PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
dan diastolic. Pengendalian gula darah yang baik memperlambat terjadinya perubahan
pembuluh darah. Kehamilan dapat mempercepat progresifitas retinopati diabetika.
Tabel 2.1
Retinopaty Stage
and Findings on
Ophthalmoscopy
3
Gambar 2.1 Klasifikasi Retinopati Diabetikum
4
Selain itu, terjadi juga obstruksi kapiler yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
dalam kapiler retina. Pirau arteri-vena bisa terbentuk sebagai akibat berkurangnya aliran
darah arteri karena obstruksi kapiler. Daerah iskemik pada retina akan memicu proses
pertumbuhan pembuluh darah baru yang bersifat rapuh pada retina.
Retinopati diabetika secara klinis dibagi menjadi dua tipe yaitu non-proliferatif dan
proliferatif. Retinopati diabetika non-proliferatif memiliki tanda-tanda yaitu
mikroaneurisma ( berupa tonjolan dinding kapiler terutama daerah kapiler vena), eksudat
keras dan lunak, perdarahan retina, serta dapat disertai edema macula.
Retinopati diabetika proliferatif terjadi akibat adanya iskemia retina sehingga memicu
peningkatan kadar Vascular endothelial growth factor ( VEGF ) yang menyebabkan
terjadinya proliferasi endotel dan timbulnya jaringan fibrovaskular. Pembuluh-pembuluh
darah baru tampak sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok. Mula-mula terdapat
pada retina, lalu dapat menjalar ke depan retina, dan pada akhirnya dapat masuk ke
vitreus. Pada pembuluh darah baru ini pecah maka dapat menimbulkan perdarahan
viterus, perdarahan retina, dan memicu timbulnya jaringan fibrous di vitreus dan retina.
Fibrosis ini selanjutnya dapat menarik retina sehingga lepas dari tempat melekatnya (
ablasi retina tarikan). Neovaskularisasi juga dapat memicu pada permukaan iris, yang
disebut meosis iridis. Hal ini dapat menimbulkan glaucoma neovaskular karena
tertutupnya sudut bilik mata dari pembuluh darah baru dan juga akibat perdarahan akibat
pecahnya rubeosis iridis.
5
b. Retinopati Proliferatif
Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh-
pembuluh halus baru yang menyebabkan kebocoran protein-protein serum dalam
jumlah besar. Retinopati diabetik proliferative ditandai dengan kehadiran pembuluh-
pembuluh baru pada diskus optikus (NVD) atau di bagian retina manapun (NVE).
Ciri yang berisiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus
optikus yang meluas lebih dari sepertiga diameter diskus, sembarang pembuluh darah
baru pada diskus optikus yang disertai perdarahan vitreus. Pembuluh-pembuluh baru
yang rapuh berproliferasi ke permukaan posterior vitreus. Apabila pembuluh tersebut
berdarah, perdarahan vitreus yang masif dapat menyebabkan penurunan penglihatan
mendadak.
6
Gambar 2.3 Manifestasi Klinis dari Retinopati Diabetikum
7
Penatalaksanaan retinopati diabetik dibuat berdasarkan pada tingkat kelainan
penyakitnya. Salah satu cara adalah dengan menggunakan terapi fotokoagulasi laser.
Fotokoagulasi laser telah memberikan hasil yang baik pada retinopati diabetik yang
disertai clinically significant macular edema (CSME), neovaskularisasi pada retina
dan pada penderita dengan resiko tinggi proliferative disease. Dengan fotokoagulasi
laser, progesifitas retinopati diabetic dapat diturunkan secara efektif yaitu sekitar
90%, sehingga kehilangan tajam penglihatan yang berat dapat dihindari.
a. Fotokoagulasi Laser
Meningkatnya minat dalam penggunaan laser untuk tujuan pengobatan,
membawa dampak kemajuan dalam bidang kedokteran. Pada beberapa penyakit mata,
sinar laser digunakan secara rutin untuk koagulasi darah dan memblokir pembuluh
darah vena. Dan laser argon adalah laser yang sering digunakan untuk fotokoagulasi.
Laser adalah singkatan dari kata Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation, yang berarti menghasilkan sumber cahaya dengan intensitas yang besar
dan fase koheren. Laser memiliki intensitas sinar yang tinggi, dengan pulse
4 -15
energies sebesar 10 joule dan pulse durations 6 X 10 detik.
Beberapa jenis sinar laser yang digunakan dalam pengobatan terapi, yaitu laser
p-n junction, laser He-Ne, laser argon, laser CO , dan laser solid state . Laser solid
state terdiri atas laser ruby dan laser Nd-YAG (Neodymium in Yttrium Aluminium
Garnet).
Laser Argon memberikan tingkat daya kontinyu yang tingi (1-15 W) dengan
spektrum 515 nm. Kegunaannya untuk foto koagulasi pembuluh darah di dalam mata
penderita diabetes retinopati.
8
Kemungkinan bahaya pada mata dan kulit karena radiasi laser bergantung
pada panjang gelombang (wavelength), lama penyinaran (exposure duration), dan
kondisi yang nampak (viewing conditions).
Dalam bidang kedokteran fotokoagulasi laser merupakan terapi yang paling
sering digunakan untuk membantu pasien yang mengalami perdarahan retina,
fotokoagulasi laser juga dilakukan sebagai upaya preventif, mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih serius pada pasien tersebut. Fotokoagulasi laser menggunakan
laser argon sebagai bahan utamanya. Laser argon adalah laser dengan cahaya hijau,
yang difokuskan untuk pembakaran mikroskopis. Tujuan pembakaran ini adalah
untuk memperbaiki jaringan mata yang sakit atau rusak sehingga bisa mencegah
komplikasi yang akan disebabkan oleh jaringan sakit atau rusak yang menetap. Secara
keseluruhan, pengobatan terapi laser ini sering dinyatakan berhasil dengan lebih dari
satu kali pengobatan.
Terdapat berbagai efek biologis pada penggunaan laser dengan berbagai jenis
spectrum, diantaranya adalah :
1. Panjang gelombang: 190 nm 315 nm
Jenis laser: ArF, KrF, XeF
Efek yang merugikan:
a. Fotokeratokonjungtivitis, normalnya pulih kembali dalam 48 jam.
Terdapat sensasi nyeri seperti kemasukan pasir dalam mata, peradangan
kornea dan konjungtiva.
b. Eritema, normalnya pulih kembali dalam 1 minggu.
c. Kanker kulit
d. Lensa katarak (300-315 nm)
MEP untuk laser:
3 mJ/cm for 200 nm sampai 302 nm 0.56 t1/4 J/cm untuk 1 ns sampai 10 s
9
b. Eritema, normalnya pulih kembali dalam 1 minggu.
c. Kanker kulit
d. Lensa katarak
MEP untuk laser:
0.56 t1/4 J/cm untuk 1 ns sampai 10 s; 1 J/cm untuk 10 sec sampai 1000 sec
1 mW/cm untuk 1000 kali penyinaran.
10
2.2 PANRETINAL FOTOKOAGULASI
11
2.2.2 Indikasi dan Efek Samping Panretinal Fotokoagulasi
Indikasi tindakan panretinal fotokoagulasi adalah untuk tatalaksana iskemik retina dan
neurovaskularisasi retina apapun penyebabnya, walaupun hal ini disebabkan paling
banyak oleh diabetik retinopati.
Oleh karena PRP menyebabkan kerusakan jaringan retina, prosedur ini juga
menyebabkan beberapa gejala penglihatan seperti defek lapang pandang perifer,
berkurangnya penglihatan saat malam hari, penglihatan warna berkurang, dan penurunan
sensitivitas kontras. Efek samping lainnya adalah efusi koroid atau terlepasnya koroid
yang dapat menyebabkan miopia sementara atau peningkatan tekanan intraokuler.
Komplikasi yang berat adalah luka bakar salah arah atau berlebihan yang menyebabkan
kerusakan makula, perdarahan dari koriokapiler, atau iatrogenic neovaskularisasi koroid.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh bagian ilmu kesehatan mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado bulan November 2013 secara deskriptif
retrospektif di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara
periode Januari 2012 Desember 2012 , mendapatkan data 35 penderita retinopati
diabetik yang melakukan terapi fotokoagulasi laser. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita retinopati diabetik yang telah melakukan fotokoagulasi laser pada kelompok
umur 41 60 tahun memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 24 penderita dengan
presentase sebesar 68,6 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita retinopati
diabetik yang termasuk dalam Retinopati Diabetik Proliferatif /Proliferative Diabetic
Retinopathy (PDR) merupakan kelompok terbanyak yang difotokoagulasi laser dengan
jumlah 31 penderita dengan presentase sebesar 88,6%. Sedangkan penderita dengan
retinopati diabetik nonproliferatif/Non Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR)
memiliki jumlah 4 penderita (11,4%). Hal ini menunjukkan bahwa retinopati diabetik
proliferative/Proliferative Diabetic Retinopathy merupakan penyebab tersering seseorang
melakukan fotokoagulasi laser sekaligus juga merupakan komplikasi mata yang paling
parah pada penderita diabetes mellitus.
12
2.2.3 Persiapan Untuk Panretinal Photocoagulation
1. Anestesia
Pasien menerima anesthesia sebagai prosedurnya. Sebagian pasien yang akan
menjalani prosedur laser retina dibawah anestesi local seperti tetes mata,
Proparacaine. Sedangkan di lain pasien membutuhkan injeksi lidokain untuk di
subkonjungtiva, peribulbar atau retrobulbar.
Untuk memonitor anestesi atau general anestei biasanya digunakan untuk bayi
premature ( dengan retinopathy premature ), anak-anak, dan pasien dengan masalah
yang lainnya.
Anestesi yang diperlukan adalah anestesi retrobulbar, peribulbar, atau sub-
Tenon, terutama bila daerah-daerah retina harus dilaser ulang akibat neovaskularisasi
yang berulang (rekuren) atau sulit ditangani.
2. Peralatan
Sumber laser disambungkan melalui kabel fiberoptik ke sistem penyalur
dengan tipikal yang berbeda. Laser diberikan ke eksternal retina, antara melalui
kornea ( transcorneal ) atau sclera ( transcleral ). Penghantaran ke transcorneal
melibatkan slit lamp atau Laser Indirect Ophthalmoscope (LIO). Dengan
menggunakan sistem penghantar slit lamp, laser ditembakkan menuju retina dengan
menggunakan kontak lensa dimana ditempatkan di permukaan kornea pasien. Dengan
menggunakan sistem penghantar LIO, lensa kondensasi oftalmoskop tidak langsung
binocular non-kontak seperti lensa 28 D atau 20 D , digunakan untuk mefokuskan
laser ke dalam retina.
Penghantar transkleral dengan menggunakan probe laser transskelar diode ke
dalam sclera untuk mengobati retina atau badan siliaris.
Laser juga bisa dihantarkan secara internal ( dari dalam mata ), biasanya
dengan menggunakan prosedur vitrectomy. Sebuah probe endolaser yang dimasukkan
ke dalam rongga vitreous, dan laser ditembakkan langsung menuju retina. Prosedur
ini dilihat dengan menggunakan lensa viterctomy di bawah mikroskop operasi.
3. Posisi pasien
Dengan menggunakan sistem penghantar slit lamp, prosedur dilakukan dengan
pasien dalam posisi duduk. Dengan menggunakan endolaser dan sistem penghantar
13
transklearal, pasien dalam posisi supine. Dengan menggunakan LIO, pasien bisa
duduk atau supine.
4. Pencegahan komplikasi
Kacamata proteksi laser yang layak diperlukan untuk staf yang ikut serta dalam
prosedur tersebut. filter aman untuk laser ( spesifik untuk setiap gelombang panjang
dari laser ) pada sistem penghantar harus selalu aktif selama dilakukannya prosedur.
