Anda di halaman 1dari 16

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Lingkungan Fisik-Kimia


3.1.1 Topografi
Bandung secara umum terletak pada ketinggian 768 m dpl, titik tertinggi di daerah Utara
dengan ketinggian 1.050 m dan terendah di sebelah Selatan adalah 675 m dpl. Daerah Tegalega
diketahui terletak di daerah Bandung bagian selatan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
daerah pelaksanaan proyek ini terletak di daerah dataran rendah. Daerah Bandung Selatan ini
juga diketahui mempunyai permukaan tanah relatif datar. Ketinggian daerah Tegalega saat
dilakukan pengukuran di lapangan adalah 725 m dpl.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada
zaman Kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Takuban Perahu.
Jenis material di bagian Utara umumnya merupakan jenis andosol, dibagian Selatan serta Timur
terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian Tengah dan
Barat tersebar tanah jenis andosol.

3.1.2 Tata Guna Lahan


Tata guna lahan daerah Tegalega kecamatan Regol mayoritas adalah industri kecil yang
cukup padat. Daerah yang sedang ditelaah ini terletak tepat di pinggir jalan raya, sehingga akses
transportasinya sangat baik. Lokasi proyek yang dekat dengan jalan raya menjadi penyumbang
potensial terhadap polusi kebisingan dan udara pada daerah rencana proyek. Gas dan partikulat
debu dari aktivitas transportasi jalan raya ini dirasakan cukup mengkuatirkan sehingga perlu
mendapatkan perhatian.

3.1.3 Iklim
Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, yaitu diantara Benua Asia dan Australia,
diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa, menyebabkan
kondisi iklim di Indonesia secara keseluruhan dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino,
La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO). Untuk daerah Tegalega secara

24
khusus pengaruh iklimnya ditambah oleh kondisi topografi Bandung yang dikelilingi gunung,
sehingga didapatkan daerah yang relatif lebih dingin dari daerah Indonesia lainnya.
a. Tipe Iklim
Tipe iklim di wilayah sekitar lokasi kegiatan adalah Iklim Tropis.
b. Suhu Udara
Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung,
2009) suhu udara rata-rata, min: 22.8 C dan max: 31.6 C
c. Curah Hujan
Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung,
2009) diketahui curah Hujan rata-rata pertahun: 2445.3 mm dan biasanya terdiri dari 4
bulan musim kemarau dan 8 bulan musim hujan.

Tabel 3.1 Data Curah Hujan, Suhu, dan Kelembaban di Daerah Tegalega, Kec. Regol
Tahun Curah hujan Hari Hujan Suhu max Suhu min Kelembaban
(mm) (0C) (0C) (%)
2000 2288 139 32,07 22,4 79,67
2001 1467 65 32,53 23,17 76
2002 3002 201 31,81 21,58 86,02
2003 2106 157 32,03 21,79 88,37
2004 1916 137 28,82 23,85 89,3
2005 5669 107 30,95 23,74 88,92
2006 2583 154 32,68 23,29 89,67
2007 1475 58 31,9 23,03 82,3
2008 1895 67 31,04 22,95 81,75
2009 2052 102 32,09 22,56 81,53
Jumlah 24453 1187 315,92 228,36 843,53
Rata- 2445,3 118,7 31,592 22,836 84,353
rata
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung, 2009

25
Curah Hujan Kota Bandung (mm)
6000
5000
4000
3000
2000 Curah hujan (mm)
1000
0

Gambar 3.1 Curah Hujan di Kota Bandung Tahun 2000-2009

d. Angin dan Kecepatan Angin


Setelah dilakukan pengukuran, arah angin di Lapangan Tegalega dominan bertiup dari
arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan angin berkisar antara 0,2 1,5 m/s.
Berikut dapat dilihat kecepatan angin dari berbagai arah mata angin yang diambil pada
tanggal 1 Maret 2011.

Gambar 3.2 Arah dan Kecepatan Angin di Lapangan Tegalega

26
3.1.4 Sumber Air dan Pemanfaatannya
Sumber mata air sebagian besar penduduk daerah Tegalega berupa air tanah, dan air
permukaan dari Sungai Cikapundung yang mengalir melewati daerah tersebut. Untuk keperluan
air bersih penduduk daerah tersebut dilayani oleh PDAM Badaksinga sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan air di daerah pelaksanaan proyek ini cukup memadai. Rincian
pemanfaatan air bersih dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Pemanfaatan Air di Taman Tegalega


Total
Kebutuhan Air
No. Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (m3/hari)
1 Toilet dan wastafel
> Hari biasa (Senin-Jumat) -->
pengunjung: 100 orang 50 per orang/L/hari 500 L/hari
> Sabtu/Minggu/Hari Libur -->
pengunjung: 1000 orang 50 per orang/L/hari 5000 L/hari
2 Pemeliharaan Taman Tegalega
(taman, halaman, tanaman) 500 L/hari
3 Kolam renang Tegalega 400.0 minggu

3.1.5 Sistem Drainase


Sistem drainase di daerah ini terpisah dengan sistem penyaluran air buangan, saluran ini
berupa saluran terbuka dan berbentuk segi empat dengan lebar dan kedalaman 0,5 m (Gambar
3.3). Saluran ini terletak di sepanjang lapangan (mengitari lapangan). Saluran drainase di
kawasan ini bebas sampah karena ada petugas yang membersihkan setiap hari.

Gambar 3.3 Saluran Drainase

27
3.1.6 Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana pembangunan Taman Ria berasal dari
kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, dan
sebagainya.
Data kebisingan dikumpulkan melalui pengukuran dengan menggunakan alat sound level
meter di lapangan sebagai data primer. Titik-titik sampling diambil untuk mengetahui intensitas
kebisingan di dalam lokasi kegiatan serta lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh kegiatan
yang akan beroperasi dan merupakan rona awal kebisingan. Hasil pengukuran yang diperoleh
akan dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan sesuai SK Menteri LH No. 48 Tahun
1996. Hasil intensitas kebisingan akan digunakan sebagai bahan dalam melakukan prakiraan
dampak. Lokasi pengambilan sampel dipertimbangkan dari arah dan kecepatan angin dominan
dan pemukiman yang ada di sekitar lokasi. Titik lokasi untuk pengambilan sampel kebisingan
adalah (seperti pada Gambar 3.4):
Pada jarak terjauh dari sumber bising
Jarak terdekat dari sumber bising
Jarak antara jarak terjauh dan terdekat dari sumber bising

Gambar 3.4 Titik Sampling Pengukuran Kebisingan di Kawasan Tegalega

28
Metode pengukuran
Cara sederhana, yaitu sound level meter (dalam dB) diukur selama 10 menit untuk tiap
pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Waktu pengukuran dilakukan selama
aktifitas 24 jam. Pada siang hari tingkat aktifitas tertinggi selama 16 jam (06.00-22.00),
dilakukan 4 waktu pengukuran dan malam hari 8 jam (22.00-06.00), dilakukan 3 waktu
pengukuran.
Jam 07.00, mewakili jam 06.00 - 09.00
Jam 10.00, mewakili jam 09.00 - 11.00
Jam 15.00, mewakili jam 14.00 - 17.00
Jam 20.00, mewakili jam 17.00 - 22.00
Jam 23.00, mewakili jam 22.00 - 24.00
Jam 01.00, mewakili jam 24.00 - 03.00
Jam 04.00, mewakili jam 03.00 - 06.00

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Kebisingan di Titik Sampling


Titik Lokasi Sumber Bising
Intensitas Kebisingan dB
Pengambilan
(A)
Sampel
1 Jalan ibu Inggit Garnasih Kendaraan lalu lintas 55-58
2 Jalan Mohammad Toha Kendaraan lalu lintas 57-59
3 Jalan BKR Kendaraan lalu lintas 58-60
4 Jalan Astana Anyar Kendaraan lalu lintas 57-60
5 Lapangan Tegalega Orang berbicara 38-41
6 Lapangan Tegalega Orang berbicara 37-41
7 Jalan Dewi Sartika Kendaraan lalu lintas 52-57
8 Jalan Kota Baru Kendaraan lalu lintas 54-56
9 Jalan Pelindung Hewan Kendaraan lalu lintas 53-57
10 Ciroyom Kendaraan lalu lintas 51-55

29
3.1.7 Kualitas Udara
Data kualitas udara dikumpulkan melalui hasil analisis di laboratorium yang dilakukan
pengukuran di lapangan sebagai data primer. Hasil dari analisa kualitas udara akan digunakan
sebagai bahan dalam melakukan prakiraan dampak. Selanjutnya mengenai pengambilan sampel
ditetapkan atas pertimbangan rencana kegiatan. Penentuan Lokasi Sampling dilakukan
berdasarkan SNI 19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas Udara. Penempatan peralatan berjarak 1-5m dari pinggir jalan yang akan
diambil contoh uji pada ketinggian 1,5 -3 m dari permukaan jalan (seperti pada Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara
Berdasarkan SNI 19-7119.9-2005

30
Gambar 3.6 Lokasi Sampling Kualitas Udara

Parameter Kualitas Udara


700

600

500
NOx
400
ug/m3

SOx
300 NH3
200 CO

100 Pb

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun

Gambar 3.7 Parameter Kualitas Udara di Kawasan Tegalega Tahun 2000-2010

31
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Kawasan Tegalega Bulan Maret 2011
Lokasi Baku
No. Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 U5 Mutu

Barat- Barat- Barat- Barat- Barat-


1 Arah angin - Timur Timur Timur Timur Timur -
Laut Laut Laut Laut Laut

3 Suhu C 31,7 32,4 33,2 30 31,2

4 Kelembaban %RH 36,0 33,0 32,0 34,0 35,0

5 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah


6 SO2 g/m3 662,5 661,8 663 663 663,2 900
7 NO2 g/m3 334,2 333,6 335,2 336 334,8 400
8 NH3 g/m3 Ttd 1,1 2,11 1,25 1,4 2000
9 H2S g/m3 Ttd ttd ttd ttd ttd 20

10 Debu g/m3 207,5 216,7 212,3 209,7 210,9 230

11 Pb g/m3 0,09 0,17 0,15 0,05 0,19 2

12 CO g/m3 415.5 369.8 403,6 404,8 420,0 30000

3.2 Lingkungan Biologi


3.2.1 Flora
Pada saat ini salah satu fungsi Lapangan Tegalega yaitu sebagai taman kota dan tempat
konservasi tanaman, sehingga dapat ditemukan berbagai macam jenis flora di sana. Tanaman
tersebut terdiri dari tanaman keras yang tumbuh sendiri dan sengaja ditanam, antara lain dapat
dilihat pada Tabel 3.5.

32
Tabel 3.5 Jenis Flora yang Tumbuh di Sekitar Lokasi
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
1. Rumput teki Cyperus rotundus
2. Trembesi Samanea saman
3. Akasia Acacia auriculiformis
4. Kayu manis Cinnamomum burmannii
5. Bintaro Cerbera manghas
6. Bambu Bambusa atra
7. Flamboyan Delonix regia
8. Palm botol Hyophorbe lagenicaulis
9. Palm kipas Livistona spp.

3.2.2 Fauna
Jenis fauna darat berdasar pengamatan dan informasi dari penduduk terdiri dari binatang
liar dan binatang piaraan yang dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Jenis Fauna yang Tumbuh di Sekitar Lokasi
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
A. Burung (Aves)
1. Burung Gereja Passer montanus
B. Reptilia, Amphibi, Pisces
1. Belalang Mantis religiosa
2. Kadal Maburia
3. Cicak Hemidactylus Frenatus
4. Tokek Gecko gecko
5. Serangga Insect
6, Cacing tanah Annelida
C. Mammalia
1. Anjing Canis familiaris
2. Kucing Felis domedticus
3. Tikus Rattus norvegicus

33
3.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
3.3.1 Kependudukan
Jumlah Penduduk
Pembangunan Taman Ria berada di Kecamatan Regol dengan jumlah penduduk mencapai
62.589 jiwa pada tahun 2009, dengan kepadatan penduduk 158 jiwa/ha. Komposisi
penduduknya adalah 31.058 jiwa laki-laki dan 31.531 jiwa perempuan.

