Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekayaan spesies adalah ukuran dari berbagai spesies yang dapat

dinyatakan dalam jumlah spesies, sementara keanekaragaman spesies lebih

mengacu pada hubungan antara spesies dengan jumlah individu. Keanekaragaman

berhubungan dengan keseimbangan jenis dalam komunitas sehingga jika nilai

keanekaragaman tinggi, maka bisa dikatakan keseimbangan dalam komunitas

tersebut juga tinggi, begitu juga sebaliknya. Keanekaragaman juga berkaitan

dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai penyusun

komunitas.

Burung atau avifauna merupakan anggota satwa liar yang memiliki

kemampuan hidup hampir di semua tipe habitat, dari kutub sampai gurun, dari

hutan konifer sampai hutan tropis, dari sungai, rawa-rawa sampai lautan. Selain

memiliki mobilitas yang tinggi, burung juga memiliki kemampuan untuk

beradaptasi di berbagai tipe habitat yang luas. Walaupun memiliki kemampuan

hidup di semua tipe habitat, namun komposisi jenis pada masing-masing habitat

menunjukkan adanya perbedaan. Persebaran suatu jenis burung disesuaikan

dengan kemampuan pergerakannya atau kondisi lingkungan seperti pengaruh luas

kawasan, ketinggian tempat, dan letak geografis. Burung merupakan kelompok

satwa liar yang paling merata persebarannya.


Birdwatching merupakan salah satu kegiatan pengamatan burung di alam.

Kegiatan mengamati burung (birdwatching) dapat meminimalisir efek negatif

terhadap lingkungan hidup. Hal ini karena hilangnya keunikan, kealamian dan

keanekaragaman burung akan mengancam keberlanjutan ekowisata birdwatching.

Berdasarkan dari uraian di atas maka perlu dilakukan Analisis Kelimpahan

Burung.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum ini yaitu bagaimana

kelimpahan burung di sekitaran Universitasa Halu Oleo?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara

menganalisis kelimpahan burung di sekitaran Universitas Halu Oleo.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui

kelimpahan burung di sekitaran Universitas Halu Oleo.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kelimpahan

Keanekaragaman dan kelimpahan jenis burung yang ditemukan dalam

suatu kawasan dapat mengindikasikan bagaimana keadaan di kawasan tersebut.

Sebagai salah satu komponen dalam ekosistem, keberadaan burung dapat menjadi

indikator apakah lingkungan tersebut mendukung kehidupan suatu organisme atau

tidak karena mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan

lingkungannya. Burung sebagai indikator perubahan lingkungan, dapat digunakan

sebagai indikator dalam mengambil keputusan tentang rencana strategis dalam

konservasi lingkungan yang lebih luas. Burung merupakan satwa yang memiliki

arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kehidupan manusia. Atas dasar

peran dan manfaat ini maka keberadaan burung perlu dipertahankan (Paramita

dkk., 2015).

B. Habitat Burung

Habitat yang disukai oleh jenis burung yang ada di kawasan hutan

umumnya merupakan pohon yang mati (kering) maupun pohon yang masih hidup

dan memiliki ketinggian yang cukup beragam yaitu antara 20 m hingga 30 m dari

permukaan tanah, se-dangkan diameter pohon relatif hampir seragam, yaitu

berkisar antara 50 cm sampai di atas 70 cm. Jenis-jenis pohon yang merupakan

tempat bermain, beristirahat maupun untuk berkembang biak adalah pohon kayu
besi (Intsia bijuga dan I. palembanica), beringin (Ficus sp.), matoa (Pometia

pinnata, P. coreacea), dan beberapa jenis kedondong hutan (Spon-dias sp.). Hasil

pengamatan di lapangan, diketahui jenis-jenis pohon sebagai tem-pat beraktivitas,

banyak ditumbuhi oleh tumbuhan merambat (liana) dan beberapa jenis tali-talian

serta adanya jenis anggrek yang hidup di antara batang-batang pohon (Wasito dan

Bismark, 2010).

Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat

hutan maupun habitat bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman

pertanian, pekarangan, gua, padang rumput, savana dan habitat perairan.

Penyebaran jenis burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan tempat hidup

burung, meliputi adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan, kompetisi dan

seleksi alam (Ismawan dkk., 2015).

Pergerakan satwaliar baik dalam skala sempit maupun luas merupakan

usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya. Burung membutuhkan suatu koridor

untuk melakukan pergerakan yang dapat menghubungkan dengan sumber keane-

karagaman. Penyebaran suatu jenis burung disesuaikan dengan kemampuan

pergerakkannya atau kondisi lingkungan seperti pengaruh luas kawasan,

ketinggian tempat dan letak geografis. Burung merupakan kelompok satwaliar

yang paling merata penyebarannya, ini disebabkan karena kemampuan terbang

yang dimilikinya (Dewi, 2005).

Burung merupakan satwaliar yang memiliki kemampuan hid up di hampir

semua tipe habitat. Salah satu tipe ekosistem yang digunakan oleh burung adalah
hutan tanaman pinus. Sehingga hutan tanaman diharapkan memiliki kemampuan

untuk menampung keanekaragaman jenis burung. Kemampuan adaptasi burung

terhadap hutan tanaman diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor lanskap.

Pengaruh dari faktor-faktor lanskap tersebut dapat dianalisis dengan

menggunakan Sistem Informasi G eografis (SIG). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keanekaragaman jenis burung (termasuk jenis penting) di areal hutan

tanaman pinus yang dipengaruhi oleh faktor -faktor lanskap (Soendjoto dan

Gunawan, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. S., 2005, Kajian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Lanskap
Hutan Pinus, Skripsi, Insitut Pertanian Bogor, Bogor.

Ismawan, A., Rahayu, S. E., dan Dharmawan, A., 2015, Kelimpahan dan
Keanekaragaman Burung di Prevab Taman Nasional Kutai Kalimantan
Timur, Jurnal Lingkungan Alam, 2 (3), 21-23

Paramita, E. C., Kuntjoro, S., dan Ambarwati, R., 2015, Keanekaragaman dan
Kelimpahan Jenis Burung di Kawasan Mangrove Center Tuban, Jurnal
Lentera Bio, 4 (3), 161-163

Soendjoto, M. A. dan Gunawan, 2003, Keragaman Burung di Enam Tipe Habitat PT


Inhutani I Labanan Kalimantan Timur, Jurnal Biodiversitas, 4 (2), 103-105

Wasito, H. dan Bismark, M., 2010, Penyebaran Populasi Burung pada Beberapa Tipe
Habitat di Papua, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 7 (1), 93-
95
B. Pembahasan

Populasi adalah kelompok kolektif organisme-organisme dari spesies yang

sama atau kelompok-kelompok lain dimana masing-masing individu dapat

bertukar informasi genetik yang menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki

berbagai ciri atau sifat yang unik dari kelompok dan bukan merupakan sifat

individu. Sifat tersebut antara lain kerapatan, natalitas atau laju kelahiran,

mortalitas atau laju kematian, penyebaran umur, potensi biotik, dispersi, dan

bentuk pertumbuhan atau perkembangan.

Populasi burung dapat dihitung pada saat burung sedang berkumpul dipohon

tempat tidur ataupun bersarang. Perhitungan dapat dilakukan baik saat burung akan

tidur dan mencari makan. Karakteristik suatu populasi dibentuk oleh interaksi-

interaksi antara individu dengan lingkungannya baik dalam skala waktu ekologi

maupun evolusioner, dan seleksi alam dapat merubah semua karakteristik tersebut.

Dua karakteristik penting pada populasi manapun adalah kepadatan dan jarak antar

individu. Kelimpahan adalah istilah umum yang digunakan untuk suatu populasi

satwa dalam hal jumlah yang sebenarnya dan kecenderungan naik turunnya populasi

atau keduanya. Kelimpahan erat kaitannya dengan distribusi, sehingga biasanya

kedua istilah ini seringkali digunakan bersama-sama.

