PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit ini ditandai dengan adanya hiperglikemi (kadar glukosa darah yang
Insulin adalah sejenis hormon yang di produksi oleh pankreas dan berfungsi
untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Penurunan sekresi insulin biasanya
di sebabkan oleh resistensi insulin dan kerusakan sel beta pankreas. Pada
penderita penyakit diabetes mellitus, tubuh pasien tidak dapat memproduksi atau
tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas.
sumber energi bagi sel, sehingga respon yang diterima tubuh adalah rasa lapar dan
dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 atau IDDM ( Insulin
kira-kira kurang dari 5 %, dan diabetes mellitus tipe 2 atu NIDDM (Non Insulin
1
2
malnutrisi/ kurang gizi, diabetes yang disebabkan penyakit lain dan DM akibat
Regina, 2012 )
Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja
dengan normal. Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon
insulin. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak
memberikan respon terhadap insulin (resisten terhadap insulin), maka akan terjadi
penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes
melitus. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi
serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. ( Regina.
2012 ).
secara empiris dalam pengobatan diabetes. Antosianin dari kulit terung ungu
darah dan mencegah komplikasi DM (Aer, 2013). Penelitian (Piao et al, 2014)
hasil ekstrak kulit terung ungu (Solanum melongena L.) memiliki efek penurunan
kadar gula darah pada tikus putih Rattus Norvegicus. Penilitian lain yang
ungu (Solanum Melongena L.) memiliki efek menghambat enzim alfa glucosidase.
kinerja enzim -glukosidase yang terletak pada dinding usus halus. Fungsi dari
menjadi glukosa yang kemudian dapat diserap oleh usus halus. Enzim -
penguraian terhadap gula yang dicerna menjadi oligosakarida di lumen usus halus.
perbedaan efektifitas antara ekstrak terong ungu dengan obat yang bekerja sebagai
alpha-glucosidase inhibitor yaitu acarbose terhadap efeknya pada kadar gula darah
B. Rumusan Masalah
(Solanum melongena L.) dan acarbose terhadap penurunan kadar gula darah tikus
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis
L.) dan acarbose terhadap kadar gula darah tikus putih ( Rattus
Norvegicus )
5
2. Masyarakat
3. Pendidikan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
6
7
Bradley, 2007)
banyak insulin atau bisa juga walau ada cukup insulin, tubuh
2008)
c. Diabetes gestasional
2. Fisologi
tersebut. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel
alfa, beta, dan delta. Sel beta, yang merupakan kira-kira 60 persen dari
(Guyton, 1994)
Pada penderita yang mengidap diabetes dalam jangka waktu yang lama,
(Guyton, 1994)
Insulin disintesis oleh sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan
sintesis protein yang biasanya dipakai oleh sel, yakni dimulai dengan
9
insulin. Sebagian besar proinsulin ini lalu melekat erat pada alat golgi
Pada orang dewasa sehat tanpa DM, sekresi insulin oleh sel beta
pankreas terjadi secara kontinu dalam jumlah kecil yang disebut dengan
insulin basal. Sekresi insulin basal ini bervariasi antara 0,5 sampai 1
unit perjam. Sekresi insulin juga terjadi pada saat makan, dimana
2012)
beredar dalam bentuk yang tak terikat, waktu paruhnya dalam plasma
insulin yang berikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, insulin
yang tersisa di dalam hati akan dipecah dan sebagian kecil dipecah
dalam ginjal. Pembuangan dari plasma yang cepat ini penting sebab
10
pada suatu saat berguna untuk mengatur fungsi sebaliknya dari insulin.
(Guyton, 1994)
namun setelah ini mekanisme molecular dalam sel tidak jelas. Reseptor
tubuh, namun khususnya oleh hati, otot, dan jaringan lemak. (Guyton,
1994)
badan. Bila kosentrasi glukosa dalam darah meningkat dua sampai tiga
kali dari kadar normal dan bila untuk selanjutnya kadar glukosa ini
dipertahankan pada kadar atau nilai ini, maka sekresi akan meningkat.
(Guyton, 1994)
11
3. Patofisiologi
DMTI adalah (DW3 dan DW4) adalah gen yang memberikan kode
4. Komplikasi
a. Komplikasi vaskular
kali lipat. Oklusi arteri perifer pada tungkai 40 kali lebih sering
retinopati, dan gangrene pada kulit serta kaki dan infark berbentuk
baji, nadi arteri pada kaki biasanya teraba dan kulit terasa hangat. (
b. Mata
Tiga masalah mata yang dapat terjadi pada diabetes dan perlu
oleh :
5) Edema retina
c. Ginjal
Bradley, 2007)
papiler ginjal bis terjadi akibat iskemia papilla, yang bisa terlepas
d. Komplikasi neuromuscular
baal, dan rasa terbakar yang lebih berat di malam hari. Ulkus
berbulan-bulan.
2007)
e. Kulit
tengah.
f. Infeksi penyerta
g. Koma
(Tjokropawiro, 2007)
a. Non-farmakologis
b. Farmakologis
a) Sulfonilurea
b) Non Sulfonnilurea
et all, 2007).
2) Sulfonilurea
(stored insulin)
rangsangan glukosa
21
hari sudah dapat diperoleh efek klinis yang jelas dan dalam 1
3) Glinid
(Sidartawan, 2002)
a) Thiazolidinediones
Pioglitazone, Darglitazone
c) Metaglidasen
22
5) Biguanid
Saat ini dari golongan yang ini yang masih dipakai adalah
6) Metformin
7) Tiazolindidion
Castanospermine
all, 2007)
B. Terong Ungu
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Solanales
Family : Solanaceace
Genus : Solanum
Spesies : S. melongena
dan tumbuh hingga setinggi 40-150 cm (16-57 inci). Daun bulat besar,
25
hijau, dan lobus yang kasar, ukuran panjangnya 10-20 cm (4-8 inci) dan
lebarnya 5-10 cm (2-4 inci). Bunga berwarna putih hingga ungu dengan
tepung, lonjong, diameter buah kurang dari 5 cm. Biji pipih, kecil,
kuning, dan licin. Akar tunggang dan berwarna cokelat muda (Herbst,
2001)
pada terong cukup tinggi antara lain: Cu, Zn, Fe and Mn, minerals, P,
C. Acarbose
1. Farmakodinamik
enterosit yang terletak pada bagian proksimal usus halus. Secara klinis
2. Farmakokinetik
plasma kira-kira 2 jam pada orang sehat dan sebagian besar diekskersi
3. Efek Samping
merupakan efek yang tersering terjadi pada hampir 50% pengguna obat
2008)
A. Kerangka Konsep
Lumen usus halus
Polikasarida dan disakarida
Glucobay
Menyebabkan glukosa tidak Dipecah menjadi
dipecah Monosakarida
28
29
B. Hipotesis Penelitian
norvegicus.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
sampling.
1. Populasi
a. Kriteria Inklusi
2) Umur 2 bulan
30
31
b. Kriteria Eksklusi
2. Sampel
Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus putih rattus
(5-1) (n-1) 15
4n-4 15
4n 19
n 5
Keterangan :
putih tikus.
32
Kemudian tiap subyek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka
D. Variabel Penelitian
c. Variabel terkendali: strain, jenis kelamin, berat badan tikus, umur tikus.
E. Definisi Operasional
a. Ekstrak etanol terong ungu adalah ekstrak etanol yang dibuat dari kulit
mg/kgbb dan 100 mg/kgbb. Pemberian ekstrak etanol kulit terong ungu
dosis sukrosa untuk tikus adalah 1,5 X 3 X 0,25 = 1,125 g/200 gbb,
d. Menurut (Wulandari, 2011) kadar gula darah normal tikus putih adalah
<110
e. Hewan coba yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan,
F. Produser Penelitian
ungu.
34
etanol 95% sebanyak 1.425 ml pada suhu kamar selama 5 hari. Setiap
tekanan rendah dan suhu 40C untuk menguapkan pelarut etanol yang
Misal :
a. Berat badan seluruh tikus tikus rata-rata adalah 80g. Untuk dosis
100 mg/kgbb
= 80 / 1000 x 100 = 8 mg
adalah 15 ml
ml.
