Hadis 1 Fartok-1
Hadis 1 Fartok-1
Persiapkan enam buah slide tes Widal danbuat lingkaran pada masing-masing slide
Jika dengan pencampuran 20 ul serum dan satu tetes antigen terjadi aglutinasi
maka titernya adalah 1:80. Kemudian dilakukan pengencerandengan pencampuran 10
ul serum dan satu tetes antigen, jika terjadiaglutinasi maka titernya adalah 1:160.
Ambil tabung Dreyers sejumlah 24 buah dan susun pada deretan kedua, ketiga,
dan keempat dengan jumlah masing-masing tiap deret adalah 8 buah tabung.
Beri label 1-8 pada masing-masing tabung di tiap deret (deret 1-4) untuk
deteksi antibodi O, H, AH, dan BH.
Masukkan 0,1 ml larutan salin isotonik pada tabung no 1di masing-masing deret
(deret 1-4).
Sedangkan untuk tabung sisanya (tabung no 2-8) pada tiap deretdimasukkan larutan salin
isotonik sejumlah 0,5 ml.
Kemudian untuk semua tabung no 1 pada tiap deretanditambahkan 0,9 ml sampel serum
pasienuntuk dilakukan pengetesan dan pencampuran.
Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 1ke tabung no 2 dan kemudian dilakukan
pencampuran pada tabung no 2.
Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung no 2 ke tabung no 3dan kemudian dilakukan
pencampuran pada tabung no 3.Lakukan serial dilusi secara berlanjut sampai tabung no 7
di setiap deret.
Kemudian semua tabung (tabung no 1-8) pada setiap deretan ditambahkandengan 1 tetes
suspensi antigen tes Widal (O, H, AH, BH)dari vial reagen dan campur dengan rata.
Sekarang dilusi yang sudah dicapai pada sampel serum di tiap tabungpada deret 1-4
adalah sebagai berikut :
Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
no 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:280 -
Tutup semua tabung di setiap deretan dan diinkubasipada temperature 370 C semalam
(kurang lebih 18 jam).
B. Pengobatan Diare
Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan
sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel sel epitel mukosa yang rusak
diganti oleh sel sel yang baru.Maka pada dasarnya tidak perlu diberikan obat,
hanya bila mencretnya hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya.Misalnya
pada diare akut yang umumya disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, atau
dapat pula akibat efek samping obat atau gejela darri gangguan saluran
cerna.Umumnya gangguan ini bersifat self limiting.Hanya pada bentuk diare
bakteriil yang sangat serius perlu dilakukan terapi dengan antibiotika.Pilihan
utama adalah amoksisilin, kortimoksazol, dan senyawa fluorkinolon.
2. Streptomisin
Streptomisin ialah antituberkulosis pertama yg secara klinik dinilai
efektif.Namun sebagai obat tunggal, bukan obat yg ideal.Streptomisin
termasuk dalam golongan obat penghambat sintesis protein khususnya
Aminoglycoside.
a. Mekanisme Kerja:
1) Streptomisin membasmi organisme gram negative
2) obat berdifusi melalui kanal porin pada membran luarnya
3) AB berikatan dengan subunit 30S ribosom sebelum pembentukan
ribosom.
4) Obat mengganggu pembentukan aparatus ribosom fungsional dan/atau
dapat menyebabkan subunit 30S dari ribosom yang sudah sempurna
salah membaca kode genetik
5) Polisom terdeplesi karena proses disagregasi dan pembentukan
polisom terganggu
3. Rifampisin
Rifampisin adl derivat semisintetik rifamisin B yaitu salah satu
anggota ketompok antibiotik makrosiklik yg disebut rifamisin.Kelompok ini
dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini merupakan ion zwitter,
larut dlm pelarut organik dan air yg Ph nya asam.
a. Mekanisme Kerja
1) Rifampisin terutama aktif terhadap sel yg sedang bertumbuh.
2) Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula
terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalm sintesis RNA.
3) Inti RNA Polymerase dr berbagai sel eukariotik tdk mengikat
rifampisin dan sintesis RNAnya tdk dipengaruhi.
4) Rifampisin dpt menghambat sintesis RNA mitokondria mamalia tetapi
diperlukan kadar yg lbh tinggi dp kdr utk penghambatan pd kuman.
4. Pirazinamid
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat sintetiknya.
Obat ini tidak larut dalam air.Pirazinamid didalam tubuh dihidrolisis oleh
enzim pirazinamidase menjadi asam pirazionat yang aktif sebagai
tuberkulostatik hanya pada media yang asam.Mekanisme kerja obat ini belum
diketahui.
a. Aktivitas Antibakteri
1) Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase
menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada
media yang bersifat asam.
2) In vitro, pertumbuhan kuman tuberkulosis dalam monosit dihambat
sempurna pada kadar pirazinamid 12,5 g/ml.
3) Mekanisme kerja obat belum diketahui
5. Asam Para Aminosalisilat
Sebelum ditemukan etambutol, para-amino salisilat (PAS) merupakan
obat yang sering dikombinasikan dengan anti tuberkulosis lain.
a. Mekanisme Kerja
PAS mempunyai rumus molekul yang mirip dengan asam para
aminobenzoat (PABA), Mekanisme kerjanya sangat mirip dengan
sulfonamid. Karena sulfonamid tidak efektif terhadap M. Tuberculosis dan
PAS tidak efektif terhadap kuman yang sensitif terhadap sulfonamid,
maka ada kemungkinan bahwa enzim yang bertanggung jawab untuk
biosintesis folat pada berbagai macam mikroba bersifat spesifik.
6. Sikloserin
Sikloserin merpkan antibiotik yg dihasilkan oleh Streptomyces
orchidaceus, dan sekarang dapat dibuat secara sintetik.
a. Aktivitas antimikroba
1) In vitro, sikloserin menghambat pertumbuhan M. Tuberculosis pada
kadar 5-20 ug/ml melalui penghambatan sintesis dinding sel. Jenis-
jenis yang sudah resisten terhadap streptomisin, PAS, INH,
pirazinamid, dan viomisin mungkin masih sensitif thd sikloserin.
2) In vivo terlihat bahwa khasiat sikloserin berbeda pada berbagai
spesies, tetapi efeknya paling nyata pada manusia.
7. Kanamisin
Obat ini termasuk golongan aminoglikosida dan bersifat bakterisid
dengan menghambat sintesis protein mikroba. Efeknya pada M. Tuberculosis
hanyalah bersifat supresif. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan obat Streptomisin.
8. Kapreomisin
Kapreomisin adalah suatu antituberkulosis polipeptida yang dihasilkan
juga oleh Streptomyces sp. Obat ini terutama digunakan pada infeksi paru
oleh M. Tuberculosis yang resisten terhadap antituberkulosis
primer.Dibandingkan dengan kanamisin, kapreomisin kurang toksik dan efek
bakteriostatiknya lebih besar.
Efektivitasnya hampir sama dengan streptomisin, dan karena tak ada
resistensi silang dengan streptomisin, obat ini dapat digunakan untuk kuman
yang telah resisten terhadap streptomisin.
9. Etionamid
Etionamid merupakan turunan tioisonikotinamid. Zat ini berwarna
kuning dan tidak larut dalam air.
a. Aktivitas antibakteri
1) In vitro, etionamid menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis
human pada kadar 0,6-2,5 ng/ml.
2) Basil yang sudah resisten thd tuberkulostatik lain masih sensitif
terhadap etionamid.
Yatnita, P. C., Bakteri Salmonella thyphi dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2011-Maret 2011, Volume 6 No. 1.
Champe, Pamela C., 2013.Farmakologi ulasan bergambat edisi 4.EGC: Jakarta.
Juwono,R.,1996. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I, Edisis Ketiga. Balai FKUI.
Jakarta.
Muttaqin, Arif., 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta.
Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002.Typhoid Fever. NEJM.
Somantri, Irman., 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta.
Susanti, Diana, dkk. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada Sputum
Penderita Batuk 2 Minggu di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP.
Prof. Dr.R.D Kandou Manado, Jurnal e-ClinicC (eCl) Volume 1 Nomor 1
Maret 2013.
Tjay H.T, Kirana rahardja.,2010.Obat obat penting.PT Alex Media
Kompotindo.Jakarta.