Pasien harus dalam posisi yang benar dan sesuai instruksi pada saat prosedur.
Blok retrobulbar atau anestesi umum mungkin dapat dilakukan. Prosedur harus
dilakukan atau diawasi oleh oftalmologist yang berpengalaman untuk mencegah
kesalahan teknis yang menghasilkan segala komliasi dari prosedur.
5. Teknik
Pada saat menggunakan sistem penghantar slit lamp, kontak lensa slit lamp
tersebut digunakan untuk memfokuskan berkas sinar laser ke dalam retina. Dengan
menggunakan sistem oftalmoskop tidak langsung, lensa indirek digunakan untuk
memfokuskan cahaya laser ke dalam retina. Dengan menggunakan endolaser, laser
menyelidiki di dalam kavitas vitreous ( biasanya dengan menggunakan operasi
vitrectomy ), dan cahaya laser secara diterapkan pada retina.
Jika menggunakan Headlamp pasien dalam posisi tertidur atau duduk. Dokter
menggunakan tipikal headlamp indirect dengan menggunakan laser yang di pasang
coaxially. Lensa tangan digunakan untuk melihat retina dan memfokuskan laser ke
retina. Kepala dokter bergerak dengan tujuan untuk mengendalikannya.
Kedua metode tersebut membuat sekitar 1500-5000 luka bakar berukuran khas di
1-4 sesi pengobatan (bervariasi dengan protokol pengobatan). Menurut protokol DRS
menggunakan PRP laser argon-type standar, pengaturan termasuk luka bakar yang
berkisar sekitar 200 sampai 500 dalam ukuran, durasi pulsa 100 milidetik, dan 200-
250 mW daya di balik setiap api laser. Tujuannya adalah untuk menghasilkan luka
bakar yang berwarna abu-abu; hindari luka bakar putih. Bergantung pada protokol
yang digunakan, semua pengaturan mungkin disesuaikan untuk efek yang diinginkan.
Terapi ini yang paling efektif untuk neovaskularisasi iris dan retina, dimana terapi
PRP mencakup seluruh retina, kecuali daerah di dalam jalur-jalur vascular temporal,
dengan bakaran berdiameter 200-500 mikrometer terpisah sejarak 0,5-1 kali diameter
14
bakaran. PRP memerlukan sedikitnya 2000 dan terkadang 6000 atau bakaran lebih,
biasanya diberikan dalam dua sesi atau lebih dengan selang waktu 1-2 minggu.
Gambar 2.7 Retinopati Diabetik Proliferatif dengan klinis edema macular dan PRP
diterapkan dengan menggunakan laser oftalmoskop secara indirek.
Diunduh dari : https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-
proliferative-nonproliferative-
Gambar 2.8 Penampilan dari Pembakaran PRP dengan menggunakan teknik standar
Diunduh dari : https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-
proliferative-nonproliferative-
15
6. Tambahan
Sistem penghantar laser konvensional untuk retinal fotokoagulasi dihantarkan ke
lokasinya secara individu di dalam retina. Sistem penghantar laser semiautomatic
yang terbaru seperti Pattern Scanning Laser ( PASCAL ) telah dibuat untuk
memproduksi lokasi yang banyak di dalam retina pada jumlah waktu yang sama
seperti sistem penghantar laser konvensional. Ini membuat prosedur kurang
menjemukkan dan konsumsi waktunya, membuat pasien lebih nyaman.
Teknologi terbaru telah dikembangkan untuk kerusakan retina minimal,
menghantarkan laser dalam mikropulses ( micropulse laser). Mikropulses ini telah
terbukti mengakibatkan kerusakan retina yang sedikit.
16
dan dapat mempengaruhi apakah neovaskularisasi koroid berkembang. Pada diabetes,
iskemia yang mendasari dapat berperan dalam mempercepat perkembangan
neovaskularisasi koroid pada area perawatan laser sebelumnya. Situs membran Bruch
rupture kemudian dapat berfungsi sebagai tempat masuk untuk neovaskularisasi
choroidal subretinal baru.
