Sistematika
1. FAMILY TREE PUU
2. ALUR PIKIR
3. KETENTUAN UMUM
4. KRITERIA DAN TIPOLOGI
5. PENETAPAN LOKASI DAN
PERENCANAAN
PENANGANAN
6. POLA-POLA PENANGANAN
7. PENGELOLAAN
8. POLA KEMITRAAN, PERAN
MASYARAKAT DAN
KEARIFAN LOKAL
Family Tree
Peraturan Perundang-Undangan
UUD 1945 terkait Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan
UU-PR UU-HAM UU-PKP Permukiman Kumuh
(UU 26/2007) (UU 39/1999) (UU 1/2011)
PP-PPR PP-RTRWN
(PP 15/2010) (PP 28/2006) PP Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
(proses penandatanganan oleh Presiden)
PERPRES RTR
KSN
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan kumuh dan
permukiman kumuh sebagai berikut, yaitu:
1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman, yang mengalami degradasi kualitas;
2. Kondisi bangunan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat;
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana ditetapkan
dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
a. Jalan Lingkungan,
b. Drainase Lingkungan,
c. Penyediaan Air Bersih/Minum,
d. Pengelolaan Persampahan,
e. Pengelolaan Air Limbah,
f. Proteksi Kebakaran.
Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam proses
Kenapa
ini
kumuh ?
Ketidakteraturan
bangunan
Kenapa
ini
kumuh?
Kualitas jalan
yang buruk
Kenapa
ini
kumuh?
Tidak tersedianya
sarana
pengelolaan air
limbah
Kenapa
ini
kumuh?
Tidak
tersedianya
sarana
persampahan
3
KRITERIA
DAN
TIPOLOGI
Pasal 4 - Pasal 14
Pasal 5-6 Kekumuhan
a. ketidakteraturan a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR;
Ditinjau dari dan/atau
bangunan;
Bangunan Gedung b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas
b. tingkat kepadatan lingkungan dalam RTBL
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan bangunan yang
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan
Lingkungan tinggi yang tidak
RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau
sesuai dengan
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan
Kekumuhan Ditinjau ketentuan rencana
dalam RDTR, dan/atau RTBL;
dari Penyediaan Air tata ruang;
Minum dan/atau kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sbb:
Kriteria
Kekumuhan Ditinjau c. kualitas a. pengendalian dampak lingkungan;
Perumahan
dari Drainase bangunan b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
Kumuh Dan
Permukiman Lingkungan yang tidak tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah
Kumuh memenuhi prasarana/sarana umum
Kekumuhan Ditinjau
syarat. c. keselamatan bangunan gedung;
dari Pengelolaan Air
d. kesehatan bangunan gedung;
Limbah
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
kabupaten/kota belum memiliki RDTR dan/atau RTBL, maka penilaian ketidakteraturan dan
Persampahan
kepadatan bangunan merujuk pada persetujuan sementara mendirikan bangunan.
Kekumuhan Ditinjau bangunan gedung tidak memiliki IMB dan persetujuan sementara mendirikan bangunan,
dari Proteksi penilaian ketidakteraturan dan kepadatan bangunan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
Kebakaran mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG).
Pasal 7 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan a. jaringan jalan lingkungan
Gedung sebagian lingkungan perumahan
tidak melayani seluruh
atau permukiman tidak terlayani
lingkungan perumahan atau
Kekumuhan dengan jalan lingkungan.
permukiman; dan/atau
Ditinjau dari Jalan
Lingkungan
Kriteria
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan
dari Drainase
Kumuh Dan
Permukiman Lingkungan
Kumuh
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan Air
Limbah
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 8 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
masyarakat tidak dapat mengakses
Lingkungan a. ketidaktersediaan akses
air minum yang memenuhi syarat
aman air minum; dan/atau
Kekumuhan kesehatan.
