Anda di halaman 1dari 32

HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

A. Landasan Teori

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikn sebagai suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan

angka diastolik pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah baik berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

(Pudiastuti, 2009).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal. Menurut

WHO (World Of Health Organitation), dianggap normal bila tekanan darah kurang

dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan di

antara tersebut digolongkan normal tinggi. (Martuti, 2009).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commite On Detection

Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC ) sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sebagai suatu derajad

keparahan , mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai

hipertensi maligna.

Menurut WHO hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau sama

160/95 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien obat Antihipertensi (Kapita Selekta

Kedokteran, 2001, Hal 518)

Menurut AHA ( American Heart Association) di Amerika, tekanan darah

tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59

juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya

satu-pertiga mencapai target darah yang optimal/normal. Aktifitas fisik bisa

menurunkan tekanan darah karena dapatmerilekskan pembuluh-pembuluh darah.

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya

di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu milyar orang didunia atau satu

1
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

dari empat orang dewasa menderita penyakit hipertensi, bahkan di perkirakan

jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun

2025 (Wahdah, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan ilmiah nasional

pertama perhimpunan hipertensi indonesia pada tanggal 13-14 januari 2007 belum

dapat belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia.

Hal ini dikarenakan data penelitian di Indonesia berskala nasional sangat jarang.

Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan

klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi yang digunakan di Indonesia.

Tabel 2.2. Kalsifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Sistol Diastol

(mmHg) (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) 180 110

Sub grup : perbatasan 140 <90

Hipertensi sistol terisolasi 140-149 <90

2
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Tabel 2.3. Kalsifikasi Hipertensi Menurut Joint National Commite 7

(The Seventh Report Of The Joint National Commite On Prevention,

Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Plessure)

Kategori Sistol Dan/atau Diastol

(mmHg) (mmHg)

Hipertensi Tahap 2 <120 Dan <80

Normal 120-139 Atau 80-89

Pre Hipertensi 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap 1 160 Atau 100

Tabel 2.4. Klasifikasi Hipetensi Hasil Konsensus Perhimpunan

Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol Dan/atau Diastol

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap 2 160160 Atau


Atau 100
100

Hipertensi Sistol Terisolasi 140 Atau <90

3. Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori

besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder

1) Hipertensi primer

3
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah sebagai

akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan (Muhammadun, 2010).

Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan tipe yang terjadi sekitar

95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi esensial

(primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari adanya

penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan bahwa

hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi sekunder

disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi

terhadap obat - obatan tertentu. Hipertensi sekunder atau hipertensi rena Hal ini

biasanya disertai keluhan dan gejala-gejala dari penyakit misalnya :

a. Kelainan hormon

Pil KB oral yang mengandung estrogen

b. Sindrom chusing

Peningkatan AcSH dan kemudian peningkatan glukortiroid (kortisol)

c. Penyakit metabolik ( Seperti DM )

d. Penyakit ginjal

1) Glomerulonefritis akut : lesi pada glomerulonefritis menyebabkan

retensi air dan garam sehingga meyebabkan hipertensi.

2) Penyempitan arteri renalis

e. Penyakit lain-lain

1) Pre eklampsia : terjadi retensi pembuluh darah disertai dengan retensi

garam an air, obesitas

2) Keadaan emosi, konsusmsi alkohol, obat-obatan dan keturunan.

4
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan

darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat

dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi

penyakit darah tinggi ini. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Sebuah penelitian menunjukkan

bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

Jadi jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki tekanan

darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih

besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi

pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.

2. Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ketika usia seseorang bertambah, maka tekanan darah pun akan meningkat.

Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan

sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar

jangan melewati batas atas yang normal.

3. Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Pada beberapa orang, khususnya bagi

penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan

mereka yang berkulit hitam, garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan

cepat. Untuk itu, bagi penderita-penderita tersebut diharapkan tidak

mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung garam.

4. Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kolesterol akan tertimbun pada dinding

pembuluh darah jika kandungan lemak dalam darah berlebihan. Hal ini dapat

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan

meningkat. Oleh karena itu, kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

5
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

5. Obesitas / Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30

persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita

tekanan darah tinggi.

6. Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil

juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

7. Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan

darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,

serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus

dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang

sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan

dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi,

teh,maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9. Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan. Menkonsumsi alkohol secara berlebihan

juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa

menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Dengan olahraga secara

teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda. Namun, jangan

melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

6
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala pada penderita hipertensi adalah :

1) Penglihatan Kabur

2) Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg

3) Nyeri pada kepala

4) Rasa berat di tengkuk

5) Sukar tidur

6) Lemah dan lelah

7) Telinga berdengung

8) Epistaksis

9) Lemah dan lelah

10) Muka pucat

11) Suhu tubuh rendah

5. Patofisiologi

Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh

angiotensin-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologi penting

dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang

diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I menjadi angiotensin II inilah yang memegang

pernanan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. (Martuti,

2009)

Pertama, dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa

haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Meningkatnya ADH, menyebabkan

urin yang diekskresikan ke luar tubuh sangat sedikit (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstra seluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian tubuh

7
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

intraseluler. Kemudian terjadi peningkatan volume darah, sehingga tekanan darah

akan meningkat. (Martuti, 2009)

Kedua, dengan menstimulasi sekresi aldosteron (hormon steroid yang memiliki

peranan penting pada ginjal) dari korteks adrenal. Pengaturan volume cairan

ekstraseluler oleh aldosteron dilakukan dengan mengurangi eksresi NaCl (garam)

dengan cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Pengurangan eksresi NaCl

menyebabbkan naiknya konsentrasi NaCl, yang kemudian diencerkan kembali

dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Maka terjadilah

peningkatan volume dan tekanan darah. (Martuti, 2009)

Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

(Martuti, 2009)

1) Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga volume cairan

yang mengalir setiap detik lebih besar.

2) Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung memompa darah

melalui pembuluh yang lebih sempit sehingga tekanan naik.menebal dan

kakunya dinding arteri pada orang usia lanjut, dapat terjadi karena

arteriosklerosis (penyumbatan pmbuluh arteri). Peningkatan tekanan darah juga

mungkin terjadi oleh adanya rangsangan syaraf atau hormon di dalam darah

sehingga arteri kecil mengerut untuk sementara waktu.

3) Pada penderita kelainanan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan membuang

sejuumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

8
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

6. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipetensi meliputi :

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Tekanan

sisitolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus naik

sampai usia 55-60 tahun, kemudian secara perlahan ataub bahkan drastis menurun.

(Martuti, 2009)

Jenis kelamin umumnya pria memiliki peluang lebih besar untuk terserang

hipertensi dibanding dengan wanita. Hipertensi dapat pula dipengaruhi oleh faktor

psikologis. Hipertensi pada wanita sering kali dipicu oleh prilaku tidak sehat,

seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya status

pekerjaan. Sedangkan pada pria biasanya berhubungan dengan karier, seperti

terkena PHK, atau kuang nyaman terhadap pekerjaan. (Martuti 2009)

Namun demikian, perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung

memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan

oleh hormon estrogen, yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler.

Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin menurun setelah menopause

(Armilawati 2007). Prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih besar daripada

pria (24%) (Tesfaye et al. 2007).

Selain sebagai hormon pada wanita, estrogen juga berfungsi sebagai

antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi

pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai

antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL, sehingga kemampuan LDL

untuk menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai

pelebar pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung

memperoleh suplai oksigen yang cukup.

Riwayat keluarga juga memicu masalah terjadinya hipertensi. Jika seseorang

memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarga maka kecenderungan untuk

9
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

menderita hipertensi juga lebih besar dibanding dengan mereka yang tidak

memiliki keluarga penderita hipertensi. (Martuti, 2009).

Menurut profesor D.G.Beevers, dalam buku Seri Kesehatan Mengenai

Tekanan Darah, disebutkan konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun

akan meningkatkan tekanna darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot halus

pada dinding arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan

masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan

arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya. Konsumsi garam

berlebihan menyebabkan kadar garam di dalam tubuh terlalu tinggi. Kondisi ini

menyebabkan keseimbangan cairan tubuh terganggu. Akibatnya terjadi retensi

garam dan air dalam jaringan tubuh (edema) dan eningkatkan tekanan darah

(hipertensi).

Merokok merupakan salah satu faktor dapat diubah, adapun hubungan meroko

dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah,

karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil ke dalam paru-paru dan

diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap

nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin

(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.

Selain itu karbonmonokisda dan asap rokok menggantikn oksigen dalam darah. Hal

ini akan mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan

tubuh. (Martuti, 2009).

Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang

kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi

sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin

keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri (Martuti, 2009).

10
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di

masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang

tinggal di kota.

7. Respon Penderita Hipertensi

Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,

sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin

aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan semakin

tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang mendorong

darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan perdarahan

(haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat

mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens, 2003).

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang

terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi.

Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan

darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau

saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi

ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan

gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan

fungsi kognitif atau stroke.

8. Bahaya Hipertensi

Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat

menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang

mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003).

11
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ina, 2008).

Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar di

seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et al.,

2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007) mengatakan bahwa hipertensi adalah

salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh

darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,

imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan)

jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari pemaparan di

atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan

dapat mengakibatkan kematian.

9. Komplikasi Hipertensi

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan

pengobatan dan pengobatan secara teratur (rutin), maka hal ini akan dapat

membawa penderita ke dalam kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian.

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan

hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kasus berat alias

mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, Dan

Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat

meningkatkan resiko stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan gagal jantung.

(Pudiastuti, 2011).

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijeskan dengan singkat, bahwa tahana

dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang.

Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang

otomatis memiliki tahanan yang kecil juga. Kemudian bila tekanan darah melebihi

kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan

12
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosi yang tidak baik.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahinya berkurang. (Pudiastuti, 2011).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian

tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa

kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi

kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin

tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan

waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Pudiastuti, 2011).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Pudiastuti,

2011).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki

dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan

13
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema (Pudiastuti, 2011).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf

pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Pudiastuti,

2011).

10. Perawatan Penderita Hipertensi

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga

dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang

menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien

hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun

cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat

badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain

mengurangi sres, olahraga, dan istirahat. (Martuti, 2009)

Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini

disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon

adrenalin yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh

pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah

lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja

jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui

pembuluh darah yang sempit. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun

secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi

tidak akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan

meningkat (Martuti, 2009).

Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit

kardiovaskular, dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi

14
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi

berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol . (Martuti,

2009)

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormonhormon lain yang

membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan

air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan

kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat

menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg. (Martuti, 2009)

Diet rendah garam diberikan pada pasien dengan edema atau asites serta

hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan

untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang

disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi mengkonsumsi

makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting

untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan

yang harus mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun

vitamin dan rendah sodium dan natrium (Martuti, 2009). Menurut Guyton (2008)

akibat penumpukan garam di dalam tubuh, garam secara tidak langsung

meningkatkan volume cairan ekstrasel karena dua alasan dasar berikut :

1) Bila terdapat kelebihan garam di dalam cairan ekstrasel, osmolalitas cairan akan

meningkat, dan keadaan ini selanjutnya merangsang pusat haus di otak, yang

membuat seseorang minum lebih banyak air untuk mengembalikan konsentrasi

garam ekstrasel kembali normal. Hal ini akan meningkatkan volume ekstrasel.

2) Kenaikan osmolalitas yang disebabkan oleh kelebihan garam dalam cairan

ekstrasel juga merangsang mekanisme sekresi kelenjar hipotalamus-hipofise

posterior untuk mensekresi lebih banyak hormon antidiuretik. Hormon

antidiuretik kemudian menyebabkan ginjal mereabsorbsi air dalam jumlah besar

dari tubulus ginjal, dengan demikian mengurangi volume urin yang

diekskresikan tetapi meningkatkan volume cairan ekstrasel.

15
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Jadi, karena alasa-alasan penting ini, jumlah garam yang menumpuk di dalam

tubuh merupakan penentu utama volume cairan ekstrasel. Karena peningkatan

sedikit saja pada cairan ekstrasel dan volume darah seringkali dapat sangat

meningkatkan tekanan arteri, maka penumpukan garam ekstraseluler di dalam

tubuh walaupun hanya sedikit hal tersebut dapat meningkatkan tekanan arteri.

(Guyton, 2008).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking

powder, MSG (Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat

( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari

mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita

hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih

dahulu. (Hayens, dalam Karim 2003 ).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian

lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolestrol

dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat

berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh,

peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan

yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50

% dari setiap makanan ( Martuti, 2009).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua

jenis yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran

dan buah buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat

yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi

mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat

kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.

Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar

yang cukup tinggi.

16
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat

badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi.

Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi.

Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal hal berikut :

1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori

untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

3) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi.

Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh

darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap.

Manfaat olah raga yang sering disebut olah raga isotonik seperti jalan kaki,

jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah

raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone

hormone lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik

seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah.

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam

tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu

tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai

melebihi kepatuhan. Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin

diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari hari. Bersantai juga bukan berarti

melakukan rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat

adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan

keseimbangan hormon dan dalam tubuh.

11. Penatalaksanaan Umum Upaya Pencegahan Hipertensi

17
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis atau dengan

penatalaksanaan non-farmakologis.

Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan

menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada

berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis,

yaitu:

1) Diuretik

Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk mengobati hipertensi

dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps, 2005). Diuretik

bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan mengurangi

volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat

menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat

menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.

Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan

tekanan darah. Menurut Martuti (2009) ada empat tipe diuretik :

a. Thiazide atau thiazide-like diuretics.

b. Loop diuretic

c. Potasium-sparing diuretic

d. Diuretic kombinasi, merupakan campuran dari thiazide dan salah satu obat

dari jenis potasium-sparing medicine (obat penghambat potasium).

2) Beta-blokers

Digunakan untuk mengontrol tekanan darah melalui proses perlambatan kerja

jantung tidak bekerja terlalu keras dan tekanan darah menurun. Contoh obat

18
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

beta-blokers adalah acebutolol (nama dagang : Monitan, Sectral), atenolol

(Tenormin), dan Labetolol (Trandate).

3) ACE Inhibitor

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin.

Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah

angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan

perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).

Beberapa jenis obat tergolong ACE Inhibitor dan merek dagangnya antara lain

benazepril (Lotensin), dan Captropil (capoten), Cilazapril (Inhibaze) (Martuti,

2009).

4) Angiotensin II Receptor Blokers (ARBs)

Seperti halnya ACE Inhibitor, obat-obatan ARBs bekerja melindungi

pembuluh darah dar efek angiotensin II, sebuah hormon yang meyebabkan

pembuluh darah menyempit dengan cara menyekat reseptor angiotensin II.

Beberapa contoh obat ARBs adalah candesartan, irbesartan, losartan, dan

olmesartan.

5) Calcium Channel Blokers (Ccbs)

Obat-obatan CCBs (angiotensin kalsium) membantu mencegah penyempitan

pembuluh darah dengan menghalangi kalsium memasuki sel otot di jantung

dan pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah menurun.

6) Alpha blokers

Alpha blokers (penyekat alpha) bekerja dengan menghalangi hormon

norepinefrin dan menstimulasi otot di dinding arteri dan vena sehingga

dinding pembuluh darah mengerut. Ini akan membuat otot-otot tertentu

menjadi rileks dan membantu pembuluh darah yang kecil tetap terbuka. Ini

akan menyebabkan meningkatnya aliran darah dan tekanan darah turun.

19
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Beberapa contoh obat-obatan alpha blokers adalah doxazosin (Cardura),

prazosin (Minipres), dan terazosin (Hytrin).

7) Clonidin

Merupakan obat antihipertensi yang bekerja di pusat kontrol sistem saraf di

otak. Clonidin menurunkan tekanan darah dengan memperbesar arteri

diseluruh tubuh. Contoh obat jenis ini adalah guanfacine.

8) Vasodilator

Mengatasi hipertensi dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh

obat yang tergolong vasodilator adalah hydralazine (Aporesoline), dan

minoxidil (Loniten).

Penatalaksanaan Non Farmakologis

Menurut Dalimartha, (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan

pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang tidak sehat.

Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam

jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan

pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).

Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita hipertensi

yaitu:

1) Diet DASH

Diet DASH (Dietary Aproach for stop Hipertension), menu DASH terdiri dari

makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium, magnesium, serat makanan

dari sayuran dari sayuran, buah dan susu, serta membatasi lemak jenuh,kolesterol,

garam, gula, kopi, dan minuman keras.

