Anda di halaman 1dari 20

BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Pengetahuan Umum Tentang Tanaman Teh

Teh (amellia sinensis .L) merupakan salah satu tanaman minuman


penyegar beverage crop yang disukai orang karena rasa dan aromanya yang khas.
Selain dapat memberikan kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat lain untuk
tubuh, karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat (karoten),
mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian pada orang
dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam jangka panjang
dapat menurunkan risiko terhadap penyakit jantung coroner. Selain itu penelitian
lain di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang biasa minum 100-600 ml
teh/hari lebih rendah risiko terserang hipetensi dibandingkan dengan kelompok
yang tidak biasa minum teh, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
manfaat teh bagi kesehatan, maka diharapkan konsumsi teh di Indonesia akan
meningkat dari 288 g/kapita/tahun menjadi sekitar 600 g/kapita/tahun. Menurut
Adimulya (2006) tingkat konsumsi tersebut sama dengan tingkat konsumsi teh
perkapita di negara-negara produsen teh lainnya seperti India, China dan Srilanka.

2.2 Produksi tanaman teh di Indonesia

Kinerja ekspor teh Indonesia mengalami penurunan dalam 5 tahun


terakhir. Diperkirakan ekspor teh Indonesia turun hampir 1% selama 5 tahun
terakhir. Di tahun 2008, ekspor teh mencapai US$ 158 juta turun menjadi US$
156,7 juta di tahun 2012. Sedangkan di Oktober 2013 sudah mencapai US$ 132,7
juta. Padahal harga per kg teh Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam,
Srilanka, dan Kenya ( Detikcom, 2014).
Produksi teh Indonesia berfluktuasi dan cenderung menurun. Produksi teh
di Indonesia pada tahun 2008-2013 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 2.1 Produksi Teh Indonesia pada Tahun 2008-2013

Menurut Adimulya (2006) Menurunnya produksi teh Indonesia


disebabkan oleh beberapa faktor. Pertumbuhan dan produksi teh dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, antara lain: (1) tanaman (populasi, umur tanaman, jenis
tanaman, umur pangkas, dan potensi genetik); (2) lingkungan tempat tumbuh
(iklim, yang terdiri atas curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban udara,
serta panjang penyinaran matahari); (3) tanah yang meliputi jenis, topografi,
elevasi, fisik, kimia dan biologi tanah. Faktor-faktor tersebut saling terkait satu
dengan yang lainnya dan interaksi antar faktor sangat berpengaruh terhadap
produksi teh.

2.3 Gaya Potong Daun Teh

Langkah utama yang menjadi awal perancangan mesin pencacah daun teh
adalah mengetahui besarnya gaya potong yang dibutuhkan untuk dapat memotong
daun teh. Besarnya gaya potong kemudian digunakan untuk menghitung daya
yang diperlukan mesin untuk dapat memotong daun teh. Data ini selanjutnya akan
sangat menentukan dalam perancangan daya tenaga penggerak, transmisi, dan
penghitungan lain. Besarnya gaya potong dapat diketahui melalui uji gaya potong
dengan menggunakan alat bantu neraca tekan ataupun dengan memberi beban
secara berkala pada pisau.
- Menentukan Piringan Statis

Piringan statis adalah adalah bagian dari mesin pencacah daun teh yang
berfungsi sebagai penggilas. Piring statis ini dipasang pada rumah mesin
menggunakan baut pengikat. Rumus-rumus yang digunakan dalam
perencanaan piring statis adalah sebagai berikut;

2.3.1 Gaya Tangensial

Gaya tangensial yang bekeria pada piringan dinamis terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu gaya pada diameter luar, diameter tengah dan diameter dalam.

1) Gaya tangensial

T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
D/2

Dimana:

Ftl = Gaya Tangensial luar (kg)

T = Momen puntir (kg.mm)

D = Diameter luar (mm)

2) Gaya tangensial yang bekerja pada diameter tengah

T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
1 /2

Dimana:

d1 = Diameter tengah (mm)

3) Gaya tangensial yang bekerja pada diameter dalam

T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
2 /2

Dimana:

d2 = Diameter dalam (mm)


2.3.2 Momen Lentur

Dengan diketahuinya gaya yang bekerja pada piringan, maka dapat dihitung
rnomen

lentur yang terjadi, Yaitu dengan rumus:

M= Ft . L (Andoko, 1997:2)

Dimana:

M = Momen lentur (kg mm)

Ft= Gaya tangensial (kg)