Walaupun telah terbukti keamanannya, seperti semua prosedur operasi
lainnya, reinal fotokoagulasi, terkadang dapat dikatikan dengan komplikasi. Sebelum
menjalani retinal photokoagulasi, pasien harus sepenuhnya diberikan informasi, yang
meliputi berikut ini :
Komplikasi segment anterior seperti korneal atau lenticular opacification.
Kehilangan visual transient
Fovea Fotokoagulasi
Edema macular
Hemorrhage
Choroidal Effusion
Perubahan penglihatan warna
Cacat bidang visual dan masalah penglihatan malam hari
Hemaralopia
17
segera setelah tanda-tanda risiko tinggi timbul. Tanda-tanda ini mencakup setiap
neovaskularisasi diskus yang disertai oleh perdarahan vitreus atau praretina,
neovaskularisasi diskus yang signifikan, dan neovaskularisasi yang signifikan di
bagian retina mana pun dengan perdarahan vitreus atau praretina.
Pada penelitian yang dilakukan bagian mata Universitas Padjajaran oleh
Iskandar Erwin dkk, dikatakan bahwa fotokoagulasi panretina menjadi terapi pilihan
utama pada retinopati diabetik proliferatif dan retinopati diabetik nonproliferatif berat,
dan efektif dalam mempertahankan stabilitas tajam penglihatan dan stabilitas fundus.
18
0,2 detik, terbagi dalam 2-5 sesi. Fotokoagulasi panretina lengkap dalam 3-6 minggu.
Jumah bakaran tiap sesi harus tidak lebih dari 500-600 bakaran, untuk menghindari
efek samping.
Sebagian besar mata tidak terdapat komplikasi paska PRP (80,92%), dan 19,08%
terdapat komplikasi, perdarahan subhyaloid maupun perdarahan vitreus. Foto
koagulasi laser tambahan dilakukan pada 34,94% dengan indikasi terbanyak karena
adanya perdarahan yaitu sebesar 21,15%. Stabilitas fundus paska PRP lengkap, terdapat
pada 126 mata (51,43%) pada pasien PDR, dan 157 mata (82,63%) pada pasien NPDR
berat. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan bahwa fotokoagulasi panretina efektif pada
85% NPDR berat, dan 77% PDR, yang ditandai dengan stabilitas fundus (regresi
neovaskularisasi).
Foto fundus fluorescens angiografi (FFA) digunakan dalam mengidentifikasi area
neovaskularisasi yang tidak terlihat, untuk menilai beratnya iskemik retina, adanya
NVD/NVE yang meragukan, dan dapat menilai regresi yang adekuat pada retinopati
diabetik setelah terapi laser.
19
Pada penelitian ini, visus penderita retinopati diabetik yang dilakukan tindakan
dibedakan menjadi empat kategori berdasarkan WHO (2012), yaitu severe visual
impairment (visus <6/60), moderate visual impairment (visus 6/60 sampai <6/18),
nearly normal vision (visus 6/18 sampai <6/12), dan normal vision (visus 6/12).
Hasilnya, visus terbanyak yang dialami penderita retinopati diabetik baik sebelum
maupun setelah tindakan adalah penderita mengalami gangguan penglihatan yang
berat. hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa pasien
yang terdiagnosis retinopati diabetik untuk tingkat keparahan PDR, sebagian besar
memiliki visus dengan kategori visual impairment bahkan sampai kebutaan, baik pada
mata kanan maupun mata kiri.
