Anda di halaman 1dari 9

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada umumnya petani menggunakan benih asalan yang disisakan hasil

panen musim sebelumnya, tanpa perlakuan tertentu yang dapat mempertahankan

vigornya, sehingga mutunya rendah. Penggunaan benih bermutu tinggi adalah

prasyarat penting untuk menghasilkan produksi tanaman yang menguntungkan

secara ekonomis. Oleh karena itu persiapan dan perlakuan benih untuk

meningkatkan mutunya sangat penting dilakukan, terlebih lagi dengan adanya

permasalahan dormansi fisiologis (Ayu et al., 2014).

Perkecambahan benih juga merupakan salah satu indikator yang berkaitan

dengan kualitas benih. Sehingga pengujian kecambah atau viabilitas harus

menggambarkan kecambah yang potensial. Pengamatan mengenai vigor bibit atau

kecambah, penilaian terhadap komponen-komponen struktur vigor bibit atau

kecambah sangatlah penting terutama jika kita ingin membedakan status vigor

bibit yaitu bibit/kecambah yang tumbuh normal kuat, kurang kuat dan abnormal

(Rohandi dan Nurin, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi merupakan

peristiwa yang kompleks. Jika dimulai dari proses perkecambahan, maka proses

selanjutnya merupakan sederet perubahan morfologi dan fisiologi yang

dinamakan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan vegetatif menyusul

perkecambahan yang merupakan proses pembentangan sel-sel penyusun

embrio,adalah terjadinya diferensiasi sel meristem apikal, membentuk organ

vegetatif dan selanjutnya terjadi pertumbuhan reproduktif (Saleh, 2003).


2

Benih terdiri dari tiga bagian yaitu embrio, jaringan penyimpan makanan

(endosperma), dan kulit benih. Perkecambahan benih bergantung pada proses

penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang

berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit

pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang

menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan (Supriyanto et al., 2012).

Benih yang bermutu mempunyai sifat fisiologis, fisik dan genetik yang

baik, yang dipengaruhi oleh proses produksi sampai penyimpana. Viabilitas benih

dapat dipertahankan selama penyimpanan dengan cara memilih kemasan benih

secara tepat. Wadah simpan atau kemasan benih selama simpan dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi kadar air benih selama penyimpanan. Pada

kelembaban rendah, benih akan melepaskan kandungan airnya sampai mencapai

keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab, benih yang relatif kering akan

menyerap air dari lingkungannya (Badan Litbang Pertanian, 2013).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui produksi dan

teknologi benih.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilain di Praktikum Produksi dan Teknologi

Benih Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan salah satu input dasardalam kegiatan produksi tanaman.

Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk reproduksi, baik bagian

generatif (true seed) maupun vegetatif. Bagian vegetatif dapat berupa (a) organ

reproduktif vegetatif serupa dengan "true seed" tetapi hasil dari apomixis

(misalnya rumput-rumputan), (b) akar (ubi kayu), (c) tuber (kentang), (d) batang

(ubi kayu, tebu), (e) cabang (berbagai tanaman buahbuahan, ubi), (f) daun

(tanaman hias), (g) bulb (bawang), dan (h) rhizome (strawberry) (Ilyas, 2005).

Teknologi benih yaitu produksi benih dalam rangka pengadaan benih yang

terwujud dengan praktek-praktek dalam jangkauan penyelamatan benih sejak

dipungut, dikelola, dipelihara sampai benih-benih tersebut ditanam kembali sesuai

dengan cara-cara yang semestinya dengan mengingat unsur-unsur musim yang

mendorong pertumbuhannya (Rahayu dan Eny, 2007).

Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Benih

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu (1) Faktor bawaan

(kemurnian varietas); (2) Faktor fisiologi dan fisik benih yang meliputi tingkat

kematangan benih, tingkat keusangan benih yaitu hubungan antara vigor awal

benih dengan lamanya benih yang disimpan, patogen pada benih, ukuran dan berat

jenis benih, dan komposisi kimia benih; (3) Faktor lingkungan seperti musim

tanam, kultur teknik, waktu panen dan cara tanam; (4) Faktor perlakuan

pascapanen seperti cara pengeringan, suhu dan kelembaban tempat penyimpanan,

serta lama, cara, dan proses pengangkutan benih (Hanafiah et al., 2000).

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan

dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat


4

pemasaran benih. Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan

performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat

keusangan (hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat

kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan

dormansi benih (Sutopo, 2004).

Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran

benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air

benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai selama

penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan, kadar air benih,

kelembapan ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, hama dan penyakit

di tempat penyimpanan dan lama penyimpanan (Samuel et al.,2012).

Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan

kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan

dari penyimpanan benih adalah untuk mengawetkan cadangan makanan tanaman

bernilai ekonomis dari satu musim ke musim berikutnya (Sari, 2016).

Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai

yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau

mutu. Menurut Harnowo et al. (1992), benih kedelai relatif tidak tahan disimpan

lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih

kedelai. Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya

sering harus mengalami penyimpanan terlebih dahulu. Jadi perlu teknologi

penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat

tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik (Juhanda et al., 2013).
5

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih,

yaitu kadar air, kelembaban dan suhu ruang. Suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Pada suhu

rendah, respirasi berjalan lambat disbanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut,

viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk

penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama 6- 10 bulan adalah tidak

lebih dari 11% (Sutopo, 2004).

Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan

Viabilitas benih merupakan salah satu unsur dalam mutu fisiologis benih.

Viabilitas dapat dilihat dari daya berkecambah dan bobot kering kecambah

normal. Daya berkecambah menginformasikan kemungkinan benih tumbuh

normal pada kondisi lapang dan lingkungan yang optimum. Penurunan viabilitas

merupakan salah satu indikator kemunduran benih. Kemunduran benih adalah

mundurnya mutu fisiologis yang dapat menyebabkan menurunnya viabilitas

benih. Hilangnya daya berkecambah merupakan akhir dari kemunduran benih

(Badan Litbang Pertanian, 2013).

Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16%

sampai 20%. Agar dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka

kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Dalam

batas tertentu makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut.

Kadar air yang terlalu tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya

peningkatan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses

respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji menjadi


6

semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan energi pada jaringan-jaringannya

yang penting (Sutopo, 2004).

Secara umum benih mengalami tiga fase penyerapan air yaitu fase

penyerapan cepat, fase penyerapan lambat, dan fase penyerapan aktif. Kulit benih

yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga

proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses

imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih

karena kulit benih yang permeable (Juhanda et al., 2013).

Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang

dan lingkungan sub optimum. Vigor benih tinggi memiliki kekuatan tumbuh yang

tinggi serta daya simpan yang tinggi. Vigor benih terdiri atas vigor genetik dan

vigor fisiologis. Vigor genetik merupakan vigor benih dari galur genetik yang

berbeda, sedangkan vigor fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan dalam

galur genetik yang sama (Sutopo, 2004).

Kehilangan vigor benih yang cepat menyebabkan penurunan

perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan

pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang

ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam

lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi

sampai akhir penyimpanan (Sari, 2016).


7

KESIMPULAN

1. Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk reproduksi, baik

bagian generatif (true seed) maupun vegetatif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu faktor bawaan

(kemurnian varietas); faktor fisiologi; faktor lingkungan; faktor perlakuan

pascapanen.

3. Penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan

kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

4. Viabilitas benih merupakan salah satu unsur dalam mutu fisiologis benih

dan vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi

lapang dan lingkungan sub optimum.

5.
8

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Gusti K.S, Zulaiza, Stefany Darsan, Ld. M. Ali Kasra, Sri Wangadi, dan La
Mudi. 2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan
Vigor dan Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen.
Universitas Halu Oleo. Kendari.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Teknologi Produksi Benih Mendukung Program


Kemandirian Benih Kedelai di Daerah Sentra Produksi. Sinar Tani Edisi
3-9 April 2013 No.3501 Tahun XLIII.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Teknologi Produksi Benih Pasca. Sinar Tani Edisi
3-9 April 2013 No.3501 Tahun XLIII.

Hanafiah, A, Marcus Lainsamputty, Sri Rahayu Sihombing. 2000. Teknologi


Produksi Benih Kedelai. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Irian Jaya.

Ilyas, Satrias. 2005. Pentingnya Benih dalam Produksi Pertanian. Institut


Pertanian Bogor. Bogor.

Juhanda , Yayuk Nurmiaty dan Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola
Imbibisi Dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss Precatorius L.).
Universitas Lampung. Lampung.

Rahayu, W dan Eny W. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan
Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin Brassica chinensis L.).
Bul. Agron. (35) (3) 191 196 (2007).

Rohandi, A dan Nurin W. 2007. Pengaruh Tingkat Devigorasi Dan Kerapatan


Benih Krasikarpa Terhadap Pertumbuhan Semainya. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan. Bogor.

Saleh, M.S., 2003.Peningkatan Kecepatan Berkecambah Benih Aren yang Diberi


Perlakuan Fisik dan Lama Perendaman Kalium Nitrat. J.Agroland.

Samuel., S.L. Purnamaningsih, N. Kendarini. 2012. Pengaruh Kadar Air Terhadap


Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill)
Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan. Universitas
Brawijaya, Malang.

Sari, Irma Y. 2016. Pengaruh Tingkat Kemasakan Pada Produksi, Mutu Fisik dan
Mutu Fisiologis Benih Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench.)Varietas
Numbu dan Samurai-2. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Supriyanto, Selly M.A, dan Benny S. 2012. Pengaruh Boron dan Perendaman
terhadap Perkecambahan Benih Cendana (Santalum album Linn.).
Universitas Brawijaya. Bogor.
9

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,


Malang.

Anda mungkin juga menyukai