Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan jasa keuangan yang semakin marak akhir akhir ini tidak terlepas dari
munculnya berbagai macam transaksi transaksi yang dimunculkan oleh lembaga keuangan terutama
jasa keuangan bank, seperti menyimpan dana, meminjam dana, dan berbagai transaksi perbankan
lainnya.Nasabah merupakan salah satu faktor penting dalam bisnis perbankan. Untuk mendapatkan
nasabah tersebut, diperlukan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh bank terhadap
nasabahnya. Pemberian pelayanan nasabah dari suatu bank kepada nasabah bisa dilakukan dengan
menawarkan produk. Produk produk yang ditawarkan oleh bank kepada nasabah tersebut,
diharapkan dapat menarik minat nasabah utuk menyimpan dananya dibank tersebut.

Di Indonesia saat ini banyak sekali kasus penipuan yang dilakukan oleh pihak Bank terhadap
nasabah, kasus perbankan yang sangat dikenal dikalangan masyarakat luas yakni kasus Bank Mutiara.
Bank Mutiara (sebelumnya dikenal dengan nama Bank CIC ) didirikan pada Mei 1989. Pada tanggal
28 Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi Bank Century. Sejak 21 November 2008, Bank
Sentury diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS ) dan berubah nama menjadi PT.Bank
Mutiara Tbk.

Kasus Bank Mutiara yang muncul karena adanya pemalsuan produk investasi reksadana yang
bekerja sama dengan PT. Antaboga Delta Sekuritas. Pihak bank menawarkan suatu produk baru yang
bernama dana tetap terproteksi yaitu hampir sama dengan deposito, dimana nasabah bisa
mengambil uang tersebut dalam jangka waktu tertentu. Bank Mutiara juga menawarkan produk
investasi reksadana Antaboga kepada nasabah dengan iming imbalan bunga 10-12 persen setahun.
Namun, pada akhirnya saat ingin melakukan pencairan uang , tabungan para nasabah tidak dapat
diuangkan. Karena uang para nasabah tidak juga kembali, para nasabah Bank Mutiara melayangkan
gugatan ke pengadilan di sejumlah daerah. Sebanyak 20 nasabah di Jakarta melayangkan gugatan
yang meminta ganti rugi sebesar Rp 26,3 miliar. Di Solo terdapat 27 nasabah yang menggugat Bank
Mutiara di Pengadilan Negeri Surakarta. Sedangkan di Yogya terdapat 30 nasabah yang melayangkan
gugatan. Meskipun gugatan dimenangkan oleh nasabah akan tetapi pihak Bank Mutiara enggan untuk
mengembalikan uang nasabah.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa terjadi kasus pemalsuan produk investasi fiktif yang dilakukan Bank Mutiara terhadap
nasabah?

2. Pelanggaran Etika Profesi Akuntan apakah yang dilakukan oleh Bank Mutiara?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui alasan terjadinya pemalsuan produk investasi fiktif oleh Bank Mutiara

2. Untuk mengetahui kaitan antara pemalsuan produk investasi fiktif dengan pelanggaran
Etika Profesi Akuntan yang dilakukan oleh Bank Mutiara terhadap nasabah.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan.

Ada empat etika profesi akuntan yaitu :


1. Tanggung jawab Profesi
Setiap anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota
untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
3. Integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang
anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus bersikap adil, tidak memihak, jujur serta intelektual, tidak berprasangka
buruk serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggungjawab profesi
kepada publik.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali
bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
B. Analisis Kasus

Awal mula kasus Bank Mutiara yang menawarkan produk perbankan yang diklaim mirip
deposito, dengan imbal bunga yang cukup tinggi, kisaran 10-12 persen per tahun. Produk Bank
Century tersebut adalah hasil kerjasama dengan PT. Antaboga Delta Sekuritas. Pada saat nasabah
ingin melakukan pencairan uang, tabungan para nasabah tidak dapat diuangkan. Merasa tertipu
oleh pihak Bank yang awalnya nasabah mengira bahwa simpanan uang tersebut adalah deposito
ternyata produk baru yang ditawarkan adalah reksadana, pihak nasabah menuntut ganti rugi kepada
Bank Mutiara. Namun Bank Mutiara enggan untuk mengembalikan uang nasabah dan meminta
nasabah agar menagih ke pihak Antaboga. Pihak Bank Mutiara mengklaim bahwa nasabah yang
menuntut ganti rugi merupakan nasabah dari PT. Antaboga Delta Sekuritas, bukan nasabah Bank
Mutiara.

Dalam tersebut, ada perbedaan persepsi antara Bank Mutiara dengan nasabah. Pihak dari
Bank Mutiara dan PT.Antaboga saling menyalahkan dan kedua belah pihak tersebut tidak mau
mengembalikan dana milik para nasabah, akibatnya bila pembicaraan tidak bisa dijadikan solusi,
pihak Bank Mutiara dan pihak PT.Antaboga memutuskan untuk mengambil langkah hukum. Namun
Bank Mutiara ternyata kalah di tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi, Bank Mutiara pun
mengajukan kasasi kepada akan tetapi Bank Mutiara tetap kalah ditingkat Kasasi. Akibatnya
Mahkamah Agung meminta agar Bank Mutiara mengembalikan dana para nasabah secara tunai dan
sekaligus kepada para penggugat sejumlah Rp. 35.437 M dan ganti rugi sebesar Rp. 5,675 M.