L = Panjang pemukul (mm)

2.3.3 Tegangan Lentur pada Pencacah

Rumus tegangan lentur pada tegangan pencacah adalah:

b= M (Sularso, 2004: 239)


b.h2 /6

Dimana:

b = Tegangan lentur pada pemukul (kg/mm2)

M = Momen lentur (kg.mm)

b = Lebar pemukul (mm)

h = Tebal pemukul (mm)

2.3.4 Tegangan Geser pada Pencacah

Besarnya tegangan geser pada pencacah dapat dicari melalui persamaan:

Ft
= (Sularso, 2004: 25)
b.h

Dimana:
= Tegangan geser pada pencacah (kg/mm )

Ft= Gaya tangensial terbesar (kg)

- Menentukan Piringan Dinamis

Piringan dinamis adalah bagian dari mesin pencacah daun teh yang
berputar. Piringan dinamis ini dipasang dan ikut berputar dengan poros utama.
Sebagai pengikat menggunakan mur dan pasak sebagai penguat. Rumus-rumus
yang digunakan dalam perencanaan piringan dinamis adalah sebagai berikut :

Luas piringan

Rumus luas piringan adalah sebagai berikut :

.2 . 2 .1
A=(
4
)( 4
)( 4
)

Dimana :

A = Luas permukaan piringan dinamis (mm2)

D = diameter luar (mm)

D1 = Diameter lubang poros (mm)

d = Diameter lubang baut (mm)

n = jumlah lubang baut (mm)

Berat piringan dimamis adalah sama dengan berat jenis bahan yang dikalikan
dengan luas penampang piringan dan tebal piringan yang direncanakan.

Wr : . A .b (Khurni, 2005:722)

Dimana :

Wr = Berat jenis piringan (kg)


= berat jenis bahan (Kg/mm3)

A = luas penampang piringan (mm2)

b = tebal piringan (mm)

berat pembawa piringan dinamis adalah

Wb = 14 . . D2 . b .

Dimana:

D= Diameter piringan pembawa (mm)

Berat pencacah pada piringan dinamis adalah;

Wpm = npm . (b. h . l. )

Dimana:

npm = Jumlah pencacah yang direncanakan

b = Lebar pencacah (mm)

h = Tebal pencacah (mm)

l= Panjang pencacah (mm)

Sehingga berat total piringan dinamis adalah:

Wpd = Wr+Wb+Wpm

Dimana:

Wr = Berat piringan dinamis (kg)

Wpd= Berat totalpiringan dinamis (kg)

Wb = Berat piringan pembawa (kg)

Wpm= Berat pencacah (kg)


- Momen Puntir

Besarnya momen puntir pada piringan dinamis dapat dicari melalui persamaan

berikut:

p
T=9,74x105 (Sularso, 2004:7)

Dimana:

T = Momen puntir rencana (kg.mm)

Pd = Daya rencana (kW)

n = Putaran mesin (rpm)

2.3.5 Gaya Tangensial

Gaya tangensial yang bekerja pada piringan dinamis terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu gaya pada diameter luar, diameter tengah dan diameter dalam.

1) Diameter Luar

T
Ftl = D (Sularso,2004:25)
( )
2

Ftl = Gaya tangensial luar (kg)

T = Momen puntir (kg.mm)

D = Diameter luar (mm)

2) Diameter Tengah

T
Ftl = (Sularso, 2004; 25)
(d1 /2)

Dimana:
d1 = Diameter tengah (mm)

3) Diameter Dalam

T
T Ftl = (Sularso, 2004; 25)
(d2 /2)

Dimana:

D2 = Diameter dalam (mm)

Momen Lentur

Dengan diketahuinya gaya yang bekerja pada piringan, maka dapat dihitung
momen lentur yang terjadi yaitu dengan rumus:

M = Ft . L (Andoko, 1997: 2)

Dimana:

M = Momen lentur (kg.mm)

Ft = Gaya tangensial (kg)

L = Panjang pencacah (mm)

Tegangan Lentur pada Pencacah

Rumus tegangan lentur pada tegangan pencacah adalah:

M
b= 2 (Sularso, 2004: 239)
b. h 6

Dimana:

b= Tegangan lentur pada pencacah (kg/mm2)


M = Momen lentur (kg.mm)

b = Lebar pencacah (mm)

h = Tebal pencacah (mm)

2.3.6 Tegangan Geser pada Pencacah

Besamya tegangan geser pada pencacah dapat dicari melalui persamaan:


= (Sularso, 2004: 25)
.

Dimana:

= Tegangan geser pada pencacah (kg/mm )

Ft =Gaya tangensial terbesar (kg)

2.4 Menentukan Daya Motor

Daya motor ditentukan berdasar gaya-gaya yang bekerja pada saat bekerja.
Untuk menentukan daya motor adalah sebagai berikut:


P=9,74 105 (Sularso, 1997:7)

Dimana:

P = daya motor (kW)

T = torsi (kg.mm)

N = putaran (rpm)

Selanjutnya daya motor yang diperoleh dan hasil perhitungan pada rumus
diatas hams disesuaikan dengan daya motor yang ada di pasaran.

2.5 Menentukan Poros

Poros adalah salah satu bagian terpenting dari setiap komponen mesin. Poros
berfungsi sebagai penerus daya bersama-sarna dengan putaran baik melalui sabuk,
rantai, maupun roda gigi. Oleh karena itu poros memegang peranan penting dalam
suatu sistem transmisi.

Macam-macam poros diklasikasikan menurut pembebanannya dapat


dibedakan antara lain:

a. Poros Transmisi Atau Poros Perpinndahan.

Poros transmisi berfunggsi sebagai pemindah tenaga mekanik dari elemen


mesin satu ke elemen mesin yang lain. Poros ini memindahkan momen puntir dan
lentur. Poros ini digunakan untuk meneruskan daya dari penggerak melalui
kopling, roda gigi, pulley sabuk, sprocket dan rantai.

b. Spindle.

Poros transmisi yang relative pendek dimana beban utamanya adalah beban
puntir, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa
puntiran.

c. Gandar.

Poros yang mendapat beban lentur dan tidak mendapat beban puntir, bahkan
biasanya tidak boleh berputar kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula akan
mendapatkan beban puntir, biasanya gandar ini dipasang pada roda-roda kereta
barang. Untuk merencanakan diameter poros (ds), terlebih dahulu harus
mengetahui besamya gaya yang bekerja terhadap poros dan besarnya momen yang
ditentukan akibat gaya-gaya tersebut. Sebelurn menentukan besamya diameter
poros, terlebih dahulu dihitung momen puntirnya sebagai berikut:

Torsi yang terjjadi pada poros


= 9,74 105 (Sularso, 1997:7)

Dimana:

Pd = daya rencana (kW)

n = putaran pulley (rpm)


Untuk tegangan geser yang diijinkan dapat dihitung dengan:


= (Sularso, 1997: 8)
1 2

Dimana:

a = tegangan geser ijin (kg/mm2)

= kekuatan tarik (kg/mmz)

Sf1 = faktor keamanan untuk bahan S-C dengan diambil sebesar 5,6 pada bahan
SF dengan kekuatan yang dijamin dan nilai 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
masa dan baja paduan.

Sf2 =faktor keamanan untuk konsentrasi tegangan akibat poros bertingkat diambil
nilai sebesar 1,3 sampai 3,0 (Sularso, 1997:8).

Selanjutnya keadaan momen puntir sendiri juga harus ditinjau. Faktor


koreksi dianjurkan oleh ASME juga dipakai. Faktor ini dinyatakan dengan K,
dengan dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 sampai 1,5 jika
terjadi Sedikit kejutan ataupun tumbukan, serta 1,5 sampai 3,0 jika beban
dikenakan dengan kejutan ataupun tummbukan yang besar. Mengingat macam
beban dan sifat beban, ASME menganjurkan suatu rumus untuk rnenghitung
diameter poros secara sederhana dengan memasukkan pengaruh kelelahan karena
beban berulang. Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur
yang tetap, ditentukan besarnya factor koreksi untuk momen lentur (Km) yang
tetap, ditenmkan besarnya adalah 1,5. Untuk beban dengan tumbukan ringan,
besarnya(K.,,) antara 1,5 sampai 2, sedangkan untuk beban dengan tumbukan
berat besamya antara 2 sampai 3 (Sularso, 1997:6) sehingga

untuk diameter poros ds dapat dihitung:

5,1 1
ds [ . ( . )2 + ( . )2 ]3 (Sularso, 199:18)

Pengecekan terhadap tegangan geser bahan poros digunakan rumus:

5,1
rm = = ( 2) . ( . )2 + ( . )2 (Sularso, 1997:18)

Dimana:

ds = diameter poros (mm)

a = tegangan geser (kg.mm2)

kt = faktor koreksi untuk momen puntir

Km = faktor koreksi untuk momen lentur

M = momen yang beketja pada poros (kg.mm)

T = torsi yang bekerja pada poros

2.6 Menentukan Sabuk

Sabuk (Belt) adalah suatu elemen mesin eksibel yang dapat digunakan
dengan mudah untuk mentransmisikan torsi dan gerakan berputar dari suatu
komponen ke satu atau beberapa komponen lainnya. Belt digunakan
sebagaitransmisi langsung yang menghubungkan jarak yang jauh antara 2 buah
poros dimana belt dibelitkan disekeliling puli pada poros.

