
Perumahan dan Permukiman layak huni dan berkelanjutan.
Pembentukan kelompok swadaya masyarakat dapat difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk:
a. penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan
kriteria;
b. pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan
konsultasi;
c. pemberian kemudahan dan/atau bantuan;
d. koordinasi antar pemangku kepentingan secara periodik atau
sesuai kebutuhan;
e. pelaksanaan kajian perumahan dan permukiman; dan/atau
f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi.
Kelompok swadaya masyarakat dibiayai secara swadaya oleh
masyarakat.
Pasal 38- Pasal 42

6 Bagian Ketiga:
Pemeliharaan & Perbaikan
Pemeliharaan rumah wajib dilakukan
PENGELOLAAN Pemeliharaan oleh setiap orang

dilakukan melalui Pemeliharaan prasarana, sarana dan


perawatan dan utilitas umum wajib dilakukan oleh
pemeriksaan secara pemerintah daerah dan/atau setiap
Pemeliharaan dan berkala orang

Perbaikan

Perbaikan terhadap rumah wajib


dilaksanakan oleh
dilakukan oleh setiap orang
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau setiap
Perbaikan Perbaikan terhadap prasarana,
orang dilakukan melalui sarana dan utilitas umum wajib
rehabilitasi atau pemugaran dilakukan oleh pemerintah daerah
dan/atau setiap orang
Pasal 43
Bagian Kesatu: Pola Kemitraan

7
POLA Pola Kemitraan antar
KEMITRAAN, pemangku kepentingan Kemitraan antara
Pemerintah dan/atau
PERAN dapat dikembangkan pemerintah daerah
MASYARAKAT dalam upaya peningkatan dengan setiap orang
kualitas terhadap
DAN perumahan kumuh dan
permukiman kumuh
KEARIFAN
LOKAL
Pasal 44- Pasal 50
Bagian Kedua: Peran Masyarakat
Pada Tahap Penetapan & Perencanaan Pada Tahap Peningkatan Kualitas

Tahap Penetapan Tahap Perencanaan Tahap Pemugaran, Permejaan, dan/atau Pemukiman Kembali Pada Tahap Pengelolaan

Lokasi Penanganan
a. partisipasi pada masyarakat dapat: a. berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada a. berpartisipasi aktif pada
proses pendataan a. berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang terdampak; berbagai program pemda
lokasi, dengan pembahasan yang dilakukan b. berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi penyepakatan dalam pemeliharaan dan
mengikuti survei oleh pemda; rencana pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; perbaikan di setiap lokasi yang
lapangan dan/ atau b. memberikan pendapat dan c. berpartisipasi dalam pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau telah tertangani;
memberikan data pertimbangan dalam pemukiman kembali baik berupa dana, tenaga maupun material; b. berpartisipasi aktif secara
dan informasi yang penyusunan rencana d. membantu pemerintah daerah dalam upaya penyediaan lahan yang swadaya baik berupa dana,
dibutuhkan; penanganan; berkaitan dengan proses pemugaran, peremajaan, dan/atau tenaga maupun material;
b. pemberian pendapat c. memberikan komitmen dalam pemukiman kembali terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau c. menjaga ketertiban dalam
terhadap hasil mendukung pelaksanaan utilitas umum; pemeliharaan dan perbaikan;
penetapan lokasi rencana penanganan pada e. membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemugaran, d. mencegah perbuatan yang
dengan dasar lokasi sesuai dengan peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; dapat menghambat atau
pertimbangan kewenangannya; f. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi menghalangi proses
dokumen atau data d. menyampaikan pendapat dan proses pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman pemeliharaan dan perbaikan;
dan informasi. pertimbangan terhadap hasil kembali; dan/atau dan/atau
penetapan rencana g. melaporkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf f kepada e. melaporkan perbuatan dlm
penanganan dengan dasar instansi berwenang agar proses pemugaran, peremajaan, dan/atau huruf d, kepada instansi
pertimbangan berupa pemukiman kembali dapat berjalan lancar. berwenang agar proses dpt
dokumen atau data dan berjalan lancar.
informasi.

pelibatan kelompok swadaya masyarakat merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat
Pasal 51
Bagian Ketiga: Kearifan Lokal

7 Kearifan Lokal?
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang sehat,
aman, serasi, dan teratur.

Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di


daerah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan
lokal yang berlaku pada masyarakat setempat dengan tidak
bertentangan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai