Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN BIMBINGAN KARIR

HAK PATEN

Dosen pengampu : hera setiawan ST,.MT

Di susun Oleh :

Andre Bagus Kurniawan

2014 54 112 (7A)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Hak Paten atau definisi hak paten adalah hak ekslusif yang diberikan
oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yg untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Pengertian Hak Paten atau definisi hak paten merupakan bentuk perlindungan
hak kekayaan intelektual yang sangat efektif karena dapat mencegah pelaksanaan
invensi oleh pihak lain tanpa seizin pemegang hak paten, walaupun pihak lain tersebut
memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Menurut UU hak paten No.
14 Tahun 2001 (UU hak paten 2001), hak paten diberikan untuk invensi yang
memenuhi syarat kebaruan, mengandung langkah inventif & dapat diterapkan dalam
industri selama 20 tahun.
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di
bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya
tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal
1Undang-undang Paten). Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu
ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal
pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki
syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana. Paten dan paten sederhana di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP).Paten hanya diberikan negara
kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan sebuah masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan hak paten ?
2. Apa yang mengatur mengenai hak paten di Indonesia ?
3. Apa lembaga yang mengurus hak paten ?
4. Apa saja prosedur pengajuan hak paten ?
5. Apa saja hak paten yang behubungan dengan teknik mesin ?
6.
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang apa itu hak paten, pengaturan hak paten yang berlaku di indonesia,
lembaga yang mengurusi hak paten di indonesia, prosedur pengajuan hak paten, dan
hak paten yang berhubungan dengan teknik mesin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di
bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya
tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal
1Undang-undang Paten). Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu
ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal
pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki
syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana. Paten dan paten sederhana di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP).
Pengertian paten menurut KBBI, paten adalah hak yang diberikan pemerintah
kepada seseorang atas suatu penemuan untuk digunakan sendiri dan melindunginya dari
peniruan (pembajakan).

2.2 Peraturan Yang Mengatur Hak Paten Di Indonesia


Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang
telah diperbaharui dengan UU No.13/1997 dan terakhir dengan UU No. 14 Tahun
2001 tentang hak paten adalah berdasarkan Octroiwet 1910 sampai keluarnya
pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S 5/41/4 tentang
pendaftaran sementara oktroi dan pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 29
Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang permohonan sementara oktroi dari luar negeri.
Berikut adalah Undang-Undang tentang Paten, diantaranya:
1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);
2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the Word Trade
Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);
3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for
the protection of Industrial Property;
4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;
6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;
7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan
pengumuman paten;
8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka
Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;
9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan
Pengajuan Permintaan Paten;
10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Syarat-
syarat Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;
11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan
Permintaan Salinan Dokumen Paten;
12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi
Banding Paten;
13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan
Permintaan Banding Paten.

2.3 Hak Dan Kewajiban Pemegang Paten


Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2001 yang menyatakan :
a. Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang
dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan:
i. dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa,
menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten.
ii. dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud
dalam huruf a.
b. Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi.
c. Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat,
kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
d. Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar
hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang
dimaksud dalam butir 1 di atas.
Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau
menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti
setiap pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di
Indonesia melalui pembuatan produk atau menggunakan proses yang dipatenkan
tersebut, dengan harapan dapat menunjang adanya alih teknologi, penyerapan
investasi, dan penyediaan lapangan kerja. Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal
18 Undang-Undang Paten Tahun 2001, bahwa pemegang paten atau penerima lisensi
suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya tahunan untuk pengelolaan
kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.

2.4 Prosedur Pengajuan Hak Paten Di Indonesia


Permohonan paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk
itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat). Pemohon wajib
melampirkan:
a. Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui konsultan paten
terdaftar selaku kuasa;
b. Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang bukan
penemu;
c. Deskripsi, klaim, abstrak: masing-masing rangkap 3 (tiga)
Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh Inventor dan disertai
dengan membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal HaKI. Dalam hal
permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang bukan
Inventor, menurut Pasal 23 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 permohonan
tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak
atas Invensi yang bersangkutan dan Inventor dapat meneliti surat permohonan dimaksud
dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen permohonan tersebut.
Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem registrasi
dan sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi
paten oleh kantor paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya
memuat uraian dan monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci.
Karenanya batas-batas monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa
yang dikemukakan di sidang pengadilan yang untuk pertama kali akan menetapkan
luasnya monopoli yang diperbolehkan.
Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang banyak dipakai adalah sistem
registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin lama semakin bertambah, beberapa
sistem registrasi lambat laun diubah menjadi sistem ujian dengan pertimbangan bahwa
paten seharusnya lebih jelas menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh
mungkin monopoli-monopoli yang tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan
diberi paten. Sebuah syarat telah ditetapkan bahwa semua spesifikasi paten harus
meliputi klaim-klaim yang dengan jelas menerangkan monopoli yang akan
dipertahankan sehingga pihak lain secara mudah dapat mengetahui yang mana yang
dilarang oleh monopoli dan yang mana yang tidak dilarang.
Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji setiap
permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar mengadakan
perubahan (amandement) sebelum hak atas paten tersebut diberikan. Pada umumnya
ada tiga unsur (kriteria) pokok yang diuji :
a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut
Undang-Undang Paten. Sedangkan syarat untuk mendapatkan hak paten yaitu:
1. Penemuan tersebut merupakan penemuan baru.
2. Penemuan tersebut diproduksi dalam skala massal atau industrial. Suatu
penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi
dalam skala industri (karena harganya sangat mahal / tidak ekonomis),
maka tidak berhak atas paten.
3. Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya
(non obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat
dipatenkan. Misalnya pensil + penghapus menjadi pensil dengan
penghapus diatasnya. Hal ini tidak bisa dipatenkan
b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.

c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan


(invention step) dari apa yang telah diketahui.

Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk


pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S.5/41/4 (Berita
Negara No. 53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran Paten.
Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman Menteri
Kehakiman tersebut adalah :
a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat
permohonan harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan harus disebut
dalam surat itu nama, alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus
dipenuhi pula apabila permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi
dan atas nama pemohon selaku kuasanya;

b. Surat permohonan harus disertai : Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya
temuan baru dari penulis yang dimintakan rangkap tiga (3). Jika perlu sebuah
gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangkap dua (2). Surat kuasa,
apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa. Surat pengangkatan seorang
kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia;

c. Biaya-biaya yang ditentukan;


1. Permohonan paten: Rp. 575.000,-/permohonan
2. Permohonan pemeriksaan subtantif paten: Rp. 2 juta (diajukan dan dibayarkan
setelah 6 bln dari tanggal pemberitahuan pengumuman paten)
3. Permohonan paten sederhana: Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya permohonan
paten sederhana Rp. 125.000 dan biaya permohonan pemeriksaan subtantif
Rp. 350.000,-)
b. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri atas
permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah sudah
diberi hak paten di luar negeri negeri tersebut.
c. Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi untuk mengajukan
permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia

2. Permohonan harus memuat:

1. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.

2. Alamat lengkap pemohon.

3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor.

4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui


kuasa.

5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa.

6. Pernyataan permohonan untuk diberi paten.


7. Judul invensi.
8. Klaim yang terkandung dalam invensi.
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang
cara melaksanakan invensi.
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas invensi dan Abstraksi invensi.

Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban


memberikan keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian
memberi paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan
kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten, Direktorat
Jenderal memberikan Surat Paten kepada orang yang mengajukan permintaan paten.
Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka permintaan
ditolak.

2.5 Kegunaan Paten


1. Paten merupakan pendorong bagi dilakukannya berbagai kegiatan riset dan
pengembangan secara efisien, karena dapat mendorong berbagai perusahaan
menyediakan anggaran besar untuk peneltian, riset dan pengembangan suatu
produk.
2. Paten sebagai alat kaum kapitalis yang memanfaatkan posisi dominannya, karena
mereka dapat membayar untuk memanfaakan suatu penemuan.
3. Paten sebagai alat penghargaan karya, jika perlindungan hukum mengenai paten
tidak diterapkan dengan baik, orang yang berbakat akan pindah ke negara lain yang
lebih menghargai karyanya.
4. Membantu menggalakkan perkembangan teknologi pada suatu negara dihargai dan
tidak dijiplak.
5. Membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya industri lokal
6. Membantu perkembangan teknologi dan ekonomi dengan fasilitas lisensi
7. Adanya alih teknologi

2.6 Pelanggaran Dan Sanksi Hak Paten


Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu
membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan
menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan
lainnya.
Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan
sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan
salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk
yang diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat
barang dan tindakan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang
sangat efektif karena dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa
seizin hak paten, walaupun pihak lain memperoleh teknologinya secara mandiri
(bukan meniru). Hak paten diatur dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2001, hak
paten diberikan untuk invensi yang memenuhi syarat kebaruan, mengandung langkah
inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama 20 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2006/08/25/paten-ok.pdf, diakses pada


tanggal 30 Oktober 2017 waktu 19.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Paten diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 waktu 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai