Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang

berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Melalui pembangunan dibidang kesehatan

diharapkan dapat semakin meningkatkan tingkat kesehatan dan

pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia

harus dimulai sedini mungkin yakni sejak masih bayi. Salah

satu pembangunan tujuan nasional adalah membangun sumber

daya manusia yang berkualitas. Salah satu faktor yang

memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

manusia adalah pemberian air susu ibu (ASI). Arisman (2004)

menyebutkan bahwa pemberian ASI semaksimal mungkin

merupakan kegiatan penting dalam perawatan anak dan

persiapan generasi penerus dimasa yang akan datang.

Air susu ibu adalah makanan yang terbaik, karena dengan

menyusui merupakan cara alamiah untuk memberikan

kebutuhan makanan kepada bayi baru lahir sampai mencapai

usia 4 bulan. Dalam beberapa aspek, menyusui bayi adalah hal

yang paling ideal bagi ibu maupun bayinya. ASI mengandung


antibody yang melindungi bayi terhadap infeksi dan alergi

karena ASI mudah dicerna oleh bayi (Berg dan Muscat, 1985).

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi pada awal usia

kehidupannya. Hal ini tidak hanya karena ASI mengandung

cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat

imunologik yang melindungi bayi dari berbagai infeksi. Sebagai

makanan terbaik bagi bayi, ternyata ASI belum sepenuhnya

dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan terdapat kecenderungan

terjadi pergeseran penggunaan susu formula pada sebagian

kelompok masyarakat (Syahdrajat, 2009).

Sekian banyak usaha preventif untuk mencegah kematian

anak balita, tampak bahwa pemberian ASI adalah cara paling

banyak untuk menurunkan kematian anak balita. Menurut

Rulina Suradi, seorang Konsultan Neonatologi RSCM, hal itu

disebabkan karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI

Eksklusif masih rendah, kurangnya tingkat pendidikan ibu, tata

rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai

pekerjaan di luar rumah. (Sujudi, 2005)

UNICEF menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di

Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap

tahunnya bias dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif

selama 6 bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan

makanan atau minuman tambahan pada bayi. Meskipun


manfaat pemberian ASI Eksklusif dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara

luas, namun kesadaran para ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif di Indonesia baru sekitar 14 %, itu pun diberikan

hanya sampai bayi berusia 4 bulan (Utami, 2005).

ASI eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan bayi, maka

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan

Menteri Kesehatan nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang

pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir

sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan sampai umur 2

tahun dan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Tenaga

Kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar

menginformasikan kepada ibu hamil yang baru melahirkan

untuk memberi ASI eksklusif dan Tenaga Kesehatan harus

menginformasikan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan

Menyusui (LMKM), (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2007).

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 20062007, jumlah pemberian ASI eksklusif pada

bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup 67% dari total

bayi yang ada. Berdasarkan data Susenas (20072008)

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 06 bulan di

Indonesia menunjukkan penurunan dari sebanyak 62,2%


(2007) menjadi sebanyak 56,2% (2008) sedangkan cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari

28,6% (2007) menjadi 23,4% (2008) (Direktorat Statistik dan

Kependudukan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.

2007).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Timur tahun 2013 dari jumlah 17.176 bayi, hanya sekitar 28,6

% bayi yang diberikan ASI eksklusif. Selain itu juga tidak

adanya motivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya. Hal ini menyebabkan ibu tidak memberikan ASI

Eksklusifnya. (Buku Profil Kesehatan Kab/Kota Kaltim tahun

2013)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, di wilayah

kerja Puskesmas Harapan Baru, didapatkan hasil dari 10

responden, 3 bayi mendapatkan ASI Eksklusif, dan 7 bayi

mendapatkan non ASI Eksklusif. Dari hasil wawancara pada ibu

bayi, bayi yang diberikan ASI Eksklusif jarang terserang

penyakit, sedangkan bayi yang diberikan non ASI eksklusif

pada awal pemberian sering mengalami diare. Rata-rata berat

badan bayi yang diberi Non ASI Eksklusif lebih berat daripada

bayi yang diberikan ASI eksklusif, dimana berat badan bayi

yang tidak diberi ASI Eksklusif adalah 10 kg dan Bayi yang

diberi ASI Eksklusif adalah 9,2 kg. Rendahnya data bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif dan tingginya bayi yang diberikan

non ASI eksklusif disebabkan kurangnya pengetahuan ibu

tentang manfaat dan kelebihan dari pemberian ASI Eksklusif

disamping itu karena factor pengaruh dari promosi susu formula

yang sangat gencar dilakukan di Wilayah tersebut.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan, maka penulis

tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan

status kesehatan antara bayi yang diberikan ASI eksklusif dan

bayi yang diberikan non ASI eksklusif pada usia 10-12 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Harapan Baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

diatas adalah apakah ada perbedaan status kesehatan antara

bayi yang diberikan ASI Eksklusif dan bayi yang diberikan non

ASI Eksklusif pada usia 10-12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Harapan Baru ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan status kesehatan antara bayi

yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan non


ASI eksklusif pada usia 10-12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Harapan Baru

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan Baru.

b. Mengidentifikasi karakteristik ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan Baru.

c. Mengidentifikasi status kesehatan bayi yang diberikan

ASI Eksklusif.

d. Mengidentifikasi status kesehatan bayi yang diberikan

non ASI Eksklusif.

e. Menganalisis perbedaan status kesehatan pada bayi

yang diberi ASI eksklusif dan non ASI Eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau

kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

penerapannya, khususnya dibidang kesehatan anak dengan

status kesehatan yang sesuai dengan usianya.

2. Manfaat Praktis

a. Tempat Penelitian
Dapat dijadikan dasar informasi tentang status

kesehatan bayi yang kaitannya dengan pemberian ASI

eksklusif dengan ASI non eksklusif

b. Stikes Muhammadiyah Samarinda

Menjadikan informasi data dasar tentang status

kesehatan bayi dengan pemberian ASI eksklusif dan ASI

non eksklusif dini sehingga dapat dijadikan pertimbangan

penelitian selanjutnya.

c. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

pemberian ASI secara eksklusif dan ASI non eksklusif

serta mendapatkan pengalaman yang nyata dalam

penelitian ini.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Nur Aiziezah dkk.

(2010) yang berjudul Perbedaan tingkat konsumsi dan status

gizi antara bayi dengan pemberian ASI eksklusif dan non ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngagel Rejo,

Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan

tingkat konsumsi dan status gizi antara bayi dengan

pemberian ASI eksklusif dan non ASI eksklusif. Penelitian ini


merupakan penelitian observasional analitik dan bersifat

komparatif menggunakan studi cross sectional. Besar

sampel sebanyak 34 bayi berusia 6-12 bulan yang terbagi

menjadi dua kelompok yaitu bayi dengan pemberian ASI

eksklusif dan non ASI eksklusif. Subjek dipilih dengan cara

simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan uji

Chi-square.

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Lumastari Ajeng

Wijayanti, dkk. Penelitian ini berjudul Perbedaan berat badan

bayi usia 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dan Non ASI

eksklusif di Desa Keniten

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan case

control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut

bagaimana factor resiko yaitu pemberian ASI eksklusif dan

MP ASI yang dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospektive.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan

berat badan lahir lebih dari sama dengan 2500 gram, tidak

ada kelainan kongenital dan sekarang berusia 6 bulan serta

dalam keadaan sehat pada saat penelitian beserta ibunya di

Desa Keniten Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri dan jumlah

keseluruhan populasi ada 27 bayi yang memenuhi kriteria

diatas.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan berat

badan lahir lebih dari sama dengan 2500 gram, tidak ada

kelainan kongenital dan sekarang berusia 6 bulan serta

dalam keadaan sehat pada saat penelitian beserta ibunya di

Desa Keniten Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.

Berdasarkan penghitungan besar didapatkan sampel 25

bayi.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pemberian ASI

Eksklusif dan MP ASI menggunakan kuesioner, dan untuk

mengukur status gizi menggunakan Kartu Menuju Sehat

(KMS) dan tabel baku WHO NCHS BBU.

Bedanya dari kedua penelitian diatas, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kesehatan

antara bayi yang diberikan ASI Eksklusif dengan bayi yang

diberikan non ASI Eksklusif. Penelitian ini menggunakan

metode Uji t independen. Populasi dalam penelitian ini

adalah bayi yang berkunjung di Puskesmas Harapan Baru

Samarinda, pengambilan data dilakukan dengan lembar

kuesioner.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Kesehatan

1. Pengertian
Sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan

baik, seluruh badan serta bagian-bagian

lainnya,atau suatu hal ini yang mendatangkan

kebaikan. Kesehatan sendiri dapat diartikan

sebagai keadaan sehat (terbebas dari penyakit)

dan kebaikan keadaan (badan atau yang lainnya).

Dengan kata lain, kesehatan dapat diartikan

sebagai suatu keadaan yang sehat terbebas dari

penyakit sehingga dapat melakukan segala

aktifitasnya tanpa hambatan fisik. Seseorang

dikatakan sehat jika ia memiliki kesehatan baik

secara fisik (organ tubuh) maupun psikis (mental,

emosional, social, dan spiritual). (soegeng,

santoso. 2008)

2. Kategori

Adapun status kesehatan bayi dibedakan menjadi

3, yaitu

a. Status Gizi

Masalah kesehatan anak merupakan salah

satu masalah utama dalam bidang kesehatan.

Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

kesehatan bangsa, sebab anak sebagai

generasi penerus bangsa memiliki


kemampuan yang dapat dikembangkan dalam

meneruskan pembangunan bangsa. Indicator

kesehatan anak terdiri dari angka kematian

bayi, status gizi, dan angka harapan waktu

lahir (Eni, 2011)

Status gizi adalah ukuran keberhasilan

dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi anak.

Status gizi juga didefinisikan sebagai status

kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan dan masukan nutrient.

Penelitian status gizi merupakan pengukuran

yang didasarkan kepada data antropometri

serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)

1. Penilaian status gizi

Untuk menilai status gizi digunakan dua

metode penilaian status gizi, yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian

status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat penilaian, yaitu penilaian

antropometri, klinis, biokimia dan fisik.

Sedangkan untuk penilaian status gizi

secara tidak langsung, dapat dibagi


menjadi 3 yaitu survey konsumsi makanan,

statistic vital, dan factor ekologi (Supariasa

dkk, 2001)

2.

b. Tingkat Kecerdasan Bayi

Otak bayi berkembang pesat menginjak

trimester kedua dan ini berlangsung hingga

usia 18 bulan. Setelah itu, perkembangannya

akan mulai melandai. Oleh karena itu, usia

dibawah 2 tahun biasa disebut sebagai masa

keemasan (Golden Age). (Nova, 2012)

Jika pada masa ini bayi kurang

mendapat gizi, biasa terjadi gangguan-

gangguan yang akan berpengaruh pada

aspek kognitifnya. Oleh sebab itu, seseorang

ibu harus memahami pentingnya gizi bagi

anak. Ketika bayi baru lahir, jumlah sel

otaknya mencapai 66 % dan beratnya 27 di

usia 2 tahun, berat otak anak mencapai 1200

gram. Artinya, usia ini memang masa

perkembangan otak yang sangat cepat.

Ahli kromosom menyarankan agar anak

di usia 2 tahun, otak anak diberi stimulus yang


bias memacu pertumbuhan otaknya. Masukan

terbaik adalah kolestrol dan asam lemak

esensial yaitu omega 3 dan omega 6. Bias

juga dengan memberikan sebutir ayam

kampong setiap hari. Ini sudah memadai bagi

seseorang anak. Sumber ikan laut juga bias

menjadi alternative pengganti telur ayam

kampong. Sayangnya orang Indonesia tidak

terlalu suka makan ikan laut dan cenderung

suka pada ikan tawar yang kadar omega 3

nya tidak terlalu tinggi. (Nova, 2012)

B. ASI Eksklusif

1. Pengertian

ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya

diberikan ASI saja tanpa memberikan tambahan

makanan maupun minuman lain, atau ASI

Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja

selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air the, dan air


putih serta tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi,

dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan

makanan pendamping ASI ( MP-ASI ). ASI dapat

diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih

(Mardiati, 2006).

ASI adalah makanan alamiah berupa cairan

dengan kandungan gizi cukup dan sesuai untuk

kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan

berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama

berupa cairan bening bewarna kekuning-kuningan

(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena

mengandung zat kekebalan terhadap penyakit

(Depkes RI pusat promosi kesehatan, 2007).

Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat

bermanfaat bagi ibu. ASI, selain dapat diberikan

dengan cara mudah dan murah juga dapat

menurunkan resiko terjadinya perdarahan dan

anemia pada ibu serta menunda terjadinya

kehamilan berikutnya. Hal lain yang jauh lebih

penting adalah timbulnya ikatan batin yang kuat

antara ibu dan anak. Ibu juga tidak perlu susah-

susah melakukan diet untuk mengecilkan perut


setelah melahirkan, karena hisapan anak pada

putting susu ibu merangsang keluarnya hormone

yang dapat mengencangkan dinding-dinding perut

ibu kembali (BKKBN, 2004).

2. Manfaat

a. Bagi Bayi

Adapun Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi

(Roesli, 2005), yaitu :

1. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi

semua kebutuhan pertumbuhan bayi

sampai usia 6 bulan.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

karena mengandung berbagai zat anti

kekebalan sehingga akan lebih jarang

sakit. ASI juga mengurangi terjadinya diare,

sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan

serta terjadinya serangan alergi.

3. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan

karena mengandung asam lemak yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak

sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih

pandai.
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih

saying sehingga dapat menunjang

perkembangan kepribadian, kecerdasan

emosional, kematangan spiritual dan

hubungan social yang baik.

b. Manfaat Bagi Ibu

Adapun manfaat bagi ibu bila memberikan ASI

Eksklusif (Roesli, 2005), yaitu :

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

karena pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitosin yang berguna

juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh

darah sehingga perdarahan akan lebih

cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia akibat

kekurangan zat besi karena menyusui

mengurangi perdarahan.