2) Berhenti merokok

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah. Nikotin

diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran

20
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap

nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin

(adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan pembuluh

darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih

tinggi (Sheps, 2005).

3) Menghindari alkohol

Efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah,

sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003). Menurut

Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan

hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau

menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Selain itu minum-

minuman alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu

penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan

magnesium berkaitan dengan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005).

4) Membatasi asupan garam

Kurangi asupan garam kurang dari 100 mmol atau kurang dari 2,3 gram natrium,

atau kurang dari 6 gram NaCl. Penderita hipertensi juga untuk menjaga asupan

kalsium dan magnesium.

5) Aktivitas

Penderita hipertensi disarankan untuk berpartisipasi pada bagian kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan ,

jogging, bersepeda, atau berenanag.

6) Terapi herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita rasa dari

tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis obat-obatan

herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan beberapa cara,

misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil

21
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu

sehari-hari (Dalimartha, 2008). Menurut Wirakusumah (2007) beberapa buah dan

sayuran yang berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi yaitu :

a. Belimbing Manis

Kandungan kalium yang tinggi pada belimbing manis dan natrium yang

rendah memungkinkan belimbing manis sebagai obat anti hipertensi (Suwarto,

2010).

b. Mentimun

Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni).

(Karim, 2010)

c. Mengkudu

Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi adalah

senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010) menuliskan

bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat serotonin

yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan

pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa

scopoletin dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan

obat alternatif untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.

d. Seledri

Seledri banyak dimanfaatkan untuk terapi penyakit tekanan darah tinggi.

Manfaat lainnya yaitu : menurunkan kadar kolesterol, memperlambat penuaan,

antioksidan, antikanker, dan mengobati dehidrasi. (Sekarindah, 2010)

Penatalaksanaan Hipertensi Sesuai Dengan Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.5. Klasifikasi Dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi

22
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Pada penatalaksanaan hipertensi terfokus dan bertujuan untuk dapat

mengendalikan tekanan kestabilan tekanan darah agar tidak menimbulkan komplikasi

dengan memodifikasi determinan faktor yang menyebabkan hipertensi, yaitu: Obesitas,

konsumsi garam, merokok, minum alkohol, konsumsi daging berlebih, olahraga, kurang

mengkonsumsi sayur dan buah, stress dan lain lain.

Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi merupakan

suatu cara pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak

Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Obat awal

darah darah gaya


Tekanan Tanap indikasi Dengan indikasi
sistolik diastolik hidup
Darah

Normal < 120 < 80 Anjuran Tidak Perlu Gunakan obat

menggunakan obat yang spesifik


Pre- 120-139 80-89 Ya
antihipertensi dengan indikasi
Hipertensi
(resiko).

Hipertensi 140-159 90-99 Ya Untuk semua kasus Gunakan obat

gunakan diuretik yang spesifik


Stage 1
jenis thiazide, dengan indikasi

pertimbangkan (resiko).Kemudian

ACEi, ARB, BB, tambahkan obat

CCB, atau antihipertensi

kombinasikan (diretik, ACEi,

ARB, BB, CCB)


Hipertensi 160 >100 Ya Gunakan kombinasi
seperti yang
2 obat (biasanya
Stage 2
dibutuhkan
diuretik jenis

thiazide dan

ACEi/ARB/BB/CCB

23
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

terabaikan dalam penanganan pasien tersebut. Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan

tekanan darah, mempertinggi khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan resiko

penyakit kardiovaskuler.

Tabel 2.6. Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Perkiraan Penurunan

Tekanan Darah Sistolik

(Skala)

Menurunkan Memelihara Berat Badan 5-20 mmHg/ 10 kg

Normal penurunan Berat Badan


Berat Badan

(Indeks Massa Tubuh 18.5

24.9 kg/m2).

Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan 8 14 mmHg

berdasarkan DASH yang kaya dengan buah-

buahan, sayuran, produk

makanan yang rendah lemak,

dengan kadar lemak total dan

saturasi yang rendah.

Diet Rendah Natrium Menurunkan Intake Garam 2-8 mmHg

sebesar 2-8 mmHg tidak

lebih dari 100 mmol per-hari

(2.4 gr Natrium atau 6 gr

garam).

Olahraga Melakukan Kegiatan Aerobik 4 9 mmHg

fisik secara teratur, seperti

jalan cepat (paling tidak 30

menit per-hari, setiap hari

24
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

dalam seminggu).