Hasil pengamatan pada praktikum kelimpahan burung yang dilakukan di

sekitaran FISIP dan FMIPA Universitas Halu Oleo yaitu ditemukan beberapa jenis

burung gereja (Passer domesticus), burung kecamata Sulawesi (Zosterops

consobrinorum), ayam kampung (Gallus gallus domesticus) burung pelanduk


Sulawesi (Trichastoma celebense), burung pipit (Oreostrusthus fulginosus), dan

burung selendang biru (Cyornis unicolor). Burung gereja (Passer domesticus)

merupakan jenis passeridae yang memiliki tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan

lingkungan. Warna bulunya mengkilap dengan ujung bulu ekor

membulat serta bagian dagu berwarna hitam. Suara kekicauan dan kebiasaan

Sering mengunjungi lahan terbuka, ladang, dan perkotaan. Beraktivitas dalam

kelompok, ukuran tangan. Burung Kacamata Sulawesi (Zosterops

consobrinorum) berbadan agak besar dengan ukuran 11,5-12 cm. Tenggorokan

dan penutup ekor bagian bawah kuning keemasan, perut putih. Suara berupa

kicauan cepat, kebiasaan hidup berkelompok dan jarang ditemukan sendiri dan

berukuran tangan. Ayam kampung (Gallus gallus domesticus) memiliki warna

yang beragam serta ukuran tubuh dan kemampuan produksi yang tidak sama pada

setiap ras. Penyebarannya hampir merata diseluruh pelosok tanah air. Ukuran

tubuh seperti kaki suara kokokan dan senang tidur di pohon, mengais tanah, serta

mengepakkan sayap untuk melakukan peregangan.

Burung Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense) merupakan burung

endemik pulau Sulawesi, merupakan tipe pengicau. Ukuran tubuhnya kecil (15,5

cm). Bagian atas tubuh merah-karat zaitun coklat, tunggir dan ekor lebih gelap.

Tubuh bagian bawah putih terang, dengan sisi kecokelatan. Sisi tenggorokan

bercoret terang. Suara kicauan kebiasaan burung pemakan inverteberata

permukaan tanah, tipe pemalu yang akan terbang cepat ketika didekati.
Burung gereja (Passer domesticus) Jenis burung pipit kecil yang berasal

dari keluarga passeridae. Bulunya berwarna coklat kelabu, gemuk, berekor

pendek, dan memiliki paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji-bijian dan

serangga kecil. Suara kicauan, kebiasaan Sering mengunjungi lahan terbuka,

ladang, dan perkotaan, beraktivitas dalam kelompok.

Burung Pipit (Oreostrusthus fuliginosus) merupakan sekelompok burung

kecil pemakan biji-bijian yang menyebar di wilayah tropis. Warna warni bulunya

cukup bervariasi. Burung yang paling besar ukuran tubuhnya 17 cm dengan berat

25 g. Kebanyakan burung pipit tidak tahan dengan iklim dingin dan memerlukan

habitat hangat. Suara kicauan, senang berkelompok dan sering terlihat bergerak

dan mencari makan dalam gerombolan yang cukup besar. Pada umumnya mencari

makan di sawah karena sangat menyukai tanaman padi.

Burung Selendang Biru (Cyornis unicolor) merupakan jenis burung

pemakan serangga dan memiliki habitat di hutan tropik yang lembab. Ukuran

tubuhnya agak besar (16 cm). Burung jantan memiliki bagian atas tubuh biru

pirus terang. Tenggorokan dan dada biru lebih muda, perut putih keabuan-abuan

dan penutup ekor warna putih. Kebiasaan burung pemakan inverteberata

permukaan tanah, tipe pemalu yang akan terbang cepat ketika didekati, suara

kicauan.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang terdapat pada praktikum ini yaitu jenis-jenis burung

yang ditemukan di kawasan FKIP dan FMIPA, Universitas Halu Oleo yaitu jenis

burung gereja (Passer domesticus), ayam kampung (Gallus gallus-domesticus),

burung kecamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum), burung pipit

(Oreostrusthus fulginosus), burung selendang biru (Cyornis unicolor), dan burung

pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense).

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu agar praktikan lebih

aktif dalam melakukan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai