PENDAHULUAN
Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesi, yang merupakan negara tropis
beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna.
Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut,
dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya penyakit ini dibagi atas infeksi
superfisial, infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial yang paling sering
ditemukan adalah pitiriasis versikolor. Yang termasuk dengan infeksi kutan adalah
dermatofisis dan kandidosis kutis. Infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan adalah
sporotrikosis, fikomikosis subkutan, aktinomikosis, dan kromomikosis.
Berdasarkan latar belakang diatas ada berbagai masalah yang timbul. Berikut masalah
yang dibahas dalam makalah ini :
Tujuan dari penulisan ini adalah agar penulis serta pembaca dapat mengerti,
mengatahui serta memahami tentang INFEKSI JAMUR KULIT. Serta memberikan
gambaran penulisan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta
pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut,
dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Infeksi kulit adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada kulit yang disebabkan akibat adanya kuman. Bakteri, virus maupun
parasit maupun jamur.
Adapun jenis penyakit yang terjadi akibat infeksi jamur kulit seperti Tinea Imbrikata
dan Tinea Kruris
Tinea Kruris
1.2.1 Definisi
Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm of the groin)
adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya; yaitu lipatan paha, daerah
perineum dan sekitar anus.
1.2.3 Etiologi
Berman (2011), dan Wiederkehr (2012), gambaran klinis Tinea kruris khas, penderita
merasa gatal hebat pada daerah kruris. Ruam kulit berbatas tegas, eritematosa, dan bersisik.
Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi
dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
Berikut ini gambaran klinis dari Tinea kruris :
Invasi Jamur
Tinea Cruris
Epidermophyton
floccosum
Nyeri Akut
1.2.5 Pemeriksaan Klinis
a. Pemeriksaan Langsung
Sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku) dengan larutan KOH 10-30%
atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan mikroskopis akan terlihat elemen jamur dalam
bentuk hipa panjang, spora dan artrospora.
b. Pembiakan
Tujuan pemeriksaan cara ini untuk mengetahui spesies jamur penyebab, dilakukan bila
perlu. Bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dapat ditam bahkan antibiotika (misalnya khloramfenikol) ke dalam
media tersebut. Perbenihan dieramkan pads suhu 24 - 30C. Pembacaan dilakukan dalam
waktu 1 - 3 minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai wama, bentuk, permukaan
dan ada atau tidaknya hipa.
c. Darah dan Urin
Pemeriksaan darah tidak berguna untuk diagnosis infeksi jamur superficial. Kira-kira 70
% hingga 80% pasien dermatitis atopik mempunyai serum IgE yang meningkat. Kondisi ini
beruhubung dengan sensitisasi alergen makanan atau alergen hirup dan/atau yang disebabkan
oleh rhinitis alergi dan asma. Kadar eosinofil dalam darah perifer nya meningkat. Limfosit T
dang sel mast meningkat karena dermatitis atopic melibatkan perangsangan berlebihan
limfosit T dan sel mast.