Dewi
Dewi
A. Latar Belakang
Insiden kecelakaan merupakan salah satu dari masalah kesehatan dasar selain
gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan, penyakit, gigi dan mulut, serta aspek
menewaskan hampir 1,3 juta jiwa di seluruh dunia atau 3000 kematian setiap hari
dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya (Depkes 2007 & WHO
2011).
World Health Organitation (WHO) mencatat pada tahun 2005 terdapat lebih
dari tujuh juta orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar dua juta mengalami
peningkatan 6,72% dari 57.726 kejadian di tahun 2009 menjadi 61.606 insiden di
tahun 2010 atau berkisar 168 insiden setiap hari dan 10.349 meninggal dunia atau
maupun kelainan patologis. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik (Price, 2005). Sedangkan menurut Smeltzer (2005) fraktur
merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang diabsorpsinya.
puntir mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi
jaringan sekitarnya mengakibatkan oedema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) fraktor dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
fraktur ekstrinsik dan fraktur intrinsik, faktor ekstrinsik meliputi kecepatan dan
durasi trauma yang mengenai sedangkan faktor intrinsik meliputi kapasitas tulang
serta kekuatan tulang. Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera,
seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Jenis dan beratnya patah tulang
dipengaruhi oleh arah, kecepatan, kekuatan dari tenaga yang melawan tulang, usia
penderita dan kelenturan tulang. Tulang yang rapuh karena osteoporosis dapat
bahwa sekitar delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis yang berbeda.
Insiden fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2% sampai
dari insiden kecelakaan. Hasil tim survey Depkes (2007) didapatkan 25% penderita
psikologis dan bahkan depresi, serta 10% mengalami kesembuhan dengan baik.
tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat dan Jong 2005). Prosedur pembedahan
yang dilakukan pada fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (Open
Reduction and Internal fixation/ ORIF) sasaran pembedahan digunakan untuk
Ada banyak hal seorang individu dapat merasakan nyeri, salah satunya ialah
yang disengaja untuk menyembuhkan suatu penyakit yang diderita oleh individu.
Luka inilah yang nantinya akan menyebabkan individu dapat merasakan nyeri
(Tamsuri 2012).
Keluhan harus didiagnosis agar dasar patologinya dapat diobati. Keluhan dan gejala
pasien kembali pada fungsi yang optimal dengan cepat, aman, dan senyaman
dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari
atau merasakan nyeri yang klien rasakan (Smeltzer & Bare 2002).
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama,
dalam stimulasi tingkat tinggi (pada otak) dan stimulasi tingkat rendah (pada
Salah satu cara untuk mengatasi nyeri secara non farmakologis yaitu terapi
relaksasi nafas dalam. Terapi relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi yang
fraktur diperoleh data bahwa klien mengalami ketidaknyamanan akibat nyeri di area
jahitan, kondisi tersebut menyebabkan pasien susah berjalan dan takut untuk
seperti terapi relaksasi dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada jahitan tersebut.
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada ibu post operasi Sectio Caesari
(SC) di RSUP H. Adam malik Medan tahun 2017 dengan menggunakan desain
bahwa nilai rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
adalah 8.52 dengan standar deviasi 0,512. Sedangkan rata-rata skala nyeri setelah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 4.43 dengan standar deviasi 0.870,
Beda Mean 4,095, beda standar defiasi 0,768. Hasil uji statistik di peroleh nilai p=
0,000, maka H0 di tolak yang berarti ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap
B. Rumusan Masalah
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari
nyeri yaitu dengan menggunakan terapi relaksasi nafas dalam. Berdasarkan urain
diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu adakah pengaruh terapi relaksasi
nafas dalam dengan intensitas nyeri pada pasien rawat inap post operasi fraktur di
Ruang Rauzah 3 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun
2017 ?
C. Tujuan Penelitian
nyeri pada pasien rawat inap post operasi fraktur di ruang rauzah 3 rumah sakit
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah terkait dengan cara
relaksasi nafas dalam khususnya pada pasien yang mengalami nyeri post operasi
fraktur.
2. Manfaat Praktis
asuhan keperawatan.
Memberikan informasi mengenai tata cara mengatasi nyeri pada pasien post
operasi fraktur secara non farmakologi yaitu dengan terapi relaksasi nafas
dalam.
Sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut terkait cara mengatasi