PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dibandingkan dengan negara-negara
lainnya di dunia. Dewasa ini, penduduk dunia telah mencapai sekitar 500 miliar, Cina
merupakan negara terbesar penduduknya yaitu sekitar 1,3 miliar, India menduduki urutan
kedua dengan jumlah penduduk sekitar 1 miliar, urutan ketiga adalah Rusia dengan jumlah
penduduk sekitar 350 juta jiwa, urutan keempat adalah Amerika Serikat dengan jumlah
penduduk sekitar 300 juta jiwa, dan Indonesia menduduki urutan kelima dengan jumlah
penduduk sekitar 220 juta jiwa.
Akhmad Fauzi mengungkapkan bahwa salah satu potensi yang dimiliki bangsa
Indonesia yang sangat besar nilainya dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia
adalah sumberdaya alam (renewable dan nonrenewable). Sumberdaya alam mineral pada
khususnya sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya tersebut wajib dikelola secara
bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan
demi kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya, di era modern seperti
sekarang ini, kemajuan teknologi manusia mengarah kepada eksploitasi sumber daya alam
sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia
tapi kekayaan sumber daya alam ini sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan manusia.
Selain sumber daya alam ada juga sumber daya yang lain yaitu sumber daya manusia sebagai
pemakai dan sekaligus pengelola sumber daya tersebut.
Pengelolaan sumber daya alam selama ini tampaknya lebih mengutamakan meraih
keuntungan dari segi ekonomi sebesar-besarnya tanpa memperhatikan aspek soaial dan
kerusakan lingkungan. Pemegang otoritas pengelolaan sumber daya alam berpusat pada
negara yang dikuasai oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah tidak lebih sebagai penonton.
Berbagai kebijakan dikeluarkan cenderung bersifat sektoral, sehingga kadangkala menjadi
kebijakan yang tumpang tindih. Sentralisasi kewenangan tersebut juga mengakibatkan
pengabaian perlindungan terhadap hak asasi manusia. Selama puluhan tahun praktek
pengelolaan sumber daya alam tersebut dilaksanakan telah membawa dampak yang sangat
besar bagi daerah. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan lingkungan
menimbulkan berbagai dampak dan permasalahan di daerah. Lahan kritis, bencana alam,
limbah pengolahan SDA, kecemburuan sosial, dan masalah perselisihan penguasaan lahan
akhirnya menjadi beban pemerintah daerah untuk diselesaikan.
Pemanfaatan sumber daya alam sering berbenturan dengan usaha-usaha yang berkaitan
dengan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam jika tidak
dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria lingkungan, berpotensi menimbulkan dampak
terhadap kestabilan ekosistem yang ada, dan pada gilirannya dapat menyebabkan bencana
alam. Pengelolaan sumber daya alam dimaksudkan untuk menjaga keserasian dan
keseimbangan ekosistem dalam pendayagunaan sumber daya alam guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia serta menekan kemungkinan timbulnya dampak negatif
akibat pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam seminimal mungkin. Dengan
demikian sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Pengelolaan
sumber daya alam yang buruk dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungannya, yaitu:
Memburuknya kualitas udara dan pengelolaan sampah serta limbah bahan berbahaya
dan beracun. Hal ini dikarenakan banyaknya bahan-bahan berbahaya yang terdapat
pada lahan bekas tambang.
Tidak terlindunginya kelestarian fungsi lahan, keanekaragaman hayati dan ekosistem
hutan.
Munculnya bencana-bencana alam yang dapat menyebabkan kerusakan dalam jangka
waktu yang panjang. Contohnya: munculnya banjir dikarenakan tidak adanya akar
pohon yang mengikat air, sehingga air hujan yang turun tidak ada penahannya.
Kasus eksploitasi batu bara di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Lahan tambang
mencakup 70 persen wilayah Samarinda, lahan ini mencemari air, menimbulkan banjir dan
kurang membuat rakyat sejahtera dari segi ekonomi. Kerusakan hutan di sekitar kota untuk
membuka jalan bagi tambang juga telah menghancurkan penahan alami melawan banjir,
menimbulkan air bah setinggi pinggang saat musim hujan. Meski 200 juta ton batu bara
digali dan dikirim dari Kalimantan Timur setiap tahun, ibukota masih sering mengalami
listrik padam selama berjam-jam karena pembangkit listrik yang sudah tua terus bermasalah.
Manfaat dari pembahasan makalah tentang Sumber Daya Alam dan Lingkungan ini
adalah:
Memberikan pengetahuan tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan dalam
upaya pengelolaan Sumber Daya Alam sesuai dengan lingkungan.
Memberikan pengetahuan tentang 7 komponen pengelolaan Sumber Daya Alam.
1.6 Lingkup Kegiatan
1.6.1 Lingkup Wilayah Kegiatan
Kota Samarinda merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda secara
astronomis terletak pada antara 021'81"109'16" LS dan 11615'16"11724'16" BT.
Luas wilayah Kota Samarinda adalah 71.800 Ha yang terbagi menjadi 5 kecamatan
yaitu kecamatan Samarida Ulu, kecamatan Samarida Ilir, kecamatan Samarida
Seberang, kecamatan Samarida Palaran , kecamatan Samarida Sungai Kunjang,
Kecamatan Samarida Ulu. Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Dalam laporan ini diketahui ada beberapa substansi kegiatan diantaranya sebagai
berikut:
a. Persiapan
b. Pengumpulan data sekunder
c. Pengolahan data
d. Pengelolaan sumber daya alam batu bara