BAB II Revisi
BAB II Revisi
Kajian Pustaka
Langkah utama yang menjadi awal perancangan mesin pencacah daun teh
adalah mengetahui besarnya gaya potong yang dibutuhkan untuk dapat memotong
daun teh. Besarnya gaya potong kemudian digunakan untuk menghitung daya
yang diperlukan mesin untuk dapat memotong daun teh. Data ini selanjutnya akan
sangat menentukan dalam perancangan daya tenaga penggerak, transmisi, dan
penghitungan lain. Besarnya gaya potong dapat diketahui melalui uji gaya potong
dengan menggunakan alat bantu neraca tekan ataupun dengan memberi beban
secara berkala pada pisau.
- Menentukan Piringan Statis
Piringan statis adalah adalah bagian dari mesin pencacah daun teh yang
berfungsi sebagai penggilas. Piring statis ini dipasang pada rumah mesin
menggunakan baut pengikat. Rumus-rumus yang digunakan dalam
perencanaan piring statis adalah sebagai berikut;
Gaya tangensial yang bekeria pada piringan dinamis terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu gaya pada diameter luar, diameter tengah dan diameter dalam.
1) Gaya tangensial
T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
D/2
Dimana:
T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
1 /2
Dimana:
T
Ftl= (Sularso, 2004; 25)
2 /2
Dimana:
Dengan diketahuinya gaya yang bekerja pada piringan, maka dapat dihitung
rnomen
M= Ft . L (Andoko, 1997:2)
Dimana:
Dimana:
Ft
= (Sularso, 2004: 25)
b.h
Dimana:
= Tegangan geser pada pencacah (kg/mm )
Piringan dinamis adalah bagian dari mesin pencacah daun teh yang
berputar. Piringan dinamis ini dipasang dan ikut berputar dengan poros utama.
Sebagai pengikat menggunakan mur dan pasak sebagai penguat. Rumus-rumus
yang digunakan dalam perencanaan piringan dinamis adalah sebagai berikut :
Luas piringan
.2 . 2 .1
A=(
4
)( 4
)( 4
)
Dimana :
Berat piringan dimamis adalah sama dengan berat jenis bahan yang dikalikan
dengan luas penampang piringan dan tebal piringan yang direncanakan.
Wr : . A .b (Khurni, 2005:722)
Dimana :
Wb = 14 . . D2 . b .
Dimana:
Dimana:
Wpd = Wr+Wb+Wpm
Dimana:
Besarnya momen puntir pada piringan dinamis dapat dicari melalui persamaan
berikut:
p
T=9,74x105 (Sularso, 2004:7)
Dimana:
Gaya tangensial yang bekerja pada piringan dinamis terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu gaya pada diameter luar, diameter tengah dan diameter dalam.
1) Diameter Luar
T
Ftl = D (Sularso,2004:25)
( )
2
2) Diameter Tengah
T
Ftl = (Sularso, 2004; 25)
(d1 /2)
Dimana:
d1 = Diameter tengah (mm)
3) Diameter Dalam
T
T Ftl = (Sularso, 2004; 25)
(d2 /2)
Dimana:
Momen Lentur
Dengan diketahuinya gaya yang bekerja pada piringan, maka dapat dihitung
momen lentur yang terjadi yaitu dengan rumus:
M = Ft . L (Andoko, 1997: 2)
Dimana:
M
b= 2 (Sularso, 2004: 239)
b. h 6
Dimana:
= (Sularso, 2004: 25)
.
Dimana:
Daya motor ditentukan berdasar gaya-gaya yang bekerja pada saat bekerja.
Untuk menentukan daya motor adalah sebagai berikut:
P=9,74 105 (Sularso, 1997:7)
Dimana:
T = torsi (kg.mm)
N = putaran (rpm)
Selanjutnya daya motor yang diperoleh dan hasil perhitungan pada rumus
diatas hams disesuaikan dengan daya motor yang ada di pasaran.
Poros adalah salah satu bagian terpenting dari setiap komponen mesin. Poros
berfungsi sebagai penerus daya bersama-sarna dengan putaran baik melalui sabuk,
rantai, maupun roda gigi. Oleh karena itu poros memegang peranan penting dalam
suatu sistem transmisi.
b. Spindle.