V-belt yang mempunyai penampang trapesium (V) dipasangkan pada puli


dengan alur dan meneruskan torsi antara dua poros yang jaraknya dapat mencapai
5 m dengan perbandingan putamn antara l : 1 hingga 7 : l. Daya maksimal yang
dapat ditransmisikan V belt sebesar 500 kW.Rasio transmisi pada torsi dan
kecepatan putaran pada poros Penggerak dan yang digerakan ditentukan oleh
ratio diameter puli. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan
menggunakan belt sebagai alat transmisi adalah:

Perawatan lebih mudah

Putaran yang dihasilkan cukup tinggi

Reliabiliti yang tinggi

Hentakan dan suara yang dihasilkan rendah

Instalansi cukup mudah


Gambar 2.1 Konstruksi sabuk V

Gambar 2.2 Ukuran penampang sabuk V

Perbandingan rasio antara 2 poros atau lebih dapat dihitung dengan persamaan :

1 2
= =
2 1

Dimana :

I = ratio kecepatan sudut

n1 = putaran puli l

n2 = putaran puli 2

dp1 = diameter pitch puli 1

dp2 = diameter pitch puli 2

Sedangkan kecepatan linear sabuk :


2 . . d2 . 2
=
60 . 1000

Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk berturut-turut yaitu C mm dan

L mm adalah :

(2 +1 ) ( 2 +1 )2
L = =2. + +
2 4

Dimana

L = panjang keliling belt (mm)

C = jarak sumbu poros (mm)

Besarnya sudut kontak dapat dicari dengan rumus :

57 (2 + 1 )
= 1800

Bila sabuk V dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen maka
tegangan diseluruh sabuk adalah sama, tegangan ini disebut tegangan awal. Bila
sabuk mulai bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada sisi tarik
dan berkurang pada sisi kendor.

Tegangan efektif untuk menggerakan puli yang digerakkan adalah :

102 .

Diamana :

Fe = tegangan tarik efektif (n)

P = daya motor (kW)

V = kecepatan linear sabuk (m/s)

Sedangkan tegangan tarik (F1) Pada belt adalah :


2 = 1,2 [ ]
1
Dimana :

T = Torsi (Nm)

R1 = ja.ri-jari puli (mm)

Tegangan kendur (F2) pada belt adalah :

F2 = F1 - Fe

Sehingga gaya tekan puli (Fp) adalah :

Fp = F2 - F1

2.7 Menentukan Pulley

Pulley adalah bagian elemen mesin yang digunakan untuk


mentransmisikan putaran daya dari poros penggerak ke poros lain melalui sabuk.
Pulley biasanya terbuat dari besi cor atau aluminium. Pulley untuk sabuk V terdiri
dari tempat sabuk (rim), ruji-ruji (spokes) dan bagian hubungan (naf).

Untuk mengetahui perbandingan reduksi dapat digunakan rumus:


1
2 = 1 (Sularso, 1997:166)
2 1

Dimana:

n1 = putaran pulley penggerak (rpm)

n2 = putaran pulley yang digerakkan (rpm)

d1=diameter pulley penggerak (mm)

d2= diameter pulley yang digerakan (mm)

Lebar pulley digunakan rumus:

B = (z - l) . t + 2 s

Dimana:

B = lebar puli (mm)


z = jumlah sabuk

Diameter luar pulley (Dout)

Dout = D + 2 . c

Diameter dalam pulley (Din)

Din = Dout - 2 . e

Menghitlmg volume pulley menggunakan rumus;

= . . ( 2 2 )
4

Dimana:

Vp = volume puli

B = tebal puli

Din = diameter dalam pulley

Dout= diameter luar pulley

Menghitung berat pulley rnenggunakan rumus:

WP = . VP

Dimana:

WP =berat puli (kg)

= massa jenis bahan puli am besi cor kelabu (7,2 x 10-6 kg/mm2)

VP = volume puli

2.8 Menentukan Pasak

Pasak merupakan elemen mcsin yang berfungsi untuk meneruskan gaya


atau momen torsi dari poros ke suatu elemen mesin lainnya (misalnya puli, roda
gigi,kopling) atau sebaliknya. Pasak menurut letaknya pada poros dapat
dibedakan menjadi:

Pasak pelana
Pasak rata
Pasak benam
Pasak singgung

Dimensi Pasak ditentukan oleh diameter poros ds (mm) bahan pasak


dipilih lebih lemah dari pada bahan poros. Bila momen rencana poros T (kg.mm)
dan diameter poros ds (mm) maka gaya tangensial Ft (kg) pada perrnukaan poros

adalah:

Dimana :

F = gaya tangensial pada permukaan poros (kg)

d = diameter poros (mm)

T = torsi (kg.mm)

Apabila bahan pasak telah diketahui maka yield point dari pasak juga
diketahui, sehingga tegangan geser maksimum dari pasak dapat dicari dengan
rumus :

0,58 .

Dimana :

= tegangan geser maksimum (N.mm2)

N = angka keamanan
Gambar 2.3 Gaya geser pada pasak

2.9 Bantalan

Bantalan merupakan elemen mesin berfungsi sebagai penumpu poros


terbeban sehingga putaran poros dapat berlangsung secara halus, aman, dan
pemakaiannya bisa lama. Apabila bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh sistem akan menurun dan bekerja dengan tidak baik. Bantalan
harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya dapat
bekerja dengan baik.

Arah beban yang bekerja menentukan jenis bantalan yang digunakan.


Bantalan radial digunakan bila arah beban yang ditumpu oleh bantalan tegak lurus
sumbu poros, sedangkan bantalan aksial digunakan bila arah beban sejajar sumbu
poros.Bantalan gelinding khusus (gabungan) dapat menumpu beban yang aralmya
sejajar dan tegak lurus sumbu poros. Bantalan juga dapat diklasikasikan menurut
gerakan bantalan terhadap poros yaitu sebagai berikut :

Bantalan luncur (sleading bearing). Pada bantalan ini teljadi gesekan luncur
antaraporos dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding (roller bearing). Pada bantalan ini texjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dan yang diam melalui elemen penggelinding seperti
bola, roljarum, dan rol bulat.

Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban


besar.Banta.lan ini konstruksinya sederhana dan dapat dibuat serta dipasang
dengan mudah.Karena gesekannya yang besa: pada waktu mulai jalan, bantalan
luncur memerlukan momen awal yang lebih besar.Pelumasan pada bantalan ini
tidak begitu sederhana. Panas yang timbul akibat gesekan besar, terutama pada
beban besar, sehingga memerlukan pendinginan khususBantalan ini tingkat
ketelitian yang diperlukan tidak Setinggi bantalan gelinding sehingga harganya
lebih murah.
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil dari
bentuk elemen gelindingnya. Keunggulan dari bantalan ini adalah gesekannya
sangat rendah, serta pelumasannya yang sederhana.Meskipun ketelitiannya sangat
tinggi namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran
tinggi bantalan ini lebih gaduh dibandingkan dengan bantalan luncur.

Gambar 2.4 Macam-macam bantalan gelinding

Untuk menghitung beban akivalen dinamis pada bantalan mdial dapat


dicari dari persamaanberikut:

P=(V.X.Fr)+(Y.Fa)

Dimana :

P = beban akivalen (N)

Fr = beban radial (N)

Fa = beban aksial (N)


V = faktor rotasi

= 1, untuk pembebanan pada cincin dalam yang berputar

= 1,2, untuk pembebanan pada cicin luar yang berputar

X = faktor beban radial

Y = faktor beban aksial

Untuk nominal bearing (L) dapat ditentukan sebagai berikut.Jika C (kg)


adalah beban nominal dinamis dan P (kg) beban ekivalen dinamis, maka faktor

kecepatan (FN) adalah:

33,3 1
Untuk bantalan bola, FN = ( )2

3
33,3
Untuk bantalan rol, FN = ( )10

- Faktor umur (fh) adalah :


Untuk bantalan rol atau bantalan bola fh = fn

- Sehingga umur nominal bantalan (Lh) adalah

Untuk bantalan bola, Lh = 500 fh3

10
Untuk bantalan rol Lh: 500 f 3

Anda mungkin juga menyukai