Ditinjau dari
Penyediaan Air
Minum b. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum masyarakat
Kekumuhan Ditinjau
dari Pengelolaan
Persampahan
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 9 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung a. drainase lingkungan tidak
menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
mampu mengalirkan
Kekumuhan Ditinjau dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi
dari Jalan limpasan air hujan sehingga
lebih dari 2 kali setahun.
Lingkungan menimbulkan genangan;
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
Kekumuhan Ditinjau
dari Penyediaan Air
Minum
Kriteria
Kekumuhan Ditinjau
Perumahan tidak memiliki sistem:
dari Drainase a. sistem pengelolaan air limbah tidak
Kumuh Dan a. pengelolaan limbah domestik;
Permukiman Lingkungan sesuai dengan standar teknis yang
Kumuh b. pengelolaan limbah komunal; atau
Kekumuhan berlaku; dan/atau
c. pengelolaan limbah terpusat.
Ditinjau dari
Pengelolaan Air
Limbah a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan
b. prasarana dan sarana pengelolaan air
Kekumuhan Ditinjau tangki septik; atau
limbah tidak memenuhi persyaratan
dari Pengelolaan b. tidak tersedianya sistem pengolahan
teknis.
Persampahan limbah setempat atau terpusat.
Kekumuhan Ditinjau
dari Proteksi
Kebakaran
Pasal 11 Kekumuhan Ditinjau
dari Bangunan
Gedung
Kekumuhan Ditinjau
dari Jalan
Lingkungan
4 Permukiman Kumuh Rawan Bencana - Jogjakarta 5 Permukiman Kumuh Dataran Rendah - Jakarta
Pasal 15
PENETAPAN LOKASI
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
dilakukan oleh Pemerintah Daerah
PENETAPAN
LOKASI DAN PROSES PENDATAAN
PERENCANAAN (oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat)
PENANGANAN
Penilaian
Identifikasi Lokasi
Lokasi
PERENCANAAN PENANGANAN
Bagian Kedua: Penetapan Lokasi Pasal 16-Pasal 24
Perumahan dan
Identifikasi lokasi didahului dengan mengidentifikasi Pendekatan Fungsional Identifikasi Deliniasi
Permukiman Formal
satuan perumahan dan permukiman
IDENTIFIKASI Perumahan dan Pendekatan Perumahan = RW
LOKASI Permukiman Swadaya Administratif Permukiman = kel / desa
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
dilakukan berdasarkan
menentukan tingkat kekumuhan pd satuan perumahan
kriteria perumahan kumuh
&permukiman dgn menemukenali permasalahan kondisi kepemilikan bukti dokumen sertifikat
bangunan gedung beserta sarana&prasarana pendukungnya. dan permukiman kumuh
PROSEDUR sendiri hak atas tanah
status penguasaan lahan kepemilikan pihak bukti izin pemanfaatan tanah
PENDATAAN
dilakukan oleh Identifikasi Legalitas Lahan lain dari pemilik tanah
pemerintah daerah menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi kesesuaian dengan rencana kesesuaian bukti Surat Keterangan
melibatkan peran perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar tata ruang peruntukan Rencana Kab/Kota
masyarakat pada untuk menentukan pola penanganan.
lokasi pada fungsi strategis ka/kota
lokasi Identifikasi Pertimbangan Lain nilai strategis lokasi
lokasi bukan pada fungsi strategis ka/kota
Pemda menyiapkan identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik
format isian dan untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan rendah: kepadatan < 150 jiwa/ha
prosedur pendataan kumuh dan permukiman kumuh sedang: kepadatan 151-200 jiwa/ha
kepadatan penduduk
Kumuh Kategori Ringan tinggi: kepadatan 201-400 jiwa/ha
Kondisi Kekumuhan Kumuh Kategori Sedang sangat padat: kepadatan > 401 jiwa/ha
Kumuh Kategori Berat kondisi sosial, potensi sosial tingk partisipasi masy dlm pembangunan
ekonomi, dan potensi ekonomi keg ekonomi tertentu yg strategis bg masy
Status Lahan Legal
PENILAIAN Legalitas Lahan budaya potensi budaya adanya kegiatan / warisan budaya tertentu
Status Lahan Tidak Legal
LOKASI
Kategori Rendah
Pertimbangan Lain Kategori Sedang
Peninjauan ulang min 1x dlm 5 thn
Kategori Tinggi
Untuk mengetahui pengurangan jumlah
Dlm bntk Keputusan Bup/Wal (gubernur utk DKI) Dilengkapi Tabel Daftar Lokasi & Peta Sebaran lokasi dan/atau luasan
PENETAPAN
Dilakukan melalui proses pendataan
LOKASI
Berdasarkan Pertimbangan Lain Menentukan Prioritas Penanganan Hasil peninjauan ulang ditetapkan dlm
keputusan Bup/Wal (Gub untuk DKI)
Pasal 25
Bagian Ketiga: Perencanaan Penanganan
Sesudah
Kegiatan : Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
Lokasi : Candikuning, Tabanan, Bali
Saluran Drainase
Sebelum Sesudah
Sesudah
Kegiatan : Pembangunan Landasan Kontainer
Lokasi : Kawasan Tambakromo, Blora, Jawa Tengah
Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat
Pemugaran Peremajaan Pemukiman Kembali
Dilakukan untuk perbaikan dan/atau Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, Dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
pembangunan kembali perumahan dan perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna
permukiman menjadi perumahan dan permukiman melindungi keselamatan dan keamanan penghuni melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
yang layak huni. dan masyarakat sekitar. dan masyarakat.
Merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana, Dilakukan melalui pembongkaran dan penataan
sarana, dan/atau utilitas umum. secara menyeluruh terhadap rumah, prasarana,
Tahap pra konstruksi:
sarana, dan/atau utilitas umum
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi a. kajian pemanfaatan ruang dan/atau kajian legalitas
Harus dilakukan dengan terlebih dahulu lahan;
sebagaimana semula.
menyediakan tempat tinggal sementara bagi b. penghunian sementara (pada lokasi rawan bencana);
masyarakat terdampak c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
Tahap pra konstruksi:
d. pendataan masyarakat terdampak;
a. identifikasi permasalahan & kebutuhan pemugaran;
e. penyusunan rencana pemukiman baru, rencana
b. sosialisasi & rembuk warga terdampak; Tahap pra konstruksi:
pembongkaran pemukiman eksisting dan rencana
c. pendataan masyarakat terdampak; a. identifikasi permasalahan & kebutuhan peremajaan;
pelaksanaan pemukiman kembali; dan
d. penyusunan rencana pemugaran; dan b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak;
f. musyawarah dan diskusi penyepakatan.
e. musyawarah dan diskusi penyepakatan. c. sosialisasi dan rembuk warga terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
Tahap konstruksi: e. penyusunan rencana peremajaan; dan Tahap konstruksi:
a. proses pelaksanaan konstruksi pemugaran; dan f. musyawarah dan diskusi penyepakatan. a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak;
b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi b. proses legalitas lahan pada lokasi baru;
peremajaan. Tahap konstruksi: c. proses pelaksanaan konstruksi pembangunan baru;
a. ganti rugi bagi masyarakat terdampak; d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi;
b. penghunian sementara masyarakat terdampak; e. penghunian kembali masyarakat terdampak; dan
Tahap pasca konstruksi:
c. pelaksanaan konstruksi peremajaan; f. pembongkaran pada lokasi pemukiman eksisting.
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi; dan
e. penghunian kembali masyarakat terdampak. Tahap pasca konstruksi:
Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Tahap pasca konstruksi:
Pasal 29-Pasal 34 Pemanfaatan dan pemeliharaan & perbaikan.
Pasal 36
Bagian Kesatu: Umum
6 Bertujuan:
Mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan
PENGELOLAAN masyarakat
Pengelolaan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
yang telah ditangani
6 Bagian Kedua:
Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
PENGELOLAAN Upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengelola
Perumahan dan Permukiman layak huni dan berkelanjutan.