Poros transmisi yang relative pendek dimana beban utamanya adalah beban
puntir, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa
puntiran.
c. Gandar.
Poros yang mendapat beban lentur dan tidak mendapat beban puntir, bahkan
biasanya tidak boleh berputar kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula akan
mendapatkan beban puntir, biasanya gandar ini dipasang pada roda-roda kereta
barang. Untuk merencanakan diameter poros (ds), terlebih dahulu harus
mengetahui besamya gaya yang bekerja terhadap poros dan besarnya momen yang
ditentukan akibat gaya-gaya tersebut. Sebelurn menentukan besamya diameter
poros, terlebih dahulu dihitung momen puntirnya sebagai berikut:
= 9,74 105 (Sularso, 1997:7)
Dimana:
= (Sularso, 1997: 8)
1 2
Dimana:
Sf1 = faktor keamanan untuk bahan S-C dengan diambil sebesar 5,6 pada bahan
SF dengan kekuatan yang dijamin dan nilai 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh
masa dan baja paduan.
Sf2 =faktor keamanan untuk konsentrasi tegangan akibat poros bertingkat diambil
nilai sebesar 1,3 sampai 3,0 (Sularso, 1997:8).
5,1 1
ds [ . ( . )2 + ( . )2 ]3 (Sularso, 199:18)
5,1
rm = = ( 2) . ( . )2 + ( . )2 (Sularso, 1997:18)
Dimana:
Sabuk (Belt) adalah suatu elemen mesin eksibel yang dapat digunakan
dengan mudah untuk mentransmisikan torsi dan gerakan berputar dari suatu
komponen ke satu atau beberapa komponen lainnya. Belt digunakan
sebagaitransmisi langsung yang menghubungkan jarak yang jauh antara 2 buah
poros dimana belt dibelitkan disekeliling puli pada poros.
Perbandingan rasio antara 2 poros atau lebih dapat dihitung dengan persamaan :
1 2
= =
2 1
Dimana :
n1 = putaran puli l
n2 = putaran puli 2
Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk berturut-turut yaitu C mm dan
L mm adalah :
(2 +1 ) ( 2 +1 )2
L = =2. + +
2 4
Dimana
57 (2 + 1 )
= 1800
Bila sabuk V dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen maka
tegangan diseluruh sabuk adalah sama, tegangan ini disebut tegangan awal. Bila
sabuk mulai bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada sisi tarik
dan berkurang pada sisi kendor.
102 .
Diamana :
2 = 1,2 [ ]
1
Dimana :
T = Torsi (Nm)
F2 = F1 - Fe
Fp = F2 - F1
Dimana:
B = (z - l) . t + 2 s
Dimana:
Dout = D + 2 . c
Din = Dout - 2 . e
= . . ( 2 2 )
4
Dimana:
Vp = volume puli
B = tebal puli
WP = . VP
Dimana:
= massa jenis bahan puli am besi cor kelabu (7,2 x 10-6 kg/mm2)
VP = volume puli
Pasak pelana
Pasak rata
Pasak benam
Pasak singgung
adalah:
Dimana :
T = torsi (kg.mm)
Apabila bahan pasak telah diketahui maka yield point dari pasak juga
diketahui, sehingga tegangan geser maksimum dari pasak dapat dicari dengan
rumus :
0,58 .
Dimana :
N = angka keamanan
Gambar 2.3 Gaya geser pada pasak
2.9 Bantalan
Bantalan luncur (sleading bearing). Pada bantalan ini teljadi gesekan luncur
antaraporos dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding (roller bearing). Pada bantalan ini texjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dan yang diam melalui elemen penggelinding seperti
bola, roljarum, dan rol bulat.
P=(V.X.Fr)+(Y.Fa)
Dimana :
33,3 1
Untuk bantalan bola, FN = ( )2
3
33,3
Untuk bantalan rol, FN = ( )10
Untuk bantalan rol atau bantalan bola fh = fn
10
Untuk bantalan rol Lh: 500 f 3