Membatasi Penggunaan Membatasi konsumsi alkohol 2 -4 mmHg

Alkohol tidak lebih dari 2 gelas ( 1 oz

atau 30 ml ethanol; misalnya

24 oz bir, 10 oz anggur, atau

3 0z 80 whiski) per-hari

pada sebagian besar laki-laki

dan tidak lebih dari 1 gelas

per-hari pada wanita dan

laki-laki yang lebih kurus.

Beberapa penelitan menunjukkan bahwa pendekatan non farmakologis,

termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan

dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi

antihipertensi. (Smeltzer & Bare, 2001)

PENGKAJIAN

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :

Kelemahan

Letih

Napas pendek

Gaya hidup monoton

Tanda :

Frekuensi jantung meningkat

Perubahan irama jantung

Takipnea

b. Sirkulasi

25
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,

penyakit serebrovaskuler

Tanda :

Kenaikan TD

Nadi : denyutan jelas

Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

Bunyi jantung : murmur

Distensi vena jugularis

Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian

kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,

faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

Letupan suasana hati

Gelisah

Penyempitan kontinue perhatian

Tangisan yang meledak

otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat

penyakit ginjal )

e. Makanan / Cairan

Gejala :

26
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak

dan kolesterol

Mual

Muntah

Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

BB normal atau obesitas

Edema

Kongesti vena

Peningkatan JVP

glikosuria

f. Neurosensori

Gejala :

Keluhan pusing / pening, sakit kepala

Episode kebas

Kelemahan pada satu sisi tubuh

Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

Episode epistaksis

Tanda :

Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (

ingatan )

Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

Perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

nyeri hilang timbul pada tungkai

sakit kepala oksipital berat

27
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

nyeri abdomen

h. Pernapasan

Gejala :

Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

Takipnea

Ortopnea

Dispnea nocturnal proksimal

Batuk dengan atau tanpa sputum

Riwayat merokok

Tanda :

Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

Sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

j. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,

penyakit serebrovaskuler, ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

Penggunaan obat / alkohol

28
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan :

Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala

Pasien tampak nyaman

TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan

b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres

dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi,

bimbingan imajinasi dan distraksi

f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala

misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk

g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam,

ativan, diazepam, valium )

2. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan

adanya tahanan pembuluh darah

Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

29
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan

dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,

pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Haluaran urin 30 ml/ menit

Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring

b. Tinggikan kepala tempat tidur

c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan

pemantau tekanan arteri jika tersedia

d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

e. Amati adanya hipotensi mendadak

f. Ukur masukan dan pengeluaran

g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output

Tujuan :

Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x

24 jam

Kriteria hasil :

Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari

Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :

a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat

ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

b. Instruksikan pasien tentang penghematan energi

c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas

d. Monitor adanya diaforesis, pusing

30
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

e. Observasi TTV tiap 4 jam

f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu

istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau

sore

4. Resiko injuri dengan factor resiko pengelihatan yang buruk

Tujuan :

Resiko injuri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil : Safety Behavior : Physical Injury

- Pasien terbebas dari trauma fisik

- Lingkungan rumah aman

- Perilaku mencegah jatuh

- Dapat mendeteksi resiko

- Pengetahuan personal safety

Intervensi : Enviromental Management Safety

- Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien

Rasional : ingkungan yang aman dapat mengurangi resiko jatuh

- Hindarkan lingkungan yang berbahaya

Rasional : lingkungan yang berbahaya dapat meningkatkan resiko injuri pasien

- Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien

Rasional : barang-barang berbahaya dapat meningkatkan resiko injuri

- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang adanya perubahan status

kesehatan dan penyebab kesehatan

Rasional : dukungan dari semua pihak dapat meningkatkan keamanan pasien.

31
HIPERTENSI ,HC Stase Gerontik STIKES Surya Global Yogyakarta 2014

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma H. (2013). Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Media Action

Herdman, 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Pudiastuti, Ratna Dewi.2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika

Muwarni dan Priyantari (2010). Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home

Care Dan Komunitas. Yogyakarta. Fitramaya

Martuti, A. 2009. Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi Penyakit Tekanan Darah Tinggi.

Yogyakarta : Kreasi Wacana

32

Anda mungkin juga menyukai