Induk)
g/100gbb.
a. Berat badan rata-rata tikus pada penelitian ini adalah 80g. Sehingga
ml.
4. Dosis Acarbose
dosis 50 mg.
VKAR = 180 mg
Diket :
TP = Total Pengenceran
5. Hewan Coba
a. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan genus Rattus
tinggi 40 cm.
aquadest.
e. Pada hari ke-8, tikus diberi makan pelet terlebih dahulu dan
tujuan agar tidak ada faktor makanan lain yang mengganggu saat
kelompok.
penelitian.
Tikus Sehat jantan 30 ekor BB 80-100 g umur 2 bulan diaklimitasi selama 7 hari
Hari ke-8 tikus di lakukan puasa makanan selama 8 jam sebelum perlakuan, lalu dibagi
Tikus dikelompokan secara simple random sampling dan dilakukan pengambilan gula
Diperiksa kadar glukosa darah menit ke-30 (t30), menit ke-60 (t60), dan menit ke-
a. Kandang tikus
b. Sonde lambung
c. Alat timbangan
f. Gunting
G. Analisis data
Way Anova. Setelah itu dilakukan uji Post-Hoc untuk melihat perbedaan
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
150
100
50
0
T0 T30 T60 T90
K 4 139.15 31.76
K1 4 111.50 17.06
K2 4 98.25 7.47
K3 4 101.40 7.72
K4 4 107.70 14.51
Sumber: Data diolah 2016
41
42
140
120
100
80
Gukosa Darah
60
40
20
0
K K1 K2 K3 K4
B. Analisis Data
Kruskal-Wallis.
Glukosa
2.312 4 15 .105
Uji Varians Satu Arah (One Way Anova) digunakan untuk melihat
melongena L.) dan acarbose terhadap penurunan kadar gula darah tikus
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Total 9102.880 19
yaitu < (0.05) maka ada perbedaan efektivitas ekstrak etanol terong
Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok Std. Error Sig.
(I-J)
PEMBAHASAN
ekstrak etanol terong ungu dan acarbose terhadap penurunan kadar gula darah
pada tikus putih yang diberi injeksi sukrosa peroral, sampel penelitian adalah 25
ekor tikus diperoleh secara simple random sampling yang kemudian dibagi
program SPSS 16.0 for Windows.Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji
Pada penelitian ini setiap kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol kulit
ekstrak kulit terong ungu 25mg/kgbb, perlakuan 2 dengan dosis ekstrak kulit
terong ungu 50mg/kgbb, perlakuan 3 dengan dosis ekstrak kulit terong ungu
100mg/kgbb, dan perlakuan 4 dengan dosis acarbose 4,5 mg/kgbb. Dan sebelum
pengujian tikus dipuasakan 8 jam sebelum diberi minum, kemudian diukur kadar
gula puasa. Setelah dilakukan pengukuran gula darah puasa didapatkan hasil rata-
rata gula darah tikus <110mg/dl. Wulandari (2010) kadar gula darah puasa normal
46
47
dosis 0,36g/80gbb tikus untuk membuat kondisi hiperglikemia pada tikus. Setelah
30 menit pemberian larutan sukrosa, diukur kadar gula darah tikus. Hasil
pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit pemberian larutan sukrosa terlihat
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi pada kelompok konntrol, ini
Hasil analisi deskriptif data dapat dilihat pada Tabel V.1, dimana diketahui
bahwa rata-rata nilai glukosa darah tertinggi ada pada kelompok kontrol yaitu
sebesar 139,15 dan nilai glukosa darah terendah ada pada kelompok 2 yaitu
sebesar 98,25.
Smirnov. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel V.2, dimana dikatakan
hasil dengan nilai probabilitas 0,233 (p > 0,05). Data dikatakan berdistribusi
normal apabila nilai p > 0,05 dan jika p < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
Levenes Test untuk menguji kesamaan varians dari kelima kelompok yang
diteliti.
Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel V.3, dimana didapatkan nilai
p = 0,105 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data homogen.
Oleh karena data telah berdistribusi normal dan varians data homogen, analisis
Hasil uji One Way ANOVA dapat dilihat pada Tabel V.4, dimana ada
perbedaan efektivitas ekstrak etanol terong ungu (Solanum melongena L.) dan
acarbose terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus Norvegicus)
Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc tukey untuk mengetahui lebih rinci
mengenai pasangan kelompok sampel yang saling berbeda secara signifikan dan
pasangan kelompok sampel yang tidak berbeda (Triton, 2006) maka akan
gula darah tikus putih (Rattus Norvegicus) jantan yang diberi injeksi sukrosa
peroral.
Hasil uji Post-Hoc dapat dilihat pada Tabel V.5, dimana hasil tersebut
kelompok perlakuan. Hal ini dikarenakan aquadest 1 ml tidak dapat menekan laju
ekstrak etanol kulit terong ungu dengan dosis 100 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, 25
dibandingkan kelompok 3 dan 4 tetapi tidak lebih tinggi dari kelompok 2 yaitu
sebesar 111.
lainnya yaitu sebesar 98,25. Hal ini membuktikan bahwa kelompok perlakuan 2
perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol dan efektivitas yang lebih
dari pelakuan 2 dan 3 terhadap penurunan gula darah tikus putih yaitu sebesar
107.
terong ungu maka dilakukan uji Post-Hoc. Dari hasil uji Post-Hoc dapat dilihat
pada Tabel V.5 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
ekstrak etanol kulit terong ungu dan acarbose. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak
50
etanol kulit terong ungu memiliki efektiftas yang hampir sama dengan acarbose
terhadap gula darah tikus putih. Dosis ekstrak etanol yang mendekati efektivitas
gula darah 111, dimana memiliki perbedaan tipis dengan kelompok acarbose yaitu
glukosidase yang terdapat pada dinding enterosit yang terletak pada bagian
gula darah posprandial. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Aer et all,
2013) yang menunjukan adanya penurunan kadar gula darah yang signifikan pada
tikus putih (Rattus Norvegicus). Hal ini disebabkan karena kulit terong ungu
senyawa antioksidan dan mampu mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah
Ekstrak etanol kulit terong ungu dosis 25 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, dan 100
dalam meunurunkan kadar gula darah. Hal ini diduga karena ekstrak etanol kulit
terong ungu memiliki efek menghambat enzim alfa glucosidase inhibitor, sesusai
mempunyai kandungan flovanoid yang memiliki efek inhibitor pada enzim alfa-
terong ungu dengan dosis yang lebih tinggi dari penelitian ini secara pasti masih
belum diketahui dengan jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
51
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
kadar gula darah tikus putih yang diberi injeksi sukrosa peroral.
kulit terong ungu dan acarbose dalam menurunkan kadar gula darah
putih dibandingkan acarbose dan dosis ekstrak etanol kulit terong ungu
lainnya.
B. Saran
2. Ekstrak etanol kulit terong ungu terbukti dapat menurunkan kadar gula
DAFTAR PUSTAKA
Agung Pranoto. 2012. Terapi Insulin. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
(AUP). P-2
Brenda Natalia Aer et all. 2013. Uji Efek Ekstrak Etanol Kulit Terong Ungu
(Solanum melongena L.) Terhadap Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih
Galur Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol.2
No.4 2013
Harmita 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran
ECG. Jakarta P-122
Reno Gustaviani. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta. P-1885
Sarwono Waspadji dkk. 2012. Petunjuk Praktis Bagi Penyandang Diabetes Tipe
2. Badan Penerbit FK UI Jakarta. P-1
Sidartawan Soegondo. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta. P-1885
Tjokoprawiro Askandar et all. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga
University Press. P-67
Widyastuti, S., I Nyoman Suarsana. 2011. Ekstrak Air Tapak Dara Menurunkan
Kadar Gula dan Meningkatkan Jumlah Sel Beta Pankreas Kelinci
Hiperglikemia. Jurnal Veteriner. P 12(1): 7-12.
55