Akan tetapi, Bank Mutiara masih terus menempuh jalur hukum berupa perlawanan pihak
ketiga dalam menyikapi putusan Mahkamah Agung. Bank Mutiara meyakini bahwa pihaknya dan
pihak Antaboga merupakan entitas terpisah, dan ketika itu pihak Bank Mutiara hanya memasarkan
produk dari antaboga sebagai bentuk dari kerjasama keduanya. Sehingga dalam kasus ini, pihak Bank
Mutiara merasa sebagai pihak ketiga yang dirugikan dari sengketa tersebut.

Dari kasus tersebut, Bank Mutiara telah melanggar beberapa prinsip- prinsip dari etika
profesi akuntan yaitu :

1. Pertama, Bank Mutiara melanggar prinsip tanggung jawab profesi dimana seharusnya Bank
Mutiara mempunyai tanggung jawab yang begitu penting kepada para nasabahnya. Pihak
Bank Mutiara bertanggungjawab kepada semua pemakai baik produk maupun jasa dari bank
tersebut. Pada saat para nasabah membeli produk tersebut, pihak Bank tidak
menungkapkan bahwa produk tersebut bukan produk mereka, karena mereka yang
memasarkannya. Pihak Bank Mutiara tidak mengungkap secara detail, kepada siapa nasabah
meminta pertanggungjawaban nantinya apabila terjadi risiko yang tidak diinginkan. Para
nasabah hanya ingin Bank Mutiara bertanggung jawab terhadap masalah dana reksadana
yang tidak dapat dicairkan.
2. Kedua, Bank Mutiara melanggar prinsip Integritas. Integritas adalah prinsip yang melandasi
kepercayaan publik. Pada kasus Bank Mutiara terhadap nasabah, pihak bank bersikeras
untuk tidak membayar sepeserpun kepada para nasabah dari berbagai daerah yang
menggugat bank tersebut. Seharusnya pihak Bank Mutiara berkewajiban untuk bertindak
langsung dalam rangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme, karena satu ciri utama dari suatu profesi
adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Dengan adanya kejadian ini juga dapat
memberikan imbas kepada bank bank lain, dimana kasus ini menyebabkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap sistem perbankan nasional, sehingga kasus Bank Mutiara ini
tidak hanya merugikan bank itu sendiri melainkan dapat merugikan dunia perbankan
Indonesia.
3. Ketiga yaitu melanggar prinsip Objektivitas. Tidak adanya ketidakjujuran atas mutu barang
atau produk yang ditawarkan oleh pihak Bank Mutiara terhadap nasabah. Seharusnya Bank
Mutiara mengatakan dengan sejujurnya dan tidak membohongi nasabah dengan
kepentingan pribadi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Kasus Bank Mutiara adalah keadaan bank yang tragis
karena kasusnya yang berlangsung lama dan uang nasabah ikut lenyap seiring dengan masalah
yang tidak terselesaikan dalam jumlah yang tidak sedikit, banyak nasabah yang kecewa dan
marah bahkan para nasabah dari sejumlah daerah mengadakan demo untuk meminta
pertanggungjawaban kepada pihak Bank atas uang nasabah yang belum diambil atau dicairkan,
Dikarenakan pihak Bank yang bersikeras untuk tidak akan mengganti uang para nasabah karena
pihak bank merasa para nasabah itu adalah nasabah dari Pihak Antaboga padahal pihak Bank
Mutiara pun ikut menikmati keuntungan dari penjualan produk investasi reksadana fiktif
tersebut. Bahkan Pemerintah hingga Presiden pun sampai membentuk kabinet baru untuk
menuntaskan kasus Bank Mutiara tersebut karena suntikan kepada Bank membengkak
dikarenakan para nasabah beramai- ramai menarik dana tersebut.

B. Saran
a) Dalam menghadapi kasus ini pihak bank seharusnya mematuhi keputusan hukum
dengan membayar hak para nasabah disejumlah daerah yang menuntut
tanggung jawab tersebut. Untuk membayar hak para nasabah, Bank Mutiara
dapat melakukan 3 Opsi yaitu Opsi pertama menggunakan Kas Bank Mutiara,
Opsi Kedua dengan menggunakan suntikan dana LPS ke Bank Mutiara, ini
memungkinkan karena LPS bisa merupakan pemegang saham Bank Mutiara. Opsi
ketiga, dengan memakai pembayaran dari hasil penyitaan aset eks pemilik saham
Bank Mutiara.
b) Apabila pihak Bank Mutiara bersikeras bahwa nasabah nasabah tersebut bukan
nasabah mereka, melainkan nasabah PT Antaboga Delta Sekuritas, pihak bank
yang sebelumnya tidak mengkomunikasikan hal tersebut kepada nasabah mesti
tetap bertanggung jawab dengan berkomunikasi dengan pihak Antaboga agar
dapat menyelesaikan kasus ini secara bersama sama. Ini sebagai bentuk
pertanggung jawaban pihak Bank Mutiara terhadap publik, ditengah upaya
pemulihan kepercayaan publik, dan juga sebagai bentuk kepatuhan Bank Mutiara
terhadap putusan hukum yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

http://elisah-87.blogspot.co.id/2010/10/kesimpulan-tentang-kasus-bank-century.html?m=1

https://vianylingga.blogspot.co.id/2016/12-kasus-pelanggaran-kode-etik.html?m=1

https://m.detik.com/finance/moneter/2376483/soal-ganti-rugi-nasabah-antaboga-oleh-bank-
mutiara-ini-komentar-perbanas

https://www.google.co.id/amp/s/ratrianicp.wordpress.com/2013/01/08/prinsip-etika-profesi-
akuntan/amp/

Anda mungkin juga menyukai