PENDAHULUAN
Tahun 1934 tuan Guedel buat pertama kalinya memperkenalkan nafas terkendali (control
respirasi) dalam dunia anestesi. Problema pneumothorak pada kasus-kasus thoracotomi yang
berpuluh tahun menjadi momok bagi ahli bedah dan anestesi kini dapat diatasi dengan
pernafasan terkendali. Lebih luas lagi penggunaan pernafasan terkendali dalam menciptakan
kondisi operasi yang optimal, bersamaan dengan penggunaan obat-obat pelemas otot sangat
banyak membantu ahli bedah dan anestesi memperpendek masa operasi, penghematan
penggunaan darah dan obat-obat anestesi serta cepatnya masa pemulihan. Kemudian lebih
dikembangkan lagi dalam mencegah atau mengatasi kegagalan pernafasan dengan penggunaan
alat mekanis (ventilator) di unit perawatan intensif. Demikian banyaknya manfaat yang
diberikannya namun tak sedikit juga masalah yang ditimbulkannya.
KRITERIA PONTOPPIDAN
Close Intubation
VENTILATOR
Alat untuk memberikan ventilasi buatan secara mekanis.
Ada 2 macam :
a. Ventilator tekanan negatif.
Ventilator ini membuat tekanan negatif (tekanan < 1 atmosfer) di sekeliling tubuh sehingga
dada akan mengembang akibatnya tekanan intrathorakal dan alveolar turun dan udara luar masuk
keparu.
Contoh : Cabinet ventilator, kepala asien saja diluar ventilator.
Cuirass ventilator , hanya dada dan abdomen saja didalam ventilator.
1. Pressure cycle ventilator: Prinsipnya : Inspirasi akan berakhir bila tekanan yang
ditetapkan (preset pressure) telah dicapai tidak perduli tidal volume cukup atau tidak. Lama
jnspirasi tergantung pada kecepatan aliran gas inspirasi (inspiratory flow rate), makin tinggi flow
rate makin cepat cycling. pressure dicapai makin pendek pendek masa inspirasi. Setiap ada
obstruksi ,penurunan compliance paru,atau peninggian tonus otot polos saluran pernafasan akan
mempercepat tercapainya cycling pressure.Dalam hal ini tidal volume berubah2 tergantung
kondisi paru, oleh karena itu selama penggunaan pressure cycle ventilator expired tidal volume
harus diukur sesering mungkin untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya hypo atau
hyperventilasi. Untungnya terbatas tekanan maksimum pada airway sehingga bahaya barotrauma
minimal dan mampu mengkompensir kebocoran circuit. Sikap kita penggunaan pressure cycle
ventilator hanya untuk paru yang sehat dan jangka pendek. Contoh: Bird, Bennet PR-2.
2. Volume cycled ventilator : System ini inspirasi akan berakhir bila volume yang
ditetapkan (preset volume) telah dicapai tanpa memandang tekanan yang ditimbulkannya
,mampu mengkompensir perubahan pulmonal tapi tak bisa mengkompensir kebocoran circuit.
Dalam hal ini tidal volume konstant sementara tekanan airway berubah2 sesuai kondisi paru
sehingga bisa saja mencapai tekanan yang cukup tinggi untuk menimbulkan barotrauma. Untuk
ini perlu valve yang membatasi kenaikan tekanan yang berlebihan (tekanan inflasi) yang
dianggap optimal 20-30cmH2O. Disamping keuntunganya dengan tidal volume yang konstant,
jeleknya mesin tetap memompa walaupun telah terputus hubungan dengan pasien untuk itu perlu
system alarm untuk mencegahnya. Walaupun tidal volume konstant namun pengukuran tidal
volume secara periodik diperlukan kemungkinan adanya kebocoran circuit. Contoh: Engstoom,
RCF4, Servo, Bear, Bourns.
3. Time cycled ventilator : Dalam system ini masa inspirasi akan berakhir bila waktu yang
telah ditetapkan (preset time) telah dicapai. Dengan model ini tidal volume konstant tidak
tergantung kondisi paru Walaupun dapat memberikan tidal voliume yang konstant untuk
menyesuaikan tidal volume kita perlukan intergrasi ketiga komponen yaitu inspiratory flow
rate,inspirasi time dan inspirasi expirasi ratio. Contoh : Engstroom, Radeliff.
Kebutuhan pokok suatu ventilator adalah mampu memberikan tidal volume yang stabil, dalam
menghadapi hambatan trehadap pengembangan paru ,harus mampu memberikan tidal volime
dengan flow yang adekuat mempertahanlkan minute ventilation dengan perbandingan masa
inspirasi dan expirasi minimal 1:1 dalam adanya resistensi yang tinggi terhadap inflasi paru.
BEBERAPA PENGERTIAN
Untuk mempermudah pengertian dalam membicarakan ventilasi mekanik beberapa istilah
mutlak harus diketahui.
