Anda di halaman 1dari 14

6.1.

Akun-Akun dan Golongan Transaksi dalam Siklus Pembelian


Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk menilai
apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta pengeluaran kas
untuk pembelian tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini yaitu: pembelian
barang dan jasa, pengeluaran kas, serta retur pembelian dan potongan pembelian.

6.2. Fungsi-Fungsi Bisnis dan Dokumen serta Catatan dalam Siklus Pembelian dan
Pembayaran
Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan proses
untuk mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis. Siklus biasanya
diawali dengan pembuatan permintaan pembelian oleh penjabat yang memiliki kewenangan
untuk mengajukan permintaan pembelian, dan diakhiri dengan pembayaran utang usaha yang
timbul dari pembelian tersebut. Fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen serta catatan
yang digunakan siklus pembelian dan pembayaran adalah:
Golongan Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Pembelian Persediaan Pembuatan order Permintaan pembelian
Properti, peralatan, aset pembelian Order pembelian
tetap lainnya
Beban dibayar di muka
Utang usaha Penerimaan Laporan penerimaan
Beban pabrik barang dan jasa barang dan jasa

1
Beban penjualan
Beban administrasi Pengakuan utang Faktur dari penjual
Memo debet
Voucher
File transaksi pembelian
Jurnal pembelian
Master file utang usaha
Daftar utang usaha
Laporan dari pemasok

Pengeluaran Kas di bank (untuk Pembayaran dan Check Pembayaran


kas pengeluaran kas) pencatatan File transaksi
Utang usaha pengeluaran kas. pengeluaran kas
Potongan pembelian Jurnal pengeluaran kas
pengeluaran

PEMBUATAN ORDE PEMBELIAN


Permintaan untuk membeli barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik
awal bagi siklus ini. Formulir yang digunakan dan pemberian persetujuan
tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan yang diterapkan perusahaan.
Dokumen yang lazim digunakan yaitu:
a. Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa
oleh penjabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengajukan
permintaan pembelian.
b. Orde Pembelian
Orde pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan
jasa dari pemasok.
PENERIMAAN BARANG DAN JASA
Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang
paling kritis dalam siklus ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan dipakai
pertama kali untuk mengakui pembelian dan utang yang bersangkutan. Laporan
penerimaan adalah dokumen berupa kertas atau elektronik yang dibuat pada saat
barang diterima.
PENGAKUAN KEWAJIBAN (UTANG)
Pencatatan pertama kali mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas
yang sesungguhnya. Pencatatan awal akan mempengaruhi laporan keuangan dan
pengeluaran kas aktual, oleh karena itu perusahaan harus dengan seksama dalam

2
memasukkan semua transaksi pembelian, yaitu pembelian yang sesungguhnya
terjadi dengan jurnal yang benar. Dokumen-dokumen dan catatan yang lazim
digunakan ialah:
a. Faktur dari Pemasok Adalah dokumen yang diterima dari penjual dan
menunjukkan jumlah yang terhutang yang berasal dari pembelian barang dan
jasa.
b. Memo Debet Merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan
menunjukkan pengurangan atas jumlah yang terhutang yang disebabkan
karena adanya pengembalian barang (retur) barang ke pemasok atau
diterimanya pengurangan harga.
c. Voucher Biasanya digunakan suatu organisasi untuk menetapkan cara yang
formal dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan
membuat agar setiap transaksi pembelian bernomor urut.
d. File Transaksi Pembelian Adalah file yang dihasilakan komputer yang
mencakup semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi
suatu periode tertentu.
e. Jurnal Pembelian Dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya
berisikan nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap
transaksinya.
f. Master File Utang Usaha Mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas,
dan retur pembelian untuk setiap pemasok.
g. Daftar Utang Usaha Berisi daftar jumlah yang terutang kepada masing-
masing pemasok atau untuk setiap faktur atau voucher pada suatu saat tertentu.
h. Laporan dari Pemasok Adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap
akhir bulan untuk menunjukkan saldo awal, pemelian, retur pembelian, dan
pembayaran ke pemasok tersebut, serta saldo akhir.
PENGOLAHAN DAN PENCATATAN PENGELUARAN KAS
Pada kebanyakan perusahaan, pembayaran untuk pembelian barang dan jasa
merupakan aktvitas yang dignifikan. Aktivitas ini secara langsung akan
mengurangi saldo akun kewajiban, biasanya akun utang usaha. Dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan proses pembayaran yang akan diperiksa auditor
meliputi:
a. Check Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayar pembelian pada saat
kewajiban jatuh tempo.
3
b. File Transaksi Pengeluaran Adalah file yang dihasilakan komputer yang
mencakup seluruh transaksi pengeluaran kas yang diolah oleh sistem
akuntansi suatu periode tertentu.
c. Jurnal Pengeluaran Kas Adalah daftar atau laporan yang dihasilkan oleh
file transaksi pengeluaran kas yang mencakup seluruh transaksi pada suatu
periode tertentu.
6.3. Metodologi untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi
Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk siklus pembelian
dan pembayaran dibagi dalam dua bagian besar berikut:
1. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis, yakni:
order pembelian, penerimaan barang dan jasa, dan pengakuan utang.
2. Pengujian pengeluaran kas, meliputi proses bisnis: pengolahan dan pencatatan
pengeluaran kas.
Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi siklus pembelian dan pembayaran merupakan metodologi yang sama
dengan yang digunakan pada siklus-siklus sebelumnya.

4
PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL
Untuk memahami pengendalian internal sikus pembelian dan pembayaran,
auditor mempelajari bagan alir perusahaan klien, mereview daftar pertanyaan
pengendalian internal, serta melaksanakan pengujian mengikuti jejak transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
MENILAI RISIKO PENGENDALIAN YANG DIRENCANAKAN
Selanjutnya pemeriksaan dilakukan atas pengendalian internal kunci untuk
setiap fungsi bisnis seperti:
1. Otorisasi Pembelian Memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh
adalah demi memenuhi tujuan perusahaan yang diotorisasi, dan menghindari
pembelian yang berlebihan atau tidak diperlukan.
2. Pemisahan Pemegang Aset Dari Fungsi Lainnya Untuk mencegah
pencurian dan penyalahgunaan, barang harus dikendalikan secara fisik dari
saat penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya. Personel di
departemen harus independen dari bagian gudang dan departemen akuntansi.
3. Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen Atas Transaksi
Pembelian harus dicatat tepat waktu tergantung kebijakan perusahaan, bisa
pada saat penerimaan barang atau ditangguhkan sampai faktur pemasok
diterima. Pencatat pembelian tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas, dan
aktiva lainnya. Dokumen dan catatan yang memadai, prosedur yang tepat
untuk menyimpan catatan, dan pengecekan independen atas kinerja juga
merupakan pengendalian yang penting
4. Otorisasi Pembayaran Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas
meliputi:
Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi oleh
perusahaan
Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan
melaksanakan fungsi utang usaha
Pemisahan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatanganan
check sebelum suatu check ditandatangani.
MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN PENGENDALIAN
Apabila auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian untuk
mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum,

5
auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi dengan efektif.
Dengan telah beroperasinya pengendalian secara efektif yang didukung
dengan tambahan pengujian pengendalian, auditor akan bisa menurunkan
pengujian substantifnya.
MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI UNTUK PEMBELIAN
Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada
pengendalian internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan
tercapai dalam audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari
enam tujuan audit golongan transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian khusus
oleh karena itu akan dibahas lebih dalam dibawah ini.
1. Pembelian terbukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima
(keterjaadian) Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya
pencatatan transaksi yang tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama
yang berupa pencatatan pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga
bisa mencegah klien dari kesalahan mencatat beban bukan beban perusahaan,
atau ttransaksi penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan
keuntungan bagi manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan yang
diaudit.
2. Pembelian yang terjadi telah dibukukan (kelengkapan) Kegagalan
mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan utang usaha
kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik lebih saji.
Auditor kadang kesulitan melakukan audit rinci saldo untuk menentukan
apakah suatu transaksi tidak tercatat, maka lebih mengandalkan pengendalian
dan pengujian substantif golongan transaksi untuk tujuan ini.
3. Pembelian dicatat dengan akurat (ketelitian) Apabila auditor yakin
bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam jurnal pembelian, maka
bisa diterima apabila auditor memutuskan untuk memeriksa dokumen
pendukung pembelian periode ini yang lebih sedikit selama melakukan
pengujian rinci saldo dibandingkan dengan apabila pengendalian tidak
memadai. Apabila klien mengunakan catatan persediaan perpetual, pengujian
rinci saldo juga dapat dikurangi secara signifikan seandainya auditor percaya
bahwa catatan perpetual adalah akurat.
6
4. Pembelian digolongkan dengan benar (penggolongan) Pengujian rinci
akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin bahwa
pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan yang
memadai mengenai penggolongan yang benar dalam jurnal pembelian.
Auditor akan banyak membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian
dokumen pembelian aset tetap dan akun-akun beban periode ini guna
memeriksa ketelitian dan kebenaran penggolongan. Oleh karena itu akan
sangat menghemat waktu apabila pengendalian internal efektif.
PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI UNTUK PENGELUARAN KAS
Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas
pada saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal
pembelian untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan
dokumen pendukung lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian
verifikasi dilakukan secara efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.
SAMPLING ATRIBUT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI
Mengingat pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan
transaksi untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut
menjadi sangat lazim dilakukan.
Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian dan pembayaran dibandingkan
dengan siklus lainnya antara lain:
1. Siklus ini menyangkut banyak akun, baik yang berupa akun-akun laba rugi,
maupun akun neraca. Dampaknya ialah kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penggolongan menjadi tinggi, bahkan beberapa diantaranya
berpengaruh terhadap laba bersih.
2. Dalam siklus ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang signifikan,
kebutuhan atas pertimbangan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian.
3. Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat besar.
Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan tidak biasa
seperti itu dan mengujinya 100%.

7
6.4. Metodologi untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang Usaha
Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul akibat pembelian
barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Kebanyakan utang
usaha dapat juga diidentifikasi melalui keberadaan faktur dari penjual yang menunjukkan
kewajiban perusahaan.
Apabila pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi
menunjukkan bahwa pengendalian internal beroperasi secara efektif, dan prosedur analitis
menunjukkan hasil yang memuaskan, auditor pada umumnya akan menurunkan pengujian
rinci saldo. Namun, karena pada kebanyakan perusahaan, utang usaha cenderung menjadi
material, auditor hampir selalu melakukan pengujian rinci saldo.

MENGINDETIFIKASI RISIKO BISNIS KLIEN YANG MEMENGARUHI


UTANG USAHA (TAHAP 1)
Upaya-upaya untuk merampingkan pembelian dan pembayaran barang dan
jasa, termasuk lebih meningkatkan pembelian persedian secara just in time,

8
meningkatkan berbagai informasi dan e-commerce untuk transaksi bisnis, telah
mengubah semua aspek siklus pembelian dan pembayaran pada banyak
perusahaan. Perubahan-perubahan dan sistem tersebut bisa sangat kompleks.
Demikian pula, meningkatnya fokus dalam memperbaiki logistik pergerakan fisik
persediaan melalui rantai distribusi perusahaan bisa meningkatkan kesulitan dalam
menetapkan pisah batas saldo utang usaha yang efektif pada akhir tahun. Auditor
harus mengerti sifat perubahan sistem tersebut untuk mengidentifikasi apakah
risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen terkait memengaruhi
kemungkinan kesalahan penyajian material dalam utang usaha.
MENETAPKAN MATERIALITAS KINERJA DAN MENILAI RISIKO
INHEREN (TAHAP 1)
Sejumlah besar transaksi bisa memengaruhi utang usaha. Saldo seringkali
berjumlah besar dan meliputi sejumlah pemasok dan biasanya akan mahal bial
harus mengaudit semua akun tersebut. Karena alasan tersebut, auditor biasanya
menetapkan materialitas kinerja untuk utang usaha relatif tinggi. Auditor sering
menilai risiko inheren pada tingkat medium atau tinggi.
MENILAI RESIKO PENGENDALIAN DAN MERANCANG SERTA
PELAKSANAKAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF GOLONGAN TANSAKSI (TAHAP I DAN II)
Setelah auditor menetapkan materialitas kinerja dan risiko inheren untuk utang
usaha, mereka menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman atas
penegndalian internal. Pengujian substantif yang dilakukan auditor pada akhirnya
akan tergantung pada efektivitas pengendalian internal yang berkaitan dengan
utang usaha. Oleh karena itu, auditor harus memiliki pemahaman yang dalam
tentang pemahaman yang dalam tentang bagaimana pengendalian yang
berhubungan dengan utang usaha.
MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS (TAHAP
III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal penting dalam siklus pembelian
dan pembayaran seperti halnya dalam siklus yang lain terutama dalam
menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha. Auditor harus
membandingkan total beban tahun ini dengan tahun sebelumnya untuk
menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha maupun dalam akun beban.

9
Karena penggunaan pembukuan berpasangan, suatu kesalahan penyajian dalam
akun beban biasanya juga akan berakibat kesalahan penyajian yang sama pada
akun utang usaha. Oleh karena itu, perbandingan beban tahun ini dengan beban
tahun sebelumnya merupakan prosedur yang efektif dalam menganalisis utang
usaha apabila beban dari tahun ke tahun stabil.
MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENGUJIAN RINCI SALDO
AKUN UTANG USAHA (TAHAP III)
Tujuan keseluruhan audit utang usaha adalah untuk menentukan apakah saldo
utang usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan tepat. Ada
perbedaan penting dalam penekanan audit atas lialibilitas dan aset. Perbedaan
penekanan dalam audit aset dan kewajiban berakibat langsung pada kewajiban
hukum akuntan publik. Apabila penanaman modal, kreditur, dan pengguna
lainnya setelah diterbitkannya laporan keuangan auditn menentukan bahwa laba
dan ekuitas pemilik telah lebih saji material, maka tuntutan hukum kepada KPA
layak untuk dilakukan.
Tujuan audit saldo yang diterapkan dalam mengaudit piutang usaha, untuk
pengauditan utang usaha dengan tiga modifikasi kecil berikut yaitu :
1. Tujuan nilai bersih bisa direalisasi tidak diterapkan untuk liabilitas. Nilai
bersih bisa direalisasi hanya diterapkan untuk aset.
2. Aspek hak kepemilikan dari tujuan hak dan kewajiban tidak diterapkan untuk
lialibilitas. Untuk aset, auditor sangat menekankan pada hak klien atas
penggunaaan dan penghapusbukuan aset.
3. Untuk liabilitas, lebih ditekankan pada pencarian kurang saji daripada atas
lebih saji.
Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca
Karena penekanan audit pada kurang saji dalam akun-akun liabilitas
pengujian sesudah tanggal neraca sangat penting artinya bagi utang usaha.
Luasnya pengujian untuk menemukan utang yang tidak dicatat, sangat tergantung
pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo potensial dalam akun
yang bersangkutan. Prosedur audit yang sama yang digunakan untuk mencari
utang tidak dicatat diterapakan pula untuk tujuan ketelitian.
Berikut adalah prosedur-prosedur yang lazim digunakan yaitu:
1. Periksalah dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah tanggal
neraca
10
Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah
tanggal neraca untuk menentukan apakah pengeluaran kas itu untuk membayar
utang dari periode ini. Apabila pembayaran itu untuk pembayaran utang periode
ini, auditor harus menelusur ke daftar utang usaha untuk memastikan apakah
utang termaksud tercantum dalam daftar utang usaha. Auditor sering memeriksa
dokumen-dokumen pendukung pengeluaran kas yang dilakuakan pada periode
sesudah tanggal neraca beberapa minggu sesudah tanggal neraca, terutama apabila
klien sering tidak melakukan pembayaran secara tepat waktu.
2. Periksalah dokumen pendukung untuk faktur tagihan yang belum
dibayar sampai beberapa minggu setelah akhir tahun
Auditor melakukan prosedur ini di periode berikutnya dengan cara yang sama
seperti prosedur lainnya untuk tujuan yang sama.
3. Telusuri laporan penerimaan barang yang diterbitkan sebelum akhir
tahun dengan faktur penjual yang bersangkutan
Semua barang yang diterima sebelum akhir tahun buku harus dimasukkan
sebagai utang usaha. Dengan menelusur laporan penerimaan barang yang
diterbitkan menjelang akhir tahun buku ke faktur penjual dan meyakinkan bahwa
semua telah dimasukkan sebagai utang usaha, auditor menguji ada tidaknya utang
yang tidak dicatat.
4. Telusuri laporan dari pemasok yang menunjukkan saldo terutang ke
daftar saldo utang usaha
Apabila klien menyimpan arsip laporan bulanan dari pemasok, auditor dapat
menelususr setiap laporan yang menunjukkan saldo terutang pada setiap tanggal
neraca ke daftra utan usaha, untuk memastikan telah dimasukkan sebagai utang
usaha.
5. Pengiriman konfirmasi kepada pemasok yang memiliki hubungan bisnis
dengan klien
Meskipun pengiriman konfirmasi untuk utang usaha tidak begitu lazim
dibandingkan dengan konfirmasi untuk piutang usaha, namun auditor dapat
mengguanakan prosedur ini jika dipandang perlu untuk menguji nama pemasok
tidak tercantum dalam daftar utang, atau ada transaksi yang dihilangkan atau
saldonya tidak sesuai dengan catatan pemasok.
Pengujian Pisah Batas

11
Pengujian pisah batas utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah
transaksi yang dibutuhkan beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah
tanggal neraca telah dibukukan pada periode yang tepat. Lima pengujian audit
liabilitas yang telah dikemukakan di atas semua merupakan pengujian pisah batas
untuk pembelian, tetapi semuanya ditekankan untuk menemukan kurang saji. Tiga
prosedur pertama juga bermanfaat untuk memeriksa dokumen pendukung sebagai
pengujian untuk lebih saji utang usaha.
Hubungan antara pisah batas dengan observasi fisik persediaan
Dalam menentukan apakah pisah batas sudah benar, sebaiknya pisah batas
dikoordinasikan dengan observasi penghitungan persediaan fisik. Satu-satunya
cara agar auditor bisa mengetahui tipe kesalahan penyajian mana yang telah
terjadi adalah dengan mengkoordinasikan pengujian pisah batas dengan observasi
pengendalian.
Persediaan dalam perjalanan (Inventory in transit)
Dalam menentukan utang usaha, auditor harus membedakan antara pembelian
persediaan yang dilakukan atas dasar FOB Destination dengan yang dilakukan
atas dasar FOB Origin. Untuk FOB destination hak kepemilikan atas barang
berpindah kepada pembeli apabila barang telah diterima pembeli. Jadi hanya
persediaan yang diterima sebelum atau tepat pada tanggal neraca yang harus
dimasukkan ke dalam persediaan dan utang usaha pada akhir tahun. Apabila
pembelian dilakukan atas dasar FOB origin, perusahaan harus mencatat
persediaan dan utang usaha yang bersangkutan pada periode ini apabila
pengiriman telah dilakukan sebelum atau tepat pada tanggal neraca.

KEANDALAN BUKTI
Auditor harus memahami keandalan relatif tiga tipe utama bukti yang biasa
digunakan untuk memeriksa utang usaha, yaitu: faktur penjualan, laporan dari
penjual, dan konfirmasi.
Perbedaan antara Faktur dari Penjual dengan Laporan dari Penjual
Auditor mendapat bukti tentang transaksi individual dengan keandalan tinggi
ketika ia memeriksa faktur dari penjual beserta dokumen pendukungnya, seperti
laporan penerimaan barang dan order pembelian. Berbeda dengan faktur
penjualan, laporan dari penjual tidak begitu diperlukan untuk memeriksa transaksi

12
individual, karen alaporan dari harga, biaya angkut dan data lain tidak tercantum
dalam laporan itu.
Perbedaan antara Laporan dari Penjual dengan Konfirmasi
Perbedaan terpenting antara laporan dari penjualan dengan konfirmasi utang
usaha adalah sumber informasinya. Laporan dari penjual dibuat oleh penjual
(pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien ketika auditor
memeriksanya. Hal ini bisa memberi kesempatan kepada klien untuk merekayasa
atau mengubah laporan dari penjual atau menyembunyikan laporan dari auditor.
Jawaban atas permintaan untuk utang usaha pada umumnya harus dikirim
langsung ke kantor akuntan publik oleh penjual. Konfirmasi berisi informasi yang
sama dengan laporan dari penjual tetapi lebih bisa dipercaya.
UKURAN SAMPEL
Auditor harus juga mempertimbangkan ukuran sampel dalam audit atas utang
usaha sampel dalam pengujian utang usaha sangat bervarias tergantung pada
berbagai faktor seperti misalnya: materialitas usaha, jumlah akun yang ada, hasil
risiko pengendalian, dan audit tahun yang lalu. Apabila pengendalian internal
klien lemah yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha, hampir seluruh populasi
harus diperiksa. Dalam situasi yang lain hanya sebagian kecil dipandang perlu
untuk diperiksa kurang lazim digunakan untuk pengauditan utang usaha
dibandingkan dengan untuk piutang usaha. Perumusan piutang usaha dan
penentuan ukuran populasi sering lebih sulit untuk utang usaha, karena tekanan
audit adalah pada utang usaha yang tidak dicatat, auditor harus mencoba agar
populasi mencakup semua kewajiban potensial.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.

14

Anda mungkin juga menyukai