Anda di halaman 1dari 66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI


KESETIMBANGAN; STUDI KASUS PADA DATA PUSTAKA
DAN REAKSI HIDROLISIS METIL ASETAT

Disusun Oleh :
WELLY RAMOS PERSADA
M0306015

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Sains Kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to 2012
Januari, user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta Telah Mengesahkan Skripsi Mahasiswa:

Welly Ramos Persada M 0306015, dengan judul Pendekatan Kinetika terhadap


Reaksi Kesetimbangan; Studi Kasus pada Reaksi Hidrolisis Metil Asetat dan Data
Pustaka
Skripsi ini dibimbing oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Patiha, MS Dra. Tri Martini, Msi


19490131 198103 1001 19581029 198503 2002
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 30 Januari 2012

Anggota Tim Penguji:


1. I.F. Nurcahyo, M.Si 1..................................
NIP : 19780617 200501 1001
2. Candra Purnawan, M. Sc. 2. ................................
NIP : 19781228 200501 1001
Disahkan oleh
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ketua Jurusan Kimia

Dr. Eddy Heraldy, M.Si


commit to user
NIP 19640305 200003 1002

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul


PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI KESETIMBANGAN;
STUDI KASUS PADA DATA PUSTAKA DAN REAKSI HIDROLISIS METIL
ASETAT belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau
dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 30 Januari 2012

WELLY RAMOS PERSADA

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI KESETIMBANGAN;

STUDI KASUS PADA REAKSI HIDROLISIS METIL ASETAT

DAN DATA PUSTAKA

Welly Ramos Persada

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


Sebelas Maret.

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah menentukan harga tetapan laju reaksi balik kb
reaksi hidrolisis metil asetat, data pustaka Wilkinson, F. (1980: 64), dan data
pustaka Wright, M. R. (2004: 91) dengan teknik pendekatan reaksi searah secara
metode laju awal dan membuktikan bahwa harga tetapan kesetimbangan secara
kinetika Kkin sama dengan harga tetapan kesetimbangan secara termodinamika
Ktermo pada reaksi hidrolisis metil asetat.

Reaksi hidrolisis metil asetat dipelajari secara titrimetri dengan mengamati


perubahan konsentrasi asam asetat tiap waktu tetap secara isotermal. Data
dianalisis dengan teknik pendekatan reaksi searah. Harga tetapan laju reaksi maju
kf kinetika dan harga tetapan laju reaksi balik kb kinetika yang diperoleh tanpa
menggunakan konsentrasi kesetimbangan dibandingkan harga tetapan laju reaksi
maju kf kinetika konvensional dan kb kinetika konvensional yang diperoleh
menggunakan konsentrasi kesetimbangan dengan toleransi kesalahan 5% Harga
tetapan kesetimbangan kinetika Kkin, dibandingkan dengan tetapan kesetimbangan
secara termodinamika Ktermo dengan toleransi kesalahan 5%.

Hasil penelitian adalah harga kb pada reaksi kesetimbangan data pustaka


Wilkinson, F. (1980: 64), dan data pustaka Wright, M. R. (2004: 91) dapat
ditentukan dengan metode laju awal demikian juga dengan kb untuk reaksi
hidrolisis metil asetat tetapi dengan koreksi, dan Kkin reaksi hidrolisis metil asetat
sama dengan Ktermo.

Kata Kunci: Metode laju awal, tetapan laju reaksi maju kf, tetapan laju reaksi balik
kb, tetapan kesetimbangan secara kinetika Kkin

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A KINETIC APPROACH TO EQUILIBRIUM REACTION: A CASE


STUDY ON THE METHYL ACETIC HYDROLYSIS REACTION AND
LITERATURE DATA

Welly Ramos Persada

Chemistry Department, Mathematics and Sciences Faculty, Sebelas Maret


University

ABSTRACT
The objective of research is to determine the reverse reaction rate value kb
of methyl acetic hydrolysis reaction, literature data of Wilkinson, F. (1980), and
Wright, M.R. (2004) using direct reaction approach with initial rate method and to
prove that the kinetic equilibrium constant Kkin equals to the thermodynamic
equilibrium constant Kthermo in the methyl acetic hydrolysis reaction.
The methyl acetic hydrolysis reaction is studied in titrimethry method by
observing the change of acetic acid concentration in fixed time isothermally. The
data was analyzed using direct reaction approach technique. The value of kinetic
forward reaction rate constant kf and the value of kinetic reverse reaction rate
constant kb obtained without using the equilibrium concentration were compared
with the conventional constant of kinetic forward reaction rate kf and kb
conventional kinetic obtained using equilibrium concentration with error tolerance
of 5%. The kinetic equilibrium constant Kkin is compared with the thermodynamic
equilibrium constant Kthermo with error tolerance 5%.
The result of research showed that kb value in equilibrium reaction from
the literature data of Wilkinson, F. (1980) and Wright, M.R. (2004) could be
determined by initial rate method; so could be the kb for ethyl acetic hydrolysis
reaction but with correction, and the Kkin of methyl acetate hydrolysis reaction
equals to Kthermo.

Keywords: Initial rate method, the constant of forward reaction rate kf; the
constant of reverse reaction rate kb; kinetic equilibrium constant Kkin.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan


kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
(Pengkhotbah 3 : 11)

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.
(Matius 6 : 33)

Jika anda sedang merasa benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang
merasa salah jangan terlalu takut.
(NN)

Sesuatu itu akan selalu terlihat susah apabila kita tidak pernah mencobanya
(NN)

Orang baik menjadi lebih bijaksana setelah melewati suatu kegagalan


(William Saroyan)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk,

Papah dan Mamah ku tercinta,


Terimakasih atas semua Doa, pengorbanan dan kasih sayangnya
untuk ku, maaf kalau sering mengecewakan kalian. Aku ingin
kalian bahagia.

Adikku terkasih Citra Dwi Estry ,


Terimakasih telah menjadi penyemangat untukku.

Thera Femaleda Laban,


Terimakasih atas segala perhatian, peringatan dan dukungan
nya.

NHKBP Solo,
Senang gabung dengan kalian semua, terimakasih telah menjadi
keluargaku di kota Solo ini.

Teman-teman kimia 2006,


Terimakasih atas persahabatan dan
Kebersamaannya serta dukunganya selama ini.

Untuk semua pembaca, semoga dapat lebih bermanfaat.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains dari Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari banyak pihak, karena itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ari Handono Ramelan, MSc. PhD. Selaku Dekan FMIPA


UNS.
2. Bapak Dr. Eddy Heraldy, MSi. selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA
UNS.
3. Bapak Drs. Patiha, MS. selaku pembimbing I atas bimbingan, arahan,
masukan, dan ilmu yang telah diberikan.
4. Ibu Dra. Tri Martini, Msi. selaku pembimbing II atas bimbingan,
arahan, masukan, dan ilmu yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Pranoto, MSc. selaku Pembimbing Akademis atas arahan,
bimbingan, dan ilmu yan telah diberikan.
6. I.F. Nurcahyo, M.Si selaku Ketua Laboratorium Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
7. Seluruh Dosen di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret atas ilmu yang
berguna dalam menyusun skripsi ini.
8. Para Laboran di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret atas bantuan dan
kerjasama yang baik.
9. Papah, mamah, dan adik yang terkasih atas doa, dukungan, dan
pengertiannya.

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10. Teman-teman Kimia06 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu,


kakak dan adik tingkat atas semua dukungan dan persahabatannya
selama ini.
11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Semoga berkat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa melimpah
kepada kita semua.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka untuk menyempurnakan skripsi ini. Namun demikian,
penulis berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan dan bagi pembaca.

Surakarta, 30 Januari 2012

Welly Ramos Persada

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK............................................................................... iv
HALAMAN ABSTRACT............................................................................. v
HALAMAN MOTTO.................................................................................... vi
PERSEMBAHAN......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................... 3
1. Identifikasi masalah.............................................................. 3
2. Batasan masalah................................................................... 5
3. Rumusan masalah................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI....................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 8
1. Reaksi Kesetimbangan.......................................................... 8
2. Beberapa Data Kesetimbangan............................................. 18
3. Tetapan Kesetimbangan. 19
a. Cara Termodinamika. 14
b. Cara Kinetika.. 20
commit to user
4. Metode Integral..................................................................... 21

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Metode Diferensial 22
6. Metode Laju Awal ............................................................... 23
7. Metil Asetat....................................................................... 26
B. Kerangka Pemikiran................................................................... 27
C. Hipotesis..................................................................................... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 29
A. Desain Penelitian....................................................................... 29
B. Metode Penelitian...................................................................... 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 29
D. Alat dan Bahan Penelitian......................................................... 30
1. Alat yang digunakan.............................................................. 30
2. Bahan yang digunakan.......................................................... 30
E. Cara Kerja................................................................................... 30
1. Pembuatan larutan................................................................ 30
2. Standarisasi NaOH 0,2 M dengan asam oksalat 0,2 N.......... 31
3. Penetuan kf dengan metode laju awal.................................. 31
4. Penentuan konsentrasi asam asetat pada awal-awal reaksi
dan konsentrasi asam asetat pada kesetimbangan................ 32
F. Analisis Data............... 32
G. Penafsiran dan Penyimpulan Hasil............................................. 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 35
A. HASIL PENELITIAN............................................................... 35
B. PEMBAHASAN........................................................................ 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 44
A. Kesimpulan.... 44
B. Implikasi. 44
C. Saran.. 45
DAFTAR PUSTAKA. 46
LAMPIRAN................................................................................................... 48

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Variasi perubahan konsentrasi pada suatu reaksi isomerisasi
sebagai fungsi waktu.................................................................. 18
Tabel 2. Variasi perubahan konsentrasi reaksi isomerisasi cis-1-etil-2-
metil-siklopropana sebagai fungsi waktu pada temperatur
425,6 oC...................................................................................... 18
Tabel 3. Laju reaksi untuk reaksi kesetimbangan 21
Tabel 4. Rangkuman persamaan laju untuk aA sebagai 22
produk...............
Tabel 5. Harga tetapan laju reaksi maju kb data Wilkinson (1980: 64) 35
Tabel 6. Harga tetapan laju reaksi maju kb data Wright (2004: 91). 35
Tabel 7. Harga tetapan laju reaksi maju kf reaksi hidrolisis metil
asetat.......................................................................................... 36
Tabel 8. Harga tetapan laju reaksi balik kb reaksi hidrolisis metil
asetat.......................................................................................... 36
Tabel 9. Harga tetapan kesetimbangan K reaksi hidrolisis metil
asetat........................................................................................... 36
Tabel 10. Harga kb dari reaksi hidrolisis metil asetat............................ 40
Tabel 11. Harga kb dari reaksi hidrolisis metil asetat 41
Tabel 12. Harga kb dari reaksi hidrolisis metil asetat............ 42
Tabel 13. Harga konstanta kesetimbangan K dari reaksi hidrolisis metil
asetat..
43

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kesetimbangan kimia........................................................... 8

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel Lampiran 1. Hasil analisis data Wilkinson (1980) bagi penentuan
konsentrasi awal Co dan konsentrasi akhir CP-t hasil
reaksi............................................................................. 48
Tabel Lampiran 2. Harga tetapan laju reaksi balik kb pada data Wilkinson
(1980) menggunakan persamaan integral...................... 48
Tabel Lampiran 3. Hasil analisis data Wright (2004) bagi penentuan
konsentrasi awal Co dan konsentrasi akhir CP-t hasil
reaksi............................................................................. 48
Tabel Lampiran 4. Harga tetapan laju reaksi balik kb pada data Wright
(2004) menggunakan persamaan integral...................... 49
Tabel Lampiran 5. Hasil titrasi hidrolisis metil asetat dengan variasi
konsentrasi metil asetat setiap 10 menit 49
Tabel Lampiran 6. Hasil titrasi hidrolisis metil asetat dengan variasi
waktu..................... 50
Tabel Lampiran 7. Hasil analisis data hidrolisis metil asetat bagi penentuan
konsentrasi awal Co dan konsentrasi akhir CP-t hasil
reaksi.............................................................................. 51
Tabel Lampiran 8. Hasil analisis data hidrolisis metil asetat penentuan
tetapan laju reaksi balik kb dengan persamaan
integral.......................................................................... 51
Tabel Lampiran 9. Data titrasi hidrolisis metil asetat dan hasil analisis
untuk mencari harga kf dengan metode laju awal..... 52
Tabel Lampiran 10. Data titrasi hidrolisis metil asetat dengan variasi waktu
untuk mendapatkan konsentrasi asam asetat saat
kesetimbangan............................................ 53
Tabel Lampiran 11. Hasil analisis data dalam mencari harga kf dengan
metode rumus yang ada (konvensional). 54
Tabel Lampiran 12. Harga metil asetat tanpa reaksi balik. 55
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua reaksi kimia sebenarnya ialah reaksi kesetimbangan. Namun pada
umumnya tetapan kesetimbangan K pada reaksi kimia mempunyai harga yang
relatif besar, sehingga biasanya dianggap sebagai reaksi-reaksi searah. Tetapan
kesetimbangan ini pada umumnya ditentukan secara termodinamika. Untuk
menentukan harga kesetimbangan reaksi secara termodinamika, maka konsentrasi
setiap spesi yang ada didapatkan pada saat tercapai keadaan kesetimbangan.
Berdasarkan konsep ini, untuk suatu sistem homogen, pada suatu temperatur
tertentu, harga K sama dengan nisbah antara konsentrasi semua spesi produk
pangkat koefisien masing - masing dengan spesi reaktan pangkat koefisien masing
- masing pada saat reaksi mencapai keadaan setimbang (Patiha, 2001). Untuk
mencapai keadaan setimbang, beberapa reaksi memerlukan waktu yang lama.
Dalam prakteknya, terkadang, ini merupakan pekerjaan yang membosankan jika
memerlukan waktu yang lama. Secara otomatis hal ini juga berpengaruh terhadap
biaya yang dibutukan. Dengan demikian jika suatu reaksi memerlukan waktu yang
lama maka akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mencapai keadaan
setimbang.
Reaksi kesetimbangan juga dapat dipelajari dengan pendekatan kinetika.
Untuk beberapa alasan pendekatan kinetika ini lebih menguntungkan
dibandingkan pendekatan termodinamika. Meski secara termodinamika reaksi
pembentukan suatu produk industri merupakan reaksi eksotermis, proses tetap
dilakukan pada temperatur tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh pertimbangan kinetika,
yaitu walau hasil yang diperoleh lebih sedikit, namun waktu yang dibutuhkan
lebih singkat. Konsep termodinamika hanya menyatakan bahwa jika konsentrasi
salah satu pereaksi dilebihkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk,
tetapi konsep kinetika menyatakan pereaksi mana yang sebaiknya dilebihkan
supaya hasil produksi lebih banyak; dengan mengetahui order reaksi dapat
ditentukan pada perbandingan berapa sebaiknya pereaksi harus direaksikan. Saat
commit to user
yang tepat untuk menentukan kapan reaksi sebaiknya dihentikan sehingga dapat

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

menghemat biaya produksi ialah dengan mengetahui tetapan laju dari reaksi
tersebut. Saat keadaan setimbang laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik
(Underwood, 2001). Jika reaksi berlangsung dalam satu tahap, maka tetapan
kesetimbangan yang diperoleh secara termodinamika sama dengan tetapan
kesetimbangan yang diperoleh secara kinetika, namun kebanyakan reaksi yang
ada tidak berlangsung dalam satu tahap. Pendekatan kinetika kimia lebih
menguntungkan dari pada pendekatan termodinamika.
Pendekatan kinetika sejauh yang dipelajari dipustaka sekarang ini untuk
mencari harga konstanta kesetimbangan (Kkin=kf/kb) masih menggunakan
konsentrasi kesetimbangan yang dinyatakan dalam Wilkinson (1980), sehingga
dapat dikatakan bahwa termodinamika untuk kinetika. Tetapan laju reaksi maju kf
diperoleh dengan persamaan yang masih menggunakan konsentrasi pada saat
kesetimbangan dan tetapan laju reaksi balik kb diperoleh dengan menggunakan
Ktermo dibagi dengan kf. Padahal belum tentu Kkin sama dengan Ktermo. Kkin akan
sama dengan Ktermo jika reaksi berlangsung 1 tahap sedangkan jika reaksi
berlangsung beberapa tahap belum tentu Kkin akan sama dengan Ktermo.
Horiuti dan Nakamura (1967) telah mempelajari hubungan antara tetapan
kesetimbangan kinetika Kkin dengan tetapan kesetimbangan termodinamika Ktermo
untuk reaksi-reaksi yang tidak berlangsung 1 tahap. Mereka telah dapat
menentukan tetapan laju reaksi maju kf dengan metode laju awal. Namun tetapan
laju reaksi balik kb masih ditentukan berdasarkan perkiraan mekanisme reaksi
yang mungkin terjadi. Adamson (1986) mengusulkan mekanisme yang lain
dimana diperoleh Kkin=Ktermo, sedangkan Levine (1988) mengusulkan mekanisme
yang lain dimana diperoleh Kkin Ktermo, sehingga diperlukan penelitian tentang
pendekatan kinetika terhadap konstanta kesetimbangan yang diharapkan dapat
menentukan konstanta kesetimbangan tanpa harus mencari konsentrasi pada saat
kesetimbangan.
Adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka diperlukan penelitian
tentang pendekatan kinetika terhadap tetapan laju reaksi balik kb, dimana untuk
tahap awal teknik penentuan harga tetapan laju reaksi balik kb dicoba dengan
commit
menggunakan data pustaka terlebih to Selain
dahulu. user itu penggunaan data pustaka ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

dapat lebih meyakinkan bahwa teknik penentuan laju reaksi balik kb yang
digunakan sudah benar.
Selain menggunakan data pustaka, mempelajari pendekatan kinetika
terhadap reaksi kesetimbangan juga dapat menggunakan data penelitian. Dalam
hal ini tentu saja harus memilih reaksi yang dapat mewakili reaksi kesetimbangan.
Reaksi kesetimbangan terdiri dari sistem homogen dan sistem heterogen. Pada
sistem heterogen zat-zat yang terlibat pada reaksi kesetimbangan terdiri lebih dari
1 fasa. Namun pada sistem homogen zat-zat yang terlibat dalam reaksi
kesetimbangan terdiri dari 1 fasa. Untuk tingkat awal lebih mudah menggunakan
reaksi kesetimbangan sistem homogen, dimana hanya terdiri dari 1 fasa saja.
Reaksi kesetimbangan homogen dapat terdiri dari reaksi kesetimbangan
fasa cair cair, reaksi kesetimbangan fasa padat padat, dan reaksi
kesetimbangan fasa gas gas. Dalam mengamati reaksi kesetimbangan memang
lebih bagus menggunakan fasa gas gas. Namun dalam pelaksanaannya
pengamatan reaksi kesetimbangan fasa gas gas sulit untuk diamati. Agar lebih
praktis banyak reaksi dilakukan dalam bentuk larutan. Bila suatu reaksi dilarutkan
dalam suatu pelarut, partikelnya akan terbagi dan bercampur secara merata dengan
bebas dalam larutan (Brady, 1998). Oleh karena itu reaksi yang digunakan dalam
penelitian ini ialah reaksi kesetimbangan fasa cair cair. Salah satu reaksi
kesetimbangan fasa cair cair ialah reaksi hidrolisis ester, dan penelitian kali ini
ester yang digunakan ialah metil asetat.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berangkat dari pembicaraan yang telah disampaikan di atas, maka
terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan menjadi 3 masalah umum,
yaitu masalah yang berkaitan dengan pendekatan kinetika yang digunakan,
masalah yang berkaitan dengan data pustaka yang digunakan, dan masalah yang
berkaitan dengan reaksi hidrolisis metil asetat. Masalah - masalah ini akan
diberikan secara berurutan berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Masalah pertama ialah berkaitan dengan pendekatan kinetika yang


digunakan dalam penelitian ini. Adapun masalah masalah yang dapat
ditimbulkan antara lain :
a. Masalah yang berkaitan dengan temperatur. Dalam hal ini temperatur dapat
mempengaruhi laju reaksi. Pada umumnya kenaikan temperatur dapat
mempercepat laju reaksi. Akan tetapi selama mekanisme reaksi tidak berubah,
maka hukum laju juga tidak berubah.
b. Masalah yang berkaitan dengan penentuan harga kf dan kb. Dalam buku nya
Wilkinson (1980) menentukan harga K kinetika masih menggunakan
konsentrasi pada saat keadaan setimbang. Hal ini tidak sesuai dengan konsep
kinetika. Sedangkan Horiuti dan Nakamura (1967) telah mempelajari
hubungan antara tetapan kesetimbangan kinetika Kkin dengan tetapan
kesetimbangan K. Dalam penelitiannya Horiuti dan Nakamura dapat
menentukan harga kf dengan metode laju awal, namun harga kb masih
ditetapkan berdasarkan perkiraan mekanisme yang mungkin terjadi. Maka
dengan demikian harga kb harus ditentukan melalui percobaan dengan
menggunakan teknik tertentu.
Masalah kedua ialah berkaitan dengan data pustaka yang digunakan
dalam penelitian ini. Masalah yang dapat ditimbulkan adalah :
a. Masalah yang berkaitan dengan data pustaka yang digunakan. Tentu saja untuk
meyakinkan teknik penentuan harga tetapan laju reaksi balik kb yang
digunakan, maka harus dipilih data pustaka yang tepat dan terpercaya. Ada
banyak data pustaka yang memberikan data reaksi kesetimbangan. Salah satu
reaksi kesetimbangan yang sederhana ialah reaksi order ke satu pada kedua
arah. Data pustaka yang memberikan data reaksi order ke satu pada kedua arah
antara lain terdapat dalam Wilkinson, F. (1980) dan Wright, M. R. (2004).
Masalah ketiga ialah berkaitan dengan reaksi hidrolisis metil asetat. Pada
reaksi hidrolisis metil asetat dapat ditemukan masalah masalah yang akan
ditimbulkan, antara lain :
a. Masalah yang berkaitan dengan katalis yang digunakan pada reaksi hidrolisis
commit
metil asetat. Pada reaksi hidrolisis to user
metil asetat dapat digunakan katalis basa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

atau menggunakan katalis asam. Hidrolisis metil asetat dalam suatu basa
merupakan suatu reaksi ireversibel, sedangkan hidrolisis metil asetat dalam
suatu asam merupakan reaksi reversibel (Fessenden, 1986 )
b. Masalah yang berkaitan dengan teknik pengamatan yang digunakan dalam
mempelajari pendekatan kinetika terhadap reaksi hidrolisis metil asetat.
Adapun teknik pengamatan yang dapat digunakan untuk reaksi hidrolisis metil
asetat ialah menentukan tetapan kesetimbangan reaksi dengan melihat
berkurangnya jumlah metil asetat atau dapat juga diamati dengan melihat
bertambahnya jumlah asam asetat dan metanol yang dihasilkan. Untuk tahap
awal menentukan tetapan kesetimbangan reaksi dengan melihat berkurangnya
jumlah metil asetat mungkin lebih sulit untuk dilakukan.
c. Masalah yang berkaitan dengan teknik pengukuran yang digunakan untuk
mengamati berkurangnya jumlah metil asetat atau bertambahnya jumlah asam
asetat dan metanol pada reaksi hidrolisis metil asetat dapat diukur dengan
menggunakan perubahan pH maupun dengan menggunakan metode titrasi.
Karena reaksi ini berada dalam range pH yang sedikit, mungkin teknik
pengukuran dengan menggunakan perubahan pH sulit untuk dilakukan.
d. Masalah yang berkaitan dengan teknik analisis data yang digunakan. Ada
beberapa teknik analisis data yang dapat digunakan, antara lain menggunakan
grafik atau menggunakan metode statistik (kuadrat terkecil). Levine (1988) dan
Steinfeld (1989) menyatakan metode statistik (kuadrat terkecil) sebagai
alternatif yang lebih baik karena dengan grafik akan sangat sulit membedakan
reaksi dengan order yang berdekatan , apalagi yang ordernya merupakan
bilangan pecahan.
2. Batasan Masalah
Berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah disampaikan diatas,
maka penelitian ini akan dilakukan dengan batasan batasan berikut ini.
Batasan terhadap masalah masalah yang berkaitan dengan pendekatan
kinetika yang digunakan antara lain :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

a. Percobaan akan dilakukan pada temperatur yang konstan, yaitu pada


temperatur kamar. Dengan ini diharapkan akan tetap memberikan gambaran
yang memadai tentang reaksi selama mekanisme tidak berubah.
b. Penentuan harga kf dan kb dilakukan dengan menggunakan metode laju awal.
Batasan masalah yang berkaitan dengan data pustaka yang digunakan
adalah :
a. Data pustaka yang digunakan adalah data reaksi order ke satu pada kedua arah
yang terdapat dalam Wilkinson, F. (1980) dan Wright, M. R. (2004)
Batasan masalah terhadap reaksi hidrolisis metil asetat yang digunakan
antara lain :
a. Pada reaksi hidrolisis metil asetat digunakan katalis asam.
b. Teknik pengamatan yang digunakan dalam mempelajari pendekatan kinetika
terhadap reaksi hidrolisis metil asetat menggunakan pengamatan bertambahnya
jumlah asam asetat dan metanol.
c. Teknik pengukuran yang digunakan untuk mengamati bertambahnya jumlah
asam asetat dan metanol dilakukan dengan menggunakan metode titrasi.
d. Teknik analisis data yang digunakan ialah menggunakan metode kuadrat
terkecil.
3. Rumusan Masalah
Dengan demikian, berdasarkan masalah masalah yang telah
diidentifikasikan dan batasan masalah di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Apakah harga tetapan reaksi balik (kb) dapat ditentukan dengan metode laju
awal?
b. Apakah harga (K) kinetika sama dengan harga (K) secara termodinamika?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka


tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
a. Menentukan tetapan reaksi balik (kb) dengan menggunakan metode laju awal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

b. Membuktikan bahwa harga tetapan kesetimbangan secara kinetika (Kkin) sama


dengan harga tetapan kesetimbangan secara termodinamika (Ktermo) pada reaksi
hidrolisis metil asetat.
D. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan (sains) terutama penerapan asas kinetika dalam kimia fisika.
b. Secara praktis penelitian ini akan dapat menghasilkan suatu desain eksperimen
yang dapat diusulkan sebagai petunjuk praktikum yang berkaitan dengan
kinetika kimia pada reaksi hidrolisis metil asetat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Reaksi Kesetimbangan
Sejumlah besar reaksi tidak dapat berlangsung secara sempurna tetapi
lebih cenderung mendekati suatu keadaan atau posisi kesetimbangan. Posisi
kesetimbangan ini, merupakan akhir dari reaksi tersebut, meupakan suatu
percampuran antara produk yang dihasilkan dan reaktan yang tidak terpakai dan
berada dalam jumlah yang relatif tetap. Begitu kesetimbangan terjadi, praktis
tidak ada lagi reaktan yang berubah. Keadaan ini ditentukan oleh tetapan
kesetimbangan untuk reaksi; dari tetapan ini, komposisi dari campuran reaksi pada
keadaan kesetimbangan dapat di hitung. Secara umum reaksi kesetimbangan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Konsentrasi zat

Produk
(TE)

(TE)
Reaktan

Waktu ( t )

Gambar 1. Kesetimbangan kimia

Salah satu ciri yang menunjukan bahwa suatu sistem telah mencapai
kesetimbangan adalah adanya sifat-sifat tertentu yang menjadi konstan dan dapat
diukur. Hal ini digambarkan pada gambar 1. Pada gambar terlihat bahwa setelah
melewati waktu tertentu (TE), baik konsentrasi reaktan maupun konsentrasi
commit to user
produk tidak berubah lagi ( Tony Bird, 1993).

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artiya hanya reaktan-


reaktan yang bereaksi membentuk produk, tetapi produk pun saling breaksi untuk
membentuk reaktan kembali. Hal di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan
persamaan berikut:

A dan B = reaktan
C dan D = produk
a, b, c, dan d = koefisien stoikiometri (Oxtoby, 2001)
Faktor-faktor yang dapat menggeser letak kesetimbangan antara lain
adalah :
a. Perubahan konsentrasi salah satu zat
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat
tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.
Contoh : 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
i. Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
ii. Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kiri.
b. Perubahan volume atau tekanan
Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang
menyebabkan perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka
dalam sistem akan mengadakan berupa pergeseran kesetimbangan.
i. Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah koefisien reaksi kecil.
ii. Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), kesetimbangan akan bergeser ke
arah jumlah koefisien reaksi besar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

iii. Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri =
jumlah koefisien sebelah kanan, maka perubahan tekanan/volume tidak
menggeser letak kesetimbangan.
Contoh : N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Koefisien reaksi di kanan = 2
Koefisien reaksi di kiri = 4
i. Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
ii. Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
c. Temperatur
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi: sifat dasar pereaksi, temperatur,
ada-tidaknya zat katalitik, dan konsentrasi pereaksi. Laju reaksi kimia bertambah
dengan naiknya temperatur. Biasanya kenaikan sebesar 10 C akan melipatkan
dua atau tiga suatu laju reaksi antara molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini
dapat diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak
kian-kemari pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu
sama lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya, kecuali bila
energi pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya temperatur, bukan hanya molekul-
molekul sering bertabrakan, tetapi mereka bergerak lebih cepat. Pada temperatur
yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan
lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar
dan karenanya memiliki energi cukup untuk bereaksi (Pudjaatmaka, 1989).
Mengubah suhu campuran kesetimbangan dapat dilakukan dengan
menambah atau mengurangi kalor dalam system tersebut. Penambahan kalor akan
menguntungkan reaksi serap-panas (endoterm). Pengurangan kalor akan
menguntungkan reaksi lepas-panas (eksoterm), sistem berusaha mengganti kalor
yang dikeluarkan.Peningkatan suhu suatu campuran kesetimbangan menyebabkan
pergesran kesetimbangan kearah reaksi endoterm. Penurunan suhu menyebabkan
pergeseran reaksi kearah eksoterm (Petruci,1985).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

i. Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi


akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
ii. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi
akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Contoh: 2NO(g) + O2(g) 2NO2(g) ; H = -216 kJ
iii. Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
iv. Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
d. Katalis
Suatu katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi
kimia tanpa dirinya mengalami perubahan yang permanen. Proses ini disebut
dengan katalisis. Katalis berperan aktif dalam reaksi, ia merupakan bagian dari
reaksi tetapi tidak merubah stoikiometri reaksi. Jika katalis dilambangkan sebagai
k, maka reaksi dituliskan sebagai

k
A+BP+Q
Yang berarti bahwa :
1. Katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia pada akhir
reaksi.
2. Suatu katalis tidak akan mengubah posisi kesetimbangan kimia suatu reaksi.
3. Karena pada kesetimbangan laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik,
maka katalis mempercepat baik reaksi maju maupun reaksi balik sama besar
atau dengan kata lain katalis hanya mempercepat terjadinya suatu keadaan
kesetimbangan (Patiha dan Siswowiyoto, 2000).
Berdasarkan fase katalisator dan fase reaktan katalisator dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu : katalisator homogen dan katalisator heterogen. Katalisator
homogen yaitu katalisator yang mempunyai fasa sama dengan zat yang terlihat
dalam reaksi. Sedangkan katalisator heterogen adalah katalisator yang mempunyai
fase yang berbeda dengan zat yang terlihat dalam reaksi. (Tri martini dkk, 2000)
Secara umum, hukum laju suatu reaksi yang terkatalisis yang menuruti
persamaan
A + B +commit to
Katalis user
C + D + Katalis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

adalah jumlah laju reaksi tak terkatalisis dan terkatalisis atau


-d[A]/dt = ko [A] [B] + k1[A] [B] [K] [1]
ko = tetapan laju reaksi tak terkatalisis, k1 = tetapan laju reaksi terkatalisis dan =
tingkat reaksi terhadap katalis, yang harganya biasanya 1. Dengan demikian
tetapan laju k teramati adalah

k = ko + k1[K] untuk = 1....................[2]

Pada umumnya reaksi tak-terkatalisis jauh lebih lambat dari reaksi terkatalisis
sehingga [2] menjadi
-d[A]/dt = k1[A] [B] [K].[3]
Tetapan k1 untuk reaksi terkatalisis, yang menyatakan efisiensi katalis
terhadap reaksi tertentu, kadang-kadang juga disebut sebagai tetapan katalisis atau
koefisien katalisis. Selama katalis tidak merupakan produk reaksi, konsentrasinya
akan tetap selama reaksi sehingga dapat dituliskan sebagai

- d[A]/dt = k [A] [B] ..[4]


kat

untuk k = k1[K], sehingga reaksi terkatalisis seakan-akan seperti tak-


kat
terkatalisis. Karena itu, untuk menentukan harga k1 dari harga k hasil percobaan,
pengaruh konsentrasi katalis harus diperhitungkan. Sebagai contoh, pada reaksi
CH3CH[OH]2 CH3CHO + H2O dengan katalis Asam Asetat [HA], pada
konsentrasi 1,01x10-3 dan 1,95x10-3 M diperoleh masing-masing harga k =
2,01x10-2 dan 3,90x10-2 menit-1. Kelihatannya tetapan lajunya tidak konstan.
Namun bila harga tersebut dibagi dengan konsentrasi katalis maka diperleh harga
kHA yang sama yaitu 20,0 M-1 menit-1 (Stevens, 1961).
Pada kasus yang lebih rumit, harga-harga ini belum akan sama. Misalnya
Pada kasus reaksi terkatalisis asam umum, baik asamnya maupun ion H+,
kesemuanya dapat bertindak sebagai katalis sehingga semua harus diperhitungkan.
Katalis bereaksi pada awal dan dihasilkan kembali pada akhir reaksi.
Karena itu, selama katalis tidak merupakan produk reaksi, katalis tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

mempengaruhi harga tetapan kesetimbangan. Katalis mempercepat baik reaksi


maju maupun balik; katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan setimbang.
Reaksi kesetimbangan ada yang berlangsung dalam satu tahap dan ada
yang berlangsung dalam beberapa tahap.
Salah satu contoh reaksi kesetimbangan yang berlangsung dalam satu
tahap adalah disosiasi Methyl Orange. Rumus kimia dari Methyl Orange adalah
C14H14N3NaO3S. Secara umum Methyl Orange ini yang merupakan asam lemah
(HA), dan akan terdisosiasi menuruti persamaan reaksi
HA H+ + A-
Dalam larutan encer, reaksi ini akan mempunyai tetapan disosiasi

Menurut pustaka, harga Ka = l,9953 x l04. Dipercayai reaksi ini


berlangsung dalam 1 tahap dan oleh karena itu maka Kkin juga akan mempunyai
harga yang sama dengan harga Ktermo. Detail penentuannya secara termodinamika
diberikan dalam Crockford djp. (1975).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya selain reaksi kesetimbangan
yang berlangsung satu tahap, namun ada juga reaksi kesetimbangan yang
berlangsung dalam beberapa tahap. Salah satu contoh reaksi kesetimbangan yang
berlangsung dalam beberapa tahap adalah hidrolisis ester. Hidrolisis ester dapat
menggunakan katalis asam. Esterifikasi asam karboksilat dengan suatu alkohol
merupakan reaksi reversibel. Bila asam karboksilat diesterkan, digunakan alkohol
berlebih. Untuk membuat reaksi kebalikannya yakni hidrolisis berkatalisiskan
asam dari ester menjadi asam karboksilat digunakan air berlebihan. Kelebihan air
akan menggeser kesetimbangan ke arah sisi asam karboksilat.
Jika air yang digunakan diberi oksigen bertanda yaitu oksigen-18 dalam
hidrolisis itu, oksigen bertanda ini akan berada dalam asam karboksilat.
O
H+
RCOR + H218O RC18OH + ROH

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Sebabnya adalah karena air menyerang gugus karbonil. Ikatan RO tidak


putus dalam hidrolisis.
O
ikatan ini putus

RC O R

ikatan ini tidak putus

Mekanisme berikut ini menerangkan hasil pengamatan tersebut diatas.


Perhatikan bahwa tahap pertama adalah protonasi (hanya ditunjukan satu struktur
resonansi), yang diikuti dengan adisi H2O, kemudian eliminasi ROH, yang
disusul dengan derotonisasi
O OH OH
OH
H + H218O +
-H
RC OR'
RC OR'
RC OR'
RC OR'

18 18
OH2 OH

OH
+
OH OH O OH

H+ -R'OH -H+
RC OR' RC RC RC dan RC
H
18
OH 18
OH 18
OH 18
OH 18
O

Struktur resonansi
Untuk asam terprotonkan
Mekanisme yang disederhanakan untuk hidrolisis ester dapat ditulis sebagai
berikut:
O OH O

H+
RCOR' + H2O
R C OR' RCOH + HOR'

OH

Hidrolisis ester dapat menggunakan katalis basa (penyabunan). Hidrolisis


suatu ester dalam basa, atau penyabunan (saponifikasi) merupakan suatu reaksi
tak reversibel. Karena tidak reversibel penyabunan seringkali menghasilkan asam
karboksilat dan alkohol dengan rendemen yang lebih baik daripada hidrolisis
asam. Karena reaksi berlangsung dalam suasana basa, hasil penyabunan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

garam karboksilat (Fessenden, 1986). Persamaan reaksi hidrolsisis metil asetat


adalah :
H+
CH3COOCH3 + H2O CH3COOH + CH3OH
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oeh ion
H+. Walaupun telah dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih
dibutuhkan beberapa hari. Karena reaksi berlangsung sangat lambat,
konsentrasi reaktan maupun produk dapat ditentukan dengan titrasi yang
dilakukan dengan cepat. Titrasi yang dilakukan dengan cepat, diharapkan
tidak menggangu kesetimbangan secara nyata. (Tony Bird, 1987).
Selain reaksi hidrolisis ester masih ada contoh lain dari reaksi
kesetimbangan yang berlangsung dalam beberapa tahap. Reaksi itu adalah reaksi
Fe2+ dengan Hg22+. Horiuti dan Nakamura (1967) telah mempelajari secara
mendalam hubungan antara tetapan kesetimbangan kinetika Kkin dengan tetapan
kesetimbangan termodinamika K untuk reaksi-reaksi yang tidak berlangsung
dalam 1 tahap. Reaksi oksidasi besi(II)) dengan raksa(II).

2Fe2 2Hg 2 2Fe3 Hg22


mempunyai tetapan kesetimbangan

[ Fe3 ]eq
2
[ Hg 22 ]eq
K ..[5]
[ Fe2 ]eq
2
[ Hg 2 ]eq
2

Mereka menemukan bahwa hukum laju reaksi maju nya adalah


vf k f [Fe2 ][Hg 2 ]
.[6]
Berdasarkan hukum laju ini mereka kemudian mengajukan mekanisme
k1
2 2
Fe Hg Fe3 Hg lambat setimbang
k-1
k2
2Hg Hg 22 cepat setimbang
k-2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

kemudian

yang bila diselesaikan dengan menggunakan pendekatan Tahap Penentu Laju,


setelah beberapa langkah akan menghasilkan

vb kb [ Fe3 ][Hg 2 ]0,5 ...[7]

Pada saat setimbang vf = vb atau

k f [Fe2 ]eq [Hg 2 ]eq = kb [Fe3 ]eq [Hg 2 ]0eq,5 .[8]

kf [ Fe3 ]eq [ Hg 22 ]0eq,5


K kin [9]
kb [ Fe2 ]eq [ Hg 2 ]eq

Supaya tahap II dapat berlangsung maka tahap I harus berlangsung 2 (dua) kali,
sehingga bilangan stoikiometrinya s = 2. Selanjutnya, bila Kkin dipangkatkan 2
atau Kkin2 = K.
Mereka menyatakan bahwa hubungan antara Kkin dengan K dapat
dinyatakan dalam persamaan

dimana s menyatakan bilangan stoikiometri yaitu bilangan yang


menyatakan berapa kali 1 tahap harus berlangsung supaya tahap berikutnya
bisa juga berlangsung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Adamson (1986), menyatakan bahwa sesungguhnya reaksi tersebut


mungkin juga berlangsung dalam 3 tahap. Mekanisme reaksi yang diajukan oleh
Adamson ilah sebagai berikut:
k1
2 2
Fe Hg Fe3 Hg lambat setimbang
k-1

k2
2
Fe Hg Fe3 Hg cepat setimbang
k-2

k3
2
Hg Hg Hg 22 lambat setimbang
k-3

yang bila diselesaikan dengan menggunakan pendekatan Tahap Penentu Laju,


setelah beberapa langkah akan menghasilkan

[ Fe3 ]2 [ Hg 22 ]
vb kb . [10]
[ Fe2 ][Hg 2 ]

Pada saat setimbang vf = vb atau

[ Fe3 ]eq
2
[ Hg 22 ]eq
k f [Fe2 ]eq [Hg 2 ]eq = k b . [11]
[ Fe2 ]eq [ Hg 2 ]eq

kf [ Fe3 ]eq
2
[ Hg 22 ]eq
K kin ... [12]
kb [ Fe 2 ]eq
2
[ Hg 2 ]eq
2

Berdasarkan [12], Kkin = K

Hal yang menarik dari pembicaraan di atas ialah bahwa meski berangkat
dari hukum laju reaksi maju yang sama, mereka memberikan hukum laju reaksi
balik yang berbeda. Ini disebabkan karena hukum laju reaksi balik hanya
ditafsirkan berdasarkan mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Mekanisme -
commit to user
mekanisme itu sendiri hanya disusun berdasarkan aturan - aturan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Mungkin benar secara teori tetapi tidak mempunyai bukti fisik. Seperti telah
disinggung di depan, penggunaan hukum laju awal sendiri pada saat
kesetimbangan, menafikan kemungkinan pengaruh reaksi balik. Apabila reaksi
berlangsung 1 tahap harusnya bisa diterima. Tetapi bila berlangsung dalam
beberapa tahap, apalagi bila order reaksi maju dan balik pada setiap tahap
berbeda, hal ini bisa menimbulkan masalah besar, utamanya bila penentuan
hukum laju menggunakan persamaan diferensial. Oleh karena itu adalah perlu
untuk menentukan hukum laju reaksi balik juga dengan metode laju awal.

2. Beberapa data reaksi kesetimbangan


Wilkinson, F. (1980) memberikan contoh soalan reaksi kesetimbangan
yang order ke satu pada kedua arah.

Tabel 1. Variasi Perubahan Konsentrasi pada Suatu Reaksi Isomerisasi


sebagai Fungsi Waktu.

t / jam 0 1,0 2,0 3,0 4,0


%A 100 72,5 56,8 45,6 39,5 30

Pertanyaan utamanya adalah menentukan harga tetapan kesetimbangan


K, tetapan laju reaksi maju kf dan tetapan laju reaksi balik kb. Dengan
memanfaatkan konsentrasi kesetimbangan dan persamaan integral konvensional
untuk reaksi order ke satu pada kedua arah diperoleh bahwa harga K, kf , dan kb,
masing-masing secara berurutan adalah 2,33, 9,72x10-5detik-1, dan 4,17x10-5
detik-1.
Wright, M. R. (2004) memberikan reaksi isomerisasi cis- dan trans-1-
etil-2-metil siklo-propana sebagai suatu contoh reaksi kesetimbangan order ke-
satu pada kedua arah.
Tabel 2. Variasi Perubahan Konsentrasi Reaksi Isomerisasi cis-1-Etil-2-metil
siklo-propana pada sebagai Fungsi Waktu pada Temperatur 425,6
o
C. ( K = [trans]eq/[cis]eq = 2,79 ).

t / detik 0 400 1000 1600 2100


[cis] / mol dm-3 0,01679 0,01406 0,01102 0,00892 0,00775
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Pertanyaan utamanya adalah menentukan harga tetapan laju reaksi maju


kf dan tetapan laju reaksi balik kb. Dengan memanfaatkan konsentrasi
kesetimbangan dan persamaan integral konvensional untuk reaksi order ke satu
pada kedua arah diperoleh bahwa harga kf dan kb, masing-masing secara
berurutan adalah 4,60x10-4 detik-1, dan 1,65x10-4 detik-1.

3. Tetapan kesetimbangan
Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada reaksi yang terjadi, dan
diperoleh dari hasil percobaan. Apabila harga tetapan kesetimbangan kecil berarti
reaksi dari kiri ke kanan tidak berjalan sempurna, sedangkan apabila harga tetapan
kesetimbangan besar berarti reaksi berjalan dari kiri ke kanan menuju
kesempurnaan.(Patiha dan Siswowiyoto, 2000)
Besarnya tetapan kesetimbangan dari suatu reaksi harus diketahui agar
dapat menghitung sampai sejauh mana suatu reaksi berlangsung sampai dengan
selesai pada serangkaian kondisi yang diberikan (Underwood, 1999).
Cara untuk menentukan tetapan kesetimbangan dari suatu reaksi kimia
dapat dilakukan dengan cara termodinamika dan cara kinetika.
a) Cara Termodinamika
Konsep termodinamika hanya menyatakan bahwa jika konsentrasi salah
satu pereaksi dilebihkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk.
Dalam menentukan tetapan kesetimbangan termodinamika tidak berbicara tentang
berapa lama suatu reaksi mencapai keadaan setimbang. Untuk menentukan harga
kesetimbangan reaksi secara termodinamika, maka konsentrasi setiap spesi yang
ada didapatkan pada saat tercapai keadaan kesetimbangan. Berdasarkan konsep
ini, untuk suatu sistem homogen, pada suatu temperatur tertentu, harga K sama
dengan nisbah antara konsentrasi semua spesi produk pangkat koefisien masing -
masing pada saat reaksi mencapai keadaan setimbang.
Secara termodinamika, untuk reaksi fasa gas
aA(g) + bB(g) mM(g) + nN(g)... [13]
pada keadaan setimbang berlaku persamaan

commit to user [14]


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

dengan K menyatakan tetapan kesetimbangan.


b) Cara Kinetika
Tetapan kesetimbangan dapat juga diperoleh secara kinetika (selanjutnya
disebut Kkin). Underwood (1999) menyatakan bahwa kita harus mengetahui
besarnya tetapan kesetimbangan dari suatu reaksi agar kita dapat menghitung
sampai sejauh mana suatu reaksi berlangsung sampai dengan selesai pada
serangkaian kondisi yang diberikan. Secara kinetika, keadaan kesetimbangan akan
tercapai jika laju reaksi maju sama dengan reaksi balik atau
Vf = Vb[15]
Penerapan [13] pada [15] akan menghasilkan
kf [A][B] = kb[M][N]v. [16]
Jika reaksi berlangsung dalam 1 tahap maka, , dan v, secara
berurutan, akan merupakan koefisien stoikiometri spesi bertalian sehingga, akan
diperoleh

.. [17]

yang tepat sama dengan [14]. Akan tetapi jika reaksi tidak berlangsung dalam 1
tahap maka harga kedua tetapan ini tak terlalu sama.
Pendekatan kinetika yang ada sekarang untuk reaksi-reaksi
kesetimbangan, yaitu penentuan harga Kkin dengan persamaan integral, seperti
yang tertera dalam tabel 3 (Laidler, 1987). Dari tabel 3 diatas dapat diketahui
bahwa persamaan-persamaan yang ada masih menggunakan data kesetimbangan
yaitu xe. Penggunaan persamaan-persamaan pada tabel 3 haruslah sesuai dengan
reaksi, hal ini tentunya akan sedikit menyulitkan dan yang diperoleh hanyalah kf .
Harga kb belum dapat ditentukan.
Horiuti dan Nakamura (1967) telah dapat menetukan harga kf tanpa
menggunakan data kesetimbangan, namun menggunakan metode laju awal.
Mereka menyatakan bahwa hubungan antara Kkin dengan K dapat dinyatakan
dalam persamaan
[18]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

dimana s menyatakan bilangan stoikometri yaitu bilangan yang menyatakan


berapa kali 1 tahap reaksi harus berlangsung supaya tahap berikutnya bisa juga
berlangsung.

Tabel 3. Laju Reaksi untuk Reaksi Kesetimbangan

Persamaan Persamaan Laju*


Stoikiometri Bentuk Differensial BentukIntegral .

4. Metode integral
Metode integral adalah suatu prosedur untuk mengukur konsentrasi
pereaksi pada interval waktu yang bervariasi dari suatu reaksi dan untuk
mensubstitusi data ke dalam persamaan integral tertera pada Tabel 1. Persamaan
yang memberikan harga tetapan laju yang paling konstan pada interval waktu
tertentu adalah yang paling mendekati tingkat reaksi yang sesungguhnya. (Chang,
1981)
Untuk reaksi tingkat ke-n hanya akan dibicarakan yang mempunyai ungkapan laju
1d A n
k A .........[19]
a dt
Untuk n 1, penyelesaian [19] adalah
1 1
n commit
n 1 k At [20]
A 0to user
1 n 1
[ A]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Tabel 4. Rangkuman Persamaan Laju untuk aA Produk

Satuan
Tingkat Bentuk Waktu
Bentuk Integral Tetapan
Reaksi Differensial Paruh
Laju

d A A0
0 - =k [A]0-[A] = kt M s-1
dt 2k

d A ln 2
1 - = k[A] [A] = [A]0 e-kt s-1
dt k

d A 1 1 1
2 - = k[A]
2
- = kt M-1 s-1
dt A A0 A 0k

Pada metode integral digunakan persamaan-persamaaan yang merupakan


hasil integrasi dari persamaan diferensial hukum laju. Ada 2 bentuk umum
persamaan integral yaitu

Ln untuk n = 1 dan

untuk n 1

Untuk menentukan tingkat reaksi yang tepat, data harus diterapkan pada semua
harga n yang mungkin untuk dipilih persamaan yang paling pas. Tingkat reaksi
dan tetapan laju yang diperoleh dangan cara integral mempunyai harga yang pasti,
tetapi tentu saja tidak praktis (Patiha dan Siswowiyoto, 2000).

5. Metode diferensial
Metode differensial, pertama kali diperkenalkan oleh Vant Hoff pada
tahun 1884, sampai saat ini tetap diyakini sebagai cara yang paling tepat untuk
menentukan tingkat reaksi apabila tidak ada keterangan awal yang memadai
mengenai reaksi tersebut. Berdasarkan persamaan laju
-d[A]/dt = v =k [A]n[21]
Tingkat reaksi n dapat ditentukan dari lereng dan tetapan laju k dari
intersep kurva linear log laju v lawan log konsentrasi. Masalahnya, log laju tidak
selalu memberikan hubungan yang commit to user
linear pada setiap konsentrasi dan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

reaksi n dan harga tetapan laju k yang diperoleh bisa bukan merupakan harga yang
sebenarnya. Oleh karena itu harga k ini harus dicek dengan harga yang diperoleh
dari metode integral; jika harganya sesuai maka barulah n tersebut dapat dikatakan
reaksi yang sebenarnya. (Laidler, 1987)

6. Metode laju awal


Laju reaksi awal merupakan laju yang diperoleh dengan membagi
perubahan konsentrasi pereaksi yang terjadi dalam interval waktu yang pendek
yang mengikuti awal reaksi ( pereaksi) dengan interval waktu (t). (Petrucci,
1985)
Dengan metode ini, masalah reaksi samping dan reaksi kebalikan dapat
ditiadakan. Dalam metode ini, prosedur yang dilakukan adalah mengukur laju
reaksi awal dengan konsentrasi awal yang berbeda-beda.
Misalnya, laju suatu reaksi = k ax by cz , maka dalam metoda ini mula-
mula ax by dibuat tetap dengan jalan menambahkan a dan b dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga banyaknya a dan b yang bereaksi dengan c dapat diabaian,
dengan demikian persamaan laju reaksinya akan menjadi:
Laju reaksi = k1 c2
Kemudian konsentrasi c diubah-ubah dan laju awal reaksi diukur,
kemudian dibuat kurva. Bila misalkan laju reaksi awal adalah , maka diperoleh:

z = ordo reaksi terhadap c


c0 = konsentrasi awal c
k = konstanta laju reaksi (termasuk didalamnya ax by)

Bila persamaan diatas di log kan, akan diperoleh:


Log = log k + z log c0
Bila kemudian dibuat kurva log sebagai fungsi log c0, akan diperoleh garis lurus
dengan slope z, dengan demikian ordo reaksi terhadap c dapat ditentukan. Dengan
commit to user
jalan mengulangi cara diatas untuk reakstan a dan b, ordo reaksi terhasap a dan b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

juga dapat ditentukan. Tetapi dengan cara ini, sulit untuk memperoleh nilai ordo
reaksi yang tepat.
Metode laju reaksi awal dapat pula digunakan untuk menentukan
konstanta laju reaksi. Telah diletahui bahwa laju reaksi bergantung pada
konsentrasi reaktan menurut persamaan laju reaksi: k ax by cz.
Bila k ax by dibuat tetap dengan jalan menambahkan a dan b dalam
jumlah yang besar sehingga selama reaksi berlangsung konsentrasinya dapat
dianggap tetap, maka pesamaan laju reaksi dapat di tulis sebagai:
Laju reaksi = k cz
Dengan meng-log-kan kedua ruas persamaan, akan diperoleh:
Log = log k + z log c0
Kurva log sebagai fungsi c0 yang diharapkan akan diproleh. Tetapi
disini yang ditentukan bua slope z yang merupakan ordo reaksi terhadap c, tetapi
disini yang ditentukan adalah log k, log k dapat ditentukan dan k dapat dihitung
dengan persamaan:
k = k ax by

Jadi apabila x dan y telah diketahui, konstanta laju reaksi k adan dapat
ditentukan (Tony Bird, 1993).
Metode laju awal didasarkan pada perubahan konsentrasi pereaksi dalam
waktu tertentu. Dalam prakteknya penentuan kecepatan reaksi didasarkan pada
konsentrasi awal pereaksi yang berbeda secara beraturan sedangkan selang waktu
dibuat tetap. Untuk menentukan tingkat reaksi diperlukan sekurang - kurangnya
tiga kali pengukuran dengan konsentrasi awal berbeda dalam selang waktu yang
dibuat tetap (Agus Setiabudi dan Yayan Sunarya, 2007).
Dalam metode laju awal laju reaksi diukur pada awal reaksi dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Pada penentuan laju reaksi seperti ini, ada
beberapa variabel yang digunakan yaitu :
1. Variabel tetap ( kontrol )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Variabel tetap adalah variabel yang tidak diubah - ubah / tetap


dipertahankan sama (konsentrasi salah satu reaktan).
2. Variabel bebas ( manipulasi )
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja diubah-ubah untuk
memperoleh hubungan antara suatu besaran dengan besaran lain ( konsentrasi
salah satu reaktan).
3. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(variabel terikatnya yaitu laju reaksi).
Misalnya pada reaksi 2A + B C diperoleh data sebagai berikut :
No [ A ] Molar [ B ] Molar v( M / s )
1 0,2 0,2 0,02
2 0,2 0,4 0,04
3 0,4 0,4 0,16

Orde reaksi terhadap A = m; dan orde reaksi terhadap B = n.


Orde reaksi terhadap [A] ditentukan dengan membandingkan data [B] yang sama,
yaitu data ke-2 dan 3.
m n
v3 k. A . B
m n
v2 k. A . B
m n
0,16 k. 0,4 . 0,4
m n
0,04 k. 0,2 . 0,4
m
4 2 maka diperoleh m = 2

Orde reaksi terhadap B ditentukan dengan membandingkan data [A] yang


sama, yaitu data ke-1 dan 2.
m n
v2 k. A . B
m n
v1 k. A . B
m n
0,04 k. 0,2 . 0,4
m n
0,02 k. 0,2 . 0,2

2 maka diperoleh n =commit to user


n
2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Jadi, orde reaksi terhadap A (m) = 2 dan orde reaksi terhadap B (n) = 1.
Orde reaksi total = m + n = 2 + 1 = 3.
Persamaan laju reaksinya :
2 1 2
v k. A . B k. A . B
Untuk menghitung nilai k, dapat diambil dari salah 1 data yang ada ( data ke-1).
2
v k. A . B
v 0,02
k 2 2
A .B 0,2 . 0,2

0,02M / s 0,02M / s
k
0,04 M 2 . 0,2 M 0,008M 3

k 2,5M 2 .s 1

Jadi persamaan laju reaksinya : v 2,5. A 2 . B

7. Metil asetat
Metil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOCH3 dan
mempunyai berat molekul 74,08 gr/mol. Metil asetat merupakan senyawa ester
yang pada keadaan normal berupa cairan tak berwarna, berbau khas, larut dalam
alkohol, khloroform, eter dan larut terbatas dalam air. Metil asetat adalah senyawa
polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Metil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan
bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam
yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen.
Dalam Industri kimia, metil asetat banyak digunakan sebagai pelarut
organik atau solvent untuk selulosa nitrat, rubber klorida, etil selulosa, benzil
abitat, resin metil metakrilat, resin cyclohexanone, formaldehid, poli stirene,
polivinil asetat, dll. Metil Asetat digunakan juga dalam industri kosmetik, farmasi
dan paint remover. Metil asetat sebagai pelarut cukup disukai karena titik didih
yang rendah, pada keadaan normal 57oC dan tidak berbahaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Konsumsi metil asetat diperkirakan akan terus meningkat dalam


beberapa tahun mendatang dan hal ini ada kaitannya dengan perkembangan
industri coating dan plastik yang terus berlangsung. Sehingga metil asetat yang
digunakan sebagai solvent dalam industri tersebut akan mendorong terhadap
peningkatan konsumsi dari produk ini.

B. Kerangka Pemikiran
Ada beberapa hal yang menarik berkaitan dengan hal-hal yang telah
dibicarakan di atas. Semuanya akan ditelaah secara berurutan dibawah ini.
Reaksi hidrolisis metil asetat dalam suasana asam merupakan reaksi
kesetimbangan. Pada dasarnya reaksi kesetimbangan dapat dianggap sebagai
reaksi searah yang berlangsung minimal 2 tahap. Saat awal reaksi jumlah produk
yang dihasilkan masih sedikit, sehingga pengaruhnya terhadap laju masih
dianggap sedikit. Hal ini berarti reaksi dapat diasumsikan berlangsung searah.
Oleh karena itu hukum laju awal dan harga tetapan laju awal kf dapat ditentukan
dengan metode laju awal. Dengan dapat ditentukannya hukum laju awal dan harga
tetapan laju awal, maka dengan perhitungan dapat ditentukan konsentrasi reaktan
dan produk yang seharusnya ada pada waktu tertentu jika reaksi diasumsikan satu
arah. Hasil yang diperoleh akan berbeda dengan hasil dari pengamatan. Perbedaan
ini disebabkan adanya pengaruh dari reaksi balik. Hal ini seharusnya dapat
digunakan untuk menentukan hukum laju dan tetapan laju reaksi balik kb tanpa
harus menggunakan konsentrasi kesetimbangan. Dengan demikian tetapan
kesetimbangan dapat ditentukan.
Tetapan kesetimbangan sama dengan nisbah antara konsentrasi semua
spesi produk pangkat koefisien masing - masing dibagi spesi reaktan pangkat
koefisien masing - masing pada saat reaksi mencapai keadaan setimbang. Maka
jika orde reaksi maju sesuai dengan koefisien stoikiometri diharapkan orde reaksi
balik juga sesuai dengan koefisien stoikiometri. Stevens (1961: 81) menyatakan
orde reaksi maju untuk reaksi hidolisis metil asetat jika air yang digunakan
berlebih adalah orde 1, yaitu sesuai dengan koefisien stoikiometrinya sehingga
diharapkan orde reaksi baliknyacommit
juga tosesuai
user dengan koefisien stoikiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Dengan demikian Kkin hidrolisis etil asetat akan sama dengan Ktermo

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan sejalan dengan rumusan
masalah, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut
1. Harga tetapan kesetimbangan reaksi balik kb dapat ditentukan dengan metode
laju awal.
2. Pada reaksi hidrolisis metil asetat harga tetapan kesetimbangan secara kinetika
Kkin sama dengan harga tetapan kesetimbangan secara termodinamika Ktermo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Reaksi kesetimbangan

Termodinamika Kinetika Kinetika


konvensional

Konsentrasi Harga kf
Harga kf
kesetimbangan

Harga kb
Harga kb
5%

Harga Ktermo
5% Harga Kkin
dibandingkan
B. Metode Penetilian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
yang dilakukan di laboratorium untuk memperoleh data hasil dengan
menggunakan sampel yang dapat memberikan gambaran yang memadai tentang
reaksi kesetimbangan. Pembanding dalam penelitian kali ini adalah harga Kkin, dan
mekanisme reaksi dari pustaka rujukan sedang yang dibandingkan adalah Ktermo.
Parameter dalam penelitian ini adalah konsentrasi dan waktu.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium Kimia UPT Laboratorium
Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta selama 8 bulan: November 2010
hingga Juni 2011. commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

D. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah :

a. Mikro Buret 10 ml
b. Stopwatch
c. Alat-alat gelas
d. Stirer
e. Magnetik stirer
f. Statif dan klem
2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah :

a. Larutan Metil asetat (100%) p.s (Merk)


b. HCl 37% p.a (Merk)
c. Padatan NaOH
d. Indikator Phenolphthalein
e. Akuades (Sub Lab Kimia)
f. Asam oksalat p.a (Merk)
E. Cara Kerja
Reaksi Hidrolisisis metil asetat mengacu pada langkah-langkah percobaan
Farrington Daniels (1970) dan akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Pembuatan Larutan
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 M.

HCl 37% sebanyak 8.3 ml dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur
1000 ml ditambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur.

b. Pembuatan larutan NaOH 0,2 M.

NaOH sebanyak 4,032 g dilarutkan dengan akuades dalam gelas beker


dan dimasukan dalam labu ukur 500 ml ditambah akuades sampai tanda batas
pada labu ukur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

c. Pembuatan larutan Asam oksalat 0,2 N.


Asam oksalat sebanyak 1,2691 g dilarutkan dengan akuades dalam gelas
beker dan dimasukan dalam labu ukur 100 ml ditambah akuades sampai tanda
batas pada labu ukur.
d. Pembuatan larutan Phenolphthalein (pp) 1%.
Phenolphthalein sebanyak 0,5 g dilarutkan dalam 50 ml etanol.
2. Standarisasi NaOH 0,2 M dengan Asam Oksalat 0,2 N
a. Asam oksalat 0,2 N sebanyak 4 ml ditambah 2 tetes indikator pp 1% dititrasi
dengan NaOH 0,2 M.
b. Prosedur (a) diulangi 3 kali.
3. Penetuan kf dengan Metode Laju Awal.
a. HCl 0,1 M sebanyak 10 ml dimasukan kedalam erlenmeyer 100 ml ditambah 1
ml akuades, stopwatch dihidupkan pada saat penambahan air kemudian ditutup
dengan alumunium foil dan diaduk dengan magnetik stirer selama 9 menit
kemudian alumunim foil dilubangi dan ditambah 2 tetes indikator pp 1%
dititrasi dengan NaOH 0,2 M. Akhir titrasi diusahakan selesai pada menit ke
10.
b. Prosedur a diulangi 3 kali
c. HCl 0,1 M sebanyak 10 ml dimasukan kedalam erlenmeyer 100 ml ditambah
0,75 ml akuades ditambah 0,25 metil asetat, stopwatch dihidupkan pada saat
penambahan metil asetat kemudian ditutup dengan alumunium foil dan diaduk
dengan magnetik stirer selama 9 menit kemudian alumunim foil dilubangi dan
ditambah 2 tetes indikator pp 1% dititrasi dengan NaOH 0,2 M. Akhir titrasi
diusahakan selesai pada menit ke 10.
d. Prosedur (c) diulangi 3 kali.
e. Prosedur (d) diulangi dengan variasi jumlah akuades dan variasi jumlah metil
asetat seperti tabel berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

No HCl 0.1 M (ml) Akuades (ml) Metil Asetat (ml)


1 10 1 0
2 10 0.75 0.25
3 10 0.5 0.5
4 10 0.25 0.75
5 10 0 1

4. Penentuan konsentrasi asam asetat pada awal-awal reaksi dan konsentrasi asam
asetat pada kesetimbangan
a. HCl 0.1 M sebanyak 10 ml dimasukan kedalam erlenmeyer 100 ml ditambah 1
ml akuades, stopwatch dihidupkan pada saat penambahan akuades kemudian
ditutup dengan alumunium foil dan diaduk dengan magnetik stirer, setelah
menit ke 9 alumunim foil dilubangi dan ditambah 2 tetes indikator pp 1%
dititrasi dengan NaOH 0.2 M. Akhir titrasi diusahakan selesai pada menit ke
10.
b. Prosedur (a) diulang 3 kali
c. HCl 0.1 M sebanyak 10 ml dimasukan kedalam erlenmeyer 100 ml ditambah
0.5 ml akuades dan 0.5 ml metil asetat, stopwatch dihidupkan pada saat
penambahan metil asetat kemudian ditutup dengan alumunium foil dan diaduk
dengan magnetik stirer, setelah menit ke 9 alumunim foil dilubangi dan
ditambah 2 tetes indikator pp 1% dititrasi dengan NaOH 0.2 M. Akhir titrasi
diusahakan selesai pada menit ke 10.
d. Prosedur (c) diulang 3 kali
e. Prosedur (c-d) dilakukan untuk selang waktu 20, 30, 40, dan 50 menit dengan
masing masing percobaan dilakukan pengulangan 3 kali.
e. Prosedur (c-d) dilakukan untuk selang waktu 1, 2, 3, 4 hari, dan seterusnya
sampai diperoleh konsentrasi asam asetat yang relatif tetap. Masing masing
percobaan dilakukan pengulangan 3 kali.

F. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penentuan kf dengan metode laju awal adalah
commit
volume NaOH hasil titrasi. Dari data hasiltotitrasi
user dapat diketahui konsentrasi asam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

asetat setelah bereaksi selama 10 menit dari tiap larutan (CH3COOCH3) dan laju
pembentukan asam asetat (vf). Dengan persamaan dibawah harga kf dapat
diperoleh.
vf = kf [CH3COOCH3] dimana

Penentuan harga kf yang menggunakan konsentrasi kesetimbangan


diperoleh dengan memanfaatkan pesamaan integral pada tabel 1.1
Penentuan kb tanpa menggunakan konsentrasi kesetimbangan
memanfaatkan harga kf .yang diperoleh dari metode laju awal. Harga kf tersebut
digunakan untuk mencari konsentrasi asam asetat yang seharusnya ada (A). Jika
orde 1 maka persamaan yang digunakan:

Dari hasil perhitungan akan diperoleh konsentrasi asam asetat yaitu konsentrasi
yang diperhitungkan tidak dipengaruhi oleh reaksi balik (dianggap reaksi searah),
kemudian dibandingkan dengan konsentrasi asam asetat dari hasil pengukuran
yaitu konsentrasi asam asetat yang terjadi, selisih antara keduanya maka dapat
dikatakan ada pengaruh dari reaksi balik. Dengan mengetahui harga selisih setiap
saat maka dapat digunakan untuk mengetahui harga kb.
Penentuan kb menggunakan konsentrasi kesetimbangan diperoleh dengan
mambagi kf yang menggunakan konsentrasi kesetimbangan dengan harga Ktermo
yg diperoleh. Ktermo diperoleh dengan persamaan:

Sesuai dengan persamaan [17] maka harga Kkin diperoleh dengan:

dimana kf dan kb yang diperoleh dengan tidak menggunakan konsentrasi


kesetimbangan.
Harga Kkin yang diperoleh dibandingkan dengan harga Ktermo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

G. Penafsiran dan Penyimpulan Hasil


Hasil penelitian ditafsirkan berdasarkan harga tetapan laju kf, kb, tetapan
kesetimbangan kinetika Kkin, dan Ktermo.
Hipotesis pertama disimpulkan diterima jika, dengan toleransi kesalahan
5% harga tetapan laju reaksi maju kf dan balik kb yang diperoleh tanpa
menggunakan konsentrasi kesetimbangan sama dengan harga tetapan laju reaksi
maju kf dan balik kb yang diperoleh menggunaan konsentrasi kesetimbangan.
Hipotesis kedua disimpulkan diterima jika, dengan toleransi kesalahan 5%
harga-harga tetapan kesetimbangan kinetika Kkin, dan termodinamika Ktermo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 5. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb dari Data Pustaka Wilkinson,
F. (1980: 64)

kb kinetika
-1
kb kinetika (detik-1) Perbedaan relatif (%)
konvensional (detik )
4,17x10-5 4,05x10-5 2,88

Data pada Tabel 5 merupakan hasil analisa dari data yang terdapat pada
Tabel 1, dan hasil perhitungan lengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 1 dan 2.
Dari data dapat dilihat bahwa harga kb kinetika berdasarkan fakta perhitungan
memberikan nilai yang relatif sama dengan data kb menurut data pustaka.

Tabel 6. Harga Tetapan Laju reaksi balik kb dari Data Pustaka Wright, M.
R. (2004: 91)

kb kinetika
-1
kb kinetika (detik-1) Perbedaan relatif (%)
konvensional (detik )
1,65x10-4 1,65x10-4 0

Data pada Tabel 6 merupakan hasil analisa dari data pada Tabel 2, dan
hasil perhitungan lengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 3 dan 4. Dari data
dapat dilihat bahwa harga kb kinetika berdasarkan fakta perhitungan memberikan
nilai yang sama dengan data kb menurut data pustaka.

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Tabel 7. Harga Tetapan Laju Reaksi Maju kf dari Reaksi Hidrolisis Metil Asetat

kf kf 1 (detik-1) kf 2 (detik-1) kf 3 (detik-1) Rata-rata


kf kinetika
konvensional 6,89x10-4 6,62x10-4 6,82x10-4 6,78 x 10-4 1,40x10-5

kf kinetika 6,98x10-4 6,55x10-4 6,98x10-4 6,84 x 10-4 2,48x10-5


Kesalahan relatif (%) 0,89 %

Data pada Tabel 7 merupakan hasil perhitungan kf dari reaksi hidrolisis


metil asetat dengan menggunakan konsentrasi saat kesetimbangan (konvensional)
dan kf dengan menggunakan metode laju awal (kinetika). Dari data dapat dilihat
bahwa keduanya memberikan hasil yang relatif sama dengan perbedaan relatif
hanya 0,89%. Oleh karena itu penentuan harga kf dapat dilakukan dengan metode
laju awal.

Tabel 8. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb dari Reaksi Hidrolisis Metil
Asetat
kb kb 1 (detik-1) kb 2 (detik-1) kb 3 (detik-1) Rata-rata
kb kinetika
konvensional 3,17x10-5 2,87x10-5 2,79x10-5 2,93x10-5 5,65x10-7
kb kinetika 1,10x10-2 3,48x10-2 1,10x10-2 1,89 x 10-2
Kesalahan relatif (%) > 100%

Data pada Tabel 8 merupakan hasil perhitungan kb dari reaksi hidrolisis


metil asetat dengan menggunakan konsentrasi saat kesetimbangan (konvensional)
dan kb dengan menggunakan metode laju awal (kinetika). Dari data dapat dilihat
bahwa keduanya memberikan hasil yang berbeda.

Tabel 9. Harga Konstanta Kesetimbangan K dari Reaksi Hidrolisis Metil


Asetat
K K1 (M) K2 (M) K3 (M) Rata-rata
K Termodinamika 23,69 23,10 24,44 23,74 2,67
K kinetika 6,34x10-2 1,88x10-2 6,24x10-2 4,8x10-2 0,03
Kesalahan relatif (%) commit to user > 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Data pada Tabel 9 merupakan hasil perhitungan harga konstanta


kesetimbangan K secara termodinamika dan kinetika dari reaksi hidrolisis metil
asetat. Dari data dapat dilihat bahwa harga konstanta kesetimbangan K secara
termodinamika berbeda dengan harga K secara kinetika.

B. Pembahasan
Teknik penentuan harga tetapan kesetimbangan dalam penelitian ini ialah
dengan memperlakukan reaksi reversibel sebagai reaksi searah yang berlangsung
dalam 2 tahap dan metode laju awal. Dalam hal ini berbeda dengan teknik
kinetika konvensional dimana harga tetapan kesetimbangan ditentukan dengan
menggunakan konsentrasi pada saat kesetimbangan. Pada penelitian ini penentuan
harga tetapan kesetimbangan ditentukan tanpa menggunakan konsentrasi pada
saat kesetimbangan. Dan untuk menghindari saling pengaruh antara masing
masing tahap maka digunakan penentuan hukum laju dengan metode laju awal.
Pada kondisi laju awal perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi masih
sangat sedikit.
Penentuan hukum laju, kf, dan kb yaitu dengan menentukan hukum laju
reaksi maju dan tetapan laju kf dengan metode laju awal yaitu menggunakan
perubahan konsentrasi yang kecil pada awal reaksi dengan mengamati perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi pada beberapa rentang waktu. Data
perubahan konsentrasi pereaksi yang teramati digunakan untuk menentukan
konsentrasi hasil reaksi yang dianggap sebagai konsentrasi hasil reaksi, Ct.
Berdasarkan hukum reaksi maju dan tetapan laju kf yang diperoleh digunakan
untuk menentukan konsentrasi pereaksi atau hasil pereaksi pada masing-masing
waktu amatan dimana data ini merupakan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
bila reaksi berlangsung searah. Jika yang diamati adalah perubahan konsentrasi
pereaksi, maka konsentrasi-konsentrasi yang teramati tersebut digunakan untuk
mencari konsentrasi hasil reaksi pada waktu-waktu pengamatan yang dianggap
sebagai sebagai konsentrasi awal, Co. Selanjutnya menentukan selisih masing-
masing data yang bersesuaian dari Ct degan Co yang disebut faktor koreksi, f.
Kemudian Ct dikurangkan dengan f yang
commit to bersesuaian
user dianggap sebagai Ct - f.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Data-data terkoreksi ini Ct f dengan Co yang bersesuaian digunakan untuk


menghitung kb pada beberapa amatan untuk beberapa hukum laju reaksi balik
yang mungkin yaitu pada order 1, 2, dan 3. Hukum laju ditentukan berdasarkan
deviasi standar terkecil dari tiap hukum laju order 1, 2, dan 3. Harga kb yang
dipilih yaitu kb pertama dari hukum laju yang diperoleh. Harga kf dan kb yang
diperoleh digunakan untuk mencari harga Kkin.

Data Wilkinson dan Wright yang digunakan dalam penelitian ini berisi
data pengamatan untuk beberapa waktu, termasuk pada waktu yang tak berhingga.
Namun berangkat dari keyakinan hukum laju awal dapat ditentukan, maka harga
tetapan laju reaksi maju kf dalam data pustaka dijadikan sebagai acuan yang
digunakan untuk menghitung banyaknya pereaksi yang tersisa (dan selanjutnya
digunakan untuk menghitung banyaknya hasil yang terbentuk) andaikata reaksi
dianggap berlangsung satu arah. Seharusnya hasil yang didapatkan berbeda
dengan yang diamati, karena sudah ada pengaruh dari reaksi balik pada data yang
diamati. Perbedaan ini yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan hukum
laju reaksi balik dan selanjutnya digunakan untuk menentukan harga tetapan
kesetimbangan reaksi balik kb.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa harga tetapan kesetimbangan reaksi
balik kb dari hasil perhitungan (4,05x10-5 detik-1) dapat dikatakan relatif sama
dengan harga tetapan kesetimbangan reaksi balik dari data pustaka (4,17x10-5
detik-1) dengan kesalahan hanya 2,88%. Dari Tabel 6 harga tetapan
kesetimbangan reaksi balik kb dari hasil perhitungan dan harga pada data pustaka
memberikan hasil yang sama persis (1,65x10-4 detik-1). Hal ini merupakan
verifikasi terhadap teknik penentuan harga tetapan kesetimbangan reaksi balik
pada penelitian kali ini dapat digunakan.
Menarik untuk mencari kejelasan kenapa pada data Wilkinson (Tabel 5)
ada sedikit perbedaan sedang pada Wright (Tabel 6) tidak ada. Penelusuran pada
data Wikinson menunjukkan bahwa pada data pertama, pereaksi telah bereaksi
27,5% sedang pada Wright baru 16,3%. Hal ini menjelaskan bahwa hasil yang
lebih baik didapatkan dari reaksi dimana baru sedikit pereaksi yang telah bereaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Dari data penelitian reaksi hidrolisis metil asetat yang terdapat pada
Tabel 7, diperoleh hasil dimana harga tetapan laju reaksi maju kf secara kinetika
memberikan hasil yang relatif sama dengan kinetika konvensional dengan
perbedaan relatif 0,89%, sedangkan data pada Tabel 8 harga tetapan laju reaksi
balik kb secara kinetika jauh berbeda dengan kinetika konvensional dimana
perbedaan relatif lebih dari 100%. Hal ini juga menyebabkan data harga konstanta
kesetimbangan K secara termodinamika dan kinetika pada Tabel 9 memberikan
harga yang jauh berbeda. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengkaji mengapa
dengan data pustaka diperoleh harga tetapan kesetimbangan reaksi balik kb yang
sama baik dianalisa secara kinetika konvensional dan kinetika namun pada reaksi
hidrolisis metil asetat memberikan harga yang berbeda jauh.
Pada data pustaka Wilkinson maupun Wright reaksi merupakan reaksi
yang mempunyai order ke-satu pada kedua arah, namun pada reaksi hidrolisis
metil asetat ialah reaksi yang mempunyai order berbeda pada kedua arah. Reaksi
hidrolisis metil asetat merupakan reaksi order ke-satu untuk reaksi maju dan
reaksi order ke-dua untuk reaksi baliknya. Hal ini mungkin menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan mengapa dengan menggunakan metode yang sama
diperoleh hasil tetapan reaksi balik kb pada data pustaka yang relatif sama
(perbedaan relatif < 5%) sedangkan pada reaksi hidrolisis metil asetat diperoleh
harga kb yang sangat jauh berbeda (perbedaan relatif >100 %).
Seperti yang ditulis dalam tinjauan pustaka, secara termodinamika reaksi
hidrolisis metil asetat merupakan reaksi order 1 untuk reaksi maju dan reaksi
order 2 untuk reaksi baliknya. Namun faktanya dari analisa data yang diperoleh
secara kinetika, reaksi hidrolisis metil asetat ini merupakan reaksi order 1 untuk
reaksi baliknya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan harga tetapan
kesetimbangan reaksi balik kb dari reaksi hidrolisis metil asetat yang diperoleh
secara kinetika konvensional berbeda dengan secara kinetika (laju awal). Dengan
asumsi bahwa harga tetapan laju reaksi balik kb selalu sama baik di awal maupun
saat reaksi mencapai kesetimbangan maka perlu dilakukan pengkajian yang lebih
dalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Dari perbedaan order reaksi balik, maka antara hasil analisa data
(kinetika) dan pendekatan termodinamika (kinetika konvensional) sudah jelas
hasil kb yang didapatkan berbeda. Oleh karena itu kb yang didapatkan secara
analisa data perlu untuk dikoreksi. Harga kb yang didapatkan dari hasil analisa
data merupakan order 1 sehingga harus dikoreksi agar menjadi order 2 sesuai
dengan hukum laju reaksi balik yang sebenarnya yaitu ;

vb = kb [Asam Asetat][Metanol].[22]

Sedangkan berdasarkan hasil analisa data hasil yang didapatkan merupakan order
1 yang berarti hukum lajunya ialah :

vb = kb [X]. [23]

Hasil ini kemudian menimbulkan pertanyaan yaitu order 1 terhadap asam


asetat, metanol, ataukah asam yang lainnya. Sesuai dengan hukum laju yang
sebenarnya, jika kita asumsikan bahwa reaksi ini merupakan order 1 terhadap
metanol maka harga kb order 1 harus diubah terlebih dahulu menjadi harga kb
order 2, sehingga persamaan menjadi sebagai berikut :
kb = kb [Asam Asetat][24]

kb = .[24a]

dari hasil perhitungan berdasarkan persamaan [24a] diatas didapatkan hasil seperti
di dalam Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb dari Reaksi Hidrolisis Metil
Asetat

kb kinetika konvensional kb hasil perhitungan Perbedaan relatif (%)

2,93 x 10-5 0.439566 > 100%

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa harga kb masih berbeda. Demikian juga
jika kita anggap reaksi order 1 terhadap asam asetat, karena sesuai dengan
commit to user
koefisien stoikiometri akan menghasilkan metanol dan asam asetat dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

yang sama. Oleh karena itu berdasarkan hasil analisa data maka reaksi hidrolisis
metil asetat ini bukanlah order 1 terhadap metanol ataupun asam asetat.
Perbedaan harga tetapan kesetimbangan reaksi balik kb dari reaksi
hidrolisis metil asetat yang diperoleh secara kinetika konvensional dengan secara
kinetika (laju awal) mungkin juga dikarenakan pengaruh penggunaan katalis yang
bersifat asam. Dalam penelitian ini digunakan HCl yang merupakan asam kuat,
sedangkan pada reaksi hidrolisis metil asetat ini juga dihasilkan asam asetat yang
merupakan asam lemah, sehingga pengaruh asam asetat terhadap reaksi tidak
tampak. HCl merupakan katalis asam yang berpengaruh pada reaksi maju dan
reaksi balik pada reaksi hidrolisis metil asetat. Selain HCl kemungkinan lain yang
mempengaruhi laju reaksi ialah jumlah asam total yang terdapat dalam reaksi
hidrolisis metil asetat. Dalam hal ini asam total yang dimaksud ialah jumlah HCl
dan asam asetat dalam reaksi. Jika diasumsikan bahwa reaksi order 1 terhadap
HCl ataupun asam total maka persamaannya menjadi :

kb = atau kb = ..[25]

Dari hasil perhitungan berdasarkan persamaan diatas didapatkan hasil seperti di


dalam Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb dari Reaksi Hidrolisis Metil
Asetat

kb kinetika Perbedaan relatif (%)


konvensional

2,93 x 10-5 0.020046 0.019242 >100%

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa harga kb yang diperoleh juga masih
jauh jika dibandingkan dengan harga kb secara kinetika kovensional dengan
kesalahan relatif lebih dari 100%. Namun jika reaksi ini diasumsikan HCl
commit
ataupun asam total berpengaruh kuat to user
terhadap laju reaksi, berarti setiap komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

yang teramati dalam penelitian ini semua dipengaruhi oleh HCl atau asam total
reaksinya. Oleh karena itu semua komponen yang ada dalam hukum laju harus
dikoreksi dengan HCl atau asam total agar hasil yang didapat sesuai dengan
pendekatan termodinamika. Dengan demikian sesuai dengan hukum laju reaksi
yang sebenarnya, maka harga tetapan kesetimbangan reaksi balik untuk reaksi
hidrolisis metil asetat akan dikoreksi dengan menggunakan persamaan [26] atau
[27] berikut ini.

.[26]

atau

..............................[27]

Dari hasil perhitungan berdasarkan persamaan [26] dan [27] didapatkan hasil
seperti di dalam Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb dari Reaksi Hidrolisis Metil
Asetat

kb Kinetika Kesalahan relatif


konvensional (%)

2,47 x 10-5 detik-1 15,70%

Kesalahan relatif
-5
2,93 x 10 (%)

2,80 x 10-5 detik-1 4,43%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa harga kb yang diperoleh jika
dikoreksi dengan HCl relatif sama dengan harga kb secara kinetika konvensional
dengan perbedaan relatif 4,43%. Sedangkan jika dikoreksi dengan asam total
menghasilkan kesalahan relatif 15,70%. Hal ini menunjukan bahwa HCl yang
berpengaruh besar terhadap laju reaksi pada reaksi hidrolisis metil asetat. Ini
sesuai dengan mekanisme reaksi yang diuraikan dalam Fessenden (1986) dimana
ion H+ yang berpengaruh dalam laju reaksi hidrolisis metil asetat bukan asam total
reaksi. Hasil ini juga menjelaskan bahwa reaksi hidrolisis metil asetat ini
merupakan reaksi yang terkatalisis asam khusus. Ini sesuai dengan teori yang
diberikan dalam Stevens (1961).
Sesuai dengan persamaan [17] pada dasar teori, harga kf dan kb yang
diperoleh menggunakan metode laju awal digunakan untuk mencari harga K.

Tabel 13. Harga Konstanta Kesetimbangan K dari Reaksi Hidrolisis Metil


Asetat

K Termodinamika (M) K Kinetika (M) Kesalahan relatif (%)


23,74 24,43 2,91%

Dari Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa harga konstanta kesetimbangan


K dari reaksi hidrolisis metil asetat yang diperoleh secara termodinamika
menunjukan hasil yang relatif sama dengan perbedaan relatif hanya 2,91%.
Dengan asumsi kesalahan relatif dibawah 5% dapat dikatakan sama maka metode
untuk menentukan harga kb tanpa menggunakan konsentrasi kesetimbangan yang
digunakan pada penelitian ini dapat digunakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian kali ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini.
1. Harga tetapan laju reaksi balik kb pada data pustaka Wilkinson, F. (1980) dan
Wright, M. R. (2004) dapat ditentukan langsung dengan menggunakan metode
laju awal. Demikian juga dengan kb pada reaksi hidrolisis metil asetat namun
menggunakan koreksi.
2. Harga konstanta kesetimbangan pada reaksi hidrolisis metil asetat secara
kinetika Kkin sama dengan secara termodinamika Ktermo.
B. Implikasi
Hasil analisis yang diperoleh dari perhitungan pada data Wilkinson dan
Wright membuktikan bahwa penentuan harga tetapan reaksi balik kb dengan
menggunakan metode laju awal maupun kinetika konvensional memberikan hasil
yang relatif sama. Sedangkan pada reaksi hidrolisis metil asetat penentuan harga
tetapan reaksi balik kb secara metode laju awal memberikan hasil yang berbeda
dengan penentuan harga tetapan reaksi balik kb secara kinetika konvensional. Hal
ini dikarenakan pada data Wilkinson dan Wright merupakan reaksi order ke-satu
pada kedua arah, sedangkan pada reaksi hidrolisis metil asetat memiliki order
reaksi yang tidak sama pada kedua arah.
Penentuan titik akhir titrasi pada reaksi hidrolisis metil asetat berbeda
dengan titrasi pada umumnya. Karena pada reaksi hidrolisis metil asetat ini
perubahan warna larutan yang menunjukan titik akhir titrasi sangat cepat
memudar. Oleh sebab itu titik akhir titrasi merupakan saat dimana larutan pertama
kali berubah warna. Jika terlalu lama maka hasil yang didapatkan kurang baik,
karena NaOH yang digunakan dapat bereaksi juga dengan metil asetat.
Pada penelitian kali ini indikator yang digunakan ialah Phenolphthalein.
Indikator ini merupakan indikator yang baik, namun berubah warna pada kondisi

commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

basa (pH 8,0-10) bukan pada kondisi netral. Sehingga hasil titrasinya merupakan
larutan basa hidrolisis etil asetat.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diberikan, diajukan 3
saran sebagai berikut ini.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk teknik penentuan harga tetapan reaksi
balik kb untuk reaksi kesetimbangan yang memiliki order 2 pada kedua arah.
2. Perlu dilakukan teknik yang lebih tepat dalam penentuan titik akhir titrasi.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan indikator yang dapat
berubah warna pada pH yang lebih rendah. Salah satunya ialah bromthymol
blue (pH 5-7,6).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Data Wilkinson (1980: 64) bagi Penentuan
Konsentrasi Awal Co dan Konsentrasi Akhir CP-t Hasil
Reaksi.

t / jam 0 1,0 2,0 3,0 4,0 Notasi


%A( ) 100 72,5 56,8 45,6 39,5
%P( ) 0 27,5 43,2 54,4 60,5 Ct
%A ( ) 100 70,5 49,7 35,0 24,7
%P ( ) 0 29,5 50,3 65,0 75,3 Co
Ct - Co 2,0 7,1 10,6 14,8 f
(Ct - f) 25,5 36,1 43,8 45,7 CP-t

Tabel Lampiran 2. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb pada Data


Wilkinson (1980: 64) Menggunakan Persamaan
Integral.

Order kb1 kb2 kb3 kb4 Rata-rata Deviasi


Standar
n=1 4,05x10-5 4,61x10-5 3,66x10-5 3,47x10-5 3,95x10-5 5,03x10-6
n=2 1,48x10-6 1,09x10-6 6,9x10-7 5,97x10-7 9,64x10-7 4,05x10-7

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Data Wright (2004: 91) Penentuan


Konsentrasi Awal Co dan Konsentrasi Akhir CP-t Hasil
Reaksi.

t / detik 0 400 1000 1600 2100 Notasi


[cis] / M ( ) 0,01679 0,01406 0,01102 0,00892 0,00775
[trans]/ M ( ) 0 0,00273 0,00577 0,00787 0,00904 Ct
[cis] / M ( ) 0,01679 0,01397 0,01060 0.00804 0,00639
[trans]/ M ( ) 0 0,00282 0,00619 0,00875 0,01040 Co
Ct - Co 0,00009 0,00042 0,00088 0,00136 f
(Ct - f) 0,00264 0,00535 0,00699 0,00788 CP-t

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Tabel Lampiran 4. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik kb pada Data Wright
(2004: 91) Menggunakan Persamaan Integral.

Order kb1 kb2 kb3 kb4 Rerata Deviasi


Standar
-4 -4 -4 -4 -4
n=1 1,65x10 1,46x10 1,40x10 1,32x10 1,46x10 1,41x10-5
n=2 6,05x10-2 2,54x10-2 1,80x10-2 1,46x10-2 2,96x10-2 2,11x10-2

Tabel Lampiran 5. Hasil Titrasi Hidrolisis Metil Asetat dengan Variasi


Konsentrasi Metil Asetat tiap 10 menit.

Vol. NaOH
Komposisi pereaksi (ml) Terstandarisasi
No t (menit) Rata-rata
Metil
HCl 0.1 M H2O asetat I II III
1 10,00 1,00 0,00 10,00 4,36 4,36 4,38 4,37
2 10,00 0,75 0,25 10,00 4,48 4,48 4,46 4,47
3 10,00 0,50 0,50 10,00 4,56 4,58 4,56 4,57
4 10,00 0,25 0,75 10,00 4,70 4,72 4,70 4,71
5 10,00 0,00 1,00 10,00 4,76 4,78 4,76 4,77

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Tabel Lampiran 6. Hasil Titrasi Hidrolisis Metil Asetat dengan Variasi


Waktu.

Vol NaOH
No Komposisi pereaksi (ml) Waktu Terstandarisasi (ml) Rata-rata
I II III
1 10 ml HCl + 0, 5 ml H20 10 menit 4,62 4,64 4,62 4,63
2 10 ml HCl 0.1 M 10 menit 4,82 4,82 4,82 4,82
3 + 0,5 ml Metil Asetat 20 menit 5,04 5,06 5,02 5,04
4 30 menit 5,24 5,24 5,22 5,23
5 40 menit 5,44 5,42 5,44 5,43
6 50 menit 5,66 5,64 5,64 5,65
7 Hari ke 1 22,42 22,4 22,84 22,55
8 Hari ke 2 29,6 27,82 28,62 28,68
9 Hari ke 3 30,3 30,56 30,76 30,54
10 Hari ke 4 30,78 30,98 30,46 30,74
11 Hari ke 5 30,82 30,48 30,8 30,7
12 Hari ke 6 30,88 30,82 30,84 30,85

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Data Hidrolisis Metil Asetat bagi


Penentuan Konsentrasi Awal Co dan Konsentrasi Akhir CP-t Hasil
Reaksi.

t / menit 0 10 20 30 40 50 Not
asi

mmol P 0 3,94x10-2 8,42x10-2 0.12 0.16 0,21 Ct


( )

mmol A 6,28 6,23 6,19 6,15 6,11 6,07


( )

mmol P 0 4,30x10-2 8,57x10-2 0,13 0,17 0,21 Co


( )

Co - Ct 0 3,60x10-3 1,47x10-3 4,48x10-3 5,85x10-3 4,20x10-3 f

(Ct - f) 0 3,58x10-2 8,28x10-2 8,28x10-2 0,12 0,16 CP-t

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Data Hidrolisis Metil asetat Penentuan


Tetapan Laju Reaksi balik kb dengan Persamaan Integral.

kb Order 1 Order 2 Order 3


kb 1 1,83 x 10-2 35,65 15638.90
kb 2 3,49 x 10-3 1,25 66,91
kb 3 7,25 x 10-3 1,46 61,85
kb 4 7,11 x 10-3 0,37 8,96
kb 5 4,04 x 10-3 0,19 3,49
Deviasi Standar 5,99 x 10-3 15,59 6978,20

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

commit to user

Anda mungkin juga menyukai