Pada penelitian ini didapatkan perbaikan tajam penglihatan setelah tindakan
meningkat hingga bulan ke-2, meskipun pada bulan ke-3 terjadi penurunan persentase
dari perbaikan visus. Sementara itu terjadi fluktuasi pada kejadian penurunan visus
pada bulan pertama hingga bulan ke-3. Namun, angka kejadian dari visus yang tidak
mengalami perubahan mengalami penurunan mulai dari sehari setelah dilakukan
tindakan hingga bulan ke-3 setelah tindakan. Penurunan visus pada penderita
retinopati diabetik setelah dilakukan tindakan dapat terjadi karena berbagai macam
hal, diantaranya keadaan sistemik penderita yang sangat mempengaruhi visus,
misalnya kadar gula darah yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya
penurunan visus pada penderita.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bahwa tajam penglihatan akan meningkat lebih baik pada grup dengan
tindakan laser fotokoagulasi dibandingkan dengan injeksi intravitreal anti VEGF atau
kombinasi keduanya, meskipun perbaikan itu hanya terjadi hingga minggu keempat
setelah tindakan. Sedangkan, pada minggu ke-12 setelah tindakan, tajam penglihatan
pada grup dengan tindakan laser fotokoagulasi akan menurun. Meskipun demikian,
hasilnya pada minggu ke-12 lebih baik jika dibandingkan dengan kedua grup lainnya
yaitu injeksi intravitreal anti VEGF dan kombinasi. Namun demikian, tajam
penglihatan tidak bisa digunakan sebagai indikator tunggal keberhasilan suatu
tindakan, karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok dengan tindakan kombinasi dari laser fotokoagulasi dan injeksi intravitreal
anti VEGF mempunyai hasil terendah bahkan sebelum tindakan apapun dilakukan.
Sehingga, setelah tindakan dilakukan, tidak banyak yang dapat diharapkan untuk
memperbaiki tajam penglihatan lebih banyak lagi.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Paul Riordan-Eva, John P. Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, 17 ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2012.
2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM dan dr. Sri Rahayu Yulianti, SpM. Ilmu Penyakit Mata, 5
ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
3. Prof. dr. Suhardjo, SU SpM (K) dan dr Hartono SpM (K). Ilmu Kesehatan Mata.
Jogjakarta: Badan Penerbit Buku Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
4. Boesoirie SF. Keberhasilan terapi fotokoagulasi laser pada pasien retinopati diabetik di
rumah sakit mata cicendo Bandung periode januari-desember 2004. Diunduh dari :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/keberhasilan_terapi_fotokoagulasi_laser.pdf
5. http://ophthalmologica.perdami.or.id/index.php/journal/article/view/2/2 diunduh pada
tanggal 4/9/2017
6. http://eyewiki.aao.org/Panretinal_Photocoagulation#Indications_and_Evidence diunduh
pada tanggal 4/9/2017
7. Yannis M. Paulus, MD; Mark S. Blumenkranz, MD. Proliferative and Nonproliferative
Diabetic Retinopathy. American Academy Of Ophthalmology. 2013. Diunduh dari :
https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-proliferative-
nonproliferative- . 4 September 2017
8. Sejal Jhawer, Peter A.Karth, MD. Panretinal Photocoagulation. American Academy of
Ophthalmology. 2016. Diunduh dari :
http://eyewiki.aao.org/Panretinal_Photocoagulation. 4 September 2017
9. John R. Minarcik, MD. Daniel M. Berinstein, MD. Panretinal Photocoagualation:
Practical Guidelines and Considerations. Retinal Physician. 2010. Diunduh dari :
http://www.retinalphysician.com/issues/2010/may-2010/panretinal-photocoagulation-
practical-guidelines . 4 September 2017
10. Lang GE. Laser treatment of Diabetic Retinopathy. Augenklinik Universiti Ulm
Germany. Dev Ophthalmol. Basel, Karger.2007;39:48-68
22
11. Iskandar irwan, dijah dkk. Effectiveness of Panretinal Photocoagulation in Treatment of
Diabetic Retinopathy. Ophthalmol Ina (2015) 41:1. Department of Ophthalmology
Faculty of Medicine, Padjadjaran University
12. Mulyati, Amin Ramzi,dkk. Kemajuan Visus Penderita Retinopati Diabetik yang Diterapi
dengan Laser Fotokoagulasi dan atau Injeksi Intravitreal di Rumah Sakit Mohammad
Hoesin Palembang. MKS, Th. 47, No. 2, April 2015.
23