Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM


PEMBELAJARAN FISIKA PADA KONSEP ARUS LISTRIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK V:
1. ASAD FURQON SYADZILI
2. NURUL KHAERANI
3. NURUL AZMI
4. ABDUL KADIR JAELANI
5. RUSMINAH

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)
MATARAM
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis meyampaikan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan saran
dan keritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk kesampurnaan makalah berikutnya.

Wassalam
Mataram, April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses .......................................... 3
B. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses............................................. 4
C. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)........ 12
D. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses........................... 15
E. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam
Pembelajaran Fisika Pada Konsep Arus Listrik................................... 17

BAB III PENUTUP........................................................................................... 22


A. Kesimpulan........................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks, karena terkait dengan
masalah kuantitas, masalah kualitas, masalah relevansi dan masalah efektivitas. Masalah kuantitas
timbulsebagai akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan
penduduk.Masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia. Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang cukup serius di dalam rangka
kelangsungan hidup brbangsa dan bernegara, dakam konteks hubungan bangsa dengan beradapan
dunia. Penanganan masalah aspek kualitas berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitas,
oleh karenannya perlu ada keseimbangan antara keduanya.Masalah relevansi timbul dari hubungan
antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang peningkatan
output pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan pelaksanaan pendidikan.
Sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya juga merupakan masalah pengelolaan pendidikan.
Sehubungan dengan aspek permasalahan aspek di atas pemerintah telah banyak melakukan
serangkaian kegiatan secara terus menerus melalui tahapan pembangunan di bidang pendidikan.
Kesemunya diarahkan pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan atau menyangkut aspek
kualitas pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembangunan pendidikan sekarang harus mengalami
perubahan. Misalnya penyampaian pelajaran tidaklah cukup dengan mengutarakan secara tulisan
saja. Ini berarti bahwa sistem intruksional menghendaki para pengajar berusaha menjadikan
keterlibatan mental maupun fisik siswa dalam proses pengajaran. Sehingga pengajaran yang
efektif dan berhasil guna dapat tercapai untuk menunjang pencapaian tujuan. Hal ini menuntut
pihak pengajar sedapat mungkin mencari pola organisasi pengajaran yang tepat sebagai alternatif
yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Salah satu acuannya adalah analisis materi
atau strukturisasi konsep.Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan yang dituangkan dalam berbagai program pembaharuan pendidikan.
Misalnya perubahan kurikulum, pemberdayaan guru-guru bidang studi melalui penataran,
pengadaan buku-buku paket serta pemilihan metode dan pendekatan pengajaran yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendekatan Keterampilan Proses ?
2. Bagaimana Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses?
3. Bagaimanakah penerapan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar
4. Apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran fisika berpengaruh
atau efektif terhadap prestasi belajar siswa
5. Bagaimanakah bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses?
6. Bagaimanakah langkah- langkah dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
meningkatkan prestasi belajar
3. Untuk mengetahui bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses
4. Untuk mengetahui langkah- langkah penerapan pendekatan keterampilan proses

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses


Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang
didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah
pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan
keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan,
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam
tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan
proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar
berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap
dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada
proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa,
2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat menerapkan dan
mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses
dalam penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang semata-mata menekankan
pada siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan yang diterapkan oleh guru dalam proses
belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang adadalam diri siswa dapat dikembangkan seperti
keterampilan mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu
pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti
fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan
ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu
pengetahuan.
Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar
proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa
pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan
siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan
keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya
menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.

B. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses


Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru dalam
memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar bersifat individual dan sebagai pendorong
setiap siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang berbeda-
beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu hasil belajarpun berbeda-beda.
Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat individual tetapi guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara kelompok (klasikal), namun guru tetap dituntut
bagaimana siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing
siswa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka dalam pendidikan sudah saatnya
meninggalkan cara belajar yang tradisional. Begitu pula cara mengajar yang konvensional. Proses
belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal) dinilai tidak efektif dan efisien untuk membina
siswa menjadi manusia kreatif kelak.Belajar yang optimal dapat dicapai bila siswa aktif dibawah
bimbingan guru yang aktif pula. Cara dalam mengaktifkan siswa belajar salah satunya adalah
konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif Student Active Learning).Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) pada hakekatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses
belajar mengajar baik dilakukan oleh guru maupun siswa .
Jadi dalam CBSA tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak, dan siswa aktif belajar
di lain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada anak (Child Centered
Curriculum). Penerapannya berlandaskan kepada teori belajar yang menekankan pentingnya
belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight (teori gestalt).
(Muhamad Ali, 1983 :68).Dengan perkataan lain, keaktifan dalam CBSA mengarah keaktifan
mental, meskipun untuk mencapai ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung
dalam berbagai hal atau bentuk keaktifan fisik. (Raka Joni, 1980 : 20).Salah satu pendekatan
pengajaran yang mempunyai kadar CBSA tinggi dalam pengajaran IPA adalah pendekatan
keterampilan proses, pendekatan ini merupakan penyempurnaan dari pendekatan faktual dan
pendekatan konsep. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar
yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Pendekatan
keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan
sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses informasi
sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun
pengembangan sikap dan nilai. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 77-78).
Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar-mengajar dipandang sebagai suatu proses yang
harus dialami oleh setiap peserta didik atau siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan
kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana ia harus belajar. Para guru dapat
menumbuhkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan keterampilan-keterampilan peserta
didik sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Pendekatan Proses (pendekatan
keterampilan proses) ini senada dengan pendekatan inkuari, karena memiliki ciri-ciri yang sama,
yaitu : a) mendambakan aktivitas siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber
(misalnya dari observasi, eksperimen dan sebagainya); b) guru tidak dominan melainkan selaku
organisator dan fasilitator.
Pendekatan ini disebut pendekatan proses karena memiliki ciri-ciri khusus yang berkenaan
dengan proses pengolahan informasi yaitu 1) ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai produk
semata, tetapi dan terutama seagai proses; 2) anak didik dilatih untuk terampil dalam memperoleh
dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.
Misalnya terampil dalam observasi termasuk pengukuran (panjang, lebar, waktu, ruang, berat)
keterampilan mengklasifikasi termasuk membedakannya berdasarkan berbagai aspek (bentuk,
warna, berat dan sebagainya). Siswa juga dilatih untuk membuat hipotesis dan mengujinya
melalui eksperimen. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:38).
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu
menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh irama gerak atau
tindakan dalam proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa
aktif. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan pendekatan proses. (Conny Semiawan dkk, 1985
:18). Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendekatan keterampilan proses adalah kegiatan belajar mengajar dengan penekanan
pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproses informasi sehingga ditemukan hal-
hal yang baru dan bermanfaat baik berupa fakta, konsep, sikap dan nilai.
Sehubungan dengan kerangka berpikir dalam pendekatan keterampilan proses
bahwa pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran IPA (Fisika, biologi) itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang
juga harus dikembangkan oleh peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang menjadi
bekal perkembangan diri selanjutnya. Tujuan belajar dari pendekatan keterampilan proses adalah
memperoleh pengetahuan suatu cara untuk melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya dan
merangsanag keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan
pengetahuan yang baru diperolehnya. (Lambang Subagiyo, 2002:1).Conny Semiawan dkk,
merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para
guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.Untuk mengatasi hal tersebut, siswa
diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
tanpa tergantung dari guru.
2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang wajar
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan
konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-
benar nyata. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi
menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta
dan konsep sendiri.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat
relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang
mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya
mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri anak,
maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir
dan bertindak kreatif.
4. Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan
nilai di lain pihak harus disatu kaitkan. (Conny Semiawan dkk, 1985 : 15-16) Pengembangan
pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh
keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh
siswa bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Selain itu, tujuan pendekatan proses
ini adalah :
a. Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses ini siswa dipacu
untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena
hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemukan konsep tersebut
c. Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup dimasyarakat sehingga
antara teori dengan kenyataan hidup akan serasi.
d. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat sebab
siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
e. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 78).
Selanjutnya Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan kemampuan yang
dikembangkan dalam keterampilan proses yang antara lain :
1. Pengamatan, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan,
konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan
dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan
3. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda,
kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan,
penghitungan, penelitian atau eksperimen.
4. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan, pola tertentu, hubungan antar data,
atau informasi. Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang keadaan cuaca sebelumnya, siswa
dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi.
5. Menerapkan (aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan,
konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan hasil belajar dapat dimanfaatkan,
diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6. Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil
tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya
kurang diperhatikan dan kurang terbina.
7. Mengkomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada
orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan. (Moh. Uzer Usman
dan Lilis Setiawati, 2000 : 79).
Sementara itu Hendro Darmodjo dan Jenny RE. Kaligis merinci keterampilan-keterampilan
proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi, yang meliputi kemampuan untuk dapat membedakan,
menghitung dan mengukur termasuk mengukur suhu, panjang, luas, berat dan waktu.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek
tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola
hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat
dalam pengolahan data
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari
pengolahan data
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke
dalam perikehidupan dalam masyarakat
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain
baik secara lisan maupun secara tertulis. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:52).

Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses


Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar
yang optimal
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati, 2002:
137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan
belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses
yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi
perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para
guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya bersifat
relatif
d. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak didik.
1. Pola Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:

a. Asas pelaksanaan keterampilan proses


Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler, serta pembelajaran yang berupa
TPU dan TPK.
Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi)
sesuai dengan kudratnya.
Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta didik untuk
berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengola hasil
temuannya.
Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani". Memperhatikan azas-azas tersebut,
nampaknya yang menjadi titik perkenannya adalah siswa itu adalah siswa itu sendiri sebagai
subyek didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses benar-benar
memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.
C. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal.
Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada
pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut
Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling
mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti
melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah,
2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar,
melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan
keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera.
Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas
mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin
peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya,
tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut
berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek
peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok
sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik
dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan,
menggolongkan dan mengelompokkan ( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan,
menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-
harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta,
konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati,
1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik
apabila mereka melakukan aktivitas seperti: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan,
bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar dan penampilan (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya
melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin
lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi
dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik
menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada
dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas,
volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat
sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan
terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau
hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat
dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada
kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya
memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang
berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal
yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca
indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan,
mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan
diharapkan".
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan
suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999:
145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik
dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan
dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik
yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
D. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok
permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.
Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada
hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan
pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan
materi yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan
hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses
berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep,
merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada
dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam
langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses,
meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan
yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan
mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan
materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau
gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu
lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan
sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah
yang belum terselesaikan.
Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-
lain.

E. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada


Konsep Arus Listrik
1. Materi Pelajaran Arus Listrik
Pada siswa kelas III untuk mata pelajaran IPA-fisika di semester 5 diperkenalkan dengan materi
rangkaian listrik, tujuan pelajaran ini siswa mampu menyusun rangkaian listrik tertutup tentang
adanya arus listrik pada rangkaian itu dan mampu berhipotesis setelah mengenal ciri-ciri beberapa
komponen listrik (GBPP 1994 Fisika edisi 1999). Berdasarkan GBPP 1994 Fisika edisi 1999, bisa
penulis kutip pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut :
1. Arus listrik mengalir dalam rangkaian tertutup yang didalamnya terdapat sumber listrik.
a. Arus listrik dapat diukur
1. Mengenal konsep kuat arus melalui pengukuran arus yang mengalir melalui rangkaian tertutup
dengan satu baterai dan satu lampu atau dua baterai dan satu lampu, dan lain-lain.
2. Menyusun beberapa rangkaian listrik tertutup dengan satu baterai, satu bola lampu dan satu kabel.
Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi penyebab lampu menyala pada rangkaian itu.
3. Membahas, sakelar dan sekering sederhana

2. Beda potensial atau tegangan listrik timbul antara dua titik pada penghantar bila dihubungkan
dengan sumber tegangan.
a. Untuk menimbulkan perbedaan potensial diantara titik di dalam pengahantar diperlukan
sumber arus listrik, misalnya elemen volta, baterai , atau accu.
b. Mengukur beda potensial berbagai sumber listrik serta mengukur tegangan di antara ujung
suatu alat listrik. Misalnya bola lampu dengan voltmeter.
Selanjutnya untuk materi pelajaran tentang arus listrik dan rangkian listrik penulis kutipkan
buku tulisan Antoni Idel dan Rudy Haryono, (2000:194-199) sebagai berikut :
1. Arus
arus listrik. Pada penghantar jenis logam, elektron-elektron bergerak dari potensial rendah ke
potensial tinggi.Kuat arus listrik dinyatakan dalam Ampere. Sedangkan untuk mengetahui
seberapa kuat arus listrik itu mengalir melalui penghantar, dapat kita gunakan amperemeter (Amp
meter). Misalnya kita ingin mengetahui seberapa besar ampere sebuah baterai kering. Maka kita
harus mengukurnya menggunakan alat tersebut. Caranya ialah dengan menggunakan lampu pijar.
Hasil pengkuran kekuatan arus listrik (ampere) dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Q= IXt. (2.1)
Dengan :
I = kuat arus listrik (Ampere)
Q = muatan yang mengalir ( Coulomb)
t = waktu (Secon)
2. Hambatan
Hambatan listrik adalah bilangan yang menyatakan hasil bagi antara beda potensial ujung-
ujung penghantar dan kuar arus yang melalui penghantar tersebut. Secara matematis ditulis :
R= V/I.(2.2)
Dengan :
R = hambatan listrik (ohm)
V = beda potensial atau tegangan (Volt)
I = kuat arus listrik (ampere)
Hambatan suatu kawat penghantar (konduktor) dipengaruhi oleh jenis kawat penghantar,
panjang kawat penghantar, besar atau luas kawat penghantar, suhu kawat penghantar
Tetapi V/I adalah hambatan R yang dinyatakan sebagai (Halliday dan Resnick , 1977:49):
R= xl/A (2.7)
Dengan : R = hambatan kawat (W)
L = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang kawat penghantar (m2)

= hambatan jenis kawat (W.m)


Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin panjang suatu penghantar semakin
besar hambatannya. Semakin luas (besar) ukuran penampangnya, semakin kecil hambatannya.
Besar kecilnya hambatan juga dipengaruhi oleh jenis logam penghantar.
3. Rangkaian Seri dan Paralel
Hambatan aliran muatan listrik disebut juga resistor. Dalam rangkaian listrik, resistor
dapat disambung dengan dua cara, yaitu seri dan paralel. Tapi bisa juga disambung dengan cara
campuran yaitu paralel dan seri secara bersama-sama.
a. Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian hambatan (resistor) yang disambungkan secara berturut-
turut.
Untuk mengetahui hubungan antara besarnya masing-masing hambatan dengan hambatan
penggantinya dalam rangkaian tersebut dapat menggunakan alat ukur voltmeter. Dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
VAD = VAB + VBC + VCD (2.8)
I.RAD = I.R1 + I.R2 + I.R3 (2.9)
Rs = R1 + R2 + R3 . (2.10)
Dengan :Rs = hambatan pengganti untuk susunan seri
R = resistor
b. Rangkaian Paralel
Dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
i = i1 + i2 + i3 .. (2.11)
VAB = i1R1 = i2R2 = i3R3 .. (2.12)
VAB = i . Rp (2.13)
Dengan : Rp = hambatan pengganti untuk susunan parallel Untuk mengetahui seberapa besar
hambatan suatu arus listrik pada konduktor, dapat diketahui dengan menggunakan alat AVO meter
(Ampere-Volt-Ohm meter).

4. Hukum Kirchhoff
Hukum I Kirchhoff menyatakan Jumlah arus yang menuju suatu titik bercabang sama
dengan jumlah arus yang meninggalkan titik.
Hukum tersebut dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
S I1 = S I0 (2.16)
Dengan :SI1 = jumlah arus menuju titik cabang
S I0 = jumlah arus meninggalkan titik cabang
Tegangan Gerak Listrik Elemen
Dengan :
R = resistor (tahanan)
V = voltmeter
S = sakelar
E = baterai
A = amperemeter
Pada gambar di atas terdapat S (Saklar) yang bisa mengubah rangkaian menjadi terbuka
(terputus aliran listriknya) dan tertutup (tersambung aliran listriknya). Ketika saklar dalam keadaan
terbuka berarti tidak ada arus listrik yang mengalir. Dalam keadaan ini tegangan kutub-kutub
baterai lebih besar. Tegangan baterai ketika tidak memberikan arus, nilainya sama dengan
tegangan gerak listrik (tgl) baterai. Ketiak saklar dalam keadaan tertutup berarti ada arus listrik
yang mengalir. Dalam keadaan ini tegangan kutub-kutub baterai lebih kecil, disebut tergangan
jepit yang selalu lebih kecil daripada tgl-nya.Jadi besarnya tgl= E volt, besarnya tegangan jepit
= V volt, maka E selalu lebih besar dibandingkan dengan V.Sedangkan resistor (hambatan) di luar
baterai disebut hambatan luar (R). Sedangkan hambatan di dalam baterai disebut hambatan dalam
(r). Adanya hambatan dalam ini maka di dalam baterai akan kehilangan tegangan (U).
V = E U. (2.17)
Dengan :U = tegangan yang hilang Menurut hukum Ohm : Besarnya tegangan yang hilang di
dalam baterai adalah :
U = I x r . (2.18)
Besarnya tegangan jepit adalah :
V = I x R. (2.19)
I x R = E I x r atau E = I x R + I x r (2.20)
E = I ( R + r) . (2.21)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada
proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa,
2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat menerapkan dan
mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
pendekatan keterampilan proses dalam penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang semata-mata menekankan pada siswa dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang
adadalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati, mengkomunikasikan
dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran

1. Para guru hendaknya mempunyai kemauan yang tinggi untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses melalui program pembelajaran yang terencana, hindari kebiasaan
pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat dan hafal.
2. Hendaknya sekolah dapat melengkapi alat-alat praktik penyediaan laboratorium yang bersih
dan aman sehingga pelaksanaan pendekatan keterampilan proses dapat berjalan lancar. Tanpa
adanya alat praktik dan laboratorium yang memadai pendekatan keterampilan proses tidak akan
berjalan dengan lancer
3. Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik
untukMengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah
diperolehnya
DAFTAR PUSTAKA

Martin, Kanginan, 2000, Fisika SLTP 3, ,Jakarta, Erlangga


Karttono, Kartini, 1980, Pengantar Metodologi Research, ,Bandung, Alumni
http://www.sarjanaku.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html
http://saungwali.wordpress.com/2007/05/23/fisika-konsep-arus-listrik/
Hallliday dan Resnick, 1977, Fisika, Erlangga, Surabaya
Itok, Muhammad. 2006. Fisika SMA Kelas: X, XI, XII. Pressindo: Ypgyakarta.

Anda mungkin juga menyukai