Jumlah Penduduk

31058 Laki-Laki
31531 Perempuan

Gambar 3.8 Keadaan Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Regol Pada
Tahun 2009

Komposisi penduduk menurut pendidikan


Survey komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan menunjukkan jumlah penduduk
yang tidak atau belum bersekolah 17%, tidak tamat SD 7%, belum tamat SD 17%, tamat
SD 16%, SLTP 17%, SLTA 17%, dan sarjana 9%. Sebagian besar penduduk daerah ini
bekerja setelah lulus SLTA, menjadi pekerja atau wiraswasta.

34
Tingkat Pendidikan
awal

tidak/belum sekolah
9% 17%
17% tidak tamat SD
7%
belum tamat SD

17% 17% tamat SD


SLTP
16%
SLTA
Sarjana

Gambar 3.9 Keadaan Tingkat Pendidikan Awal Pada Tahun 2009

Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan


Survey jenis pekerjaan penduduk, yaitu pelajar, petani, pegawai swasta, pedagang, PNS,
ABRI/TNI, buruh swasta, penjahit, tukang kayu, dokter, sipil, dll. Dapat dilihat pada Tabel
3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Regol Tahun 2009
No Lapangan Usaha Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Petani 820 595 1415

2 Pelajar/Mahasiswa 8659 11673 20332

3 Pegawai Swasta 4483 4533 9016

4 Pedagang 7550 4702 12252

5 Pegawai Negeri Sipil 1032 1686 2718

6 TNI/ABRI 249 60 309

7 Buruh Swasta 7256 6535 13791

8 Pengrajin 329 1294 1623

35
9 Penjahit 91 120 211

10 Tukang Kayu 196 99 295

11 Dokter 31 31 62

12 Sopir 198 100 298

13 Pengusaha 164 163 327

Jumlah 31058 31531 62589

Berdasarkan Tabel 3.7, dapat dilihat bahwa lapangan usaha yang banyak menyerap
tenaga kerja adalah pelajar/mahasiswa sebesar 20332 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu
lapangan usaha dokter dengan menyerap tenaga kerja sebesar 62 jiwa. Jika dilihat dari segi jenis
kelamin, laki-laki lebih banyak bekerja pada lapangan usaha pelajar/mahasiswa yaitu sekitar
28%. Begitupula dengan perempuan di Kecamatan Regol masih banyak yang
bermatapencahariaan sebagai pelajar/mahasiswa yaitu sekitar 37%. Hal ini dapat dilihat dari
gambar 3.10 dan 3.11 berikut:

Mata Pencaharian Laki-Laki di Kec. Regol


0% 1% 0% 1% 1% 3% Petani
1%
Pelajar/mahasiswa
Pegawai Swasta
Pedagang
23% Pegawai Negeri Sipil
28%
TNI/ABRI
Buruh Swasta
Pengrajin
1%
3% Penjahit
Tukang Kayu
14% Dokter
24% Sopir
Pengusaha

Gambar 3.10 Mata Pencaharian Laki-Laki di Kecamatan Regol Pada Tahun 2009

36
Mata Pencaharian Perempuan di Kec. Regol
Petani
2%
0% 0% 0% 1%
Pelajar/mahasiswa
1%
4% Pegawai Swasta
Pedagang
Pegawai Negeri Sipil
21%
TNI/ABRI
37%
Buruh Swasta
Pengrajin
0%
5% Penjahit
Tukang Kayu
Dokter
15%
Sopir
14%
Pengusaha

Gambar 3.11 Mata Pencaharian Perempuan di Kecamatan Regol Pada Tahun 2009

3.3.2 Konflik Sosial


Konflik sosial merupakan salah satu parameter sosial yang perlu dikaji, terutama jika
dikaitkan dengan potensi dampak akibat adanya kegiatan pembangunan Taman Ria. Konflik
sosial antara lain dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan akses dalam memperoleh
kesempatan kerja yang berimplikasi pada harapan peningkatan kesejahteraan penduduk,
ketimpangan dalam distribusi pendapatan, eksklusifitas dan sebagainya. Namun hal ini tidak
nampak di wilayah ini.
Salah satu parameter yang dapat dilihat dari aspek sosial budaya adalah penerimaan
masyarakat lokal atas kehadiran warga pendatang serta tidak pernah terjadinya konflik di antara
masyarakat pendatang dan masyarakat lokal. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa potensi
konflik sosial dapat muncul apabila harapan masyarakat terlalu besar terhadap perusahaan dalam
hal bantuan sosial dan penerimaan tenaga kerja yang tidak dapat terpenuhi.