Respiratory cycle : Cyclus saat mulai inspirasi sampai kembali mulai inspirasi.,terdiri dari 2
fase:
Fase deflasi
Fase expiratory pauze.
Peak inspiratory flow rate : Kecepatan aliran gas maksimum yang diberikan selama inspirasi
agar tidal volume yang cukup tercapai. Besarnya yang diberikan tergantung pada masa inspirasi
dan besarnya tidal volume yang diinginkan.Pada tidal volume yang konstant besarnya inspiratory
flow rate yang menetukan panjang pendeknya masa inspirasi. Jadi inspirasi expirasi ratio
ditentukan oleh inspiratory flow rate, frekuensi nafas & tidal volume. Kita inginkan I:E ratio 1:2
sedangkan frekuensi nafas 15 x/menit, sedang tidal volume diinginkan 800 cc, maka inspiratory
flow rate bisa ditentukan :
Respiratory cycle = 60/15 detik = 4 detik.
Inspiratory time = 1/3 x 4 detik= 4/3 detik.
Ins,flow rate = 800: 4/3 cc/detik
= 800x 4/3 x60 cc / menit.= 36 L /menit.
Pada orang normal, sadar, peak insp, flow rate kira-kira 30 - 40 L / menit (4 6 x minute
ventilation).
Controled ventilation: Pernafasan pasien diambil alih seluruhnya oleh ventilator dimana pasien
apnoe.
Assisted ventilation/ compensated ventilation: Pasien bernafas spontan tapi tidal volume tak
ade- kuat,dibantu dengan ventilasi agar tidal volume adekuat. Dalam hal ini sebagian nafas
pasien dikendalikan ventilator ,usaha inspirasi pasien membuat tekanan subatsmosferik pada
jalan nafas mentriger respirator / ventilator agar memberikan ventilasi kepada pasien. Bila
frekuensi nafas pasien > 30x / menit,maka inspirasi pasien tak cukup membuat tekanan negatif
untuk mentriger ventilator .maka dengan kondisi seperti ini cara assisted tak ideal.
Intermittent mandatory ventilation (IMV): Konsep IMV ditemukan setelah kegagalan system
assisted ventilation. Praktis dengan IMV menghilangkan penggunaan assisted ventilation. Dalam
hal ini dibiarkan bernafas spontan dengan kecepatan sendiri,pada interval tertentu diberi ventilasi
oleh ventilator tanpa memandang bentuk/frekuensi peenafasan pasien. Jeleknya kadang-kadang
pasien menarik nafas serentak dengan ventilasi dari ventilator sehingga terjadi overdistensi
alveoli. Penggunaan system IMV sangat populer dalam proses weaning (penyapihan dari
ventilator).
Intermittent positive pressure pressure breathing (IPPB): Pemberian tekanan positif pada
waktu inspiarsi sedangkan expirasi berjalan passif, tetapi pasien bernafas spontan tetapi bila
pasien apnoe maka istilah breathing ditukar jadi ventilation atau intermittent positive pressurew
ventilation (IPPV).
IPPV dengan pemberian tekanan positif pada akhir expirasi (positive end expiratory pressure -
PEEP) disebut juga Continous Positive Pressure Ventilation (CPPV). Kalau pemberian tekanan
positif selama inspirasi sedangkan pada fase expirasi hanya pada fase deflasi saja diberi tekanan
negatif tetapi tidak pada fase expiratory pause maka disebut Intermittent Positive Negative
Pressure Ventilation ( IPNPV).
Bila tekanan negatif tersebut diberikan selama periode expirasi disebut Negative End
Expiratory Pressure (NEEP).
Bila pada akhir inspirasi ,peak pressure dipertahankan beberapa detik disebut End Inspiratory
Pauze (EIP).
Penggunaan PEEP pada dasarnya adalah bila dengan IPPV keadaan hipoksemi tak terkoreksi
dimana dengan IPPV 50% O2 tak mampu mempertahankan PaO2 sekitar70 mmHg. Harapan
yang ingin dicapai dengan system PEEP adalah :
SIGH : Adalah periodik hiperinflasi (extra large tidal volume). Secara periodik diberi tidal
volume yang besarnya 2-3x normal tidal volume,untuk meningkatkan compliance paru
mencegah mikro atelektasis yang mungkin timbul pada pasein yang diberi normal tidal volume
terus menerus.Tetapi bila diberi tidal volume 12-15 cc/Kg BB ideal, dengan frekuensi pernfasan
10-12 x permenit ,sigh system tak diperlukan hanya sering bahaya alkalosis. Beberapa ventilator
seperti Bear dilengkapi sarana sigh, biasanya daitur sigh voluime 2-3x tidal volume
biasa,sementara frekuensinya 3-5 x per jam.
1. Pasien : Pemeriksaan fisik, foto thorak, EKG, Sp O2, lab gas darah
2. Interaksi pasien dengan ventilator : Peak inspiratory pressure, exhaled tidal volume,
minute volume, rate, nafas spontan, trigger, mode ventilasi
3. Ventilator : Sirkuit, Setting humidifier, ventilator, Setting alarm
EVALUASI
Status Oksigenasi
o Parameter PaO2, SpO2
o Mencapai PaO2, SpO2 yang diinginkan dgn FiO2 terendah
o Variabel FiO2, Mean airway pressure, I:E ratio
o Bila perlu ditambah PEEP
Status Ventilasi
o Parameter PaCO2
o Variabel tidal volume, rate, dead space
o Atur minute volume untuk PaCO2 yang diinginkan
o Waspada efek samping
Perubahan mode
o CMV - ACV - SIMV - PS/VS - CPAP - weaning
o Tergantung kondisi penderita, perbaikan atau perburukan yang terjadi
Status hemodinamik (Terjadi gangguan hemodinamik pada awal ventilasi mekanik)
o Perubahan tekanan negatif ke positif VR, SV, CO, tensi
o Perbaikan ventilasi dan oksigenasi katekolamin , tonus simpatis , tonus vaskuler
o Pemberian sedativa : tonus simpatis , tonus vaskuler
o Hipovolemia
o Terapi vasoaktif dan cairan
Contoh :
Jika airway resistance 2cmH2O/L/detik
Gas flow melalui airway 30 l/menit (0,5 L/detik)
Maka perbedaan tekanan antara
Mulut dan alveoli 2x 0,5 = 1 cmH2O
Sebaliknya bila diketahui flowgas 30 L/menit
Perbedaan tekanan mulut alvewoli 1 cmH2O
Maka airway resistance 1 : 0,5= 2 cmH2O/L/detik
Contoh lengkap :
Bila satu ventilator memberikan
gas flow dengan kecepatan = 0,5 L/detik (1)
kepada pasien dengan compliance = 0,05 L/ cmH2O (2)
dan airway resistance = 6 cmH2O/L/detik (3)
selama periode = 1 detik (4)
Maka :
b.Tamponade jantun
Selama fase inspirasi pada respirasi terkontrol jantung tertekan diantara paru yang
mengembang dengan tekanan positif sehingga cardiac output terganggu. Sedangkan pada
pernafasan spontan pengaruh ini sangat sedikit oleh sebab tekanan intrapleural sangat rendah.
Makin tinggi tekanan positif makin panjang fase inspirasi (makin besar I:E ratio) makin besar
cardiac tamponade.
Tetesan infus sering terlihat melambat ketika tekanan intra thorak meninggi selama
inspirasi/inflasi. Bila kita gunakan CVP tak hanya tekanan vena meningkat tetapi juga fluktuasi
akibat variasi tekanan intra thorak akan terlihat.
d. Cerebral Vasokonstriksi
Overventilasi bisa menyebabkan cerebral vasokonstriksi dan bagaimana mekanismenya
belum begitu di mengerti, tetapi masalahnya karena penurunan PaCO2 dibuktikan oleh Ketty &
Smith 1946.
e.Yang lain-lain
Bila dilakukan respirasi terkontrol tanpa pipa tracheal bisa menyebabkan: Masuknya sebagian
gas keperut tetapi dengan tekanan sampai 15 cmH2O jarang menyebabkan distensi perut. Ruptur
membran timpani pernah dilaporkan selama respirasi terkontrol.
Respiratory Criteria :
Cardiovascular Criteria :
Patient is afebrile
1. HOB elevation
2. Appropriate DVT prophylaxis
3. Appropriate PUD prophylaxis
4. Appropriate sedation
5. Assessment of readiness to extubate
REFERENSI
1. Brawn AH, Introduction to Respiratory Physiology, 2nd edit, Little Brawn and Company,
Boston,1980 pp.127-132.
2. Collins J, Principle of Anesthesiology, 2nd edit, Lea Febiger, Philadelphia 1976. 397-
404.
3. Goudsouzien, G.Nisshan, Karamanian A, Physiology for the Anesthesiologist, Appleto
Century Crofts, New York, pp 197-8.
4. Levin MR, Pediatric Respiratory Intensive Care Handbook,Toppan company Pty Ltd
Singapore,1976, pp 102-3.
5. Lebowitz WP, Clinical Anesthesia Procedures of the Massachussets Hospital, 1st edit,
Little Brawn and Company, Boston, 1978, pp 393-408.
6. Mushin W, Automatic Ventilation of the Lung, 3rd.edit, Block Well Scientific
Publication, Oxford, London, Edinburg , Melbourne, pp 1-16.
7. Quimby, Anesthesiology A Manual of Concept and Management, 2nd edit, Appleton
Century Crofts, Newyork, 1979, 286-9.
8. Snow JC, Manual of Anesthesia 1st edit, Little Brawn and Company, Boston, pp.325-6.
9. Smith MR, Anesthesia for Infant and Children, 4th edit, the CV Mosby Company,
St.Louis,Toronto, Lonson,1980, pp 626-7.