Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak fasilitas di perusahaan minyak dan gas (migas) didunia memasuki


masa aging atau penuaan, termasuk di Indonesia, dimana awal explorasi dan
produksi migas terjadi pada tahun 1970 dan 1980 an, artinya saat ini banyak
fasilitas yang sudah beroperasi melewati umur desainnya. Namun demikian
karena produksi migas secara ekonomi masih menguntungkan maka operator
tidak dapat serta merta menutup atau mengganti fasilitas produksi mereka.

Fasilitas yang sudah tua, terutama peralatan sistem bertekanan seperti


pressure vessels, piping dan pipeline, ditandai dengan meningkatnya kerusakan,
utamanya korosi, erosi, wear, dan fatigue. Mekanisme kerusakan tersebut, yang
berjalan untuk waktu yang lama, menyebabkan kegagalan peralatan baik berupa
kebocoran (leak) atau pecah (rupture). Jadi fasilitas yang aging menghadapi
masalah integrity dan risiko yang tinggi karena dampak kegagalan peralatan
bertekanan bisa berupa fire & explosion yang memiliki implikasi terhadap
keselamatan manusia, lingkungan, kerugian bisnis serta asset yang sangat besar.

Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir banyak kegagalan atau kecelakan di


industri migas, petrokimia, dan industri proses, terkait dengan masalah integrity
seperti ledakan dan kebakaran refinery dan process plants di USA (2001-2006),
pipeline (Eropa, USA, Asia). Hampir setiap tahun terjadi kebocoran pipa minyak
dan gas yang tidak jarang diikuti oleh ledakan dan kebakaran besar. Berbagai
kejadian kecelakan di industri migas di dunia tersebut memberikan indikasi kuat
bahwa mengelola asset berbasis waktu sudah tidak memadai, sehingga strategi
inspeksi dan maintenance sudah harus berubah dari time base (prescriptive) ke
risk based (predictive), yakni secara bersamaan mempertimbangkan peluang atau
laju kegagalan peralatan dengan konsekwensi kegagalannya baik terkait
keselamatan manusia, kerugian bisnis dan asset, maupun keselamatan dan

1
kesehatan lingkungan. Oleh sebab itu RBI masuk menggantikan inspeksi biasa
berbasis waktu. Dengan RBI dapat dijawab pertanyaan berikut ini:
Apa yang akan diinspeksi What to inspect ?
Kapan akan dilakukan inspeksi When to inspect ?
Dimana lokasi inspeksi persisnya Where to inspect ?
Bagaimana efektif inspeksi dilakukan How effective to inspect ?
RBI dikembangkan tahun 1993 yang dimotori oleh 21 perusahan migas,
petrokimia dan industri proses lainnya yang bertujuan untuk menjawab tantangan
aging facility. Hasil dari konsesi itu menghasilkan rujukan utama dunia terkait
metodologi RBI yakni API 581 (RBI resources based document). Dokumen
tersebut menampilkan teknologi dan latar belakang perhitungan scientific dan
enginering judgment bagaimana melakukan kajian RBI step by step, lengkap
dengan worksheetnya. Selain itu terdapat pula dokumen API 580 yang berisi
uraian teknik persiapan dan dokumentasi RBI. Perkembangan berikutnya adalah
keluarnya dokumen DNV-RP-G101 (RBI for topside equipments), yang
dikembangkan khusus untuk mengelola risiko peralatan di topside pada offshore
platform. Selanjutnya ISO dan ASME juga mengembangkan metodologi RBI
walaupun besifat lebih umum. Untuk memudahkan perhitungan karena
melibatkan ribuan data maka telah dibuat software yang sudah tersedia secara
komersial diantaranya DNV Orbit, RiskWise, Tischuk, dll.

Saat ini RBI sudah dalam fase mature dan hampir seluruh perusahan
migas global menggunakan RBI untuk mengelola integrity assetnya. Beberapa
perusahaan bahkan mengembangkan sendiri metodologi RBI berikut softwarenya
seperti Sheel, Total E&P, Chevron, ConocoPhilips, dsb.

Mendasari hal tersebut, penulis membuat suatu tulisan tugas presentasi


tentang implementasi konsep RBI menggunakan standar ASME dengan studi
kasus pada industri petrokmia.

2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang diangkat pada
tugas presentasi ini adalah bagaimana mengimplementasikan inspeksi
berdasarkan resiko (Risk Based Inspection) pada industri kimia.

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan yang difokuskan penulis dalam tugas presentasi ini yaitu:
Konsep Risk Based Inspection (RBI) mengikuti standar ASME PCC-
3 tahun 2007.
Implementasi RBI pada peralatan Bejana Tekan (pressure vessel) di
industri petrokimia.
Studi kasus yang dilakukan adalah analisa RBI secara kualitatif
dengan matriks 5 x 5

1.4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tugas presentasi ini adalah untuk
mengetahui peranan penerapan konsep inspeksi berdasarkan resiko (Risk
Based Inspection) terhadap perencanaan inspeksi dan maintenance peralatan
dalam fasilitas industri petrokimia.

Anda mungkin juga menyukai