Disusun Oleh :
TIM Akreditasi
Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang
VISI MISI MOTTO DAN TUJUAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG
VISI
[enjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai perwujudan
dari Iman dan Ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala dan sarana
amal sholeh.
MISI
Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai amal usaha Pelayanan
kesehatan yang Islami, Profesional dan bermutu.
Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai sarana dakwah amar ma'ruf
nahi munkar serta sebagai sarana untuk
mewujudkan masyarakat dan keluarga yang sehat sejahtera
(sakinah).
TUJUA N
Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan
masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT, melalui pendekatan pemeliharaan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh.
Direktur
RSUD Ngimbang
DAFTAR ISI
iii
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG
Nomor : 489/KEP/III.6.AU/B/2013
Tentang
PANDUAN TRIAGE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG
Direktur,
RSUD NGIMBANG
2
penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Jadi triage adalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan
pasien tersebut berdasarkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D
(Disability).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah menjadi
lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai dampak dan
tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih dalam penanggulangan
cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan
evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun sesudah
operasi, dan setelah tiba di ruangan.
B. Tujuan
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya The Right Patient To The
Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time tetapi juga To Do The Most For The
Most.
Jadi tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan
pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori
kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
TATALAKSANA
5
d. Priority 0 : warna HITAM
Penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak bisa dipertahankan lagi meskipun
dilakukan resusitasi, atau penderita yang sudah meninggal ( Death on Arrival / DOA ).
Tidak ada respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti
aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
Proses Triage
Sebelum melakukan proses triage, petugas triage harus memperkenalkan diri, melakukan identifikasi
pasien, kemudian menanyakan anarnnesis singkat dan pemeriksaan cepat dan tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit.
Untuk pemeriksaan dilakukan dengan menilai kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation),
D (Disability).
1. A (Airway) adalah penilaian jalan nafas apakah ada sumbatan, ancaman, atau bebas
melalui metode look, listen, and feel.
Lihat (Look) apakah pasien mengalami agitasi atau kesadarannya menurun, agitasi
memberi kesan adanya hipoksia dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya
oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan kulit sekitar mulut. Tidak
adanya retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan yang apabila ada,
merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
Dengar (Listen) adanya suara-suara abnormal pernafasan yang berbunyi (suara, napas
berisik) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring) berkumur
(gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan
sumbatan parsial pada farinks atau larinks. Suara parau (hoarseness, dysphonia)
menunjukkan sumbatan pada larinks. pasien yang melawan dan berkata-kata kasar
(gaduh, gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap karena
keracunanlmabuk.
Feel : rasakan pergerakan udara ekspirasi, dan tentukan apakah trakea terletak di garis
tengah.
6
2. B (Breathing) adalah penilaian terhadap pernafasan apakah henti nafas, bradipnoe, takipnoe,
sianosis, mengi melalui metode look, listen, and feel.
Lihat (Look) naik turunya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adequat.
Asimetri menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang
dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman
terhadap ventilasi pasien.
Dengar (Listen) : auskultasi kedua lapangan paru. Penurunan atau tidak
terdengarnya suara napas pada satu atau kedua hemitoraks merupakan tanda akan
adanya kelainan intra thorakal. Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang cepat,
takhipnu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen (respiratory distress).
Feel : lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan sama kedua lapang paru. Misalnya : bila
hipersonor berarti ada pneumothoraks, bila pekak ada darah (hematothoraks).
3. C(Circulation) : penilaian sirkulasi secara cepat dapat dilakukan dengan menilainadi (nadi
tidak teraba, nadi teraba lemah, bradikardia, takikardia), akral (akral dingin, akral hangat),
tekanan darah, suhuitemperature, warna kulit (pucat, merah, sianosis).
4.D (Disability) : pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran dan tanda lateralisasi.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda objektif bahwa is mengalami
gangguan pada Airway (A), Breathing (B), Circulation (C), Disability (D), maka pasien
ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data
subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian
kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di ruang yang tepat, apakah di
ruang resusitasi, ruang observasi, atau yang lain.
Alur dalam Proses Triage :
1. Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Lamongan, diterima oleh petugas / pararnedis
IGD dan dibawa ke ruang triage.
2. Keluarga pasien / pengantar pasien melakukan registrasi di bagian pendaftaran pasien
IGD.
3. Petugas triage memakai alat proteksi diri kemudian melakukan proses triage dengan
7
menilai kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), dan D (Disability) untuk
menentukan derajat kegawatannya.
4. Petugas triage melakukan anamnesis singkat, jika pasien tidak sadar maka dilakukan
heteroanamnesis kepada keluarga pasien / pengantar pasien.
5. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triage dapat dilakukan
di luar ruang triase ( di depan gedung IGD ).
6. Penderita dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna :
a.Emergent/Immediate/Priority 1 : warna MERAH
b. Urgent/Priority 2 : warna KUNING
c.Non urgent/Delayed/Priority 3 : warna HIJAU
d. Expectant/Priority 0 : wama HITAM
7. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning,
hijau, hitam.
8. Penderita/korban dipindahkan dari ruang triage ke :
a. Penderita kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang P1 atau
zona merah. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang perawatan intensif, ruang operasi atau
dirujuk ke rumah sakit lain.
b. Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang P2 atau zona kuning.
c. Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan dapat dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan
untuk pulang.
d. Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
9. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa dilakukan pemeriksaan triage dengan cara
Walk in Triage, sambil rnengantar pasien ke dalam ruang P I.
10. Di ruang P1 dan P2, Dokter jaga IGD harus melakukan re-triage atau triage ulang.
11. Hasil pemeriksaan oleh petugas triage harus didokumentasikan tertulis dalam Formulir
Triage Pasien yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
8
BAB IV
DOKUMENTASI
Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam Formulir Triage Pasien yang merupakan
bagian dari rekam medis pasien.
Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis pasien
IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
9
BAB V
PENUTUP
Revisi sebagai bentuk perbaikan dan penyempurnaan akan dilakukan secara periodic,
sehingga panduan triage dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi perkembangan rumah
sakit.
Panduan triage ini dibuat dengan tujuan sebagai pedoman para tenaga kesehatan RSUD
Ngimbang Lamongan agar dalam memberikan pertolongan dapat memilah dan menilai
pasien agar mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas
kategori kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya. Panduan triage ini diharapkan
bisadiaplikasikan di RSUD Ngimbang.
Ditetapkan di : Lamongan
Tanggal : 6 Ramadhan 1434 H.
Tepat tanggal : 14 Juli 2013 M.
Direktur,
RSUD Ngimbang
10
KEPUSTAKAAN
Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth Edition,
American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan &dicetak oleh
komisi trauma "IKAB1", tahun 2008.
Buku Panduan BT&CLS (Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life
Support) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
11