3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui

merupakan cara kontrasepsi yang aman,

murah dan cukup berhasil.

4. Mengecilkan Rahim karena kadar oksitosin

ibu menyusui yang meningkat membantu

rahim keukuran sebelum hamil.


5. Lebih cepat langsing karena menyusui

membutuhkan energy maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun

selama hamil.

6. Mengurangi kemungkinan penderita kanker

7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat

menghemat pengeluaran untuk susu

formula, perlengkapan menyusui dan

persiapan pembuatan susu formula.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena

ASI dapat diberikan segera tanpa harus

menyiapkan atau memasak air.

9. Portable dan praktis karena mudah dibawa

kemana-mana sehingga saat bepergian

tidak perlu membawa berbagai alat untuk

menyusui.

10. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan

kebahagiaan yang mendalam karena telah

berhasil memberikan ASI eksklusif.

c. Manfaat bagi Negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat

pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini

(Roesli, 2005):
1. Penghematan devisa untuk pembelian

susu formula, perlengkapan menyusui,

serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan biaya rumah sakit terutama

sakit muntah-mencret dan penyakit saluran

pernapasan.

3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan

saran kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa

yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun Negara.

d. Jenis-jenis ASI

Berdasarkan waktu produksinya, ASI

dibedakan menjadi 3 yaitu : kolostrum, susu

matang, serta susu awal dan akhir.

1. Kolostrum

Kolostrum diproduksi dalam beberapa hari

setelah bayi dilahirkan. Kolostrum banyak

mengandung protein dan antibody.

Wujudnya sangat kental dan jumlahnya

hanya sedikit. Pada awal menyusui,

kolostrum yang keluar mungkin hanya satu

sendok teh. Meskipun demikian,


khasiatnya luar biasa. Kolostrum mampu

melapisi usus bayi dan melindunginya dari

bakteri, serta sanggup mencukupi

kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama

kelahirannya. Selanjutnya secara

berangsur-angsur produksi kolostrum

berkurang saat air susu matang keluar

pada hari ketiga sampai kelima.

Menurut Baskoro (2008), beberapa ciri

penting yang menyertai produksi kolostrum

adalah :

a. Komposisi kolostrum mengalami

perubahan secara berangsur-angsur

setelah bayi lahir.

b. Kolostrum adalah cairan kental

berwarna kekuningan dan lebih kuning

daripada ASI matang.

c. Kolostrum bertindak sebagai laksatif

yang berfungsi membersihkan dan

melapisi meconium usus bayi yang

baru lahir, serta mempersiapkan

saluran pencernaan bayi untuk

menerima makanan selanjutnya


d. Kolostrum lebih banyak mengandung

protein (kurang lebih 10% protein)

dibandingkan dengan susu matang

(kurang lebih 1% protein). Lain halnya

dengan ASI matang yang mengandung

protein berupa kasein, yang mudah

dicerna dan diserap oleh usus bayi.

e. Pada kolostrum terdapat beberapa

protein yang sangat penting untuk

pertahanan tubuh bayi terhadap

serangan infeksi.

f. Kolostrum lebih banyak mengandung

vitamin A, mineral natrium (Na, dan

seng (Zn)

g. Lemak dalam kolostrum lebih banyak

mengandung kolestrol dan lecithin

dibandingkan dengan ASI matang.

h. Volume kolostrum sekitar 150-300

ml/24 jam.

2. Susu Matang

Selama satu atau dua minggu berikutnya,

air susu meningkat jumlahnya, serta

penampakkannya berubah. Susu mulai


terlihat biru dan cair. Inilah yang disebut

sebagai susu matur/susu matang, yang

berisi semua zat gizi yang diperlukan oleh

bayi supaya tumbuh dengan baik. ASI

matang terlihat lebih encer daripada susu

sapi, sehingga sebagian Ibu merasa

susunya sangatlah encer. Tetapi

penampilan demikian sangatlah wajar,

karena ASI memasok cukup air bahkan

dalam cuaca yang teramat panas

sekalipun.

3. Susu Awal dan Susu Akhir

a. Susu Awal

Susu yang keluar pertama kali

(foremilk). Susu ini kaya akan protein,

laktosa, vitamin, mineral, dan air, hanya

mengandung sedikit lemak (hanya 1-2

%). Air susu ini sangat membantu

untuk menghilangkan rasa haus pada

bayi.

b. Susu akhir

Susu yang keluar setelah susu awal

habis atau saat waktu menyusui hampir


selesai. Susu ini terlihat lebih putih

daripada susu awal, karena

mengandung lebih banyak lemak.

Lemak inilah yang memasok lebih dari

50 % energy dalam ASI.

e. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak

87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat

cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan

air walaupun berada di tempat yang

mempunyai suhu udara panas (Hendarto dan

Pringgadini, 2008).

Anda mungkin juga menyukai