Pembentukan kelompok swadaya masyarakat dapat difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk:
a. penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan
kriteria;
b. pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan
konsultasi;
c. pemberian kemudahan dan/atau bantuan;
d. koordinasi antar pemangku kepentingan secara periodik atau
sesuai kebutuhan;
e. pelaksanaan kajian perumahan dan permukiman; dan/atau
f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi.
Kelompok swadaya masyarakat dibiayai secara swadaya oleh
masyarakat.
Pasal 38- Pasal 42
6 Bagian Ketiga:
Pemeliharaan & Perbaikan
Pemeliharaan rumah wajib dilakukan
PENGELOLAAN Pemeliharaan oleh setiap orang
Perbaikan
7
POLA Pola Kemitraan antar
KEMITRAAN, pemangku kepentingan Kemitraan antara
Pemerintah dan/atau
PERAN dapat dikembangkan pemerintah daerah
MASYARAKAT dalam upaya peningkatan dengan setiap orang
kualitas terhadap
DAN perumahan kumuh dan
permukiman kumuh
KEARIFAN
LOKAL
Pasal 44- Pasal 50
Bagian Kedua: Peran Masyarakat
Pada Tahap Penetapan & Perencanaan Pada Tahap Peningkatan Kualitas
Tahap Penetapan Tahap Perencanaan Tahap Pemugaran, Permejaan, dan/atau Pemukiman Kembali Pada Tahap Pengelolaan
Lokasi Penanganan
a. partisipasi pada masyarakat dapat: a. berpartisipasi aktif dalam sosialisasi dan rembuk warga pada a. berpartisipasi aktif pada
proses pendataan a. berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang terdampak; berbagai program pemda
lokasi, dengan pembahasan yang dilakukan b. berpartisipasi aktif dalam musyawarah dan diskusi penyepakatan dalam pemeliharaan dan
mengikuti survei oleh pemda; rencana pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; perbaikan di setiap lokasi yang
lapangan dan/ atau b. memberikan pendapat dan c. berpartisipasi dalam pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau telah tertangani;
memberikan data pertimbangan dalam pemukiman kembali baik berupa dana, tenaga maupun material; b. berpartisipasi aktif secara
dan informasi yang penyusunan rencana d. membantu pemerintah daerah dalam upaya penyediaan lahan yang swadaya baik berupa dana,
dibutuhkan; penanganan; berkaitan dengan proses pemugaran, peremajaan, dan/atau tenaga maupun material;
b. pemberian pendapat c. memberikan komitmen dalam pemukiman kembali terhadap rumah, prasarana, sarana, dan/atau c. menjaga ketertiban dalam
terhadap hasil mendukung pelaksanaan utilitas umum; pemeliharaan dan perbaikan;
penetapan lokasi rencana penanganan pada e. membantu menjaga ketertiban dalam pelaksanaan pemugaran, d. mencegah perbuatan yang
dengan dasar lokasi sesuai dengan peremajaan, dan/atau pemukiman kembali; dapat menghambat atau
pertimbangan kewenangannya; f. mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi menghalangi proses
dokumen atau data d. menyampaikan pendapat dan proses pelaksanaan pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman pemeliharaan dan perbaikan;
dan informasi. pertimbangan terhadap hasil kembali; dan/atau dan/atau
penetapan rencana g. melaporkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf f kepada e. melaporkan perbuatan dlm
penanganan dengan dasar instansi berwenang agar proses pemugaran, peremajaan, dan/atau huruf d, kepada instansi
pertimbangan berupa pemukiman kembali dapat berjalan lancar. berwenang agar proses dpt
dokumen atau data dan berjalan lancar.
informasi.
pelibatan kelompok swadaya masyarakat merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat
Pasal 51
Bagian Ketiga: Kearifan Lokal
7 Kearifan Lokal?
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang sehat,
aman, serasi, dan teratur.