3.3.3 Kesehatan Masyarakat


Komponen kesehatan merupakan komponen utama dan esensial (mutlak) dari kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu tanpa sumber daya manusia yang berkualitas

37
pembangunan akan terhenti. Penduduk atau masyarakat yang sakit - sakitan tidak akan mampu
melanjutkan pembangunan, maka untuk menjamin kelangsungan pembangunan tersebut
diperlukan masyarakat yang sehat.
Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 hal (Teori Blum) yaitu : 5 % Keturunan,
15 % Pelayanan Kesehatan, 35 % Perilaku dan 45 % oleh lingkungan. Berdasarkan teori
tersebut diatas ternyata faktor lingkungan yang paling dominan. Sebagaimana negara - negara
sedang berkembang yang lain, Indonesia juga masih menghadapi masalah tingginya angka
penyakit menular terutama yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti
penyakit : ISPA (Iritasi saluran Pernafasan Atas), Diare, TBC, Malaria, Demam berdarah, kulit,
dan sebagainya. Di samping itu penyakit tidak menular pada skala nasional juga mulai
menunjukkan peningkatan yang signifikan, seperti penyakit: kanker, Jantung, dan penyakit
kronik lainnya serta angka kecelakaan akibat kerja juga perlu mendapat perhatian yang sama.
Dalam menunjang Kesehatan Masyarakat, sarana kesehatan mempunyai peranan sangat
penting. Sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Regol dapat
dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8 Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1. Puskesmas 1
2. Puskesmas Pembantu 1
3. Puskesmas keliling 1
4. Balai pengobatan swasta 1
5. Rumah Bersalin Swasta 1
6. Praktek dokter swasta 2
7. Praktek bidan swasta 1
8. Apotik 1
9. Posyandu 3
Sumber : Puskesmas Regol tahun 2008

Untuk masalah sampah di Taman Tegaleaga telah dikelola oleh pihak Pemerintah Daerah
Kebersihan (PD Kebersihan). Sampah yang terkumpul diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Tegalega yang berada di samping taman. Saat ini ada 25 pekerja yang

38
mengelola sampah di Taman Tegalega. Pekerja tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian seperti
parit, taman, lapangan, dll.

3.3.4 Gambaran Kondisi Sosial Ekonomi, Tanggapan dan Harapan Warga Masyarakat
terhadap Kegiatan Pembangunan Taman Ria di Tegalega
Untuk memperoleh gambaran tentang dampak dari kegiatan penataan dan pembangunan
Taman Ria Tegalega, terlebih dahulu dilakukan survey. Survey tersebut bertujuan untuk
memperoleh gambaran secara umum tentang kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat
yang tinggal di daerah Tegalega. Lapangan Tegalega yang terdiri dari taman dan kolam renang
merupakan tempat hiburan yang terjangkau bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke
bawah. Rencana pembangunan taman ria cukup disambut dengan baik, terutama oleh pengelola
Lapangan Tegalega. Hal ini karena akhir-akhir ini hiburan di daerah Tegalega terlalu monoton.
Di samping untuk mengetahui kondisi tersebut juga studi ini bertujuan untuk menggali
tanggapan dan harapan warga masyarakat terhadap kegiatan pembangunan Taman Ria. Melalui
survey diharapkan bisa memperoleh informasi langsung dari warga masyarakat. Adapun
tanggapan masyarakat adalah sebagai berikut:
- Sebaiknya lahan parkir perlu ditambah agar tidak memakan badan jalan di luar area
taman tegalega.
- Biaya tiket masuk diharapkan terjangkau untuk masyarakat, khususnya ekonomi
menengah ke bawah, tetapi masih mampu menutupi biaya taman tegalega itu sendiri,
meliputi maintenance lokasi, wahana, dan sarana-sarana lainnya
- Dengan adanya Taman Ria di Lapangan Tegalega juga dapat membuka lapangan kerja
baru seperti menjadi petugas kebersihan, keamanan, manajemen dan operasional.
- Selain itu para pekerja kaki lima berharap agar usahanya dapat tetap berjalan meskipun
Lapangan Tegalega berubah fungsi menjadi taman ria

39

Anda mungkin juga menyukai