PTK 612403
OLEH:
Sekam padi dihasilkan saat proses penggilingan. Dengan melimpahnya produksi padi
di Indonesia maka jumlah sekam padi yang dihasilkan juga sangat melimpah. Namun
sayangnya, pemanfaatan sekam padi saat ini belum optimal. Sekam padi sebagai
limbah pertanian biasanya hanya dibakar dan dibiarkan begitu saja sehingga asapnya
pun juga sangat mengganggu dan menimbulkan polusi udara.
Menurut penelitian Prasad dkk (2011) abu sekam padi mengandung silika (SiO2)
sekitar sejumlah 85-97 %. Tingginya kandungan silika ini merupakan potensi besar
untuk menggantikan sumber silika lain yang lebih mahal. Dalam industri batu bata
atau genteng yang menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar akan dihasilkan
abu dari sekam padi sebagai limbah kedua. Kadar abu sekitar 13,16% - 35% berat
dari sekam yang dibakar (Soenardjo dkk, 1991).
Pemanfaatan limbah abu ini masih sangat kecil, hanya digunakan sebagai abu gosok,
padahal dengan kandungan silika mencapai 86,9% - 97,8% dalam keadaan kering,
abu tersebut mempunyai potensi menjadi material baru yang lebih bermanfaat,
misalnya zeolit sintesis (Soenardjo dkk, 1991). Berdasarkan komposisi tersebut, abu
sekam padi merupakan sumber SiO2 yang dapat digunakan dalam pembuatan zeolit
baik melalui proses alkali hidrotermal maupun sintesis pada temperatur kamar.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memanfaatkan silika yang terkandung
dalam abu sekam padi sebagai bahan untuk mensintesis zeolit. Zeolit merupakan
aluminasilikat berbentuk struktur kristal tiga dimensi dengan ukuran pori yang
seragam (Cejka et al., 2007). Zeolit memiliki sifat yang unik, yakni berpori dan
dapat berperan sebagai penukar kation (Muchtar, 2006). Sintesis zeolit dapat
dilakukan secara kimia (Kabwadza-Corner et al., 2014). Hasil sintesis zeolit
dipengaruhi oleh variasi bahan yang digunakan, aktivitas katalisnya, prosedur yang
digunakan, suhu yang digunakan, dan sebagainya (Georgiev et al., 2009). Sehingga
zeolit sintesis dapat memiliki struktur pori yang kecil dan seragam (Lestari, 2010).
Hal inilah yang menyebabkan zeolit digunakan secara luas pada proses industri
kimia, yaitu pada proses pertukaran ion, absorpsi, dan reaksi (Auerbach, S., dkk,
2003). Pada penelitian yang dilakukan oleh Jumaeri, dkk (2007) tentang sintesis
zeolit dari abu layang batubara diperoleh hasil bahwa konsentrasi NaOH dan
temperatur proses hidrotermal berpengaruh terhadap karakteristik produk yang
dihasilkan.
1.3 Tujuan
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh variasi suhu pada sintetis zeolit dari abu sekam padi
terhadap struktur dan luas permukaan spesifik zeolit
2. Menentukan suhu reaksi optimum pada sintetis zeolit dari abu sekam padi
3. Mengetahui karakteristik zeolit dari abu sekam padi
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa suhu reaksi optimum akan didapatkan
pada suhu 95oC 110oC.
3.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini anrata lain:
1. Sekam padi
2. Sodium Hydroxide (NaOH) kemurnian 99%
3. Allumunium Hyddroxide (Al(OH)3)
4. Asam Nitrat (HNO3) kemurnian 68%
5. Aquades
6. Alcohol
3.3 Alat
Alat lat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Gelas Ukur
2. Gelas Beaker
3. Tabun Erlenmeyer
4. Kompor
5. Magnetic Bar
6. pH meter
7. Pengaduk
8. Hotplate Stirrer
9. Botol Sampel
10. Neraca Digital
11. Pipet Tetes
12. Pinset
13. Stopwatch
14. Furnace
15. Mortar dan pastel
16. Ayakan 100 mesh
17. XRD
18. SAA
3. Sintesis Zeolit
Sintesis zeolit dilakukan dengan mencampurkan sodium alumina dan sodium silica
(Putro dan Prasetyoko, 2007), dengan tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menyiapkan sol sodium aluminat terlebih dahulu dengan melarutkan 5%
NaOH (2,525 gram) dan 5% Al(OH)3 (5 gram) ke dalam akuades sebanyak 50
ml. Kemudian melakukan stirrer selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm.
b. Mencampurkan sol sodium aluminat dengan 250 ml sol silika, melakukan
stirrer selama 1 jam dengan kecepatan 100 rpm. Campuran dari kedua larutan
tersebut membentuk sol zeolit.
c. Menetesi sol zeolit dengan larutan asam 10% HCl dalam 100 ml hingga pH
mencapai angka 7 untuk memperoleh gel silika.
d. Melakukan stirrer gel silika selama 7 jam menggunakan kecepatan 1000 rpm
dengan tujuan untuk memperoleh butiran zeolit ukuran nanometer dan zeolit
menjadi homogen.
e. Melakukan proses aging terhadap gel zeolit tersebut selama 24 jam.
f. Menyaring dan mencuci gel dengan air hangat hingga gel zeolit bersih
berwarna putih.
g. Melakukan heating gel pada suhu 70oC selama 7 jam. Menggerus hasil oven
tersebut menggunakan mortar dan pastel.
h. Mengayak serbuk zeolit menggunakan ayakan berukuran 100 mesh.
i. Lakukan hal yang sama dari poin a sampai h untuk heating gel pada suhu 90 oC
dan 110oC
4. Kalsinasi
Kalsinasi dilakukan menggunakan tungku pembakaran atau furnace. Alat ini telah
disediakan penyesuaian temperatur secara otomatis dengan sistem digital. Dalam
penelitian ini, kalsinasi dilakukan pada suhu dan 300oC dengan kenaikan suhu
3oC/menit, kemudian melakukan proses penahanan selama 3 jam.
5. Karakterisasi Sampel
Pada penelitian ini sampel serbuk yang telah dikalsinasi dikarakterisasi
menggunakan XRD untuk melihat kristalinitas zeolit, serta menggunakan SAA untuk
mengetahui luas permukaan spesifik zeolit.